0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
111 tayangan10 halaman
Hukum dan moral merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak
Dapat dipisahkan satu sama lain, Hukum merupakan suatu tuntutan yang mengarahkan masyarakat untuk mematuhi atau berjalannya sebuah peraturan.Tanpa moral, hukum tidak mengikat karena moral mengutamakan pemahaman dan kesadaran subjek dalam mematuhi hukum.
Hukum dan moral merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak
Dapat dipisahkan satu sama lain, Hukum merupakan suatu tuntutan yang mengarahkan masyarakat untuk mematuhi atau berjalannya sebuah peraturan.Tanpa moral, hukum tidak mengikat karena moral mengutamakan pemahaman dan kesadaran subjek dalam mematuhi hukum.
Hukum dan moral merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak
Dapat dipisahkan satu sama lain, Hukum merupakan suatu tuntutan yang mengarahkan masyarakat untuk mematuhi atau berjalannya sebuah peraturan.Tanpa moral, hukum tidak mengikat karena moral mengutamakan pemahaman dan kesadaran subjek dalam mematuhi hukum.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG BAB I PENDAHULUAN
Hukum dan moral merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dapatdipisahkan satu sama lain,Hukum merupakan suatu tuntutan yang mengarahkan masyarakat untuk mematuhi atau berjalannya srbuah peraturan.Tanpa moral, hukum tidak mengikat secara nalar karena moral mengutamakan pemahaman dan kesadaran subjek dalam mematuhi hukum. Hal ini sebagaimana diungkapkan K Bertens bahwa quid leges sine moribus yang memiliki arti apa gunanya undang-undang kalau tidak disertai moralitas.
Akan tetapi keberadaan hukum dan moral dianggap kurang berjalan dengan seimbang banyak kasus-kasus di Indonesia sendiri yang dilihat bahwa sebenarnya hukum dan moral tidak dapat berjalan secara bersamaan,contohnya minah yang mencuri buah kakau secara substansi hukum memang melakukan pelanggaran berupa delik pencurian, namun secara moral mesti dipahami bahwa keadilan di tengah lalu lintas hukum modern adalah menekankan pada struktur yang rasional, prosedur. Hukum dan moral sama-sama berkaitan dengan tingkah laku manusia agar selalu baik, namun positivisme hukum yang murni justru tidak memberikan kepastian hukum Kejadian-kejadian hukum itu pada akhirnya menimbulkan pengaruh sosial yang bermakna bagi masyarakat, lalu tak kalah penting untuk dipahami, kejadian hukum itu akan meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan sebagai sumber keadilan
Moral jelas menjadi senjata ampuh yang dapat menyingkirkan kesewenangan hukum dan pertimbangan kepentingan lain dalam penegakan keadilan di pengadilan.maka itulah berkembang adagium klasik di dunia hukum bahwa sebaik atau seburuk apapun teks perundang undangan maka produk keadilan yang dihasilkan tetap tergantung pada orang-orang yang menjalankannya. Di sinilah pentingnya moralitas hukum yang harus dipegang oleh penguasa pengadilan.
RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, makalah ini selanjutnya akan membahas beberapa hal-hal dasar yang berkaitan dengan hukum dan moral, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan moral? 2. Apa yang dimaksud dengan hukum? 3. Apa persamaan dan perbedaan antara hukum dan moral? 4. Mana yang lebih diutamakan antara hukum dan moral? Dan mengapa demikian?
BAB II PEMBAHASAN
Moral Perkataan moral berasal dari bahasa latin Mores. Mores berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Moral dengan demikian dapat diartikan ajaran kesusilaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dari W. J. S. Poerwadarminto terdapat keterangan bahwa moral adalah ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan kelakuan.
Adapun dalam literature lain menyebutkan bahwa Moral berasal dari bahasa Latin (Yunanj) yaitu moralis - mos, moris yang diartikan sebagai adat, istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, dan kelakuan. Atau dapat pula diartikan mores yang merupakan gambaran adat istiadat, kelakuan tabiat, watak, akhlak, dan cara hidup. Istilah ini dikenal moral dalam bahasa Inggris. Moral pada umumnya dapat diartikan sebagai berikut: Menyangkut kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik/buruk, benar/salah, tepat/tidak tepat; Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima menyangkut apa yang dianggap benar, bijak, adil, dan pantas; Memiliki kemampuan untuk diarahkan oleh atau dipengaruhi oleh keinsyafan akan benar atau salah, dan kemampuan untuk mengarahkan atau memengaruhi orang lain sesuai dengan kaidah-kaidah perilaku yang dinilai benar atau salah; Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain. Menurut pendapat Ahmad Ali moral merupakan ajaran baik dan buruk yang di terima umum mengenai perbuatan,sikap,kewajiban,dan sebagainya atau akhlak,budi pekerti,susila Menurut Franz Magnis-Suseno, kata moral selalu mengacu kepada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak-ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dan segi-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Jadi, menurutnya (1991:14), yang dimaksud dengan ajaran moral adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik.
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan.dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela." Adapun pendapat dari Prof. Dr. Ahmad Ali, S.H., M.H., hukum adalah seperangkat kaidah atau ukuran yang tersusun dalam suatu sistem yang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia sebagai warga dalam kehidupan bermasyarakatnya. Hukum tersebut bersumber baik dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain yang diakui berlakunya oleh otonitas tertinggi dalam masyarakat tersebut, serta benan-benar diberlakukan oleh warga masyarakat (sebagai satu keseluruhan) dalam kehidupannya. Jika kaidah tersebut dilanggar akan memberikan kewenangan bagi otoritas tertinggi untuk menjatuhkan sanksi yang sifatnya eksternal.
Jadi, unsur-unsur yang harus ada bagi hukum sebagai kaidah adalah: 1. Harus ada seperangkat kaidah atau aturan yang tersusun dalam satu sistem; 2. Perangkat kaidah itu menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh warga Masyarakat; 3. Berlaku bagi manusia sebagai masyarakat dan bukan manusia sebagai individu; 4. Kaidah itu bersumber baik dan masyarakat sendiri maupun dan sumber lain, seperti otonitas negara atau pun dan tuhan (hukum agama); 5. Kaidah itu secara nyata benar-benar diberlakukan oleh masyarakat (sebagai satu kesatuan) di dalam kehidupan mereka, yakni sebagai living law; dan 6. Harus ada sanksi eksternal jika terjadi pelanggaran kaidah hukum tersebut, di mana dipertahankanoleh otoritas tertinggi. pendapat dari Prof. Dr. Ahmad Ali, S.H., M.H. sudah sangat jelas, di mana definisi yang diberikan oleh beliau telah mencakup segala unsur yang seharusnya ada dalam suatu hukum. Bukan berarti pendapat dari para ahli hukum lain tidak jelas, tetapi isi dari berbagai unsur yang terkandung di dalamnya telah menggambarkan tujuan akhir dari hukum itu sendiri, yaitu bertujuan untuk mengatur tingkah laku manusia secara keseluruhan dalam masyarakat agar tercipta ketertiban, keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan
Persamaan Dan Perbedaan Hukum Dan Moral Moral dan hukum mempunyai hubungan erat. Dalam kekaisaran Roma sudah terdapat pepatah Quid Leges Sine Moribus yang artinya apa artinya undang-undang, kalau tidak disertai moralitas, tanpa moralitas hukum akan kosong. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya karena itu hukum selalu diukur dengan norma moral. Setelah melihat pemahaman masing-masing antara hukum dan moral, dapat terlihat bahwa hukum dan moral mempunyai persamaan, antara lain: 1. Hukum maupun moral, sama-sama berfungsi sebagai alat untuk mengatur tertib dan teraturnya hidup dalam masyarakat; 2. Hukum maupun moral, sama-sama mempelajari dan menjadikan tingkah laku manusia sebagai objek; 3. Hukum maupun moral, memberikan batas pada gerak, hak dan wewenang seseorang dalam pergaulan hidup, agar tidak saling merugikan satu sama lain; 4. Hukum dan moral bersumber dari pengalaman atau kenyataan hidup manusia; Hukum dan moral menggugah kesadaran manusiawi untuk bertindak.Walaupun ada hubungan erat antara moral dan hukum, perlu dipertahankan juga bahwa moral dan hukum tidak sama. Perbedaannya antara lain: 1. segi bentuk. Moral berbentuk tidak tertulis sedangkan hukum memiliki bentuk tertulis, sistematis, dan lebih memiliki kepastian secar formal. 2. Dari segi aspek yang diatur. Moral mengatur tingkah laku atau perbuatan yang terletak pada hati nurani/ rasa batin. Sedangkan hukum mengatur tingkah laku manusia secara lahiriah saja. Hukum menuntut penegasan secara legalitas/ formal, sedangkan moral menuntut sikap bathinnya. 3. Dari segi sanksi. Moral sanksinya hanya bersifat imbauan, harapan, dan seharusnya. Sedangkan hukum sanksinya pasti, harus, dan dapat dipaksakan jika telah melanggar aturan-aturan yang ada. 4. Dari segi dasar kehendak. Moral mengatur norma atas dasar kehendak bebas. Kehendak bebas yang sudah diakui kebenarannya sehingga tidak perlu pembuktian dan moral juga dapat menilai hukum. Sedangkan hukum mengatur norma atas dasar penetapan, karenanya atas dasar kesepakatan bersama sangat mungkin hukum itu diubah dan berubah. Hukum juga tidak dapat menilai moral.
Hukum Atau Moralkah Yang Lebih Diutamakan Setelah melihat bagaimana keterkaitan antara hukum dan moral, misalnya seseorang yang kedapatan berbohong. Berbohong secara moral adalah salah. Sedangkan dalam aturan hukum positif, berbohong atau tidak jujur itu dapat diganjar dengan aturan perundang-undangan bila terbukti melanggar janji yang dituangkan dalam kontrak yang telah disepakati. Selain itu, kita juga telah mengetahui persamaan dan perbedaan antara keduanya, maka penulis berpendapat bahwa hukum dan moral ini tidak dapat pertentangan antara hukum dan moral ini disebabkan karena manusianya yang bersifat tidak jujur. Manusia yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang berkaitan langsung dengan dunia hukum, misalnya para penegak hukum. Para penegak hukum inilah yang sangat berperan dalam pertentangan antara hukum dan moral.
Semestinya moral agama sebagai sumber moral yang baik harus mengilhami terbentuknya aturan hukum yang baik. Sebaliknya, aturan hukum apapun yang tercipta di Negara kita ini, tidak boleh bertentangan dengan moral yang baik tersebut.
Namun lain halnya jika hukum dan moral dipertentangkan dan harus pilih salah satu diantaranya, dan manakah yang harus didahulukan. Maka jawabannya jika kita konsisten dan konsekuen bahwa Pembukaan UUD 1945 dan Sila Pertama dari Pancasila tersebut merupakan sumber kekuatan hukum dan moral bagi kita semua maka semestinya morallah yang harus didahulukan.
BAB III KESIMPULAN
Moral merupakan bentuk hukum yang mempunyai cirri universal,moral dimengerti sebagai yang menghubungkan hukum dengan ideal kehidupan keadilan sosial secara luas,perwujudan moral tidak hanya melalui teori-teori ataupun peraturan yang mewujudkan moral tetapi harus ada realisasi tindakan yang mencerminkan moralitas
peraturan peraturan hukum yang di buat sebaiknya mementingkan dan memasukan nilai moral yang baik, tidak hanya itu penegakan hukum di Indonesia harus sesuai dengan peraturan yang ada,yang bertujuan demi kebaikan masyarakat dan tidak bersifat memihak.
Dengan demikian, bagaimanapun kita berkepentingan agar perkembangan hukum dapat berjalan secara wajar, sehat dan mampu menjadi pendorong terwujudnya kehidupan yang lebih adil, bahagia dan sejahtera. Dalam konteks pemikiran demikian, maka keutuhan moral dengan hukum harus tetap dijaga, baik pada tataran teoretis maupun praktis
DAFTAR PUSTAKA Astim Riyanto, Filsafat Hukum, Bandung: Yapemdo, 2003. Hal. 449 Dikutip Oleh Oleh Prof. Dr. Soekarno. Dkk., Filsafat Hukum, Malang: Bayumedia Publishing, 2009. Hal 195. Prof. Darji Darmodihardjo, S.H., M.Hum., Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995. Hal 258. Gede A. B. Wiranata, S.H., M.H., Dasar-Dasar Etika Dan Moralitas (Pengantar Kajian Etika Profesi Hukum), Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005. Hal. 131. http://artikel-media.blogspot.com/2009/12/runtuhnya-moralitas-hukum.html Prof. Dr. Ahmad Ali, S.H., M.H., Menguak Tabir Hukum, Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2008. Hal. 18-19. http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum