Anda di halaman 1dari 10

ANTROPOLOGI HUKUM

HUKUM DAN MORAL







NADHILA HAZHIYA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN

Hukum dan moral merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak
dapatdipisahkan satu sama lain,Hukum merupakan suatu tuntutan yang mengarahkan masyarakat
untuk mematuhi atau berjalannya srbuah peraturan.Tanpa moral, hukum tidak mengikat secara
nalar karena moral mengutamakan pemahaman dan kesadaran subjek dalam mematuhi hukum.
Hal ini sebagaimana diungkapkan K Bertens bahwa quid leges sine moribus yang memiliki arti
apa gunanya undang-undang kalau tidak disertai moralitas.

Akan tetapi keberadaan hukum dan moral dianggap kurang berjalan dengan seimbang
banyak kasus-kasus di Indonesia sendiri yang dilihat bahwa sebenarnya hukum dan moral tidak
dapat berjalan secara bersamaan,contohnya minah yang mencuri buah kakau secara substansi
hukum memang melakukan pelanggaran berupa delik pencurian, namun secara moral mesti
dipahami bahwa keadilan di tengah lalu lintas hukum modern adalah menekankan pada struktur
yang rasional, prosedur. Hukum dan moral sama-sama berkaitan dengan tingkah laku manusia
agar selalu baik, namun positivisme hukum yang murni justru tidak memberikan kepastian
hukum
Kejadian-kejadian hukum itu pada akhirnya menimbulkan pengaruh sosial yang bermakna bagi
masyarakat, lalu tak kalah penting untuk dipahami, kejadian hukum itu akan meruntuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan sebagai sumber keadilan

Moral jelas menjadi senjata ampuh yang dapat menyingkirkan kesewenangan hukum dan
pertimbangan kepentingan lain dalam penegakan keadilan di pengadilan.maka itulah
berkembang adagium klasik di dunia hukum bahwa sebaik atau seburuk apapun teks perundang
undangan maka produk keadilan yang dihasilkan tetap tergantung pada orang-orang yang
menjalankannya. Di sinilah pentingnya moralitas hukum yang harus dipegang oleh penguasa
pengadilan.




RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, makalah ini selanjutnya akan membahas beberapa
hal-hal dasar yang berkaitan dengan hukum dan moral, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan moral?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum?
3. Apa persamaan dan perbedaan antara hukum dan moral?
4. Mana yang lebih diutamakan antara hukum dan moral? Dan mengapa demikian?














BAB II
PEMBAHASAN

Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa latin Mores. Mores berasal dari kata mos yang berarti
kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Moral dengan demikian dapat diartikan ajaran kesusilaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dari W. J. S. Poerwadarminto terdapat keterangan
bahwa moral adalah ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan kelakuan.

Adapun dalam literature lain menyebutkan bahwa Moral berasal dari bahasa Latin (Yunanj) yaitu
moralis - mos, moris yang diartikan sebagai adat, istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, dan
kelakuan. Atau dapat pula diartikan mores yang merupakan gambaran adat istiadat, kelakuan
tabiat, watak, akhlak, dan cara hidup. Istilah ini dikenal moral dalam bahasa Inggris.
Moral pada umumnya dapat diartikan sebagai berikut:
Menyangkut kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik/buruk, benar/salah,
tepat/tidak tepat;
Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima menyangkut apa yang dianggap benar, bijak,
adil, dan pantas;
Memiliki kemampuan untuk diarahkan oleh atau dipengaruhi oleh keinsyafan akan benar
atau salah, dan kemampuan untuk mengarahkan atau memengaruhi orang lain sesuai
dengan kaidah-kaidah perilaku yang dinilai benar atau salah;
Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain.
Menurut pendapat Ahmad Ali moral merupakan ajaran baik dan buruk yang di terima umum
mengenai perbuatan,sikap,kewajiban,dan sebagainya atau akhlak,budi pekerti,susila
Menurut Franz Magnis-Suseno, kata moral selalu mengacu kepada baik-buruknya manusia
sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya
sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak-ukur untuk menentukan betul salahnya sikap
dan tindakan manusia dilihat dan segi-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku
peran tertentu dan terbatas.
Jadi, menurutnya (1991:14), yang dimaksud dengan ajaran moral adalah ajaran-ajaran,
wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan,
entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi
manusia yang baik.


Hukum
adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan.dari
bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam
berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial
antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan
cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara
perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau
kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan
militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari
pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela."
Adapun pendapat dari Prof. Dr. Ahmad Ali, S.H., M.H., hukum adalah seperangkat kaidah atau
ukuran yang tersusun dalam suatu sistem yang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh manusia sebagai warga dalam kehidupan bermasyarakatnya. Hukum tersebut
bersumber baik dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain yang diakui berlakunya oleh
otonitas tertinggi dalam masyarakat tersebut, serta benan-benar diberlakukan oleh warga
masyarakat (sebagai satu keseluruhan) dalam kehidupannya. Jika kaidah tersebut dilanggar akan
memberikan kewenangan bagi otoritas tertinggi untuk menjatuhkan sanksi yang sifatnya
eksternal.


Jadi, unsur-unsur yang harus ada bagi hukum sebagai kaidah adalah:
1. Harus ada seperangkat kaidah atau aturan yang tersusun dalam satu sistem;
2. Perangkat kaidah itu menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh warga
Masyarakat;
3. Berlaku bagi manusia sebagai masyarakat dan bukan manusia sebagai individu;
4. Kaidah itu bersumber baik dan masyarakat sendiri maupun dan sumber lain, seperti otonitas
negara atau pun dan tuhan (hukum agama);
5. Kaidah itu secara nyata benar-benar diberlakukan oleh masyarakat (sebagai satu kesatuan) di
dalam kehidupan mereka, yakni sebagai living law; dan
6. Harus ada sanksi eksternal jika terjadi pelanggaran kaidah hukum tersebut, di mana
dipertahankanoleh otoritas tertinggi.
pendapat dari Prof. Dr. Ahmad Ali, S.H., M.H. sudah sangat jelas, di mana definisi yang
diberikan oleh beliau telah mencakup segala unsur yang seharusnya ada dalam suatu hukum.
Bukan berarti pendapat dari para ahli hukum lain tidak jelas, tetapi isi dari berbagai unsur yang
terkandung di dalamnya telah menggambarkan tujuan akhir dari hukum itu sendiri, yaitu
bertujuan untuk mengatur tingkah laku manusia secara keseluruhan dalam masyarakat agar
tercipta ketertiban, keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan

Persamaan Dan Perbedaan Hukum Dan Moral
Moral dan hukum mempunyai hubungan erat. Dalam kekaisaran Roma sudah terdapat pepatah
Quid Leges Sine Moribus yang artinya apa artinya undang-undang, kalau tidak disertai
moralitas, tanpa moralitas hukum akan kosong. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh
mutu moralnya karena itu hukum selalu diukur dengan norma moral.
Setelah melihat pemahaman masing-masing antara hukum dan moral, dapat terlihat bahwa
hukum dan moral mempunyai persamaan, antara lain:
1. Hukum maupun moral, sama-sama berfungsi sebagai alat untuk mengatur tertib dan
teraturnya hidup dalam masyarakat;
2. Hukum maupun moral, sama-sama mempelajari dan menjadikan tingkah laku
manusia sebagai objek;
3. Hukum maupun moral, memberikan batas pada gerak, hak dan wewenang seseorang
dalam pergaulan hidup, agar tidak saling merugikan satu sama lain;
4. Hukum dan moral bersumber dari pengalaman atau kenyataan hidup manusia;
Hukum dan moral menggugah kesadaran manusiawi untuk bertindak.Walaupun ada hubungan
erat antara moral dan hukum, perlu dipertahankan juga bahwa moral dan hukum tidak sama.
Perbedaannya antara lain:
1. segi bentuk. Moral berbentuk tidak tertulis sedangkan hukum memiliki bentuk
tertulis, sistematis, dan lebih memiliki kepastian secar formal.
2. Dari segi aspek yang diatur. Moral mengatur tingkah laku atau perbuatan yang
terletak pada hati nurani/ rasa batin. Sedangkan hukum mengatur tingkah laku
manusia secara lahiriah saja. Hukum menuntut penegasan secara legalitas/ formal,
sedangkan moral menuntut sikap bathinnya.
3. Dari segi sanksi. Moral sanksinya hanya bersifat imbauan, harapan, dan seharusnya.
Sedangkan hukum sanksinya pasti, harus, dan dapat dipaksakan jika telah melanggar
aturan-aturan yang ada.
4. Dari segi dasar kehendak. Moral mengatur norma atas dasar kehendak bebas.
Kehendak bebas yang sudah diakui kebenarannya sehingga tidak perlu pembuktian
dan moral juga dapat menilai hukum. Sedangkan hukum mengatur norma atas dasar
penetapan, karenanya atas dasar kesepakatan bersama sangat mungkin hukum itu
diubah dan berubah. Hukum juga tidak dapat menilai moral.


Hukum Atau Moralkah Yang Lebih Diutamakan
Setelah melihat bagaimana keterkaitan antara hukum dan moral, misalnya seseorang yang
kedapatan berbohong. Berbohong secara moral adalah salah. Sedangkan dalam aturan hukum
positif, berbohong atau tidak jujur itu dapat diganjar dengan aturan perundang-undangan bila
terbukti melanggar janji yang dituangkan dalam kontrak yang telah disepakati. Selain itu, kita
juga telah mengetahui persamaan dan perbedaan antara keduanya, maka penulis berpendapat
bahwa hukum dan moral ini tidak dapat pertentangan antara hukum dan moral ini disebabkan
karena manusianya yang bersifat tidak jujur. Manusia yang dimaksud di sini adalah orang-orang
yang berkaitan langsung dengan dunia hukum, misalnya para penegak hukum. Para penegak
hukum inilah yang sangat berperan dalam pertentangan antara hukum dan moral.

Semestinya moral agama sebagai sumber moral yang baik harus mengilhami terbentuknya
aturan hukum yang baik. Sebaliknya, aturan hukum apapun yang tercipta di Negara kita ini, tidak
boleh bertentangan dengan moral yang baik tersebut.

Namun lain halnya jika hukum dan moral dipertentangkan dan harus pilih salah satu diantaranya,
dan manakah yang harus didahulukan. Maka jawabannya jika kita konsisten dan konsekuen
bahwa Pembukaan UUD 1945 dan Sila Pertama dari Pancasila tersebut merupakan sumber
kekuatan hukum dan moral bagi kita semua maka semestinya morallah yang harus didahulukan.


















BAB III
KESIMPULAN

Moral merupakan bentuk hukum yang mempunyai cirri universal,moral dimengerti sebagai yang
menghubungkan hukum dengan ideal kehidupan keadilan sosial secara luas,perwujudan moral
tidak hanya melalui teori-teori ataupun peraturan yang mewujudkan moral tetapi harus ada
realisasi tindakan yang mencerminkan moralitas

peraturan peraturan hukum yang di buat sebaiknya mementingkan dan memasukan nilai moral
yang baik, tidak hanya itu penegakan hukum di Indonesia harus sesuai dengan peraturan yang
ada,yang bertujuan demi kebaikan masyarakat dan tidak bersifat memihak.

Dengan demikian, bagaimanapun kita berkepentingan agar perkembangan hukum dapat berjalan
secara wajar, sehat dan mampu menjadi pendorong terwujudnya kehidupan yang lebih adil,
bahagia dan sejahtera. Dalam konteks pemikiran demikian, maka keutuhan moral dengan hukum
harus tetap dijaga, baik pada tataran teoretis maupun praktis









DAFTAR PUSTAKA
Astim Riyanto, Filsafat Hukum, Bandung: Yapemdo, 2003. Hal. 449 Dikutip Oleh Oleh
Prof. Dr. Soekarno. Dkk., Filsafat Hukum, Malang: Bayumedia Publishing, 2009. Hal
195.
Prof. Darji Darmodihardjo, S.H., M.Hum., Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1995. Hal 258.
Gede A. B. Wiranata, S.H., M.H., Dasar-Dasar Etika Dan Moralitas (Pengantar Kajian
Etika Profesi Hukum), Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005. Hal. 131.
http://artikel-media.blogspot.com/2009/12/runtuhnya-moralitas-hukum.html
Prof. Dr. Ahmad Ali, S.H., M.H., Menguak Tabir Hukum, Bogor Selatan: Ghalia
Indonesia, 2008. Hal. 18-19.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum

Anda mungkin juga menyukai