Anda di halaman 1dari 37

[TYPE THE COMPANY NAME] II

TUGAS BIOKIMIA
Resume Lipid, Karbohidrat, Asam Amino & Peptida, Protein,
Enzim & Kinetika Enzim, Teknik Pemurnian Enzim



OLEH :

RAHIMAH
J1E109209






Biokimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
makhluk hidup. Secara tidak langsung biokimia merupakan salah satu disiplin
ilmu dari kimia organik dan sains biologi. Biokimia mempelajari seluruh proses
kimia yang berhubungan dengan makhluk hidup. Lebih dari 40 tahun biokimia
berhasil menjelaskan proses hidup yang merupakan bahasan khusus dalam bidang
ilmu botani sampai kedokteran. Biokimia diusulkan pertama kali oleh Corl
Neuberg pada tahun 1903. Biokimia adalah sains yang menjelaskan struktur dan
fungsional makhluk hidup dalam lingkup kimia. Biokimia mengarahkan bidang
penelitiannya pada struktur, fungsi, dan interaksi biologi pada makromolekul
seperti karbohidrat, lipida (lemak), protein, asam nukleat yang berperan dalam
kehidupan (Poedjiadi, 2009).

LIPID
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
didalam air, namun dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut non polar,
seperti kloroform, atau eter. Istilah lipid kadang-kadang diartikan sama dengan
lemak, dan yang dikenal sebagai bahan makanan adalah mentega, minyak
tumbuhan, minyak daging sapi, kulit ayam, lemak yang terdapat dalam susu,
kuning telur, daging, kacang-kacangan dan lain-lain (Poedjiadi, 2009).
Secara umum dapat dikatakan bahwa lipid berfungsi sebagai :
1. Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak.
2. Lemak mempunyai fungsi seluler dan komponen struktural pada membran sel
yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi menjalankan aliran air,
ion, dan molekul air, keluar dan masuk sel.
3. Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal, seperti pada
prostaglandin dan steroid hormon serta kelenjar empedu.
4. Menjadi suspensi bagi vitamin A, D, E, K yang berguna untuk proses biologis.
5. Sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan melindungi
tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat.
Sifat Lipid
1. Tidak larut didalm air
2. Larut didalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan
karbontetraklorida.
3. Mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang juga
mengandung nitrogen dan fosfor.
4. Bila terhidrolisis akan menghasilkan asam lemak.
5. Berperan dalm metabolisme tumbuhan dan hewan.
Penggolongan Lipid
Lipid berdasarkan struktur dan karakteristik non polar :
1. Lemak (fat)
2. Lilin
3. Fosfolipid
4. Lipoprotein
5. Glikolipid
6. Spingolipid
7. Vitamin
8. Eikosanoat
9. Steroid
Lipid berdasarkan hasil hidrolisinya:
Lipid sederhana adalah yaitu ester asam lemak dengan berbagi alkohol,
misalnya: minyak dan lemak.
Lipid majemuk atau kompleks adalah ester asam lemak yang mempunyai
gugus tambahan, misalnya: fosfolipid dan glikolipid
Derivat lipid adalah senyawa yang dihasilkan oleh nproses hidrolisis lipid,
misalnya: sterol (kolesterol dan fitosterol)
Lipid berdasarkan gugus polar dan non polar:
Lipid non polar ( lipid netral ) adalah lipid yang mengandung gugus non polar,
contoh: kelompok lemak (fat)
Berfungsi: berperan dalm metabolisme sebagi cadangan energi.
Lipid yang mengandung gugus polar dan non polar, contoh: fosfolipid
Berfungsi : berperan dalm membran sel dan organel untuk melindungi isi sel
dan organel sel untuk melindungi isi sel dan organel sel dari lingkungan luar
sel.
Lipid berdasarkan struktur kimianya:
Triasilgliserol
Triasilgliserol adalah ester asam lemak dari gliserol
Triasilgliserol adalah ester dari alkohol gliserol dengan tiga molekul asam
lemak. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot
lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada
membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini
tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi.
Triasilgliserol yang terdapat di alam bersifat tidak larut didalam air, namun mudah
larut dalam pelarut non polar, seperti kloroform, benzena atau eter yang sering
digunakan untuk ekstraksi lemak dari jaringan.
Senyawa yang mengandung satu jenis asam lemak pada ketiga posisi disebut
triasilgliserol sederhana, contohnya asam stearat, asam palmitat, dan asam oleat.
Triasilgliserol yang mengandung dua atau lebih asam lemak yang berbeda di sebut
triasilgliserol campuran, contohnya kebanyakan lemak alami, seperti minyak
olive, mentega dan lemak makanan lainnya merupakan campuran dari
triasilgliserol sederhana dan campuran yang mengandung berbagai jenis sam
lemak yang berbeda dalam panjang rantai dan derajat kejenuhan.
Triasilgliserol adalah Lipida Penyimpan
Triasilgliserol terutama berfungsi sebagai lemak penyimpan. Pada hampir
semua hewan dan tumbuhan, triasilgliserol terdapat sebagi tetes minyak
mikroskopi, terdispersi dan teremulsi di dalam sitosol dengan halus. Pada adiposit
atau sel lemak, yaitu hewan sel khusus pada jaringan pengikat hewan, sejumlah
triasilgliserol disimpan sebagi tetes lemak, yang hampir mengisi seluruh volume
sel. Pada beberapa hewan, triasilgliserol yang tersimpan di bawah kulit
mempunyai fungsi ganda, keduanya adalah sebagai depot penyimpan energi yang
penting dan sebagai insulasi terhadap suhu yang amat rendah. Misalnya anjing
laut, burung pinguin yang berdarah panas lainnya, terisi penuh dengan
triasilgliserol.
Triasilgliserol yang banyak mengandung mengandung asam lemak jenuh,
berbentuk padat pada suhu ruang serta memiliki titik cair yang tinggi di sebut
lemak. Sedangkan triasilgliserol yang banyak mengandung asam lemak tidak
jenuh, berbentuk cair pada suhu ruang serta memilki titik cair yang rendah disebut
minyak. Minyak atau lemak yang berasal dari hewan disebut minyak/lemak
hewani contohnya lemak yang terdapat pada jaringan adipose dan sumsum tulang.
Sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut minyak/lemak nabati contohnya
lemak yang terdapat pada buah-buahan, kacang-kacangan.
1. Lilin adalah Ester Asam Lemak dengan Alkohol Berantai panjang
Lilin adalah ester asam lemak berantai panjang yang jenuh dan tidak jenuh
(mempunyai dari 14 sampai sebanyak 36 atom karbon ) dengan alkohol berantai
panjang (mempunyai atom karbon dari 16 sampai 22). Pada vertebrata, lilin
disekresi oleh kelenjar kulit sebagai kulit pelindung untuk membuat kulit bersifat
fleksibel, berminyak, dan tidak tembus air. Rambut, wol dan bulu juga dilapisi
oleh sekresi berlilin. Burung, terutama unggas yang berenang di air, mengeluarkan
lilin dari kelenjar penghiasnya, membuat bulu unggas bersifat tidak lekat dengan
air. Daun berbagai tumbuhan dilapisi oleh lapisan lilin pelindung. Penampakan
berkilat pada daun-daun trofik, misalnya daun holly dan redodendron serta daun
ivy beracun merupakan refleksi lapisan lilinnya.
2. Fosfolipid adalah Komponen Utama Lipid Membran
Fosfolipid mempunyai satu atau lebih gugus kepala dengan polaritas tinggi,
selain ekor hidrokarbonnya. Fosfolipid berfungsi terutama sebagai unsur
struktural membran dan tidak pernah disimpan dalam jumlah banyak. Seperti
tersirat di dalam namanya, golongan lipid ini mengandung fosfor dalam bentuk
gugus asam fosfat. Fosfat lipid utama yang ditemukan pada membran adalah
fosfogliserida yang mengandung dua molekul asam lemak yang berikatan ester
dengan gugus hidroksil pertama dan kedua pada gliserol.
Asam lemak yang banyak ditemukan di dalm fosfogliserida memiliki 16 atau
18 atom karbon. Fosfogliserida mengalami hidrolisis jika dipanaskan dengan
asam atau basa untuk menghasilkan komponen unit penyusunnya : asam lemak,
gliserol, asam fosfat, dan alkohol pada bagian kepala. Senyawa ini dapat juga
dihidrolisa secara enzimatik oleh berbagai jenis fosfolipase, yang mengkatalisa
ikatan spesifik pada molekul fosfogliserol.
3. Spingolipid
Spingolipid kelas kedua terbesar dari lipid membran, juga mempunyai kepala
yang bersifat polar dan dua ekor nonpolar, tetapi senyawa ini tidak mengandung
gliserol. Spingolipid tersusun atas satu molekul alkohol amino berantai panjang
spingosin, atau satu diantara turunannya, dan suatu alkohol polar pada bagian
kepala.
Spingosin adalah senyawa induk dari sejumlah alkohol amino berantai
panjang yang ditemukan pada berbagai spingolipid. Terdapat tiga subkelas
spingolipid : Spingomielin, serebrosida, dan gangliosida.
4. Steroid adalah Lipida yang Tidak Tersabunkan dengan Fungsi Khusus
Sel juga mengandung lipid yang tidak tersabunkan,yang tidak mengandung
asam lemak dan karenannya tidak dapat terbentuk sabun. Steroid adalah molekul
kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung.
Steroid yang paling banyak adalah sterol yang merupakan steroid alkohol.
Kolestrol adalah sterol utama pada jaringan hewan.
5. Lipoprotein Menggabungkan Sifat-sifat Lipida dan Protein
Beberapa lipid berikatan dengan protein spesifik membentuk lipoprotein.
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa kombinasi tingkat plasma yang tinggi
dari lipoprotein berdensitas amat rendah (VLDL = very low density lipoprotein )
dengan tingkat yang rendah dari lipoprotein berdensitas tinggi ( HDL = high
density lipoprotein ) merupakan faktor penting penyebab aterosklerosis,
pembentukkan deposit tebal dari kolesterol dan senyawa ester turunannya pada
permukaan sebelah dalam dari pembuluh darah. Aterosklerosis segara
menimbulkan kelumpuhan dan serangan infarksi koroner, yang diakibatkan oleh
terganggunya aliran darah melalui pembuluh darah yang tersumbat, pada otak dan
jantung secara berturut-turut (Wilbram & Matta, 1992).

KARBOHIDRAT
Secara alamiah, karbohidrat merupakan hasil sintesis CO
2
dan H
2
O dengan
bantuan sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis.Zat
makanan ini merupakan sumber energi bagi organisme heterotroph (makhluk
hidup yang memperoleh energi dari sumber senyawa organik di lingkungannya).
Karbohidrat merupakan unsur senyawa organik yang disintesis dari senyawa
anorganik yang mengandung unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen
(O). Berdasarkan Gugus Gula penyusunnya,Karbohidrat di bagi menjadi 3, yaitu:
1. Monosakarida(C
6
H
12
O
6
)
Monosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari satu gugus gula.
Monosakarida ini memiliki rasa manis dan sifatnya mudah larut dalam air.
Contoh dari monosakarida adalah heksosa, glukosa, fruktosa, galaktosa,
monosa, ribose (penyusun RNA) dan deoksiribosa (penyusun DNA)
2. Disakarida(C
12
H
22
O
11
)
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula. Sama seperti
monosakarrida, Disakarida juga memiliki rasa manis, dan sifatnyapun mudah
larut dalam air.Contoh dari Disakarida adalah laktosa (gabungan antara
glukosa dan galaktosa), sukrosa (gabungan antara glukosa dan fruktosa) dan
maltose (gabungan antara dua glukosa)
3. Polisakarida(C
6
H
11
O
5
)
Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari banyak gugus gula, dan rata-
rata terdiri dari lebih 10 gugus gula. Pada umumnya polisakarida tidak berasa
atau pahit,dan sifatnya sukar larut dalam air. Contohnya dari polisakarida
adalah amilum yang terdiri dari 60-300 gugus gula berupa glukosa, glikogen
atau gula otot yang tersusun dari 12-16 gugus gula, dan selulosa, pektin,
lignin, serta kitin yang tersusun dari ratusan bahkan ribuan gugus gula dengan
tambahan senyawa lainnya.
(Poedjiadi, 2009).
Karbohidrat memiliki beberapa peran penting dalam tubuh manusia, antara lain
adalah
Sebagai sumber energi utama.Pada beberapa organ tubuh utama,seperti
otak,lensa mata dan sel saraf, sumber energi yang diperlukan adalah glukosa,
dan tidak dapat digantikan oleh sumber energi lainnya. Dalam proses respirasi,
setiap 1 gram glukosa akan menghasilkan 4,1 kalori
Berperan penting dalam proses metanolisme, menjaga keseimbangan asam
dan basa dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel, jaringan,serta organ tubuh
Membantu proses pencernaan makanan dalam prose pencernaan
Membantu penyerapan kalsium
Merupakan pembentuk senyawa lainnya,misalnya sebagai asam lemak sebagai
penyusun lemak dan asam amino sebagai penyusun protein
Sebagai komponen penyusun gen dalam inti sel yang amat penting dalam
pewarisan sifat.Gen terdiri dari asam deoksiribunukleat (DNA) dan asam
ribonukleat (RNA) yang merupakan karbohidrat beratom C lima
Merupakan senyawa yang membantu proses berlangsungnya buang air
besar.selulosa merupakan polisakarida yang sulit dicerna,tetapi keberadaannya
dala sisa pencernaan dapat mencegah konstipasi(sembelit)
PROSES PENCERNAAN KARBOHIDRAT DALAM TUBUH
Metabolisme merupakan proses yang berlangsung dalam organisme, baik secara
mekanis maupun kimiawi. Metabolisme itu sendiri terdiri dari 2 proses
yaitu anabolisme (pembentukan molekul) dan Katabolisme (Penguraian molekul).
Pada proses pencernaan makanan,karbohidrat mengalami proses hidrolisis
(penguraian dengan menggunakan molekul air). Proses pencernaan karbohidrat
terjadi dengan menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.
Ketika makanan dikunyah,makanan akan bercampur dengan air liur yang
mengandung enzim ptialin (suatu amilase yang disekresikan oleh kelenjar
parotis di dalam mulut). Enzim ini menghidrolisis pati (salah satu polisakarida)
menjadi maltosa dan gugus glukosa kecil yang terdiri dari tiga sampai sembilan
molekul glukosa.makanan berada di mulut hanya dalam waktu yang singkat dan
mungkin tidak lebih dari 3-5% dari pati yang telah dihidrolisis pada saat makanan
ditelan.
Sekalipun makanan tidak berada cukup lama dlaam mulut untuk dipecah oleh
ptialin menjadi maltosa,tetapi kerja ptialin dapat berlangsung terus menerus
selama satu jam setalah makanan memasuki lambung,yaitu sampai isi lambung
bercampur dengan zat yang disekresikan oleh lambung.Selanjutnya aktivitas
ptialin dari air liur dihambat oelh zat asam yang disekresikan oleh lambung.Hal
ini dikarenakan ptialin merupakan enzim amilase yang tidak aktif saat PH medium
turun di bawah 4,0.
Setelah makan dikosongkan dari lambung dan masuk ke duodenum (usus dua
belas jari),makanan kemudian bercampur dengan getah pankreas.Pati yang belum
di pecah akan dicerna oleh amilase yang diperoleh dari sekresi pankreas.Sekresi
pankreas ini mengandung amilase yang fungsinya sama dengan -amilase pada
air liur,yaitu memcah pati menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.
Namun, pati pada umumnya hampir sepenuhnya di ubah menjadi maltosa dan
polimer glukosa kecil lainnya sebelum melewati lambung.
Hasil akhir dari proses pencernaan adalah glukosa,fruktosa,glaktosa,manosa dan
monosakarida lainnya.Senyawa-senyawa tersebut kemudian diabsorpsi melalui
dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah.
Glukosa sebagai salah satu hasil dari pemecahan pati akan mengalami dau proses
di dalam hati,yaitu pertama,Glukosa akan beredar bersama aliran darah untuk
memenuhi kebutuhan energi sel-sel tubuh. Kedua,jika di dalam hati terdapat
kelebihan glukosa (gula darah),glukosa akan di ubah menjadi glikogen(gula otot)
dengan bantuan hormon insulin dan secara otomatis akan menjaga keseimbangan
gula darah. Glikogen di simpan di dalam hati, jika sewaktu-waktu dibutuhkan,
glikogen di ubah kembali menjadi glukosa dengan bantuan hormon adrenaline.

PROTEIN
Protein adalah penyusun kurang lebih 50% berat kering organisme.Protein
bukan hanya sekedaar bahan simpanan atau baha struktural,seperti karbohidrat
dan lemak.Tetapi juga berperan penting dalam fungsi kehidupan. Protein adalah
senyawa organik kompleks yang tersusun atas unsur Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O), Nitrogen (N) dan kadang-kadang mengandung zat Belerang (S), dan
Fosfor (P).
Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari satu atau lebih polimer.
Setiap Polimer tersusun atas monomer yang di sebut asam amino.Masing-masing
asam amino mengandung satu atom Karbon (C) yang mengikat satu atom
Hidrogen (H), satu gugus amin (NH
2
),satu gugus karboksil (-COOH) ,dan lain-
lain (Gugus R).
(Poedjiadi, 2009).
Berdasarkan macam asam amino yang menyusun polipeptid, Protein dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Protein Sempurna
Protein sempurna adalah protein yang mengandung asam-asam amino
lengkap,baik macam maupun jumlahnya. Contohnya kasein pada susu dan
albumin pada putih telur. Pada umumnya protein hewan adalah Protein Sempurna
2. Protein Kurang Sempurna
Protein kurang sempurna adalah protein yang mengandung asam amino
lengkap,tetapi beberapa diantaranya jumlahnya sedikit.Protein ini tidak dapat
mencukupi kebutuhan pertumbuhan. Namun hanya dapat mempertahankan
kebutuhan jaringan yang sudah ada. Contohnya Protein lagumin pada kacang-
kacangan dan Gliadin pada gandum.
3. Protein Tidak Sempurna
Protein tidak sempurna adalah protein yang tidak mengandung atau sangat sedikit
mengandung asam amino esensial.Protein ini tidak dapat mencukupi untuk
pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan yang telah ada.Contohnya Zein
pada jagung dan beberapa protein yang berasal dari tumbuhan.
Protein yang membangun tubuh disebut Protein Struktural sedangkan protein
yang berfungsi sebagai enzim,antibodi atau hormon dikenal sebagai Protein
Fungsional. Protein struktural pada umumnya bersenyawa dengan zat lain di
dalam tubuh makhluk hidup. Contoh protein struktural antara lain nukleoprotein
yang terdapat di dalam inti sel dan lipoprotein yang terdapat di dalam membran
sel. Ada juga protein yang tidak bersenyawa dengan komponen struktur
tubuh,tetapi terdapat sebagai cadangan zat di dalam sel-sel makhluk hidup.
Contoh protein seperti ini adalah protein pada sel telur ayam,burung,kura-kura
dan penyu. Semua jenis protein yang kita makan akan dicerna di dalam saluran
pencernaan menjadi zat yang siap diserap di usus halus,yaitu berupa asam amino-
asamamino.
Asam amino-asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan makanan
berperan sangat penting di dalam tubuh,untuk:
Bahan dalam sintesis subtansi penting seperti hormon,zat antibodi,dan organel
sel lainnya
Perbaikan, pertumbuhan dan pemeliharaan struktur sel,jaringan dan organ
tubuh
Sebagai sumber energi, setiap gramnya akan menghasilkan 4,1 kalori.
Mengatur dan melaksakan metabolisme tubuh,misalnya sebagai enzim
(protein mengaktifkan dan berpartisipasi pada reaksi kimia kehidupan)
Menjaga keseimbangan asam basa dan keseimbangan cairan tubuh.
Sebagai senyawa penahan/bufer,protein berperan besar dalam menjaga
stabilitas pH cairan tubuh.Sebagai zat larut dalam cairan tubuh, protein
membantu dalam pemeliharaan tekanan osmotik di dalam sekat-sekat rongga
tubuh.
Membantu tubuh dalam menghancurkan atau menetralkan zat-zat asing yang
masuk ke dalam tubuh.
Kekurangan protein di dalam tubuh dapat mengakibatkan beberapa
penyakit.Seperti kwashiorkor, anemia, radang kulit, dan busung lapar yang
disebut juga hongeroedem. Karena terjadinya edema (pembengkakan organ
karena kandungan cairan yang berlebihan) pada tubuh.
PROSES PENCERNAAN PROTEIN DALAM TUBUH
Protein dalam makanan hampir sebagian besar berasal dari daging dan sayur-
sayuran.Protein dicerna di lambung oleh enzim pepsin,yang aktif pada pH 2-3
(suasana asam). Pepsin mampu mencerna semua jenis protein yang berada dalam
makanan. Salah satu hal terpenting dari penceranaan yang dilakukan pepsin
adalah kemampuannya untuk mencerna kolagen. Kolagen merupakan bahan dasar
utama jaringan ikat pada kulit dan tulang rawan.
Pepsin memulai proses pencernaan Protein. Proses pencernaan yang dilakukan
pepsin meliputi 10-30% dari pencernaan protein total. Pemecahan protein ini
merupakan proses hidrolisis yang terjadi pada rantai polipeptida.
Sebagian besar proses pencernaan protein terjadi di usus. Ketika protein
meninggalkan lambung,biasanya protein dalam bentuk proteosa, pepton, dan
polipeptida besar. Setelah memasuki usus,produk-produk yang telah di pecah
sebagian besar akan bercampur dengan enzim pankreas di bawah pengaruh enzim
proteolitik, seperti tripsin,kimotripsin, dan peptidase. Baik tripsin maupun
kimotripsin memecah molekul protein menjadi polipeptida kecil. Peptidase
kemudian akan melepaskan asam-asam amino.
Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu
penyerapan melalui dinding usus,hasil penguraian protein dalam sel, dan hasil
sintesis asam amino dalam sel. Asam amino yang disintesis dalam sel maupun
yang dihasilkan dari proses penguraian protein dalam hati dibawa oleh darah
untuk digunakan di dalam jaringan, dalam hal ini hati berfungsi sebagai pengatur
konsentrasi asam amino dalam darah.
Kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh,melainkan akan dirombak di
dalam hati menjadi senyawa yang mengandung unsur N,seperti NH
3
(amonia) dan
NH
4
OH (amonium hidroksida), serta senyawa yyang tidak mengandung unsur
N.Senyawa yang mengandung unsur N akan disintesis menjadi urea.Pembentukan
urea berlangsung di dalam hati karena hanya sel-sel hati yang dapat menghasilkan
enzim arginase. Urea yang dihasilkan tidak dibutuhkan oleh tubuh,sehingga
diangkut bersama zat-zat lainnya menuju ginjal laul dikeluarkan melalui
urin.sebaliknya, senyawa yang tidak mengandung unsur N akan disintesis kembali
mejadi bahan baku karbohidrat dan lemak,sehingga dapat di oksidasi di dalam
tubuh untuk menghasilkan energi.

ASAM AMINO & PEPTIDA
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus
fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia
seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C)
yang sama (disebut atom C "alfa" atau ). Gugus karboksil memberikan sifat asam
dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino
bersifatamfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa
pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi
zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak
dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu
sebagai penyusun protein. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C
yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom
hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau
rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Atom C pusat tersebut dinamai atom C ("C-alfa") sesuai dengan penamaan
senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus
karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom C ini, senyawa
tersebut merupakan asam -amino (Poedjiadi, 2009).
Asam Amino sendiri di bagi menjadi 3 jenis :
1. Asam amino essensial.
2. Asam amino non-essensial.
3. Asam amino essensial bersyarat.
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri
oleh tubuh, sehingga harus didapat dari konsumsi makanan. Asam amino non-
esensial adalah asam amino yang bisa diprosuksi sendiri oleh tubuh, sehingga
memiliki prioritas konsumsi yang lebih rendah dibandingkan dengan asam amino
esensial. Asam amino esensial bersyarat adalah kelompok asam amino non-
esensial, namun pada saat tertentu, seperti setelah latihan beban yang keras,
produksi dalam tubuh tidak secepat dan tidak sebanyak yang diperlukan sehingga
harus didapat dari makanan maupun suplemen protein.
Jenis-jenis asam amino essensial :
1. Leucine (Leu, L), (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino
dengan rantai bercabang) berfungsi membantu mencegah penyusutan otot dan
membantu pemulihan pada kulit dan tulang.

2. Isoleucine (Ile, I), (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino
dengan rantai bercabang) berfungsi Membantu mencegah penyusutan otot,
membantu dalam pembentukan sel darah merah

3. Valine (Val,V), (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino
dengan rantai bercabang)
- Tidak diproses di organ hati, dan lebih langsung diserap oleh otot
- Membantu dalam mengirimkan asam amino lain (tryptophan,
phenylalanine, tyrosine) ke otak

4. Lycine (Lys, K)
- Kekurangan lycine akan mempengaruhi pembuatan protein pada otot dan
jaringan penghubugn lainnya
- Bersama dengan Vitamin C membentuk L-Carnitine
- Membantu dalam pembentukan kolagen maupun jaringan penghubung
tubuh lainnya (cartilage dan persendian)

5. Tryptophan (Trp, W)
- Pemicu serotonin (hormon yang memiliki efek relaksasi)
- Merangsang pelepasan hormon pertumbuhan


6. Methionine (Met, M)
- Prekusor dari cysteine dan creatine
- Menurunkan kadar kolestrol darah
- Membantu membuang zat racun pada organ hati dan membantuk
regenerasi jaringan baru pada hati dan ginjal

7. Threonine (Thr, T)
- Salah satu asam amino yang membantu detoksifikasi
- Membantu pencegahan penumpukan lemak pada organ hati
- Komponen penting dari kolagen
- Biasanya kekurangannya diderita oleh vegetarian

8. Phenylalanine (Phe, F)
- Prekursor untuk tyrosine
- Meningkatkan daya ingat, mood, fokus mental
- Digunakan dalam terapi depresi
- Membantuk menekan nafsu makan

Jenis-jenis asam amino non-essensial :
1. Aspartic Acid (Asp, D)
- Membantu mengubah karbohidrat menjadi energy
- Membangun daya tahan tubuh melalui immunoglobulin dan antibodi
- Meredakan tingkat ammonia dalam darah setelah latihan

2. Glyicine (Gly, G)
- Membantu tubuh membentuk asam amino lain
- Merupakan bagian dari sel darah merah dan cytochrome (enzim yang
terlibat dalam produksi energi)
- Memproduksi glucagon yang mengaktifkan glikogen
- Berpotensi menghambat keinginan akan gula

3. Alanine (Ala, A)
- Membantu tubuh mengembangkan daya tahan
- Merupakan salah satu kunci dari siklus glukosa alanine yang
memungkinkan otot dan jaringan lain untuk mendapatkan energi dari asam
amino

4. Serine (Ser, S)
- Diperlukan untuk memproduksi energi pada tingkat sel
- Membantuk dalam fungsi otak (daya ingat) dan syaraf


Jenis-jenis asam amino essensial bersyarat :
1. Arginine (Arg, R), (asam amino essensial untuk anak-anak)
- Diyakini merangsang produksi hormon pertumbuhan
- Diyakini sebagai pemicu Nitric Oxide (suatu senyawa yang melegakan
pembuluh darah untuk aliran darah dan pengantaran nutrisi yang lebih
baik) dan GABA
- Bersama glycine dan methionine membentuk creatine

2. Histidine (His, H), (asam amino essensial pada beberapa individu)
- Salah satu zat yang menyerah ultraviolet dalam tubuh
- Diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
- Banyak digunakan untuk terapi rematik dan alergi

3. Cystine (Cys, C)
- Mengurangi efek kerusakan dari alkohol dan asap rokok
- Merangsang aktivitas sel darah putih dalam peranannya meningkatkan
daya tahan tubuh
- Bersama L-Aspartic Acid dan L-Citruline menetralkan radikal bebas
- Salah satu komponen yang membentuk otot jantung dan jaringan
penyambung (persendian, ligamen, dan lain-lain)
-- Salah satu elemen besar dari kolagen

4. Glutamic Acid (Glu, E), (Asam Glutamic)
- Pemicu dasar untuk glutamine, proline, ornithine, arginine, glutathine, dan
GABA
- Diperlukan untuk kinerja otak dan metabolisme asam amino lain

5. Tyrosine (Tyr, Y)
- Pemicu hormon dopamine, epinephrine, norepinephrine, melanin (pigmen
kulit), hormon thyroid
- Meningkatkan mood dan fokus mental

6. Glutamine (Gln, Q)
- Asam amino yang paling banyak ditemukan dalam otot manusia
- Dosis 2 gram cukup untuk memicu produksi hormon pertumbuhan
- Membantu dalam membentuk daya tahan tubuh
- Sumber energi penting pada organ tubuh pada saat kekurangan kalori
- Salah satu nutrisi untuk otak dan kesehatan pencernaan
- Mengingkatkan volume sel otot

7. Taurine
- Membantu dalam penyerapan dan pelepasan lemak
- Membantu dalam meningkatkan volume sel otot

8. Ornithine
- Dalam dosis besar bisa membantu produksi hormon pertumbuhan
- Membantu dalam penyembuhan dari penyakit
- Membantu daya tahan tubuh dan fungsi organ hati


Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping
tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino
bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika
nonpolar.
Asam Amino Polar
Memiliki gugus R yang tidak bermuatan
Senyawa : Serin , threonin, sistein, metionin, asparagin, glutamin
Bersifat hidrofilik --> mudah larut dalam air
Cenderung terdapat di bagian luar protein
Sistein berbeda dgn yg lain, karena ggs R terionisasi pada pH tinggi (pH =
8.3) sehingga dapat mengalami oksidasi dengan sistein membentuk ikatan
disulfide
(-S-S-) --> sistin (tdk tmsk dlm a.a. standar karena selalu tjd dari 2 buah
molekul sistein dan tidak dikode oleh DNA)
Asam Amino Non Polar
Memiliki gugus R alifatik
Glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin
Bersifat hidrofobik. Semakin hidrofobik suatu a.a spt Ile (I) --> biasa terdapat
di bagian dlm protein.
Prolin berbeda dgn a.a --> siklis. Tapi mempunyai byk kesamaan sifat dgn
kelompok alifatis ini.
Umum terdapat pada protein yang berinteraksi dengan lipid
Asam Amino Gugus Aromatik
Fenilalanin, tirosin dan triptofan
Bersifat relatif non polar--> hidrofobik
Fenilalanin bersama dgn V, L & I --> a.a plg hidrofobik
Tirosin gugus hidroksil , triptofan --> cincin indol
Sehingga mampu membentuk ikatan hidrogen --> penting untuk menentukan
struktur ensim
Asam amino aromatik mampu menyerap sinar UV 280 nm --> sering
digunakan utk menentukan kadar protein
Asam Amino Bermuatan Positif (+)
Lisin, arginin, dan histidin
Mempunyai gugus yg bsft basa pd rantai sampingnya
Bersifat polar --> terletak di permukaan protein dapat mengikat air.
Histidin mempunyai muatan mendekati netral (pd gugus imidazol) disbanding
- lisin --> gugus amino - arginin --> gugus guanidino
Krn histidin dpt terionisasi pada pH mendekati pH fisioligis --> sering
berperan dlm reaksi ensimatis yg melibatkan pertukaran proton
Asam Amino Bermuatan Negatif (-)
Aspartat dan glutamat
Mempunyai gugus karboksil pada rantai sampingnya --> bermuatan (-) / acid
pada pH 7
Berbagai jenis asam amino membentuk rantai panjang melalui ikatan peptida.
Ikatan Peptida adalah ikatan antara gugus karboksil satu asam amino dengan
gugus amin dari asam amino lain yang ada di sampingnya.Asam amino yang
membentuk rantai panjang ini disebut protein (Polipeptida). Polipeptida di dalam
tubuh manusia disintesis di dalam ribosom.Setelah disintesis,protein
mengalamipematanganmenjadi protein yang lebih kompleks. Asam amino yang
diperlukan tubuh ada 20 macam.sepuluh diantaranya sangat penting bagi
pertumbuhan sel-sel tubuh manusia dan tidak dapat dibuat dalam tubuh,sehingga
harus didapatkan dari luar tubuh.Asam amino itu disebut asam amino
esensial.selain asam amino esensial terdapat juga asam emino non-esensial.Asam
amino non-esensial merupakan asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh
manusia.Bahan bakunya berasal dari asam amino lainnya.Namun ada juga yang
mengatakan bahwa asam amino terbagi menjadi 3, ditambah dengan asam amino
semiesensial. Asam amino semiesensial adalah asam amino yang dapat
menghemat pemakaian beberapa asam amino esensial.

ENZIM & KINETIKA ENZIM
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di
dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein. Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut :
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang
disintesis dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya
untuk membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini
disebut zimogen.
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya
menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi
satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan
koenzim.
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan
berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama
dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.

2. Koenzim
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim.
Akan tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim.
Koenzim bersifat termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan
fosfat. Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim
NADP (Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi
adalah dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen.

Koenzim dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti NAD atau
donor dari gugus kimia, seperti ATP (Adenosin Tri Phosfat).

Enzim bekerja berdasar prinsip kunci dan anak kunci (lock and key). Pada
salah satu sisi enzim terdapat tempat aktif yang memiliki bentuk yang dapat
berpasangan tepat sama dengan bentuk permukaan substrat. Akibatnya satu enzim
hanya dapat digunakan untuk satu jenis substrat. Contoh enzim yang sering
digunakan sebagai materi praktikum adalah enzim katalase. Enzim ini banyak
terdapat pada organel peroksisom dan berfungsi memecah peroksida (H
2
O
2
) yang
bersifat toksik menjadi H
2
O dan O
2
.
Kerja enzim juga sangat dipengaruhi oleh zat inhibitor, yaitu bahan yang
menghambat kerja enzim. Ada 2 jenis inhibitor, yaitu inhibitor kompetitif dan
inhibitor non kompetitif. Inhibitor kompetitif bekerja dengan cara berikatan pada
tempat aktif enzim. Akibatnya substrat yang tidak bisa berikatan dengan enzim.
Sedangkan inhibitor non kompetitif tidak berikatan dengan tempat aktif, tetapi
menyebabkan perubahan pada tempat aktif. Ini pun berakibat substrat tidak bisa
berikatan dengan enzim.
Sifat-sifat enzim sebagai berikut :
Enzim mengalami denaturasi/kerusakan pada temperatur tinggi.
Efektif dalam jumlah kecil.
Tidak berubah pada waktu reaksi berlangsung.
Tidak memengaruhi keseimbangan, tetapi hanya mempercepat reaksi.
Spesifik untuk reaksi tertentu.
Faktor-faktor yang memengaruhi enzim dan aktivitas enzim sebagai berikut.
1. Temperatur atau suhu
Umumnya enzim bekerja pada suhu yang optimum. Apabila suhu turun, maka
aktivitas akan terhenti tetapi enzim tidak rusak. Sebaliknya, pada suhu tinggi
aktivitas menurun dan enzim menjadi rusak.
2. Air
Air berperan dalam memulai kegiatan enzim. Contoh pada waktu biji dalam
keadaan kering kegiatan enzim tidak kelihatan. Baru setelah ada air, melalui
imbibisi mu-lailah biji berkecambah.
3. pH
Perubahan pH dapat membalikkan kegiatan enzim, yaitu mengubah hasil akhir
kembali menjadi substrat.
4. Hasil akhir
Kecepatan reaksi dalam suatu proses kimia tidak selalu konstan. Misal,
kegiatan pada awal reaksi tidak sama dengan kegiatan pada pertengahan atau
akhir reaksi. Apabila hasil akhir (banyak), maka akan menghambat
aktivitas enzim.
5. Substrat
Substrat adalah zat yang diubah menjadi sesuatu yang baru. Umumnya,
terdapat hubungan yang sebanding antara substrat dengan hasil akhir apabila
konsentrasi enzim tetap, pH konstan, dan temperatur konstan. Jadi, apabila
substrat yang tersedia dua kali lipat, maka hasil akhir juga dua kali lipat.
6. Zat-zat penghambat
Zat-zat penghambat adalah zat-zat kimia yang menghambat aktivitas kerja
enzim. Contoh, garam-garam dari logam berat, seperti raksa.
Contoh-contoh enzim dalam proses metabolisme sebagai berikut.
1. Enzim katalase
Enzim katalase berfungsi membantu pengubahan hidrogen peroksida menjadi
air dan oksigen.

2. Enzim oksidase
Enzim oksidase berfungsi mempergiat penggabungan O2 dengan suatu
substrat yang pada saat bersamaan juga mereduksikan O2, sehingga terbentuk
H2O.
3. Enzim hidrase
Enzim hidrase berfungsi menambah atau mengurangi air dari suatu senyawa
tanpa menyebabkan terurainya senyawa yang bersangkutan. Contoh: fumarase,
enolase, akonitase.
4. Enzim dehidrogenase
Enzim dehidrogenase berfungsi memindahkan hidrogen dari suatu zat ke zat
yang lain.
5. Enzim transphosforilase
Enzim transphosforilase berfungsi memindahkan H3PO4 dari molekul satu ke
molekul lain dengan bantuan ion Mg2+.
6. Enzim karboksilase
Enzim karboksilase berfungsi dalam pengubahan asam organik secara bolak-
balik. Contoh pengubahan asam piruvat menjadi asetaldehida dibantu oleh
karboksilase piruvat.
7. Enzim desmolase
Enzim desmolase berfungsi membantu dalam pemindahan atau penggabungan
ikatan karbon. Contohnya, aldolase dalam pemecahan fruktosa menjadi
gliseraldehida dan dehidroksiaseton.
8. Enzim peroksida
Enzim peroksida berfungsi membantu mengoksidasi senyawa fenolat,
sedangkan oksigen yang dipergunakan diambil dari H2O2.
KINETIKA ENZIM
Kinetika enzim merupakan bidang biokimia yang terkait dengan
pengukuran kuantitatif dari kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dan
pemeriksaan sistematik faktor-faktor yangg mempengaruhi kecepatan
tersebut. Analisis kinetik memungkinkan para ahli merekonstruksi jumlah
dan urutan tahap-tahap individual yang merupakan perubahan substrat oleh
enzim menjadi produk. Aktivitas seperangkat enzim yg seimbang dan
lengkap merupakan dasar penting untuk mempertahankan homeostasis.
Pemahaman tentang kinetik enzim penting untuk memahami bagaimana
stress fisiologis seperti anoksia, asidosis atau alkalosis metabolik, toksin
dan senyawa farmakologik mempengaruhi keseimbangan tersebut.
Reaksi Kimia Dijelaskan dengan Persamaan Kesetimbangan
Persamaan kesetimbangan di bawah menjelaskan reaksi satu molekul
dari masing-masing substrat A dan B untuk membentuk satu molekul dari
masing-masing produk P dan Q.
1. A + B P + Q
Tanda panah ganda menunjukkan reversible (terbalikan). Jika A dan B
dapat membentuk P dan, maka P dan Q juga dapat membentuk A dan B.
Dengan demikian penentuan suatu reaktan sebagai substrat atau
produk sedikit banyak bersifat arbitrer karena produk suatu reaksi
yang dituliskan dalam satu arah adalah substrat bagi reaksi yang
berlawanan. Namun, istilah produk sering digunakan untuk menandai
reaktan yang pembentukannya menguntungkan secara termodinamis.
2. A + B P + Q
Tanda panah satu arah menunjukkan irreversible (tidak terbalikan).
Digunakan untuk menjelaskan reaksi di dalam sel hidup tempat produk
reaksi (ii) segera dikonsumsi oleh reaksi selanjutnya yang dikatalisis
oleh enzim. Oleh karena itu, pengeluaran segera produk P atau Q secara
efektif meniadakan kemungkinan terjadinya reaksi kebalikan sehingga
persamaan (ii) secara fungsional menjadi irreversibel pada kondisi
fisiologis. Contohnya adalah ketika kita bernapas.
Perubahan Energi Bebas Menentukan Arah dan Keadaan Seimbang
dari Reaksi Kimia
G
o
= - RT ln K
eq

Keterangan:
G
o
: perubahan energi bebas Gibbs
R : konstanta gas (1,98 kal/mol/K atau 8,31 J/mol/K)
T : suhu mutlak dalam derajat Kelvin
K
eq
: konstanta equivalen
K
eq
setara dengan hasil kali konsentrasi produl-produk reaksi, masing-
masing dipangkatkan sesuai stoikiometrinya, dibagi hasil kali substrat yang
masing-masing dipangkatkan sesuai stoikiometrinya.
Jika G
o
adalah suatu angka negatif, K
eq
akan lebih besar dari satu dan
konsentrasi produk pada keseimbangan akan melebihi konsentrasi substrat.
Jika G
o
positif, K
eq
akan kurang dri satu dan akan menguntungkan
pembentukan substrat.
Karena G
o
adalah fungsi keadaaan awal dan akhir zat-zat yang bereaksi,
besaran ini hanya dapat memberikan informasi mengenai arah dan keadaan
kesimbangan.
G
o
tidak bergantung pada mekanisme reaksi dan tidak memberikan
informasi mengenai laju (kecepatan) reaksi.
Oleh karena itu meskipunn suatu reaksi mungkin memiliki G
o
atau G
o
yang negatif besar, namun reaksi tersebut tetap berlangsung meskipun
dengan kecepatan yang sangat rendah.
Kinetik dari Katalisis Enzim
1. Enzim menurunkan barrier energi reaktivasi
2. Enzim tidak mempengaruhi K
eq

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi yang Dikatalisis
Enzim
1. Suhu
Q
10
atau koefisien suhu yaitu faktor yang meningkatkan proses biologis
bila suhu naik 10
0
C. Umumnya enzim yg stabil pada peningkatan suhu
maka Q
10
= 2
2. Enzim intrasel bekerja optimum antara pH 5-9. Hilangnya atau
tambahnya muatan akan merugikan atau membuat enzim tidak aktif.








Reaksi yang Dikatalisis oleh Enzim Dilakukan pada Kecepatan Inisial
karena pada kecepatan inisial, kecepatan reaksi sesuai dengan konsentrasi
enzim.
Konsentrasi Substrat Mempengaruhi Laju Reaksi
Pada pembahasan berikut, reaksi enzim dianggap seolah-olah hanya
memiiki satu substrat dan satu produk. Sementara kebanyakan enzim
memiliki lebih dari satu substrat, prinsip-prinsip yang dibahas di bawah
juga berlaku bagi enzim dengan banyak substrat.
Untuk suatu enzim tipikal, peningkatan konsentrasi substrat akan
meningkatkan v
1
hingga tercapai nilai maksimal V
max
(Gambar 8-3). Jika
peningkatan lebih lanjut konsentrasi substrat tidak meningkatkan v
1,
enzim
dikatakan jenuh oleh substrat. Perhatikan bahwa bentuk kurva yang
menghubungkan aktivitas dengan konsentrasi substrat (Gambar 8-3) tampak
hiperbolik. Pada setiap saat, hanya molekul substrat yang berkaitan dengan
enzim dalam bentuk kompleks.
ES yang dapat diubah menjadi produk. Kedua, konstanta
kesetimbangan untuk pembentukan kompleks enzim-substrat tidaklah besar
tanpa batas.

Jika terdapat kelebihan substrat (titik A dan B di Gambar 8-4), hanya
sebagian enzim yang mungkin berada dalam bentuk kompleks ES. Dengan
demikian di titik A atau B, peningkatan atau penurunan [S] akan
meningkatkan atau menurunkan jumlah kompleks ES disertai perubahan
yang sesuai di v
1
. Di titik C (Gambar 8-4), pada hakikatnya semua enzim
terdapat dalam bentuk kompleks ES. Karena tidak ada enzim bebas yang
tersedia untuk membentuk ES, peningkatan lebih lanjut [S] tidak dapat
meningkatkan laju reaksi. Dalam kondisi ini, v
1
semata-mata bergantung
padadan karenanya dibatasi olehkecepatan disosiasi (penguraian)
produk enzim tersebut sehingga enzim ini dapat mengikat lebih banyak
substrat.





Gambar 8-4. Representasi suatu enzim pada konsentrasi substrat yang
rendah (A), tinggi (C), dan setara dengan K
m
(B). Titik A, B, dan C
berkorespondensi dengan titik-titik di Gambar 8-3.)

(Gambar 8-3. Efek
konsentrasi substrat
pada kecepatan
awal suatu reaksi
yang dikatalisis
oleh enzim.)
Persamaan Michaelis-Menten dan Hill (Model Pengaruh Kadar
Substrat)
v
1
= V
max
[S] / K
m
+ S
Keterangan:
v
1
kecepatan reaksi.
V
max
kecepatan maksimum.
S substrat
K
m
kadar substrat yang memberikan kecepatan reaksi separuh
kecepatan reaksi maksimal pada kadar enzim tertentu.


Tergantung pada kecepatan reaksi inisial kadar S dan K
m
dapat
digambarkan dengan mengevaluasi persamaan tersebut dibawah 3 keadaan:
1. Bagaimana kalau kadar S kadar K
m

v sesuai kadar S
untuk menentukan aktivasi enzim digunakan substrat yang di bawah
K
m


2. Bagaimana kalau kadar S > kadar K
m

v = V
harus pada kondisi optimal
3. Bagaimana kalau kadar S = K
m

v = V

(Gambar 8-5. Plot
timbal-balik ganda
atau plot
Lineweaver-Burk
1/v, versus 1/[S]
yang digunakan
untuk mengevaluasi
Km dan Vmax.)
Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif dapat diatasi dengan meningkatkan konsentrasi
substrat
Struktur inhibitor kompetitif klasik cenderung mirip dengan struktur
substrat.
Inhibitor kompetitif bekerja dengan menurunkan jumlah molekul enzim
bebas yang tersedia untuk mengikat substrat, yi, untuk membentuk ES
dan akhirnya menghasilkan produk.

Inhibitor Nonkompetitif
Pengikatan inhibitor tidak mempengaruhi pengikatan substrat
Inhibitor nonkompetetif sederhana menurunkan V
max
, tetapi tidak
mempengaruhi K
m
.
Inhibitor nonkompetitif yang lebih kompleks terjadi jika pengikatan
inhibitor memang mempengaruhi afinitas (yang tampak) enzim terhadap
substrat.

Gambar 8-10. Plot Lineweaver-
Burk untuk inhibisi non-
kompetitif sederhana




(Gambar 8-9. Plot
Lineweaver-Burk
untuk inhibisi
kompetitif.
Perhatikan hilangnya
inhibisi secara total
pada [S] yang tinggi
(yi. 1/[S] yang
rendah.)
TEKNIK PEMURNIAN ENZIM
Suatu enzim tidak bisa dapat ditemukan langsunf=d dalam bentuk enzim
murni. Mengingat enzim itu berada dalam tubuh makhluk hidup seperti didalam
sel tumbuhan, hewan, dan manusia. Pada mulanya jika ingin mendapatkan suatu
enzim untuk keperluan tertentu, maka perlu mengambil suatu sel dari bagian makhluk
hidup. Namun akhirnya cara tersebut dipandang tidak efektif sehingga dicari berbagai cara untuk
mendapatkan enzim murni.
Pemekatan enzim dilakukan untuk memisahkan konsentrat protein
darikomponen biomolekul lainnya diantaranya karbohidrat, lemak dan asam
nukleat. Adadua metode pemekatan enzim yaitu analitik dan preparatif
(penyiapan). Metode analitik menggunakan pengendapan asam (misalnya asam
trikloroasetat),pengendapan organik (misalnya aseton atau etanol), dan
imunopresipitasi yang dapat menyebabkandenaturasi protein. Metode preparatif
bertujuan untuk tetap mempertahankan aktifitas enzim, misalnya menggunakan
garam, pelarut organik,polimer organik, ultrafiltrasi dan liofilisasi.
Fraksinasi merupakan tahap akhir dalam pemurnian enzim, yang
bertujuanuntuk memisahkan enzim dari protein non enzim lainnya. Metode
fraksinasi umum untuk pemurnian enzim, meliputi kromatografi kolom dan
elektroforesis.
1. Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan fraksi-fraksi zat berdasarkan migrasi
partikel bermuatan di bawah pengaruh medan listrik karena adanya perbedaan
ukuran, bentuk, muatan, atau sifat kimia molekul. Elektroforesis dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul protein, mendeteksi kemurnian dan kerusakan
protein, menetapkan titik isoelektrik protein, dan memisahkan spesies-spesies
molekuler yang berbeda secara kuantitatif dan kualitatif.
Protein memiliki gugus-gugus yang dapat terionisasi sehingga membentuk
gugus bermuatan pada pH tertentu baik sebagai anion maupun kation sehingga
dapat dipisahkan dengan teknik elektoforesis. Protein akan bermuatan tergantung
pada pH larutan dan titik isoelektrik. Pada titik isoelektrik, protein tidak akan
bergerak di bawah pengaruh medan listrik. Jika pH larutan di bawah pI, protein
bergerak sebagai kation dan kecepatannya naik dengan turunnya pH lalu kation ini
akan bergerak ke elektroda negatif. Jika pH larutan di atas pI, protein bergerak
sebagai anion dan kecepatannya naik dengan meningkatnya pH lalu anion ini akan
bergerak ke elektroda positif. Media yang digunakan untuk elektroforesis harus
dapat mengurangi atau mencegah terjadinya konveksi dan tidak bereaksi dengan
sampel atau menghambat pergerakan partikel sebagai akibat adanya ikatan antara
sampel dengan matriks. Keberhasilan pemisahan protein dengan elektroforesis
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain buffer, suhu, waktu, dan arus listrik
yang digunakan. Buffer berfungsi untuk mempertahankan pH baik dalam chamber
maupun gel serta pembawa muatan listrik.
Pada umumnya, buffer yang digunakan bersifat sedikit alkalis dengan pH
sekitar 8-9. Pada pH tersebut, sebagian besar protein bermuatan negatif dan
bergerak ke kutub anoda yang biasanya terletak pada bagian dasar gel. Hal ini
mencegah kemungkinan protein untuk bergerak ke atas dari sistem elektroforesis
(Scopes, 1987). Elektroforesis dilakukan pada suhu dingin (0-40C) untuk
mengurangi kehilangan aktivitas protein akibat denaturasi dan kerusakan akibat
proteolysis. Selain itu, kenaikan suhu yang tinggi selama elektroforesis dapat
menyebabkan pemisahan yang kurang baik. Waktu yang diperlukan untuk
elektroforesis berkaitan erat dengan arus listrik yang digunakan. Semakin tinggi
arus listrik yang digunakan, maka semakin pendek waktu yang dibutuhkan, tetapi
suhu akan meningkat.
Menurut Harris dan Angal (1989), elektroforesis gel poliakrilamida (PAGE)
adalah metode yang paling banyak digunakan karena memiliki kapasitas
pemisahan yang tinggi. Salah satu metode PAGE yang umumnya digunakan
adalah SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrilamide Gel
Electrophoresis). Radikal-radikal bebas yang terbentuk dari ammonium persulfat
(APS) akan bereaksi dengan akrilamida di mana terjadi penyimpanan radikal
bebas di dalam molekul akrilamida sehingga terbentuk akrilamida aktif.
Akrilamida aktif ini akan bereaksi dengan cara yang sama dengan akrilamida yang
lain sehingga dihasilkan suatu rantai polimer yang panjang. Gel poliakrilamida
terbentuk oleh adanya polimerisasi dari monomer akrilamida dan pembentukan
ikatan silang kovalen antar rantai panjang akrilamida. Cross linking agent yang
digunakan adalah N,N-metilenbis-akrilamida. Kompleks APS-TEMED
mengkatalisa pembentukan radikal bebas dari persulfat yang selanjutnya berfungsi
sebagai inisiator polimerisasi.
Lembaran elektroforesis gel poliakrilamida terdiri atas 2 bagian, yaitu gel
penahan (stacking gel) dan gel pemisah (separating gel). Stacking gel terletak
pada bagian atas dari separating gel. Stacking gel berfungsi sebagai tempat
dicetaknya sumur untuk memasukkan sampel. Selain itu, stacking gel berfungsi
untuk mengkonsentrasikan sampel membentuk pita yang tajam sebelum
memasuki separating gel. Separating gel berfungsi sebagai tempat terjadinya
pemisahan protein.
Penambahan SDS pada gel poliakrilamida menghasilkan SDS-PAGE yang
digunakan untuk sampel yang terdenaturasi. SDS adalah detergen anionikyang
bersama dengan -merkaptoetanol dan pemanasan akan merusak struktur tiga
dimensi protein dengan cara memecah ikatan disulfida yang selanjutnya tereduksi
menjadi gugus sulfidril. Protein yang terdenaturasi sempurna akan mengikat SDS
dalam jumlah yang setara dengan berat molekul protein tersebut. Setiap 1.4 gram
SDS dapat mengikat 1 gram protein.
Pergerakan kompleks SDS-protein yang berukuran besar akan mempunyai
mobilitas yang lebih kecil. Adanya gliserol dalam buffer sampel berfungsi untuk
meningkatkan berat jenis larutan sampel sehingga dapat masuk dengan mudah
ketika diinjeksi ke dalam sumur gel. Buffer sampel juga mengandung pewarna
bromphenol blue yang berfungsi untuk membantumemonitor jalannya
elektroforesis. Jika pewarna telah mencapai bagian bawah gel, maka elektroforesis
dihentikan.
Sebelum dilakukan prosedur pewarnaan, terlebih dahulu dilakukan proses
fiksasi terhadap gel hasil elektroforesis. Proses fiksasi bertujuan untuk
mengendapkan dan mengimobilisasi pita-pita protein pada gel dan menghilangkan
komponen-komponen non protein yang dapat mengganggu pewarnaan seperti
SDS. Proses fiksasi dilakukan dengan menggunakan campuran metanol-asam
asetat-air, formaldehid, TCA, atau asam perklorat 5-10%. Pita-pita protein hasil
pemisahan dengan elektoforesis diperjelas dengan teknik pewarnaan. Syarat dari
pewarna yang digunakan untuk staining adalah dapat berikatan kuat dengan
protein, tetapi tidak bereaksi dengan gel. Ikatan antara pewarna dan gel adalah
ikatan non kovalen sehingga mudah dilepaskan dengan pencucian secara intensif
(Scopes, 1987). Proses penghilangan warna (destaining) dilakukan dengan
merendam gel dalam larutan peluntur sampai diperoleh latar belakang yag relatif
jernih sehingga pita-pita protein yang dihasilkan dapat diamati dengan jelas. Berat
molekul protein dapat diketahui dengan membandingkan mobilitas relatif (Rf)
protein dengan protein standar yang berat molekulnya sudah diketahui. Rf protein
merupakan perbandingan jarak antara titik awal ke pita protein dengan titik awal
ke titik akhir elektroforesis.
2. Kromatografi
Kromatografi menunjukkan proses pemisahan berdasarkan distribusi
diferensial dari komponen sampel di antara 2 fase, yaitu fase stasioner dan fase
bergerak. Komponen yang memiliki interaksi yang kuat dengan fase stasioner
akan bergerak lebih lambat dibandingkan komponen yang memiliki interaksi yang
kuat dengan fase bergerak sehingga terjadi resolusi (Harris dan Angal, 1989).
Kromatografi kolom merupakan sistem pengaliran suatu fluida melalui kolom
yang mengandung matriks bahan pengisi dan substanta yang ingin dipisahkan
menjadi beberapa komponen dengan adanya perbedaan daya ikat terhadap bahan
pengisi. Pemurnian enzim dengan kromatografi kolom merupakan cara yang
paling efektif dibandingkan cara pemisahan yang lain.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, kromatografi kolom dapat dikelompokkan
menjadi 4 metode, yaitu kromatografi pertukaran ion, kromatografi affinitas,
kromatografi filtrasi gel, dan kromatografi interaksi hidrofobik (Walsh, 2002).
Kromatografi pertukaran ion merupakan metode pemisahan protein di mana
pemisahan terjadi secara selektif berdasarkan perbedaan muatan dengan ion yang
terikat pada matriks. Pada kromatografi pertukaran ion, larutan enzim diberi
muatan tergantung pada pH, struktur, dan titik isoelektrik enzim. Jika pH larutan
enzim di bawah titik isoelektrik, maka enzim akan bermuatan positif dan
kromatografi yang akan dilakukan adalah kromatografi pertukaran kation. Jika pH
larutan enzim di atas titik isoelektrik, maka enzim akan bermuatan negative dan
kromatografi yang akan dilakukan adalah kromatografi pertukaran anion. Contoh
bahan pertukaran kation adalah CM selulosa, SE selulosa, FE selulosa, Dowex 50,
dan Aberlite IRC 50. Contoh bahan pertukaran anion adalah DEAE selulosa,
DEAE sephadex, dan TEAE selulosa (Harris dan Angal, 1989). Kromatografi
pertukaran ion paling baik dipergunakan pada tahap awal pemurnian.
Kromatografi ini dapat menampung volume yang besar karena kapasitas tinggi.
Kecepatan dan pemisahannya pun tinggi apabila digunakan jenis matriks yang
tepat.
Kromatografi affinitas merupakan metode pemisahan protein karenaadanya
interaksi spesifik antara komponen sampel dengan ligan yang terikat pada matriks.
Pada prinsipnya, suatu ligan yang terikat kovalen pada matriks yang tidak larut air
akan menyerap salah satu atau beberapa komponen dari campuran. Komponen
yang diserap harus memiliki affinitas yang spesifik terhadap ligan tersebut.
Komponen yang tidak memiliki affinitas akan melaju terus. Beberapa bahan baik
organik maupun anorganik dapat digunakan sebagai matriks. Bahan organik yang
sering dipakai antara lain karbohidrat (selulosa, agarose, pati) dan poliakrilamida.
Bahan anorganik yang dapat dipakai antara lain gelas (poros dan solid) dan koloid
silika. Kromatografi affinitas biasanya dipergunakan pada tahap menjelang akhir
pemurnian.
Kromatografi filtrasi gel merupakan metode pemisahan protein berdasarkan
perbedaan ukuran molekul. Proses pemisahan menggunakan matriks gel berpori
yang dipak di dalam kolom dan dikelilingi oleh solven. Sampel yang mengandung
campuran molekul besar dan kecil dilewatkan ke dalam kolom. Molekul protein
yang lebih kecil dapat menembus ke dalam pori-pori butiran dan karenanya
tertahan selama aliran ke bawah kolom. Molekul protein yang besar tidak dapat
menembus ke dalam poripori butiran dan melewati kolom lebih cepat. Molekul
protein yang berukuran menengah akan mengalir ke bawah pada kecepatan antara
tergantung pada tingkat kemampuan menembus butiran.
Kromatografi filtrasi gel disebut juga dengan saringan molekul. Salah satu
bahan yang penting sebagai gel adalah dekstran (polimer gula yang biasanya larut
dalam air) yang telah mengalami reaksi cross linkage dengan bantuan
epiklorohidrin. Hasil yang didapat adalah dekstran yang menjadi tidak larut dalam
air, tetapi masih dapat menyerap molekul-molekul di dalam molekulnya sendiri.
Gel dekstran disebut juga dengan Sephadex. Sephadex stabil dalam air, garam,
pelarut organik, alkali, dan asam lemah. Selain itu, Sephadex juga stabil pada
kisaran pH 1-10 sehingga hal yang paling utama dalam memilih buffer adalah
kestabilan molekul yang dikehendaki dalam buffer yang dipilih. Kromatografi
filtrasi gel baik dipergunakan pada tahap akhir pemurnian. Kromatografi ini
memiliki kapasitas terbatas dan kecepatan fraksinasi rendah.
kromatografi filtrasi gel dan kromatografi pertukaran ion.

Gambar 3. Prinsip pemisahan protein menggunakan filtrasi gel Kromatografi
interaksi hidrofobik merupakan metode pemisahan protein karena perbedaan
polaritas antar molekul protein pada kekuatan ion tertentu. Peningkatan kekuatan
ionik larutan karena penambahan garam netral seperti ammonium sulfat atau
sodium klorida akan meningkatkan interaksi hidrofobik protein. Protein diikat
oleh matriks yang bersifat non polar. Protein dibebaskan dari ikatan ini dengan
menggunakan eluen yang polaritasnya diturunkan (Rachmadani, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Harris ELV, Angal S. 1989. Protein Purification Methods a Practical Approach.
Oxford Univ. Pr., UK.

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

Rachmadani, D. 2007. Mempelajari Enzim Kitonase Termostabil dari Isolat
Baccilus Licheniformismb-2 Asal Tompaso, Manado. Departemen
Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian. Bogor.

Wilbraham, A. C. & Matta, M. S. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai