Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga makalah ini dapat
2. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan yang terbaik untuk penulis
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .i
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah..1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan..2
1.4 Metode dan Prosedur...3
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS.4
2.1 Pengertian dan sejarah Televisi4
2.2 Pengaruh yang Timbul Akibat Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak-anak..6
2.3 Upaya yang Dilakukan Untuk Mencegah Dampak Negative dari tayanagan
Televisi.10
BAB III PEMECAHAN MASALAH...12
BAB IV PENUTUP14
4.1 Kesimpulan.14
4.2 Saran...14
DAFTAR PUSTAKA.15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam proses komunikasi terdapat pertukaran informasi.
Media massa yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal penyampaian informasi adalah televisi.
Kehadiran televisi dalam kehidupan manusia memunculkan suatu peradaban, khususnya dalam proses
komunikasi dan penyebaran informasi yang bersifat massal dan menghasilkan suatu efek sosial yang
berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Stasiun
televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara
perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya. Pada umumnya isi program
siaran di televisi meliputi acara seperti berita, dialog interaktif, program pedesaan, periklanan, kesenian dan
budaya, film, sinetron, pendidikan, kuis, komedi, dan lain-lain.
Informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama
dibandingkan dengan perolehan informasi yang sama tetapi melalui media lain. Alasannya karena informasi yang
diperoleh melibatkan dua indera yaitu pendengaran (audio) dan penglihatan (visual) sekaligus secara stimultan
pada saat yang bersamaan. Kemudian gambar yang disajikan melalui siaran televisi merupakan pemindahan
bentuk, warna, ornamen, dan karakter yang sesungguhnya dari objek yang divisualisasikan (Muda, 2005).
Kini tayangan berita di televisi semakin banyak dan berkembang sehingga menyebabkan pihak stasiun televisi
berlomba-lomba untuk menyajikan kemasan berita yang eksklusif dan istimewa agar diminati masyarakat. Berita
yang disajikan terdiri atas tiga jenis, yaitu: hard news, depth news, dan feature news. Hard news adalah berita
mengenai hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan masyarakat dan harus segera diketahui oleh
masyarakat, seperti kasus kriminal.
Siaran berita kriminal di televisi kerap kali menayangkan berita-berita yang mengandung unsur pornografis,
kekerasan, hedonisme, dan sebagainya yang ditampilkan di layar kaca. Berita tersebut disaksikan oleh berbagai
lapisan masyarakat, diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Mereka masih belum dapat memilih dan
memilah mana tayangan yang seharusnya patut dicontoh dan tidak. Tayangan berita yang demikian dapat
mempengaruhi perilaku anak-anak dan remaja yang notabene masih berjiwa labil. Maka, orangtua dituntut
untuk memiliki andil besar dalam mengontrol perubahan yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Berdasarkan
latar belakang ini, maka dilakukanlah penulisan makalah mengenai pengaruh berita di televisi terhadap perilaku
anak-anak dan remaja

1.2 Rumusan Masalah
Berkembangnya tayangan berita di televisi menambah informasi bagi masyarakat. Berita hadir karena
permintaan pasar akan informasi tidak pernah surut, namun tidak sedikit dari isi berita yang dengan atau tanpa
sengaja menyertakan unsur pornografis, kekerasan, dan hedonisme yang dapat mempengaruhi emosi pemirsa
sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Pengonsumsi berita tidak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga
anak-anak dan para remaja. Anak-anak dan remaja merupakan bagian dari masyarakat yang pola pikirnya masih
labil dan emosional, oleh sebab itu mereka akan dengan mudah terpengaruh pada tayangan berita di televisi.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-
anak?
2. Bagaimana Solusi yang dilakukan orangtua untuk mencegah terjadinya perubahan perilaku
menyimpang akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap anak-anak?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dampak negative dari tayangan televise terhadap perilaku anak-anak
2. Mengetahui solusi dari orang tua terhadap dampak negative dari televisi bagi anak-anak
1.4 Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari
berbagai narasumber dan browsing di internet.Sertaalternatif pemecahan masalah yang digunakan ialah
pendekatan multidisipliner

1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian dan sejarah Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak
beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupunberwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan
dari kata tele (, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi
dapat diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun
"transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuanroda, karena penemuan ini mampu
mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV
(dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)
Bermuladitemukannya electrische telekop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswadari Berlin (Jerman
Timur) yang bernama Paul Nipkov. Untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat yang lain.
Hal ini terjadi antara tahun1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai bapak televisi.Akan tetapi televisi baru
bisa dinikmati oleh pihak publik ketika khalayakdapat menonton siaran rapat dewan keamanan PBB digedung
olah raga perguruantinggi Hunter, New York pada tahun 1946.Para wartawan dan undangan padasaat itu bukan
hanya tertarik dengan perdebatan yang ada akan tetapi juga tertarikdengan suatu alat baru yang membuat
mereka lebih jelas menyaksikan apa yangterjadi dalam persidangan walaupun terhalang oleh dinding.Sejak saat
itu televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mulaidari Amerika, Inggris dan di Indonesia televisi
baru ada pada tahun 1962.

Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi
barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan
akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram
laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi
siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet,
misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Sekelompok keluarga berkebangsaan Amerika sedang menonton TV, 1958
Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering
digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio yang dikembangkan sekitar
tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang
televisi ke penerima gelombang televisi.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan
antara 54-890 megahertz
[1]
. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi
keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi
belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital.
Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit
penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat
penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam
berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.)
ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa,
pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu
berbahaya untuk diobservasi secara langsung.
Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan
oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan
stasiun TV komersial.
[2]

Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad 20 dan 21. Pada tahun 2010,iPlayer digunakan
dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet, termasuk di antaranya
adalah Facebook dan Twitter.
[3]


2.2 Pengaruh yang Timbul Akibat Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak-anak
Televisi adalah salah satu bentuk teknologi yang dapat memberikan solusi untuk memenuhi tuntutan zaman
sekarang. Dibandingkan dengan pendahulunya yaitu surat kabar dan radio, televisi memiliki beberapa kelebihan.
Televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap
suatu pemberitaan dan informasi yang sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan daya
rangsang dan pemahaman seseorang terhadap informasi yang disajikan (Kuswandi, 1998).
Salah satu program televisi yang tetap menjadi program utama di sebuah stasiun televisi adalah berita. Berita
televisi yang merupakan perkembangan dari teknologi modern, merujuk pada praktek penyebaran informasi
mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Acara berita bisa berlangsung dari beberapa detik hingga
beberapa jam dengan menyajikan perkembangan terbaru peristiwa-peristiwa lokal/regional maupun
internasional. Stasiun televisi biasanya menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya, dan
disiarkan setiap hari pada waktu-waktu tertentu. Kadang-kadang acara televisi juga bisa diselipi dengan berita
sekilas untuk memberikan laporan mutakhir mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi atau berita dadakan
lain yang penting.

Dunia teknologi yang semakin canggih bagaikan koin yang memiliki dua sisi berlawanan. Selain dapat
menimbulkan dampak positif seperti memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi, juga dapat membawa
suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat. Lapisan masyarakat yang paling
mudah terbius dan terpengaruh dengan apa yang dilihatnya adalah anak-anak dan remaja. Marwan (2008)
menyatakan bahwa: Usia anak-anak dan remaja merupakan masa labil seseorang. Dimana pada saat itu timbul
rasa ingin menunjukkan diri ini aku. Oleh karena itu sikap meniru pada kalangan remaja merupakan suatu
bentuk dari masa pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil. Artinya jika mereka tidak dapat
mengontrol diri dengan baik dan apabila waktu luang tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, maka
perbuatan iseng dan kenakalan lainnya mudah sekali terjadi.

Televisi ternyata memberikan dampak yang luar biasa bagi anak-anak. Menurut catatan KPID Jawa Timur, anak
Indonesia rata-rata menonton televisi selama 30-35 jam dalam sepekan. Benar-benar waktu yang lebih lama dari
waktu belajarnya di sekolah. Dengan waktu menonton yang cukup lama tersebut, membuat anak lebih mudah
terobsesi dengan apa yang dilihatnya di televisi.
Tidak semua orang tua menyadari dampak buruk televisi. Bagi yang tidak sadar, cenderung melakukan
pembiaran bagi anak-anaknya untuk melihat tontonan yang ada di televisi, sepanjang anak tersebut masih ada di
dalam rumah dan masih bisa diawasi oleh orang tua. Entah program yang dilihat tersebut memang cocok untuk
anak-anak atau tidak. Karena meskipun yang dilihat anak adalah film kartun tapi di dalamnya masih memuat
kekerasan, atau perkelahian. Apalagi yang ditonton tidak hanya film kartun saja tetapi film-film atau sinetron-
sinetron yang di dalamnya mengandung intrik-intrik, konspirasi atau hanya mengumbar mimpi-mimpi indah.
Dan menurut hasil survei yang dilakukan oleh para ahli, seringkali anak-anak yang mempunyai perilaku nakal,
suka mengganggu anak lainnya, berlaku kasar adalah anak-anak yang paling banyak menonton hiburan
kekerasan.
Tetapi bagi orang tua yang sadar benar dengan perkembangan anaknya akan memperhatikan secara sungguh-
sungguh apa yang sedang ditonton anak-anak mereka, apakah tontonan tersebut memang cocok untuk
perkembangan psikologi anaknya atau tidak.
Dampak lainnya nyaitu :
Berpengaruh Terhadap Perkembangan Otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara,
menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam
mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta
tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
Mendorong Anak Menjadi Konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif
Berpengaruh Terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh
oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu
mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat
terbawa hingga mereka dewasa.
Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar
Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana,
kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan
perkembangan kognitifnya
Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat
membatasi daya konsentrasi anak.
Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan
sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan
hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan
menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain
yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton
TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak
menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan
di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak
yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi
mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan
menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama
keluarga biasanya terpotong atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap
makan malam, yang seharusnya menjadi ajang berbagi cerita antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu
dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV
dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing
anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga
anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV
yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya.
Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba
melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan
sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering
mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika.

2.3 Upaya yang Dilakukan Untuk Mencegah Dampak Negative dari tayanagan Televisi
Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat bantu yang paling efektif dan efisien. Informasi yang diinginkan oleh
banyak orang hampir semuanya dapat diperoleh dari berbagai program dan tayangan berita di televisi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan material. Kegiatan menonton berita di televisi sering tidak terencana
dan bersifat tidak sadar. Apabila orangtua dari si anak dan remaja sedang menonton berita, mereka juga turut
serta menontonnya. Televisi dapat dengan mudah melahap sebagian besar waktu sang anak yaitu waktu untuk
belajar, membaca, menggambar atau membantu pekerjaan rumah tangga.
Apabila berita di televisi menyajikan tayangan yang bernuansa kekerasan, maka anak-anak dan remaja
cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena mereka beranggapan bahwa anak yang kuat
akan disegani oleh teman-temannya. Apa yang dilihat pada tayangan televisi itu biasanya akan ditiru mentah-
mentah tanpa bersikap selektif dalam memilih tayangan yang disajikan. Akibatnya, timbul kekhawatiran akan
pengaruh tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja.
Dari berbagai kemungkinan masalah yang bisa timbul, tentu peran orang tua tidak bisa diabaikan, disiplin dan
pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anak.
Maka sebaiknya orang tua lebih mengutamakan anak daripada aktivitasnya. Orang tua yang terlalu asik dengan
kesibukannya untuk mencari nafkah akan berpengaruh terhadap kebiasaan sang anak yang tidak teratur. Anak
atau remaja yang sering diabaikan oleh orangtuanya seringkali memiliki persepsi berbeda terhadap apa yang
mereka lihat di televisi.

Di kala orang tua sudah selesai dengan segala aktivitasnya, mereka biasanya menonton televisi. Menonton
bersama anak merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Namun secara tidak sadar orang tua terkadang
lalai dalam memilih tayangan mana yang sebaiknya disaksikan oleh anak mereka. sebaiknya orang tua
menentukan batasan bagi anak-anaknya setelah membatasi dirinya terlebih dahulu untuk menonton televisi.
Kemudian mengikutsertakan anak dalam membuat batasan menonton juga menjadi cara efektif agar anak
menjadikan kegiatan menonton televisi hanya sebagai pilihan bukan sebagai kebiasaan.
Orang tua harus bisa mengontrol anaknya dengan cara mengawasi sang anak pada saat menyaksikan program
televisi, termasuk berita. Ketika tayangan berita tersebut mengandung unsur pornografis, kekerasan, dan
hedonisme, maka orang tua harus dapat memberikan penjelasan hal mana saja yang patut dicontoh dan tidak.
Untuk meminimalisir perubahan perilaku menyimpang pada anak mereka akibat adanya tayangan tersebut,
orang tua sebaiknya mengusahakan agar televisi hanya sebagian kecil dari keseimbangan hidup anak. Utamakan
waktu untuk bermain bersama teman-temannya, untuk membaca cerita dan istirahat, berjalan-jalan dan
menikmati makan bersama keluarga. Umumnya anak dan remaja senang belajar dengan melakukan berbagai hal,
baik sendiri maupun besama orang tuanya.


BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan ekperimen yang dilakukan oleh Bandura, dapat dilihat bahwa bahwa anak-anak mudah sekali
melakukan modelling. Oleh karena itu, tayangan TV yang tidak sesuai bagi anak dapat membentuk dan
meningkatkan perilaku agresif mereka.
Untuk mencegah dampak negatif tayangan televisi, berikut beberapa cara yang dapat di lakukan:
Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika menonton dan diskusikan tayangan tersebut bersama.
Dengan cara ini, anak anda tidak hanya sekedar menonton tetapi mereka juga dapat memetik pelajaran (insight)
dari tayangan yg mereka tonton.
Buatlah jadwal menonton TV dan daftar film apa saja yang boleh ditonton anak anda. Di luar jadwal
tersebut, anda bisa mengisinya dengan quality time bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR,
mengajari mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain.
Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti sinetron dan reality show yang direkayasa dapat disiasati
dengan berlangganan TV kabel. Banyak tayangan TV kabel yang bermutu bagi anak seperti Discovery Channel for
Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV kabel adalah anda dapat memproteksi saluran-saluran
tertentu sehingga tidak dapat ditonton anak anda.
Dalam menonton film di televisi, selalu lihat rating film tersebut. Di Indonesia, biasanya rating tayangan TV
dibagi menjadi SU (semua umur), BO (Bimbingan Orangtua), dan D (Dewasa). Untuk film-film Amerika,
ratingnya dikeluarkan oleh MPAA (Motion Picture Association of America). Rating ini bisa anda temukan di DVD
yang biasa anda beli untuk mengetahui apakah film-film tersebut layak dikonsumsi oleh anak-anak. Rating G
(General Audience) untuk semua umur, PG (Parental Guidance Suggested) untuk semua umur tapi sebaiknya
dengan bimbingan orangtua, PG-13 (Parents Strongly Cautioned) beberapa materi tidak sesuai untuk anak di
bawah 13 tahun, R (Restricted) untuk mereka yang berusia 17 tahun ke atas, dan NC-17 (No One 17 and Under
Admitted) untuk orang dewasa (dulu rating NC-17 menggunakan rating X atau semi porno).
Terakhir tapi tidak kalah penting, bekerjasamalah dengan seluruh penghuni rumah anda (termasuk
pembantu anda) untuk mengatur tayangan televisi di rumah anda karena inkonsistensi dapat membuat anak
anda bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi jika ada adegan yang tidak sesuai bagi anak
anda.
Batasi jam menonton anak, walaupun sulit dan mungkin ada perlawanan dari anak sendiri, tetapi dengan
memberikan pengertian kepadanya diharapkan anak akan sedikit merubah kebiasaan menonton televisi.
Dampingi anak ketika menonton televisi. Berikan pengertian seputar apa yang sedang ditontonnya.
Bila ada muatan kekerasan didalamnya, beri pengertian bahwa hal tersebut tidak baik
Agar anak dapat mengalihkan konsentrasinya pada kebiasaan menonton televisi, lebih baik jika Anda
berikan buku-buku bacaan atau Anda bisa mengajak untuk melakukan kegiatan di luar rumah tentunya dengan
pengawasan Anda.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang timbul akibat adanya
tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dapat berupa pengaruh negatif. Siaran berita di televisi
berpengaruh terhadap anak-anak karena kemampuan menciptakan kesan dan persepsi bahwa suatu muatan
dalam layar kaca menjadi lebih nyata dari realitasnya sehingga mereka ingin mencoba apa yang mereka lihat di
televisi itu agar dapat disebut sebagai anak gaul di lingkungannya. Oleh sebab itu peran orang tua tidak bisa
diabaikan, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua terhadap televisi akan
mempengaruhi perilaku anak mereka. Apabila orang tua mereka mengajarkan dan membimbing ke arah yang
baik, maka anak atau remaja tersebut tidak akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, dan begitupun sebaliknya.

4.2 Saran
1. Pilihlah tayangan berita di televisi yang tidak mengandung unsur pornografis, kekerasan dan
hedonisme.
2. Tentukan dan bedakan waktu menonton televisi bagi anak-anak, remaja, dan yang sudah dewasa.
3. Usahakan televisi hanya menjadi bagian kecil dari keseimbangan hidup anak.
4. Alihkan perhatian dan kegemaran anak serta remaja dalam keluarga dari kecanduan menyaksikan
acara televisi yang ditayangkan setiap hari kepada bentuk-bentuk kegiatan dan kesenangan baru yang positif.

Anda mungkin juga menyukai