12 PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas., A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma
Abstrak Perkembangan akuakultur diyakini bergantung pada beragam faktor, diantaranya kebutuhan pasar, pengembangan dan transfer teknologi terapan, ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, dorongan investasi serta penyediaan infrastruktur. Namun perkembangan tersebut masih jarang memanfaatkan program pemuliaan ikan yang efisien dan sistemamatik yang dapat mendukung peningkatan produksi. dengan target peningkatan produksi yang cukup tinggi tersebut memerlukan penyelarasan teknologi yang lebih inovatif agar usaha budidaya lele menjadi lebih efisien. Inovasi budidaya dapat dilakukan baik melalui mendekatan genetic, lingkungan maupun pakan. Pendekatan secara genetic perlu diarahkan pada produksi induk dan benih yang memiliki karakter unggul. Produksi induk dapat dilakukan baik melalui peningkatan mutu genetic maupun dengan perbanyakan. Melakukan produksi perbanyakan calon induk lele Sangkuriang yang dapat didistribusikan kepada para pembudidaya atau stake holder lainnya. Menghasilkan calon induk lele Sangkuriang sebanyak 4.500 ekor ukuran 500-600 gram/ekor. Dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2011 maka diperoleh calon induk sebanyak 500 paket (5000 ekor betina, 2500 ekor jantan) melebihi dari target yang ditentukan sebanyak 4500 ekor.
PENDAHULUAN Latar belakang Perkembangan akuakultur diyakini bergantung pada beragam faktor, diantaranya : kebutuhan pasar, pengembangan dan transfer teknologi terapan, ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, dorongan investasi serta penyediaan infrastruktur. Namun perkembangan tersebut masih jarang memanfaatkan program pemuliaan ikan yang efisien dan sistemamatik yang dapat mendukung peningkatan produksi, mengurangi biaya operasional, perbaikan resistensi terhadap penyakit, perbaikan pemanfaatan sumber pakan dan perbaikan kualitas produksi (Gjedrem, 2005). Faktanya, menurut Gjedrem (2005), lebih dari 90% proses produksi akuakultur masih menggunakan induk yang tidak diperbaiki secara genetic. Pada kasus akuakultur Indonesia, penerapan program pemuliaan masih sangat terbatas pada beberapa spesies ikan budidaya sehingga pembudidaya umumnya memanfaatkan induk yang bukan dari hasil perbaikan mutu dengan penggunaa yang tidak terkontrol. Hal tersebut telah semakin mendorong terjadinya penurunan mutu ikan sehingga dapat menyebabkan penurunan efisiensi produksi. Contoh kasus penurunan mutu ikan telah dilaporkan Rustisja (1998) pada ikan lele dumbo. Dengan ketersediaan pasar yang tinggi dan keunggulan komparatif PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE (A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas., A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)
13 budidaya lele dibanding dengan jenis ikan lainnya, perbaikan mutu genetic lele diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan produksi akuakultur. Secara keseluruhan, produksi akuakultur diproyeksikan dapat meningkat hingga 353% dari tahun 2009 hingga tahan 2014. Dari angka tersebut, produksi ikan lele diproyeksikan dapat menjadi 900.000 ton atau meningkat hingga 450% sehingga diharapkan produksinya dapat menjadi salah satu komoditas terbesar di dunia (KKP, 2010). Untuk mencapai produksi tersebut, Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sudah memproyeksikan kebutuhan benih ikan lele hingga 7.000.000 ekor dan kebutuhan induk hingga 2.330.000 ekor pada tahun 2014. meskipun saat ini diyakini bahwa teknologi budidaya lele sudah dikuasai oleh para pembudidaya, namun dengan target peningkatan produksi yang cukup tinggi tersebut memerlukan penyelarasan teknologi yang lebih inovatif agar usaha budidaya lele menjadi lebih efisien. Inovasi budidaya dapat dilakukan baik melalui mendekatan genetic, lingkungan maupun pakan. Pendekatan secara genetic perlu diarahkan pada produksi induk dan benih yang memiliki karakter unggul. Produksi induk dapat dilakukan baik melalui peningkatan mutu genetic maupun dengan perbanyakan. Peningkatan mutu genetic diarahkan untuk memperbaiki karakteristik induk baik pertumbuhan maupun daya tahan terhadap penyakit. Proses produksi tersebut dapat dilakukan baik melalui pendekatan konvensional sehingga hibridisasi, introgesi dan seleksi maupun pendekatan yang lebih modern seperti manipulasi kromosom dan transgenic. Sedangkan teknik perbanyakan digunakan untuk dapat mempertahankan mutu genetic yang sudah unggul atau menekan tejadinya penurunan mutu akibat silang dalam. Tujuan Melakukan produksi perbanyakan calon induk lele Sangkuriang yang dapat didistribusikan kepada para pembudidaya atau stake holder lainnya. Target Menghasilkan calon induk lele Sangkuriang sebanyak 4.500 ekor ukuran 500- 600 gram/ekor.
METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan dilakukan di Balai Besar pengembangan Budidaya Air Tawar sejak Januari Desember 2011. Bahan dan Alat Bahan Bahan yang digunakan meliputi : induk lele Sangkuriang F1, induk lele hasil introgesi (kelompok SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK), pakan induk, cacing, pakan larva, pakan benih, pakan pembesaran, obat-obatan, vit C, probiotik, hormon ovulasi, pupuk, kapur dan bahan analis DNA. Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 14 Alat Alat yang digunakan meliputi : peralatan packing, peralatan perikanan, hapa penetasan, hapa hijau, alat pemijhan, fishing wader, instalasi hapa, instalasi aerasi, adapt microscope-camera, bak penetasan dan bak inkubasi induk.
Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang
Induk yang digunakan merupakan induk lele Sangkuriang F1 generasi Tahun 2007. Pemijahan dilakukan secara buatan dan serentak dengan jumlah induk sebanyak 30 pasang. Telur yang sudah dibuahi disebar dalam hapa penetasan yang dipasang dalam bak fiberglass. Larva yang dihasilkan dipelihara dalam bak fiberglass bilat (indoor) dan bak plastic (outdoor) selama 2 (pendederan 1). Pakan yang diberikan berupa cacing dan pakan larva buatan. Pada akhir pemeliharaan dilakukan pemanenan benih dan sortasi ukuran. Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20 Alat yang digunakan meliputi : peralatan packing, peralatan perikanan, hapa penetasan, hapa hijau, alat pemijhan, fishing wader, instalasi hapa, instalasi aerasi, adapter camera, bak penetasan dan bak Prosedur Kerja Perbanyakan Calon Induk Prosedur perbanyakan calon induk lele Sangkuriang mengikuti protocol 01 Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang. Protokol tersebut telah disusun oleh Pusat Induk Ikan Lele (Gambar 1). Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang Induk yang digunakan merupakan induk lele Sangkuriang F1 generasi Tahun 2007. secara buatan dan serentak dengan jumlah induk sebanyak 30 pasang. Telur yang sudah dibuahi disebar dalam hapa penetasan yang dipasang dalam bak fiberglass. Larva yang dihasilkan dipelihara dalam bak fiberglass bilat (indoor) ma 2-3 minggu (pendederan 1). Pakan yang diberikan berupa cacing dan pakan larva buatan. Pada akhir pemeliharaan dilakukan pemanenan benih Benih dipelihara lebih lanjut p plastic dan kolam tanah selama 4 (pendederan 2). Pakan yang diberikan berupa pellet komersial ukuran diameter 1 mm dan 2 mm disesuaikan dengan bukaan mulut. Pada akhir pemeliharaan dilakukan pemanenan benih dan sortasi ukuran. Pembesaran dilakukan pada kolam tanah selama 2-2,5 bulan (pembesaran 1) dan dilanjutkan 3-4 bulan (pembesaran 2). Pakanyang diberikan berupa pellet komersial ukuran 3 mm. pada kahir masa pembesaran 1 dilakukan pemisahan kelamin jantan dan Prosedur perbanyakan calon induk lele Sangkuriang mengikuti protocol 01 Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang. Protokol tersebut telah disusun oleh Pusat
Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Perbanyakan Calon Induk Lele Sangkuriang Benih dipelihara lebih lanjut pada bak plastic dan kolam tanah selama 4-6 minggu Pakan yang diberikan berupa pellet komersial ukuran diameter 1 mm dan 2 mm disesuaikan dengan bukaan mulut. Pada akhir pemeliharaan dilakukan pemanenan Pembesaran dilakukan pada kolam tanah 5 bulan (pembesaran 1) dan 4 bulan (pembesaran 2). Pakanyang diberikan berupa pellet komersial ukuran 3 mm. pada kahir masa pembesaran 1 dilakukan pemisahan kelamin jantan dan
betinadan masing-masing sortasi sebanyak 50% populasi atau ukuran minimal 100 g/ekor. Hasil sortasi dipelihara kembali secara komunal dan pada akhir pembesaran 2dilakuak sortasi ukuran diatas 400 g/ekor. Pembesaran akhir dilakukan di kolam tanah selama 2-3 bulan untuk mencapai calon induk ukuran 500-600 g/ekor yang siap untuk didistribusikan. Pakan yang diberikan berupa pellet komesial ukuran diameter 3 mm. Uji Progeni Hasil Introgesi Lele Sangkuriang Uji progeny ikan hasil kegiatan introgesi lele Sangkuriang berdasarkan alur kegiatan seperti pada Gambar 2a. Prosedur kegiatan
Gambar 2. a) Diagram Alir Kegiatan Introgresi Lele Sangkuriang. Kegiatan Tahun 2011 pada Proses yang Dicetak Tebal
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan Calon Induk Pemijahan Pemijahan induk lele dilakukan secara buatan dengan menggunakan 30 ekor jantan dan 30 ekor betina. Dari kegiatan yang PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL (A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas., A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma
masing sortasi sebanyak 50% populasi atau ukuran minimal 100 ortasi dipelihara kembali secara komunal dan pada akhir pembesaran dilakuak sortasi ukuran diatas 400 g/ekor. Pembesaran akhir dilakukan di kolam 3 bulan untuk mencapai calon 600 g/ekor yang siap untuk an yang diberikan berupa pellet komesial ukuran diameter 3 mm. Uji Progeni Hasil Introgesi Lele Sangkuriang Uji progeny ikan hasil kegiatan introgesi lele Sangkuriang berdasarkan alur kegiatan seperti pada Gambar 2a. Prosedur kegiatan dapat dilihat pada g dilakukan secara buatan pada tiap kelompok induk SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK dan SKxSK sebagai kontrol. Penetasan telur dan pemeliharaan benih selanjutnya dari tiap kelompok dipelihara secara terpisah baik pada uji progeni maupun pad Pendedera dilakukan pada bak fiberglass dan kolam plastik sedangkan pembesaran pada kolam plastik/tanah dan hapa yang dipasang di kolam. Uji multilokasi dilakukan di UPT Pusat/UPTD/UPR yang mewakili kondisi temperatur perairan relatif di panas.
Diagram Alir Kegiatan Introgresi Lele Sangkuriang. Kegiatan Tahun 2011 pada
b) Diagram Alir Kegiatan Progeny Test dan Multilocation Test pada Introgresi Lele Sangkuriang
Pemijahan induk lele dilakukan secara buatan dengan menggunakan 30 ekor jantan dan 30 ekor betina. Dari kegiatan yang dilakukan diperoleh sebesar 70 %, derajat penetasan telur 67 %, sintasan 5 hari sebesar 85 % Pendederan Pendederan pertama dilakukan di beberapa kolam terpal, SR yang dihasilkan PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas., A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma) 15 dapat dilihat pada gambar 2b. Pemijahan dilakukan secara buatan pada tiap kelompok SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK dan SKxSK sebagai kontrol. Penetasan telur dan pemeliharaan benih selanjutnya dari tiap kelompok dipelihara secara terpisah baik pada uji progeni maupun pada uji multilokasi. Pendedera dilakukan pada bak fiberglass dan kolam plastik sedangkan pembesaran pada kolam plastik/tanah dan hapa yang dipasang di kolam. Uji multilokasi dilakukan di UPT Pusat/UPTD/UPR yang mewakili kondisi temperatur perairan relatif dingin, hangat dan
Diagram Alir Kegiatan Progeny Test dan Multilocation Sangkuriang dilakukan diperoleh derajat pembuahan , derajat penetasan telur sebesar sebesar 85 %. Pendederan pertama dilakukan di kolam terpal, SR yang dihasilkan Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20 16 rerata sebesar 44,01 %. benih terseleksi dengan ukuran rerata panjang 2,09 cm dan berat 0,106 gram yang dihasilkan sebanyak 70.427 ekor, selanjutnya dilakukan pemeliharaan pendederan tahap kedua. Pendederan kedua dilakukan pada kolam tanah selama 1,5 bulan. Dari hasil kegiatan didapatkan SR mencapai 53,82 % dengan rata-rata pertumbuhan panjang mencapai 8,38 cm dan bobot 5,63 gram. Pembesaran Tahap berikutnya adalah kegiatan pembesaran benih ukuran 7-9 cm hasil seleksi. Pada kegiatan pembesaran pertama diperoleh sintasan sebesar 78,82 % dengan pertumbuhan seperti terlihat pada gambar 3. Pertumbuhan lele Sangkuriang pada pembesaran pertama yang dilakukan pemeliharaan selama dua bulan, dihasilkan calon induk lele dengan berat rerata 129 gram dan panjang rerata 32,07 cm. Pembesaran kedua selama empat bulan menghasilkan calon induk lele dengan berat rata-rata 518,437 g/e dan panjang rerata 40,73 cm. Pada pembesaran kedua diperoleh sintasan sebesar 89,92 % (Gambar 4). Dari kegiatan produksi calon induk lele Sangkuriang ini menghasilkan calon induk lele Sangkuriang sebanyak 500 paket (5000 ekor betina, 2500 ekor jantan). Diseminasi teknologi budidaya dilakukan ke daerah pengembangan Diseminasi teknologi proses produksi meliputi pembinaan dan diarahkan pada penerapan standar prosedur operasional pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang serta bantuan berupa calon induk ke beberapa daerah antara lain Kabupaten Cianjur, Bangka Tengah, Batam, Banyumas, Purbalingga, Indramayu serta Bogor.
Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Lele Sangkuriang pada Pembesaran Pertama 8,38 12,82 16,64 19,43 32,07 5,64 18,06 39,93 66,9 129 0 2 4 6 8 Pertumbuhan Panjang dan Berat pada Pembesaran Pertama panjang berat PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE (A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas., A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)
17
Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Lele Sangkuriang pada Pembesaran Kedua
Tabel 1. Distribusi Calon Induk Lele Sangkuriang NO BULAN JUMLAH (PAKET) TUJUAN Juli 133 Komika - Sukabumi Agustus 266 Komika - Sukabumi Oktober 34 Komika - Sukabumi Nopember 67 Ciparay- Majalaya Kab. Bandung J U M L A H 500
Uji Progeny Pemijahan Pemijahan induk lele dilakukan secara buatan pada tiap kelompok induk yaitu SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK sebagai kontrol. Pemijahan buatan ini menggunakan 4 ekor jantan dan 4 ekor betina dari masing-masing kelompok silangan. Dari kegiatan yang dilakukan diperoleh derajat pembuahan tiap kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK masing- masing sebesar 86%, 74,9%, 72,8%, 88,5%, dan 95,4%. Untuk derajat penetasan telur pada tiap kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK masing-masing sebesar 89,8%, 64,4%, 71,9%, 64,8% dan 69,7%. Pendederan Pendederan pertama dilakukan di bak fiberglass dan kolam plastik. Pendederan pertama berlangsung selama 14 hari. Pemeliharaan di bak fiberglass dilakukan pada indoor hatchery dan setiap bak fiberglass diberikan water heater sehingga suhu air selama pemeliharaan terkontrol. Pada pemeliharaan pendederan 1 yang dilakukan 32,07 33,25 34,67 40,73 129,00 293,70 335,83 518,43 1 2 3 4 Pertumbuhan Panjang dan Berat pada Pembesaran kedua panjang (cm) berat (g) Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20 18 pada bak fiberglass menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dari tiap kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK yang beragam (Gambar 5). Pemeliharaan di kolam plastik dilakukan pada kolam berukuran 12 m selama 14 hari. Pada pemeliharaan pendederan 1 yang dilakukan pada kolam plastik menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dari tiap kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK yang beragam (Gambar 6). Tahap selanjutnya dilakukan pemeliharaan pendederan kedua. Pendederan kedua dilakukan pada kolam tanah dan kolam plastik selama 4-6 minggu. Dari hasil kegiatan didapatkan distribusi ukuran tiap kelompok silangan SkxAF1, SkxAF2, AF1xSK, AF2xSK, dan SKxSK yang beragam (Gambar 7). Setelah proses penyortiran, kemudian ukuran 5-7 cm dan ukuran 7-9 cm dari tiap kelompok silangan dipelihara secara terpisah untuk proses selanjutnya yaitu pembesaran. Pembesaran pada uji progeny ini dilakukan pada hapa yang dipasang di kolam tanah. Kepadatan pada tiap kelompok silangan berbeda-beda. Selama masa pemeliharaan dilakukan sampling pertumbuhan untuk mengetahui pertumbuhan panjang dan bobot ikan serta untuk mengetahui jumlah pakan yang akan diberikan pada bulan berikutnya. Sampling ini dilakukan sekali dalam sebulan. Hasil sampling selama masa pemeliharaan pembesaran disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 8 dan 9).
Gambar 5. Grafik Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada Bak Fiberglass
6,228 1,86 1,904 1,896 2,3 1,532 5,068 1,86 5,444 6,02 SA1 SA2 A1S A2S SK Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada bak fiberglass SR (%) PRODUKSI CALON INDUK UNGGUL IKAN LELE (A. Jauhari, P., S. Muminah., B. Rahman, U. Cahyadi., P. Raharjo., A. Tyas., A. Surachman., Subandri., P. Sumedi., D. Fitria., Y. Margono., N. Suherman., A. Sunarma)
19
Gambar 6 . Grafik kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada Kolam Plastik
Gambar 7 . Grafik Distribusi Ukuran pada Pendederan 2 di Kolam Plastik
Gambar 8 . Grafik Pertumbuhan Panjang pada pembesaran 78,872 51,484 88,864 44,484 84,796 63 37,40 49,38 74,66 32,54 SA1 SA2 A1S A2S SK Kelangsungan Hidup Pendederan 1 pada kolam plastik SR(%) 14,47 6,47 9,18 22,40 43,21 29,07 33,90 55,39 40,01 61,37 54,37 21,84 2,31 3,09 2,56 0,37 SA1 SA2 A1S A2S SK Distribusi ukuran pada Pendederan 2 ukuran 4-6 cm (%) ukuran 5-7 cm 9%) ukuran 7-9 cm (%) uk > 9cm (%) 0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 Pertumbuhan panjang pada Pembesaran SA1 SA2 A1S A2S SK Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 1 Mei 2012, hal 12-20 20
Gambar 9 . Grafik Pertumbuhan Bobot pada Pembesaran
KESIMPULAN Dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2011 maka diperoleh calon induk sebanyak 500 paket (5.000 ekor betina, 2.500 ekor jantan) melebihi dari target yang ditentukan sebanyak 4500 ekor. Adapun yang telah didistribusikan sebagai bantuan sebanyak 148 paket (1.480 ekor betina dan 740 ekor jantan).
DAFTAR PUSTAKA Nurhidayat, M. A., A. Sunarma, D. Hidajat, B. Rahman, J. Purwanto. 2000. Rekayasa peningkatan mutu lele dumbo (Clarias gariepinus x c. Fuscus). Dalam Laporan Tinjauan Hasil bagian Proyek Pengembangan Teknik Budidaya Air Tawar Sukabumi 2000 (Harmurti Adi, et al., eds). Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Sukabumi. Hal 53-61 Nurhidayat, M. A., A. Sunarma, J. Trenggana. 2001. Rekayasa uji keturunan (progeny test) lele dumbo hasil back cross. Dalam Laporan Tinjauan Hasil Proyek Pengembangan Perekayasa Teknologi BBAT Sukabumi 2001 (Harmurti Adi, et al., eds). Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Sukabumi. Hal 53-61.
-20 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 B o b o t
( g ) Sampling ke- Pertumbuhan Bobot pada Pembesaran SA1 SA2 A1S A2S SK