Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap
masalah gizi. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan
memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental (Tarigan, 2003).
Gizi merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yakni
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-
proses kehidupan (Widodo, 2009). Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari
orang dewasa, kurang gizi pada balita akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan
mental anak (Proverawati, 2009).
Timbulnya gizi kurang, penyebab langsungnya bukan saja karena makanan yang
kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik
tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas)
dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan
akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat interaksi
antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penaggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor oleh karena itu penaggulangannya
harus melibatkan semua sektor yang terkait (Supariasa, 2002).
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,
pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada
kasus tertentu seperti keadaan krisis, masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk
semua anggotanya (Supariasa, 2002).
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan
pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi
lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang
saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin
dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan
pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan
kekurangan gizi. Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah
terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang
mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit
infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).
Menurut Williams (1993), masalah yang menyebabkan malnutrisi adalah tidak
cukupnya pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang
baik. Kebiasaan makan dalam rumah tangga penting untuk diperhatikan, karena
kebiasaan makan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan pangan dan selanjutnya
mempengaruhi tinggi rendahnya mutu makanan rumah tangga.
Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu juga
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan
makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat
pantangan makan pada balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat
menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak diberikan karena dapat
menyebabkan sakit perut atau kembung (Supariasa, 2002). Berkaitan dengan hal
tersebut maka ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki
pengetahuan tentang gizi.Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu
adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada
balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Dari hasil pengambilan data dasar yang telah dilakukan pada tanggal ..... - ......
mei 2014 di desa Munggur ditemukan beberapa masalah gizi yaitu sebanyak 15,7 %
balita di desa munggur mengalami gizi kurang dan 2,9% balita mengalami gizi buruk.
Angka ini masih cukup tinggi jika di bandingkan dengan standar yang di tetapkan oleh
pemerintah terutama kasus gizi kurang yakni sebesar 13,9%.
Beberapa faktor bisa menjadi faktor penyebab terjadinya gizi kurang dan gizi
buruk di desa munggur. Dari analisis faktor yang telah dilakukan sebanyak 62,9% ibu
balita mempunyai pengetahuan gizi yang kurang, selain itu ditemukan sebanyak 52,9%
balita mengalami kesulitan makan. Hal ini yang akhirnya berpengaruh pada asupan
makan balita yang tidak cukup sesuai kebutuhan.
Kasus gizi kurang yang masih cukup tinggi yang di temukan di desa Munggur bisa
disebabkan oleh karena pelaksanaan penemuan kasus yang sudah baik namun bisa
juga disebabkan oleh kegiatan program penanggulangan gizi kurang yang belum
dilaksanakan secara maksimal. Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan upaya
penanggulangan gizi kurang dengan melaksanakan program gizi yang terangkai dalam
kegiatan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat dengan Penerapan Gizi Seimbang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan implementasi program gizi melalui upaya perbaikan gizi masyarakat
dengan Penerapan GizI Seimbang Di Desa Munggur Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan khusus
a. Menambah wawasan tentang gizi balita dan meningkatkan keterampilan kader-
kader posyandu melalui kegiatan refreshing kader
b. Memberikan edukasi dan meningkatkan keterampilan ibu balita tentang
pemberian makan tambahan melalui demo PMT
c. Memberikan edukasi sejak dini berbasis animasi gizi pada balita melalui
pembelajaran gizi pada balita melalui video
d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat desa tentang penyakit degeneratif
melalui penyuluhan
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berolahraga melalui
acara senam sehat
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Ilmu Gizi
b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya ilmu Gizi dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan terhadap masyarakat.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Instansi Kesehatan
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan referensi
bagi instansi pemerintah khususnya instansi pemerintahan Puskesmas dan
Rumah Sakit tentang upaya perbaikan gizi

b. Bagi Masyarakat
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan serta meningkatkan keterampilan masyarakat agar dapat menjaga
status gizi anak tetap baik.
c. Bagi Peneliti
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti dapat menambah ilmu
pengetahuan dan melakukan aplikasi lebih nyata berdasarkan ilmu yang pernah di
dapat di bangku kuliah, serta menambah wawasan peneliti tentang upaya
perbaikan gizi melalui penerapan gizi seimbang
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Masalah Gizi
Gizi berasal dari bahasa arab Al Gizzai yang artinya makanan dan manfaat untuk
kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk untuk
kesehatan. Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang
sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal. Pemberian makanan
yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk
mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti
sakit, hamil, menyusui (Depkes RI, 2002).
Zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2004). Untuk hidup dan meningkatkan
kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga
kekurangan (Almatsier, 2004).
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penaggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor oleh karena itu penaggulangannya
harus melibatkan semua sektor yang terkait (Supariasa, 2002). Adapun masalah gizi
saat ini meliputi gizi kurang dan gizi lebih
Penyebab masalah gizi adalah multifaktor, yang utamanya melibatkan faktor
pendidikan, ekonomi, keamanan, pengendalian pertumbuhan penduduk, perbaikan
sanitasi, keadilan sosial bagi perempuan dan anak-anak, kebijakan dan praktik yang
benar terhadap lingkungan dan produktivitas pertanian. Sehubungan dengan itu, unhrk
dapat menuntaskan masalah gizi tentunya dibutuhkan satu program terintegrasi yang
terkait dengan semua faktor tersebut (Margetts, 2004).
2. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia
dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat (Muchtadi,
2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan,
dan penggunaan makanan (Suhardjo, 2003). Status gizi adalah ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun
dan memelihara jaringan serta mengatur proses- proses kehidupan (Almatsier, 2001).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Faktor penyebab status gizi balita dapat digolongakan menjadi penyebab
langsung yaitu konsumsi makanan dan penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak
langsung yaitu ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola asuh anak,
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi
ibu, kesulitan makan (Suharjo, 2003). Konsumsi gizi sangat mempengaruhi status gizi
kesehatan seseorang yang merupakan modal utama bagi individu. Asupan gizi yang
salah atau tidak sesuai akan menimbulkan masalah kesehatan (Sulistyaningsih, 2011).
Dengan terpenuhinya gizi yang baik, tubuh dapat mempertahankan diri terhadap
penyakit infeksi dan sebaliknya gangguan gizi dapat memperburuk kemampuan anak
untuk mengatasi penyakit infeksi (Sulistyaningsih, 2011).
Sedangkan faktor penyebab tidak langsung antara lain:
a. Ketersediaan pangan dirumah tangga
Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya (Supariasa, 2002).
b. Pola asuh
Menurut Soekirman (2000), pola asuh adalah berupa sikap dan perilaku ibu ata
pengasuh lain dalam hal member makan, kebersihan, memberi kasih sayang, dan
sebagainya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik dan
mental).
c. Pengetahuan ibu
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu
menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi
seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang
diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2000).
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan adalah umum dijumpai setiap Negara di dunia. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah
kurangnya pengetahuan tentang dan mengetahui kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003). Menurut Suhardjo
(1989), bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik ia akan mampu
untuk memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi.
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan salah satu faktor dalam menentukan kualitas dan kuantitas
makanan.Tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli
dengan tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian
pendapatan tambahan untuk makanan sedangkan orang kaya jauh lebih rendah
(Agoes, 2003).
e. Kesehatan lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses tumbuh
kembang anak. Lingkungan juga berfungsi menyediakan kebutuhan dasar bagi
tumbuh kembang anak. peran orangtua dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah dengan membentuk kebersihan diri dan sanitasi
lingkungan yang sehat. Lingkungan rumah bersanitasi buruk, paparan sinar matahari
yang minim, sirkulasi udara yang tidak lancar, akan berdampak buruk bagi proses
tumbuh kembang anak. Apalagi jika lingkungan sangat kaya dengan kandungan zat-
zat berbahaya (Eveline & Nanang, 2010).
f. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak dan anggota
keluarga lainnya terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan
(LIPI,2000). Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap system
pelayanan kesehatan modern dan tradisional. pelayanan dasar yang baik seperti
imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak,
pendidikan kesehatan dan gizi, serta serana kesehatan yang baik seperti posyandu,
puskesmas, praktik bidan/ dokter dan rumah sakit. Makin tersedianya air bersih yang
cukup untuk keluarga serta makin dekat dengan jangkauan keluarga terhadap
palayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahanan ibu tentang
kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi
(Soekirman, 2000).
g. Kesulitan makan
Masalah makan pada anak umumnya adalah masalah kesulitan makan. Hal
ini penting diperhatikan karena dapat menghambat tumbuh kembang optimal pada
anak. Tujuan memberi makan pada anak diantaranya untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi yang cukup dalam kelangsungan hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah
sakit, untuk aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Pelaksanaannya ternyata
seringkali timbul kesulitan makan anak yaitu kurangnya nafsu makan anak karena
kesulitan makan pada balita (Santoso, 2009).
Kesulitan makan adalah suatu gejala dari berbagai penyakit atau gangguan
fungsi tubuh. Kesulitan makan bukan merupakan suatu bentuk diagnosis atau
penyakit tersendiri. Definisi kesulitan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk
makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan
jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari
membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap
dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat
tertentu (Judarwanto, 2005).
4. Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang
beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak
berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002). Pentingnya faktor gizi membuat
upaya perbaikan gizi masyarakat perlu dilakukan secara terus menerus dengan
berbagai pendekatan. Faktor-faktor eksternal yang tidak bisa dikontrol seperti
perubahan iklim, bencana alam, ataupun krisis ekonomi internasional, memberi tekanan
lebih lanjut agar status gizi masyarakat perlu lebih baik. Dengan ini, diperlukan upaya
untuk menanggulangi masalah gizi yang terjadi dimasyarakat baik masalah gizi kurang
atau masalah gizi lebih. Penerapan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari menjadi
upaya sederhana untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi.
Sepuluh pesan gizi seimbang antara lain (KEMENKES, 2014):
a. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi olehkeragaman jenis pangan
yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis panganyang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi
kebutuhan gizi. Bahkansemakin beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh
memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itukonsumsi
anekaragam pangan merupakan salah satu anjuran penting dalammewujudkan gizi seimbang.Selain
memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman jugaperlu memperhatikan dari segi
keamanannya yang berarti makanan danminuman itu harus bebas dari kuman penyakit atau bahan
berbahaya.Cara menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi limakelompok pangan setiap
hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangantersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran, buah-buahan danminuman. Mengonsumsi lebih dari satu jenis untuk setiap kelompok
makanan(makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan) setiap kali makan akanlebih baik.
Setiap orang diharapkan selalu bersyukur dan menikmati makanan yangdikonsumsinya.
Bersyukur dapat diwujudkan berupa berdoa sebelummakan.Nikmatnya makan ditentukan oleh
kesesuaian kombinasi anekaragamdan bumbu, cara pengolahan, penyajian makanan dan
suasana makan.Caramakan yang baik adalah makan yang tidak tergesa-gesa. Dengan
bersyukurdan menikmati makan anekaragam makanan akan mendukung terwujudnyacara makan
yang baik tidak tergesa-gesa. Dengan demikian makanan dapatdikunyah, dicerna dan diserap
oleh tubuh lebih baik.
b. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat
pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan
sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh. Berbeda dengan sayuran, buah-
buahan juga menyediakan karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayur tertentu juga
menyediakan karbohidrat , seperti wortel dan kentang sayur. Sementara buah tertentu
juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti buah alpokat dan buah merah. Oleh karena itu
konsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi
seimbang. Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup
turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah,kadar gula dan kolesterol darah.
mengendalikan tekanan darah. Konsumsi sayur dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit
buang air besar(BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayuran
dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak menular kronik.
Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup merupakan salah satu indikator sederhana gizi
seimbang
c. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangansumber protein nabati.
Kelompok pangan lauk pauk sumber protein hewanimeliputi daging ruminansia (daging sapi, daging
kambing, daging rusa dll),daging unggas (daging ayam, daging bebek dll), ikan termasuk seafood,
telurdan susu serta hasil olahnya. Kelompok Pangan lauk pauk sumber proteinnabati meliputi
kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti kedele, tahu,tempe, kacang hijau, kacang tanah,
kacang merah, kacang hitam, kacang tolodan lain-lain.Meskipun kedua kelompok pangan tersebut
(pangan sumber proteinhewani dan pangan sumber protein nabati) sama-sama menyediakan
protein,tetapi masing-masing kelompok pangan tersebut mempunyai keunggulan dankekurangan.
Pangan hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap danmempunyai mutu zat gizi yaitu
protein, vitamin dan minerallebih baik, karenakandungan zat-zat gizi tersebut lebih banyak dan
mudah diserap tubuh. Tetapipangan hewani mengandung tinggi kolesterol (kecuali ikan) dan
lemak.Lemakdari daging dan unggas lebih banyak mengandung lemak jenuh.Kolesterol danlemak
jenuh diperlukan tubuh terutama pada anak-anak tetapi perlu dibatasaiasupannya pada orang
dewasa.
d. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentangPencantuman Informasi
Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta PesanKesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan
Siap Saji menyebutkan bahwakonsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok makan), natrium lebih dari
2000 mg (1sendok teh) dan lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orangper hari
akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan
serangan jantung. Informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan kesehata
nyang tercantum pada label pangan dan makanan siap saji harus diketahui danmudah dibaca
dengan jelas oleh konsumen.Masyarakat perlu diberi pendidikan membaca label pangan,
mengetahuipangan rendah gula, garam dan lemak, serta memasak dengan mengurangigaram
dan gula. Di lain pihak para pengusaha pangan olahan diwajibkanmencantumkan informasi nilai gizi
pada label pangan agar masyarakat dapatmemilih makanan sehat sesuai kebutuhan setiap
anggota keluarganya. Labeldan iklan pangan harus mengikuti Peraturan Pemerintah RI, nomor 69
tahun1999.Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu dibatasi
e. Biasakan Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antarabangun pagi sampai
jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, danproduktif. Sebaliknya, sarapan membekali tubuh dengan zat
gizi yang diperlukanuntuk berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal
setelahbangun pagi.Bagi anak sekolah, sarapan yang cukup terbukti dapatmeningkatkan
konsentrasi belajar dan stamina. Bagi remaja dan orangdewasa sarapan yang cukup terbukti dapat
mencegah kegemukan.Membiasakan sarapan juga berarti membiasakan disiplin bangun pagi
danberaktifitas pagi dan tercegah dari makan berlebihan dikala makan kudapanatau makan siang.
f. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti bahwa airdibutuhkan tubuh
dalam jumlah yang banyak untuk hidup sehat, dan tubuhtidak dapat memproduksi
air untuk memenuhi kebutuhan ini. Sekitar dua-pertiga dari berat tubuh kita adalah air.Air diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimalsehingga keseimbangan air perlu
dipertahankan dengan mengatur jumlahmasukan air dan keluaran airyang seimbang. Persentase
kadar air dalam tubuhanak lebih tinggi dibanding dalam tubuh orang dewasa. sehingga anak
memerlukan lebih banyak air untuk setiap kilogram berat badannyadibandingkan dewasa. Berbagai
faktor dapat memengaruhi kebutuhan airseperti tahap pertumbuhan, laju metabolisme, aktivitas fisik,
laju pernafasan,suhu tubuh dan lingkungan, kelembaban udara, jumlah dan jenis padatan
yangdikeluarkan ginjal, dan pola konsumsi pangan.
g. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemassangat membantu
konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yangterkandung dalam makanan tersebut. Selain itu
dapat memperkirakan bahayayang mungkin terjadi pada konsumen yang berisiko tinggi karena
punyapenyakit tertentu. Oleh karena itu dianjurkan untuk membaca label panganyang dikemas
terutama keterangan tentang informasi kandungan zat gizi dantanggal kadaluarsa sebelum
membeli atau mengonsumsi makanan tersebut
h. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
Tanggal 15 Oktober adalah Hari Cuci Tangan Sedunia Pakai Sabunyang dicanangkan
oleh PBB sebagai salah satu cara menurunkan angkakematian anak usia di bawah lima tahun serta
mencegah penyebaran penyakit.Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang
maupun cairsangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal.Perilaku hidup bersih
harus dilakukan atas dasar kesadaran oleh setiapanggota keluarga agar terhindar dari penyakit,
karena 45% penyakit diarebisadicegah dengan mencuci tangan.
i. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkanpengeluaran tenaga/energi
dan pembakaran energi. Aktivitas fisikdikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik
atau olah ragaselama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Beberapaaktivitas
fisik yang dapat dilakukan antara lain aktivitas fisik sehari-hari sepertiberjalan kaki, berkebun,
menyapu, mencuci, mengepel, naik turun tangga danlain-lain. Latihan fisik adalah semua bentuk
aktivitas fisik yang dilakukan secaraterstruktur dan terencana, dengan tujuan untuk meningkatkan
kesegaran
jasmani. Beberapa latihan fisik yang dapat dilakukan seperti berlari, joging,bermain
bola, berenang, senam, bersepeda dan lain-lain.
5. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat
di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah
yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-
program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekadar memotivasi dan
membimbingnya (Notoatmodjo, 2007).
Peran masyarakat juga termasuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
diadakan yaitu kegiatan dalam upaya perbaikan gizi. Partisipasi masyarakat merupakan
hal yang penting, karena peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak suatu
kegiatan kontak pertama dan suatu proses pemecahan masalah untuk memperbaiki
status gizi anak, melalui partisipasi masyarakat potensi setempat didayagunakan
sehingga mempercepat peningkatan kemampuan hasrat untuk menolong dirinya sendiri
dalam hal kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Notoadmojo (2007) menyatakan bahwa cara yang dapat dilakukan untuk
mengajar dan memotivasi partisipasi masyarakat antara lain:
a. Partisipasi dengan paksaan artinya memaksa masyarakat untuk ikut dalam suatu
program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan
perintah lisannya. Cara ini akan lebih baik hasilnya, dan lebih mudah, akan tetapi
masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget. Karena dasarnya bukan
kesadaran tetapi ketakutan. Akibat masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki
terhadap program.
b. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi yakni suatu partisispasi yang didasari pada
kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama, tetapi bila
tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara.
Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara
langsung dan tidak langsung

Margetts BM. An overview of public health nutrition: ?"1u1'
Gibiey MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L' Public health
nutrition. Oxford: Blackwell Publ; 2004.

Anda mungkin juga menyukai