Anda di halaman 1dari 4

Iman dan Kufur merupakan tema paling penting dalam aqidah Islamiyah.

Pembahasan
ini tentu tidak boleh dilalaikan oleh setiap penuntut ilmu. Penetapan kembali ma
nhaj Ahlus Sunnah dalam masalah ini menjadi semakin penting. Hal itu disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama, pada hari ini muncul berbagai gerakan anti takfir yang
mengklaim bahwa takfir sepenuhnya milik kaum khawarij. Sementara di sisi lain,
umat sedang dilanda wabah kekufuran di mana-mana. Golongan ini berkoalisi dengan
kaum murjiah untuk menjerumuskan umat kedalam millah kufur dan ilhad.
Alasan kedua, Golongan Liberal-Sekularis bahu-membahu dengan Bangsa Barat untuk
memerangi Mujahidin Ahlus Sunnah dengan berbagai cara. Mereka menginvasi dan mem
bantai serta merusak negeri-negeri Islam. Tidak hanya itu, mereka mencampur baur
kan konsep-konsep Ushuluddin dan merusak hal yang sudah tetap dalam setiap agama
. Mereka menyebut musuh mereka dengan sebutan teroris atau khawarij, sedangkan t
uduhan itu ditujukan kepada para Mujahidin yang sedang berjuang membela kehormat
an Islam dan negeri muslim. Mereka berusaha menghapus konsep iman dan kufur, ata
u paling tidak mengkaburkannya.
Banyak pihak mengikuti srtategi kufar dengan menakut-nakuti umat. Mereka dengan
sokongan dana dari lembaga donor asing mengkampanyekan istilah "Kaum Takfiri", "
Fitnah Takfir", atau "Zaman Takfir". Berbagai macam fatwa mufti Saudi membanjiri
khazanah terbitan d Indonesia. Hampir seluruhnya bernada menyudutkan konsep tak
fir dan melarang jihad memerangi murtadin. Allahul Musta'an!
Apakah benar takfir 'haram' dilakukan, atau bahkan tabu untuk dibahas? Ibnu Taim
iyah berkata mengenai pentingnya pembahasan takfir: "Apabila itu semua sudah jel
as, ketahuilah bahwa masa'il at-takfir wa tasfiq (masalah penyebutan kafir dan p
enyebutan fasiq) adalah masa'il al-asma wa al-ahkam (masalah nama/ konsep dan hu
kum) yang berkaitan dengan al-wa'du (pahala) dan al-wa'id (dosa) di akhirat. Dem
ikian pula, berkaitan dengan loyalitas, permusuhan, pembunuhan, jaminan keamanan
, dan lain-lain di dunia. [Majmu' Al-Fatawa, XII/468]
Sedangkan menurut masa'il al-asma wa al-ahkam menentukan kebahagiaan, kesengsara
an, pujian, celaan, pahala, dan siksa. Demikian pula yang dinyatakan oleh Ibnu R
ajab. Bahkan beliau menjelaskan bahwa "perselisihan yang pertama kali terjadi di
kalangan umat ini adalah pada pendefinsian sebutan-sebutan itu." [Lihat, Jami'
Al-'Ulum wa Al-Hikam]
Buku Kafir Tanpa Sadar ini mengupas tuntas persoalan al-murtad dan at-takfir, kh
ususnya at-takfirul mu'ayyan. Penulisnya, Syekh Abdul Qadir Abdul Aziz lagi-lagi
memberikan hujjah yang lengkap dengan metodologi penelitian yang cermat. Ini su
dah menjadi kebiasaan beliau, dan kitab Al-Jami' fi Tholabil ilmisy Syarif (Kump
ulan Risalah Bagi Penuntut Ilmu Syari'at) ini dapat disebut sebagai karya terbes
ar beliau. Rupanya beliau sadar bahwa umat ini banyak yang jahil terhadap syari'
ah.
Ya, Ummat ini dalam keadaan jahil terhadap ilmu-ilmu syar'i. Bahkan terhadap per
kara yang ma'lum minad dien bi dharurah. Masalah iman dan kufur ini termasuk did
alamnya. Padahal Ibnu Taimiyah pernah berkata: "Sesungguhnya, kesalahan dalam pe
nyebutan iman (ismul iman), tidak sebagaimana kesalahan penyebutan masalah-masal
ah yang baru (ismul muhdats), atau kesalahan dalam berbagai penyebutan lainnya.
Sebab, hukum-hukum yang berlaku di dunia dan akhirat, tergantung pada penyebutan
iman, Islam, kufur, dan nifak." [Majmu' Al-Fatawa, VII/395]
Ketetapan Atas 2 Golongan dan Bergantinya Status Mereka
Sesungguhnya, Allah menjadikan makhluqnya menjadi dua golongan. Mu'min dan Kafir
. Keduanya bisa saling berganti status, bahkan dengan sangat cepat. Dalam syarah
kitab Aqidah Thahawiyah, dikatakan (oleh pensyarah kitab tersebuat): Dia bisa k
eluar darinya lebih cepat daripada saat masuknya. Seperti itulah, sebagaimana su
dah maklum dan masyhur dikalangan ahlul ilmi. Bahwa seseorang masuk ke dalam Isl
am dengan beberapa syarat, dan bisa keluar darinya dengan pelanggaran terhadap s
alah satunya.
Iman bagi kita, pengikut Ahlus Sunnah wal Jama'ah mencakup perkataan dan perbuat
an. Begitu pula kekufuran bisa terjadi pada keduanya. Inilah yang apa yang kita
kenal dengan sebutan riddah atau keluar dari Islam. Pelakunya disebut murtad, se
dangkan prosesnya wajib disertai dengan takfir.
Syekh Abdul Qadir, penulis kitab ini menyebutkan banyak argumentasi untuk mengan
gkat topik yang ditulisnya ini. Beliau juga menyebutkan faidah pembahasannya, ba
ik bagi orang yang beriman maupun orang kafir. Beliau mengatakan, "Sesungguhnya,
keuntungan bagi orang-orang kafir atau murtad jika dia mengetahui bahwa dirinya
kafir - mungkin - dia akan segera bertawbat atau memperbaiki Islamnya. Sehingga
, hal ini lebih baik baginya di dunia dan akhirat." Beliau juga menyuruh pembaca
untuk bersikap adil dalam segala hal. Termasuk dalam penyebutan murtad. Menurut
beliau, menyebut al-murtad sebagai al-mu'min berarti tidak adil dan mendzolimi
al-murtad yang bersangkutan.
Al-Murtad adalah orang yang membatalkan Islam dengan perkataan dan perbuatan. Or
ang yang mengucapkan atau melakukan kekafiran maka dia telah kafir, meskipun dia
tidak bermaksud untuk kafir. Sebab, tidak ada yang bermaksud kafir, kecuali ora
ng yang dikehendaki Allah saja. [Lihat, Ash-harim Al-Maslul karangan Ibnu Taimiy
ah]
Kekafiran dan riddah ini bisa terjadi begitu cepat, karena bisa terjadi pada per
kataan dan perbuataan. Meskipun ada perbedaan antara hukum hakikat dan hukum di
dunia yang memerlukan bukti dan tata tertib. Akan tetapi, pada dasarnya kekafira
n dan riddah bisa terjadi pada siapa saja. Tidak ada pengkhususan bagi seseorang
untuk merasa aman dari hal ini. Demikian, tidak ada pula pengkhususan (kecuali
yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai ma'shum) bagi seseorang untuk men-tazki
ah orang lain dalam masalah ini. Tidak atas masyaikh, 'ulama, ustadz maupun oran
g awam.
Pemahaman tentang Iman dan Kufur ini wajib hukumnya sebelum mempelajari persoala
n cabang (furu'). Ustadz Abu Bakar Baasyir dalam Kata Pengantar buku ini berkata
. "Saya menganjurkan pada umat Islam,agar membaca buku ini dengan benar, terutam
a para pelajar dan mahasiswa, baik pesantren, madrasah dan sekolah umum, sehingg
a mereka memahami benar perbedaan antara iman dan kafir. Sebab ini merupakan per
soalan yang sangat penting dan mendesak."
Bacalah buku ini! Karena didalamnya ada penjelasan yang cukup lengkap. Termasuk
bantahan terhadap beberapa pendapat ulama yang menyimpang dalam hal ini. Semoga
setelah membacanya Anda bisa memahami, bahwa takfir memiliki banyak tempat dalam
manhaj Ahlus Sunnah. Bukan semata-mata monopoli kaum khawarij! [ib]
INFO
V
Iman dan Kufur merupakan tema paling penting dalam aqidah Islamiyah. Pembahasan
ini tentu tidak boleh dilalaikan oleh setiap penuntut ilmu. Penetapan kembali ma
nhaj Ahlus Sunnah dalam masalah ini menjadi semakin penting. Hal itu disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama, pada hari ini muncul berbagai gerakan anti takfir yang
mengklaim bahwa takfir sepenuhnya milik kaum khawarij. Sementara di sisi lain,
umat sedang dilanda wabah kekufuran di mana-mana. Golongan ini berkoalisi dengan
kaum murjiah untuk menjerumuskan umat kedalam millah kufur dan ilhad.
Alasan kedua, Golongan Liberal-Sekularis bahu-membahu dengan Bangsa Barat untuk
memerangi Mujahidin Ahlus Sunnah dengan berbagai cara. Mereka menginvasi dan mem
bantai serta merusak negeri-negeri Islam. Tidak hanya itu, mereka mencampur baur
kan konsep-konsep Ushuluddin dan merusak hal yang sudah tetap dalam setiap agama
. Mereka menyebut musuh mereka dengan sebutan teroris atau khawarij, sedangkan t
uduhan itu ditujukan kepada para Mujahidin yang sedang berjuang membela kehormat
an Islam dan negeri muslim. Mereka berusaha menghapus konsep iman dan kufur, ata
u paling tidak mengkaburkannya.
Banyak pihak mengikuti srtategi kufar dengan menakut-nakuti umat. Mereka dengan
sokongan dana dari lembaga donor asing mengkampanyekan istilah "Kaum Takfiri", "
Fitnah Takfir", atau "Zaman Takfir". Berbagai macam fatwa mufti Saudi membanjiri
khazanah terbitan d Indonesia. Hampir seluruhnya bernada menyudutkan konsep tak
fir dan melarang jihad memerangi murtadin. Allahul Musta'an!
Apakah benar takfir 'haram' dilakukan, atau bahkan tabu untuk dibahas? Ibnu Taim
iyah berkata mengenai pentingnya pembahasan takfir: "Apabila itu semua sudah jel
as, ketahuilah bahwa masa'il at-takfir wa tasfiq (masalah penyebutan kafir dan p
enyebutan fasiq) adalah masa'il al-asma wa al-ahkam (masalah nama/ konsep dan hu
kum) yang berkaitan dengan al-wa'du (pahala) dan al-wa'id (dosa) di akhirat. Dem
ikian pula, berkaitan dengan loyalitas, permusuhan, pembunuhan, jaminan keamanan
, dan lain-lain di dunia. [Majmu' Al-Fatawa, XII/468]
Sedangkan menurut masa'il al-asma wa al-ahkam menentukan kebahagiaan, kesengsara
an, pujian, celaan, pahala, dan siksa. Demikian pula yang dinyatakan oleh Ibnu R
ajab. Bahkan beliau menjelaskan bahwa "perselisihan yang pertama kali terjadi di
kalangan umat ini adalah pada pendefinsian sebutan-sebutan itu." [Lihat, Jami'
Al-'Ulum wa Al-Hikam]
Buku Kafir Tanpa Sadar ini mengupas tuntas persoalan al-murtad dan at-takfir, kh
ususnya at-takfirul mu'ayyan. Penulisnya, Syekh Abdul Qadir Abdul Aziz lagi-lagi
memberikan hujjah yang lengkap dengan metodologi penelitian yang cermat. Ini su
dah menjadi kebiasaan beliau, dan kitab Al-Jami' fi Tholabil ilmisy Syarif (Kump
ulan Risalah Bagi Penuntut Ilmu Syari'at) ini dapat disebut sebagai karya terbes
ar beliau. Rupanya beliau sadar bahwa umat ini banyak yang jahil terhadap syari'
ah.
Ya, Ummat ini dalam keadaan jahil terhadap ilmu-ilmu syar'i. Bahkan terhadap per
kara yang ma'lum minad dien bi dharurah. Masalah iman dan kufur ini termasuk did
alamnya. Padahal Ibnu Taimiyah pernah berkata: "Sesungguhnya, kesalahan dalam pe
nyebutan iman (ismul iman), tidak sebagaimana kesalahan penyebutan masalah-masal
ah yang baru (ismul muhdats), atau kesalahan dalam berbagai penyebutan lainnya.
Sebab, hukum-hukum yang berlaku di dunia dan akhirat, tergantung pada penyebutan
iman, Islam, kufur, dan nifak." [Majmu' Al-Fatawa, VII/395]
Ketetapan Atas 2 Golongan dan Bergantinya Status Mereka
Sesungguhnya, Allah menjadikan makhluqnya menjadi dua golongan. Mu'min dan Kafir
. Keduanya bisa saling berganti status, bahkan dengan sangat cepat. Dalam syarah
kitab Aqidah Thahawiyah, dikatakan (oleh pensyarah kitab tersebuat): Dia bisa k
eluar darinya lebih cepat daripada saat masuknya. Seperti itulah, sebagaimana su
dah maklum dan masyhur dikalangan ahlul ilmi. Bahwa seseorang masuk ke dalam Isl
am dengan beberapa syarat, dan bisa keluar darinya dengan pelanggaran terhadap s
alah satunya.
Iman bagi kita, pengikut Ahlus Sunnah wal Jama'ah mencakup perkataan dan perbuat
an. Begitu pula kekufuran bisa terjadi pada keduanya. Inilah yang apa yang kita
kenal dengan sebutan riddah atau keluar dari Islam. Pelakunya disebut murtad, se
dangkan prosesnya wajib disertai dengan takfir.
Syekh Abdul Qadir, penulis kitab ini menyebutkan banyak argumentasi untuk mengan
gkat topik yang ditulisnya ini. Beliau juga menyebutkan faidah pembahasannya, ba
ik bagi orang yang beriman maupun orang kafir. Beliau mengatakan, "Sesungguhnya,
keuntungan bagi orang-orang kafir atau murtad jika dia mengetahui bahwa dirinya
kafir - mungkin - dia akan segera bertawbat atau memperbaiki Islamnya. Sehingga
, hal ini lebih baik baginya di dunia dan akhirat." Beliau juga menyuruh pembaca
untuk bersikap adil dalam segala hal. Termasuk dalam penyebutan murtad. Menurut
beliau, menyebut al-murtad sebagai al-mu'min berarti tidak adil dan mendzolimi
al-murtad yang bersangkutan.
Al-Murtad adalah orang yang membatalkan Islam dengan perkataan dan perbuatan. Or
ang yang mengucapkan atau melakukan kekafiran maka dia telah kafir, meskipun dia
tidak bermaksud untuk kafir. Sebab, tidak ada yang bermaksud kafir, kecuali ora
ng yang dikehendaki Allah saja. [Lihat, Ash-harim Al-Maslul karangan Ibnu Taimiy
ah]
Kekafiran dan riddah ini bisa terjadi begitu cepat, karena bisa terjadi pada per
kataan dan perbuataan. Meskipun ada perbedaan antara hukum hakikat dan hukum di
dunia yang memerlukan bukti dan tata tertib. Akan tetapi, pada dasarnya kekafira
n dan riddah bisa terjadi pada siapa saja. Tidak ada pengkhususan bagi seseorang
untuk merasa aman dari hal ini. Demikian, tidak ada pula pengkhususan (kecuali
yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai ma'shum) bagi seseorang untuk men-tazki
ah orang lain dalam masalah ini. Tidak atas masyaikh, 'ulama, ustadz maupun oran
g awam.
Pemahaman tentang Iman dan Kufur ini wajib hukumnya sebelum mempelajari persoala
n cabang (furu'). Ustadz Abu Bakar Baasyir dalam Kata Pengantar buku ini berkata
. "Saya menganjurkan pada umat Islam,agar membaca buku ini dengan benar, terutam
a para pelajar dan mahasiswa, baik pesantren, madrasah dan sekolah umum, sehingg
a mereka memahami benar perbedaan antara iman dan kafir. Sebab ini merupakan per
soalan yang sangat penting dan mendesak."
Bacalah buku ini! Karena didalamnya ada penjelasan yang cukup lengkap. Termasuk
bantahan terhadap beberapa pendapat ulama yang menyimpang dalam hal ini. Semoga
setelah membacanya Anda bisa memahami, bahwa takfir memiliki banyak tempat dalam
manhaj Ahlus Sunnah. Bukan semata-mata monopoli kaum khawarij! [ib]
INFO

Anda mungkin juga menyukai