Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang
Obesitas didefinisikan sebagai indek massa tubuh [body mass index
(BMI), berat badan kilogram dibagi dengan tinggi kuadrat dalam meter] lebih atau
sama dengan 30. Sedangkan overweight (kelebihan berat badan) adalah BMI
25.0-29.9 dan berat badan normal (BMI, 18.5-24.9). studi observasional
menunjukkan bahwa obesitas terjadi bersamaan dengan faktor risiko
kardiovaskuler, seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi dan menimbulkan risiko
kejadian kardiovaskuler lebih tinggi. Penelitian Framingham yang merekrut
pasien berusia 35-75 dengan pengamatan penelitian paling lama selama 44 tahun
mendapatkan bahwa risiko relative kejadian penyakit kardiovaskuler, meliputi
angina pektoris, infark miokard, penyakit jantung koroner atau stroke pada pasien
overweigh [laki-laki : 1.21 (1.05-1.40); wanita 1.20 (1.03-1.41)] dan pada obesitas
[laki-laki 1.46 (1.20-1.77); wanita 1.64 (1.37-1.98)].
Data INTERHEART dari penduduk di 5 benua mendapat bahwa obesitas
abdomen berhubungan dengan risiko infark miokard akut dengan odds ratio
sebesar 2.26 (1.90-2.68) pada wanita dan 2.24 (2.03-2.47) pada laki-laki. Hal ini
menunjukkan bahwa obesitas meningkatkan risiko kejadian kardiovaskuler dua
kali lebih besar pada semua pasien tanpa membedakan suku di seluruh dunia.
Obesitas abdomen dalam penelitian ini di ambil dari rasio pingggang/ panggul,
yang lebih menggambarkan risiko infark miokard daripada pengukuran BMI.
Penelitian Framingham melakukuan follow-up terhadap 5881 peserta selama 14.4
tahun mendapatkan bahwa subjek obes mempunyai risiko dua kali lipat mendapat
gagal jantung. Risiko kematian akibat obesitas juga lebih besar pada laki-laki dan
wanit pada semua suku dan usia.
Dalam penelitian prospektif Danish diet, Cancer dan Health, dengan
pasien wanita dan laki-laki berusia 50-64 tahun sebanyak 54.783 orang, mulai
tahun 1993-1997 pada baseline tanpa penyakit jantung koroner, dan difollow-up
selama 7.7 tahun mendapatkan kejadian sindroma koroner akut (ACS, acute
coronary syndrome) sebanyak 1127 kasus. Pasien dengan overweight dan obes
mempunyai risiko ACS lebih tinggi. Setiap peningkatan satu unit BMI
berhubungan dengan risiko ACS pada wanita dan laki-laki masing-masing sebesar
5% dan 7% (p<0,0001). Namun, pasien obes yang melakukan aktivitas fisik
selama 1-3,5 hari per minggu lebih kecil risiko ACS dibandingkan dengan obes
tanpa aktivitas. Demikian juga obes tanpa merokok dan melakukan diet sehat
dibandingkan dengan perokok tanpa diet.(Hadyanto Lim, 2011)

Menurut World Helath Organization (WHO), obesitas adalah akumulasi
lemak secara berlebihan atau abnormal dalam tubuh yang dapat mengganggu
kesehatan. Obesitas dan overweight dikatakan lebih berhubungan dengan
penyebab kematian global berbanding kejadian underweight. Pada tahun 2008,
angka orang dewasa usia 20 tahun keatas yang mengalami overweight di seluruh
dunia adalah sebanyak 1.5 bilyar. Daripada angka tersebut lebih dua ratus juta
orang dewasa laki-laki dan tiga ratus juta orang wanita mengalami obesitas.
Obesitas yang dahulunya dianggap sebagai masalah yang melanda negara dengan
sosioekonomi tinggi kini semakin meningkat angka kejadian di Negara
sosioekonomi menengah dan rendah. (WHO, 2011).
Di Indonesia, perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, dan
penduduk yang mengalami overweight diperkirakan melebihi 76.7 juta (17.5%)
dan obesitas melebihi 9.8 juta (4.7%). Penelitian di Indonesia menurut Sjarif, et
al., menunjukkan prevalensi obesitas pada anak-anak usia sekolah sebesar 5%,
dengan prevalensi terbesar terdapat di Jakarta (25%), Semarang (24,3%) Medan
(17,7%) dan Palembang (13,2%) (Ilham, 2010).
Menurut Soekiman yang dikutip oleh Aritonang (2003), terdapat
hubungan erat antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah kota, perubahan
pola konsumsi pangan dengan meningkatnya penyakit degenaratif. Perubahan
dalam gaya hidup, terutama di perkotaan, karena adanya perubahan pola makan.
Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah
lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, tinggi lemak
sehingga menggeser mutu makanan ke arah yang tidak seimbang. Perubahan gaya
hidup pada golongan tertentu menyebabkan masalah gizi lebih berupa kegemukan
dan obesitas (Almatsier, 2006).
Menurut WHO (2011), obesitas dan overweight adalah faktor resiko
kelima terbanyak yang menyebabkan kematian global. Sekurang-kurangnya 2,8
juta orang dewasa meninggal setiap tahun akibat obesitas atau overweight.
Dimana 44% disertai penyakit Diabetes, 23% dengan penyakit jantung iskemik
dan antara 7% hingga 41% disertai kejadian kanker akibat kondisi obesitas dan
overweight.
Obesitas jika menetap selama periode waktu tertentu dapat menyebabkan
terjadinya pelbagai gangguan metabolik dan diantaranya hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kolesterol tinggi
dalam darah. Hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh obesitas merupakan hal
yang sangat membimbangkan kerana merupakan faktor resiko utama untuk
terjadinya arterosklerosis dan meskipun tanpa kehadiran faktor lain keadaan ini
sendiri sudah cukup untuk merangsang perkembangan pembentukan lesi namun
dianggap faktor resiko yang bisa dimodifikasi dengan diet teratur dan olahraga
yang rutin (Kumar, et al.,2007).
Dalam waktu 15 tahun mendatang, penyakit kardiovaskuler diperkirakan
akan menjadi penyebab utama kematian, meliputi Amerika, Eropah, dan sebagian
besar Asia. Berdasarkan prediksi terkini dikatakan bahwa pada tahun 2020
penyakit kardiovaskuler, khususnya aterosklerosis akan menjadi penyebab utama
kematian non accidental (Sakinah, 2009).

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut : bagaimanakah hubungan HDL kolesterol dengan
obesitas pada orang dewasa di laboratorium prodia?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan HDL kolesterol dengan obesitas pada orang
dewasa di laboratorium prodia.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui gaya hidup pada orang dewasa di laboratorium prodia
b) Untuk mengetahui kejadian obesitas pada orang dewasa di laboratorium
prodia
c) Untuk mengetahui peningkatan HDL kolesterol pada orang dewasa yang
obesitas maupun tidak obesitas.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni :
1.4.1 Bagi Dunia
Dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian-penelian selanjutnya.
1.4.2 Bagi Masyarakat
a) Dapat menjadi masukan bagi pembaca tentang hubungan antara
HDL kolesterol dengan obesitas pada orang dewasa.
b) Dapat mempengaruhi untuk mengamalkan gaya hidup sehat untuk
menghindari obesitas.
1.4.3 Khususnya pada orang dewasa
Dapat menjadi masukan tentang risiko HDL kolesterol dangan obesitas
pada orang dewasa.

Anda mungkin juga menyukai