PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dapat
memberikan kontribusi sebagai modal dasar kegiatan pembangunan bangsa
Indonesia dan manusia pada umumnya, Maksud pelaksanaan pembangunan
adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat. Pelaksanaan pembangunan yang berbasis pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam pada hakekatnya harus dilaksanakan secara bijak
sana. Karena pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang kurang
bijaksana dapat menimbulkan permasalahan bagi kehidupan masyarakat.
Permasalahan yang akan dihadapi, selain menurunya ketersediaan dan potensi
suberdaya alam dimaksud, juga meningkatnya potensi kerusakan ligkungan, yang
pada akhirnya mengakibatkan munculnya bencana alam seperti banjir, tanah
longsor, menurunya kualitas perairan, menurunnya kesuburan tanah dan
sebagainya. Semua kerusakan lingkungan yang ditimbulkan tersebut
menyebabakan terjadinya penderitaan masyarakat, baik berupa kesulitan
mendapatkan bahan baku maupun penderitaan yang ditimbulkan oleh berbagai
potensi penyakit akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Dalam rangka mencapai tujuan pemanfaatan dan pengolaan sumberdaya
alam yang hakiki, pemerintah telah mencanangkan dan melaksanakan program
pembangunan yang berwawasa linkungan yang menjamin fungsi lingkungan yang
berkelanjutan (sustainable), melalui berbagai regulasi atau peraturan-
perundangundangan di berbagai sector pembangunan. Tujuan pembangunan
berwawasan lingkungan adalah untuk mengoptimalkan manfaat sumberdaya
manusia dengan caramenyerasikan aktivitas sesuai dengan potensi dan daya
dukung sumberdaya alam yang ada. Keserasian tersebut tidak bersifat statis,
melainkan suatu proses yang dinamis. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya,
arah investasi, pengembangan teknologi serta kelembagaan diselenggarakan
secara konsisten dengan memperhatikan kebutuhan masa kini dan masa datang.
Sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan yang berwawasan linkungan
yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997,
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan
mengacu kepada Peraturan Pemerintahan Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan serat dilandasi oleh Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan
hidup, maka setiap kegiatan pertambangan zirkon yang luas wilayah KP-nya >
200 hektar diwajibkan untuk membuat Analisis Mengenai Dampak Linkungan
(AMDAL) sebagai salah satu kewajiban bagi pemegang ijin pertambangan.
Melalui AMDAL yang benar, disamping mengoptimalkan pemanfaatan zirkon
yang akan ditambang, juga diharapkan kerusakan lingkungan (dampak negatif)
dapat diminimalisir dan dampak positif yang dihasilkannya dapat dioptimalkan.
Luas areal yang dicadangkan untuk rencana pertambangan zirkon adalah
3.011 Ha, dengan rencana produksi sebesar 350 ton per bulan dengan luas areal
16,72 Ha perbulan, maka dngan pengacuan kepada beberapa ketentuan diatas,
kegiatan pertambangan zirkon wajib melakukan kajian amdal yang terdiri dari
dokumen kerangka acuan analisis Dampak Lingkungan ( KA-ANDAL ), analisis
Dampak Lingkungan ( ANDAL ), rencana pengelolaan Lingkungan (RKL ) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL ) serta ringkasan Eksekutif (RE).
1.2 Tujuan dan Manfaat Studi
1.2.1 Tujuan Studi
Tujuan dilaksanakan Studi AMDAL pertambangan zirkon diPerusahaan Tambang
adalah :
a. Mengidentifikasi rencana kegiatan pertambangan zirkon sejak dari tahap
persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi terutama pada kegiatan yang
diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
b. Mengidentifikasi rona lingkungan hidup awal, yaitu kondisi dan tatanan
lingkungan wilayah setempat sebelum adanya kegiatan pertambangan zirkon,
terutama yang akan terkena dampak penting baik pada tahap persiapan,
operasi sampai dengan tahap pasca operasi.
c. Mengidentifikasi kegiatan lain di sekitar proyek yang diperkirakan
mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan.
d. Memperkirakan dampak dan mengevaluasi dampak besar dan penting yang
akan terjadi pada tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi
kegiatan pertambangan zirkon.
e. Memberikan arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL).
1.2.2 Manfaat Studi
Hasil studi Analisi Dampak Lingkungan ini diharapkan dapat membantu
proses pengambilan keputusan, perencanaan dan pengelolaan lingkungan.
Sehubungan akibat adanya kegiatan pertambangan zirkon oleh Perusahaan
Tambang, baik bagi pemerintahan, pemrakarsa, dan masyarakat maupun
pemilihan proyek.
a. Kegunaan Bagi Pemerintah
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
2. Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola dan yang
berada diluar proyek tidak rusak.
3. Menghindari perusakan lingkungan hidup, seperti timbulnya pencemaran
air, udara, kebisingan dan lain-lain, sehingga tidak mengganggu kesehatan,
kenyamanan dan keselamatan masyarakat.
4. Menjamin manfaat yang jelas bagi masyarakat umum.
5. Sebagai bahan pertimbangan bagi proses pengambilan keputusan tentang
kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan.
b. Kegunaan Bagi Pemrakarsa
1. Melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran atau menimbulkan suatu
dampak negatif sebenarnya tidak dilakukan.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi dimasa
yang akan datang.
3. Sebagai sumber informasi lingkungan disekitar lokasi proyek secara
kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan sosial budaya.
4. Sebagai bahan untuk analisis pengelolaan dan sasaran proyek.
5. Untuk menemukan keadaan lingkungan yang membahayakan proyek dan
mencari keadaan lingkungan yang berguna atau menunjang proyeknya.
c. Kegunaan Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang seluruh tahapan kegiatan
proyek yang akan dilaksanakan.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai kemungkinan timbulnya
dampak negatif dan dampak positif yang potensial ditimbulkan oleh rencana
kegiatan sehingga dapat bekerjasama dengan pihak pemrakarsa dalam
rangka menanggulangi dampak tersebut.
3. Pemahaman hal ihwal mengenai proyek secara jelas akan ikut
menghindarkan timbulnya kesalahpahaman, sehingga dapat menggalang
kerja sama yang saling menguntungkan.
4. Mengetahui hak dan kewajibannya dalam hubungannya dengan proyek,
khususnya hak dan kewajiban dalam ikut menjaga kualitas lingkungan.
1.3 Peraturan Perundang-Undangan
1.3.1 Undang-Undang
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan
Dasar-Dasar Pokok Agraria. Mengingat luasnya lahan yang akan digunakan
oleh kegiatan pertambangan Zirkon, maka peraturan ini relevan digunakan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1965 tentang
pembentukan kota Palangkara ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
1965 nomor : 48, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor :
2753). Relevan digunakan mengingat kegiatan kajian AMDAL merupakan
salah satu kewenangan pemerintah daerah dimana kegiatan proyek
dilaksanakan, yang sesuai dengan batas wilayah administrasi dan perijinan
usaha yang telah diberikan.
3. Undang undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1967 tentang
ketentuan ketentuan Pokok Pertambangan. Undang-undang ini digunakan
sebagai pedoman dasar setiap aktifitas pertambangan.
4. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Undang- Undang ini menjadi salah satu acuan dalam
penangan tenaga kerja yang bekerja pada usaha pertambangan Zirkon.
5. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang koservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang Undang ini
diperlukan sebagai pedoman dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati
dan ekosistemnya, terutama ekosistem hutan tropis yang berada dalam dan
sekitar areal penambangan zirkon.
6. Undang Undang Rpublik Indonesia Nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan
sosial Tenaga kerja. Undang-Undang ini menjadi salah satu acuan dalam
penanganan tenaga kerja sepert ( khususnya tentang jaminan social tenaga
kerja seperti asuransi tenaga kerja) yang bekerja diusaha pertambangan
zirkon.
7. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya. Undang Undang relevan menjadi acuan untuk melindungi
asset budaya dan benda cagar budaya yang ada sekitar areal konsesi zirkon.
8. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1992 tentang lalu
lintas Angkutan jalan Raya. Penting menjadi acuan, karena salah satu aspek
kegiatan pertambangan zirkon adalah pengangkutan zirkon. Undang
undang ini relevan digunakan sebagai salah satu acuan dalam merumuskan
perencanaan pengangkutan zirkon di konsesi zirkon dalam wilayah Kota
Palangkaraya.
9. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan. Relevan digunakan untuk menjadi acuan dalam penanganan
aspek kesehatan, baik karyawan maupun masyarakat yang terkena dampak
kegiatan pertambangan zirkon oleh Perusahaan Tambang.
10. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang undang ini doperlukan sebagai
dasar utama kegiatan penyusunan dokumen AMDAL kegiatan pertambangan
zirkon oleh Perusahaan Tambang
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun2002 tentang system
Nasional Penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Undang- Undang ini dapat menjadi acuan, mengingat kegiatan
penyusunan dokumen AMDAL merupakan salah satu bentuk kegiatan kajian
atau penelitian dibidang lingkungan hidup yang sekaligus memuat rumusan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidsng lingkungan hidup.
12. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan.Undang-Undang ini relevan digunakan sebagai pedoman pokok
dalam penanganan tenaga kerja yang bekerja dalam usaha pertambangan
zirkon.
13. Undang- Undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air. Aspek penting
dalam kegiatan pertambangan zirkon adalah penggunaan sumberdaya air
sehingga undang-undang ini menjadi pedoman penting sebagai dasar
operasional.
14. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Republik
Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Menjadi Undang
Undang. Relevan digunakan sebagai pedoman pengelolaan sumberdaya
hutan yang mungkin terdapat di dalam areal konsesi pertambangan zirkon.
15. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
Dalam pelaksanaan kegiatan proyek ini terdapat kegiatan mobilisasi
peralatan dan material serta pengangkutan zirkon, sehingga Undang
Undang ini sangat relevan digunakan sebagai salah satu acuan.
16. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang. Kegiatan pertambangan zirkon sangat terkait dengan aspek
tata ruang dan pemanfaatan ruang, sehingga undang undang ini relevan
digunakan.
17. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal. Kegiatan proyek ini merupakan kegiatan penanaman
modal sehingga undang undang ini perlu dipakai salah satu acuan.
18. Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Undang undang ini relevan digunakan untuk kegiatan penyusunan
AMDAL kegiatan pertambangan zirkon, mengingat baik dokumen AMDAL
dan kegiatan pertambangan bersifat terbuka untuk umum.
1.3.2 Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan
Bahan Galian. Zirkon merupakan salah satu bahan galian, sehingga
peraturan ini relevan digunakan sebagai salah satu acuan dalam kegiatan
pertambangan zirkon oleh perusahaan tembang.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa. Peraturan ini
relevan digunakan sebagai acuan apabila dalam areal KP yang diberikan
terdapat kawasan berawa.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Proyek ini
dalam kegiatannya menggunakan sumberdaya air/sungai, sehingga sangat
terkait dengan peraturan ini.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1992 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan pokok
Pertambangan. Peraturan ini sangat relevan digunakan sebagai pedoman,
karena kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan pertambangan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Peraturan ini
relevan menjadi acuan untuk melindungi aet budaya dan benda cagar budaya
yang ada di dalam dan sekitar areal pertambangan zirkon.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan lalu lintas
jalan Raya. Dalam proyek ini terdapat terdapat kegiatan mobilisasi peralatan
dan material serta pengangkutan zirkon, sehingga peraturan ini sangat
relevan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman.
Peraturan ini relevan mengingat terdapat beberapa tanaman di dalam dan
sekitar areal KP zirkon.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang. Kegiatan pertambangan zirkon berhubungan penggunaan
dan pengolahan tanah dan ruang, sehingga peraturan ini sangat relevan
menjadi acuan.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan Pelestarian Alam. Peraturan ini relevan digunakan sebagai
acuan mengingat areal pertambangan zirkon sangat mungkin berbatasan
dengan kawasan suaka alam dan pelestarian alam.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenal
Dampak Lingkungan. Peraturan ini sangat relevan dengan kegiatan
pertambangan zirkon yang merupakan kegiatan wajib AMDAL.
11 Peraturan Pemerintahan Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Dalam kegiatan pertambangan zirkon terdapat potensi
dampak penurunan kualitas udara antara lain dari kegiatan mobilisasi
peralatan dan material, pengangkutan zirkon, sehingga peraturan ini
menjadi relevan menjadi bahan acuan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan.
Peraturan ini relevan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen
AMDAL kegiatan pertimbangan zirkon yang berpotensi menimbulkan
persoalan lingkunan hidup.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. Kegiatan pertambangan zirkon
berhubungan penggunaan dan pengolahan tanah, sehingga peraturan ini
sangat relevan menjadi acuan.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan
dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan kebakaran
Hutan dan/atau lahan. Di dalam pelaksanaan proyek terdapat kegiatan
pembukaan lahan sehingga peraturan ini relevan dipakai sebagai acuan.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Restribusi Daerah.
Relevan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan kajian AMDAL karena
ada aspek social ekonomi yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan
zirkon, sehingga dapat diketahui kontribusinya terhadap penerimaan daerah
Kota PalangkaRaya.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan.
Peraturan ini penting menjadi acuan, karena kegiatan pertambangan zirkon
memerlukan aktivitas kepelabuhan dalam proses pengiriman zirkon.
17. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun. Peraturan ini menjadi relevan karena dalam proyek
ini dipergunakan BBM, oli, dll untuk operasional mesin mesin.
18. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok
Pertambangan. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dasar setiap
aktivitas pertambangan yang digunakan dalam wilayah administrasi
Republik Indonesia.
19. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Salah satu potensi damapk dari
proyek ini adalah penurunan kualitas air, sehingga peraturan ini relevan
untuk acuan.
20. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2002 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Peraturan ini dapat dijadikan acuan
dalam penanganan jaminan sosial tenaga kerja yang bekerja
dipertambangan zirkon.
21. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan. Peraturan
ini dapat dijadiakan sebagai salah satu pedoman dalam membuat
perencanaan pengiriman zirkon menggunakan fasilitas perkapalan, baik
dalam jalur sungai maupun laut.
22. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan. Peraturan ini menjadi relevan apabila pada
didalam tapak proyek dan sekitarnya terdapat kawasan hutan.
23 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 Tentang Tarif Atas Penerimaan
Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Energy Dan Sumberdaya
Mineral. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman apabila ingin
mengetahui kontribusi kegiatan pertambangan zirkon dalam bentuk
kewajiban pajak yang harus dibayarkan kepada Pemerintah Daerah.
24. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
Peraturan ini dapat dijadikan acuan dalam upaya perlindungan hutan yang
terkait dengan kegiatan pertambangan.
25. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penata-Gunaan Tanah.
Kegiatan proyek ini sangat terkait dengan aspek tata ruang, termasuk tata-
guna tanah.
26. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi
Kekayaan Intelektual Serta Penelitian dan Pengembangan Oleh Peguruan
Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan. Peraturan ini dipandang
relevan mengingat kajian AMDAL merupakan salah satu bentuk kegiatan
penelitian, sehingga dapat memberikan peluang untuk pengembangan
penelitian.
27) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Peraturan ini
dapat digunakan sebagai acuan dalam pengkajian dalam lingkungan
kegiatan pertambangan zirkon yang mungkin berprestasi mempengaruhi
kondisi sumberdaya air untuk irigasi.
28. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Dalam kegiatan
terdapat mobilisasi angkutan material atau peralatan yang memakai sarana
jalan sehingga peraturan ini relevan dipakai sebagai acuan.
29. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Peraturan
ini dapat dijadikan acuan dalam kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan
hutan yang terkait dengan kegiatan pertambangan.
30. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh
Informasi tentang Ketenaga Kerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan
Perencanaan Tenaga Kerja. Peraturan ini penting sebagai acuan baik untuk
pemrakarsa, masyarakat maupun dalam penyusunan AMDAL.
31. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Kegiatan yang akan dilakukan adalah kegiatan yang
berkaitan dengan tata ruang, sehingga peraturan ini relevan menjadi acuan.
32. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Air. Karena kegiatan pertambangan zirkon yang dilakukan
Perusahaan Tambang dapat menimbulkan dampak terhadap kondisi
sumberdaya air setempat, maka peraturan ini relevan dijadikan acuan.
33. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
Pertambangan zirkon berpotensi menimbulkan dampak terhadap air tanah
(aquaifer), oleh karena itu peraturan ini relevan menjadi acuan dalam
pengelolaan.
1.3.3 Peraturan Presiden
1. Keputusan Presiden R.I. Nomor 1 Tahun 1967 tentang Sinkronisasi
Pelaksanaan Tugas Bidang Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi dan
Pekerjaan Umum. Ketentuan ini dapat menjadi acuan pelaksanaan kegiatan
pertambangan zirkon dalam kaitannya dengan kawasan hutan yang ada
disekitar areal tambang, oleh karena itu penting menjadi acuan.
2. Keputusan Presiden R.I. Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung. Kalau disekitar areal tambang terdapat kawasan lindung maka
ketentuan ini relevan digunakan sebagai acuan.
3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga
Nasional. ketentuan ini relevan digunakan untuk melaksanakan kegiatan
pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan keberadaan satwa dan bunga
yang terdapat dalam kawasan hutan sekitar areal tambang.
4. Keputusan Presiden R.I. Nomor 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan
Ruang Nasional. Ketentuan ini relevan dijadikan acuan mengingat
pertambangan zirkon berkaitan dengan pemanfaatan ruang ( tanah dan lahan
serta kawasan hutan ).
5. Keputusan Presiden R.I. Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi
Daerah Di Bidang Pertanahan. Ketentuan ini relevan dijadikan acuan karena
kegiatan pertambangan zirkon berkaitan dengan pemanfaatan tanah.
6. Keputusan Presiden R.I. Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di
Bidang Pertanahan. Kegiatan pertambangan berkaitan erat dengan bidang
pertanahan, sehingga ketentuan ini relevan dijadikan acuan dalam
perencanaan pembangunan di sektor pertambangan.
1.3.4 Peraturan Menteri
1.3.4.1 Menteri Negara dan Sumberdaya Mineral
1. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi R.I. Nomor 2555K tahun 1993
tentang Inspeksi Tambang Di Bidang Pertambangan Umum. Kepmen. Tamben
ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun perencanaan kerja
pertambangan termasuk pengelolaan areal pertambangan.
2. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi R.I. Nomor
103.K/008/M.PE/1994 tentang Pengelasan atas Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pamantauan Lingkungan dalam Bidang
Pertambangan Energi. Peraturan ini dijadikan salah satu pedoman dalam
menyusun RKL dan RPL pertambangan zirkon Perusahaan Tambang.
3. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi R.I. Nomor
104.K/008/M.PE/1994 tanggal 19 Januari 1994 tentang Perubahan Lampiran I.
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1166.K/844/M.PE/1992
tentang Penerapan Tarif Iuran Ekplorasi atau Eksploitasi untuk Usaha
Pertambangan Umum. Dalam kajian AMDAL terdapat kajian terhadap aspek
ekonomi kegiatan pertambangan zirkon, sehingga peraturan ini dapat
dijadiakn acuan dalam proses pengkajian tersebut.
4. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi R.I. Nomor
2202.K/201/M.PE/1994 tanggal 18 November 1994 tentang Pemberian Surat
Izin Penyelidikan Pendahuluan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing atau
Penanaman Modal Dalam Negeri di Bidang Pertambangan Umum. Kegiatan
yang dikaji adalah pertambangan zirkon. Peraturan ini relevan menjadi acuan
untuk menilai proses perizinan dan eksplorasi.
5. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi R.I. Nomor 555.K/26.PE/1995
tentang Keselamatan Kerja Pertambangan Umum. Peraturan ini dapat menjadi
salah satu acuan dalam merumuskan pengelolaan keselamatan kerja dalam
kegiatan pertambangan zirkon yang akan dilakukan.
6. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi R.I. Nomor
1211.K/008/M.PE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan
dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Pertambangan Umum. Peraturan
ini relean menjadi acuan dalam pekerjaan kajian AMDAL kegiatan
pertambangan zirkon yang akan di laksanakan.
7. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi R.I. Nomor
1762.K/07/MEM/2007 tentang Pengaman Objek Vital Nasional Disektor
Energi Dan Sumberdaya Mineral. Peraturan ini relevan menjadi acuan untuk
perlindungan Negara yang berada dalam kawasan tambang.
8. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral R.I. Nomor 18 Tahun 2008
Reklamasi dan Penutupan Tambang. Peraturan menteri ini digunakan sebagai
salah satu acuan dalam merencanakan kegiatan reklamasi dan penutupan
tambang.
1.3.4.2 Menteri Negara Lingkungan Hidup
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor
02/MENLH/1/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
Baku mutu lingkungan diperlukan sebagai standar untuk mengetahui apakah
telah terjadi penurunan kualitas lingkungan atau tidak. Salah satu pedoman
yang digunakan adalah KEPMEN LH ini.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 35 Tahun 1993
tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. KEPMEN LH
ini menjadi pedoman utama untuk menilai perencanaan udara yang di
akibatkan oleh kendaraan bermotor yang di gunakan dalam kegiatan
pengangkutan zirkon.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor
13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Baku
mutu ini perlu digunakan sebagai acuan dalam kegiatan yang menggunakan
mesin tidak bergerak penghail emesi seperti generator set, dll.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan. Dalam kegiatan
pertambangan zirkon terdapat kegiatan yang menyebabkan peningkatan
kebisingan seperti pengangkutan zirkon, operasional genset dan operasional
alat berat lainnya, sehingga peraturan ini relevan dijadikan salah satu acuan
dalam mengkaji dampak terhadap kebisingan.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor KEP-
49/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran. Berbagai kegiatan
pertambangan zirkon dapat menimbulkan dampak lingkungan berupa
getaran.Kepmen LH ini dapat dijadikan acuan untuk menilai besaran
dampak tersebut.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor KEP-
299/MENLH/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam
Penyusunan AMDAL. Kepmen. LH Ini menjadi salah satu pedoman pokok
dalam mengkaji dampak kegiatan pertambangan zirkon terhadap komponen
sosial.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 15 Tahun 1996
tentang Program Langit Biru. Program langit biru pada hakekatnya adalah
kewajiban semua pihak, termasuk para pengusaha pertambangan zirkon,
sehingga dalam kegiatannya dapat mengacu kepada Kepmen. LH ini.
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor KEP-
45/MENLH/10/1997 tentang indeks standar pencemar udara. Dalam kegiatan
pertambangan ini ada kegiatan yang menyebabkan penurunan kualitas
udara, sehingga perlu peraturan ini dijadikan acuan dalam menentukan
tercemar atau tidaknya udara sekitar.
9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. NomorKEP
41/MENLH/8/1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien. Kepmen.LH
diperlukan sebagai acuan dalam menilai kualitas udara.
10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 02 Tahun 2000
tentang Panduan Penilaian Dokumen Amdal. Kepmen.LH ini diperlukan
sebagai acuan dalam menilai dan bahan untuk meningkatkan kualitas
dokumen AMDAL yang sedang disusun.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 40 Tahun 2000
tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL. Kepmen.LH ini
diperlukan sebagai acuan bagi penyusunan dokumen AMDAL untuk
meningkatkan kualitas Dokumen AMDAL yang sedang disusun.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 41 Tahun 2000
tentang pedoman Pembentukan komisi penilaian AMDAL Kabupaten/
Kota.Kepmen. LH ini diperlukan sebagai acuan bagi penyusunan dokumen
AMDAL untuk meningkatkan kualitas dokumen AMDAL yang sedang
disusun.
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 37 Tahun 2003
tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh
Air Permukaan. Adanya potensi dampak penurunan kualitas air dari proyek
ini, maka Kepmen. LH ini relevan untuk di acu terutama untuk sampling dan
analisis parameter kualitas air.
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 110 Tahun 2003
tentang Pedoman Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air.
Adanya potensi dampak penurunan kualitas air yang ditimbulkan oleh
kegiatan pertambangan zirkon maka Kepmen.LH ini dapat di jadikan sebagai
bahan acuan.
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Kepmen.LH ini diperlukan
sebagai pedoman dalam penyusunan dokumen RKL, dan RPL, utamanya
dalam pengelolaan air limbah domestik.
16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 115 Tahun 2003
tentang Penentuan Status Mutu Air. Kepmen. LH ini diperlukan sebagai
pedoman dalam menilai besaran dampak kegiatan pertambangan zirkon
terhadap kualitas air.
17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak lingkungan.
Permen.LH ini menggantikan Kepka Bapedal nomor 09/2000, bersama-sama
dengan Kepmen.ESDM nomor 1453 Tahun 2000 di gunakan sebagai
pedoman penyusunan dokumen AMDAL pertambangan zirkon ini.
18. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 11 Tahun 2006
tentang Jenis Usaha dan /atau Kegiatan Yang wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai lingkungan Hidup. Permen. LH ini diperlukan sebagai
acuan untuk menetapkan/memastikan apakah proyek ini wajib AMDAL atau
tidak.
19. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I. Nomor 03 Tahun 2007
tentang Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya
Beracun Di Pelabuhan. Permen ini relevan digunakan sebagai pedoman
dalam kajian tentang pengelolaan limbah.