Anda di halaman 1dari 31

Oleh:

Edytiawarman, SH. M.Hum


Dosen Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu
Disampaikan dalam Kegiatan Orientasi Bantuan Teknis Hukum
Dan kepengacaraan Se-Provinsi Bengkulu, 2012
Landasan Konstitusional
Diatur dalam Bab IX Pasal 24 UUD Amandemen ke IV.
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.3)
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berbeda di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.3)
(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.3)
Lembaga Kekuasaan Kehakiman
1. Mahkamah Agung (Pasal 24 A)
2. Komisi Yudisial (Pasal 24 B)
3. Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 C)
UU No. 48 Tahun 2009
Landasan Hukumnya Bab I Pasal 1
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara
Hukum Republik Indonesia.
Link ke Peraturan
HIR dan R.Bg
Buku IV BW/KUH Perdata
UU No. 48 Tahun 2009
UU No. 49 Tahun 2009
UU No. 50 Tahun 2009
UU N0. 18 Tahun 2003
UU No. 16 Tahun 2011

SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN PERADILAN UMUM
DAN KHUSUS
MA MK
PTUN
MAHMILTI
PTA PT
MAHMIL
PA PN
MAHPL
PTTUN
PHI
Pasal 18 UU No. 48/2009
PNG PP
1. 2.
Gugatan Panitera
Kas
Biaya Perkara
Register
Ketua PN
Pembagian
Sidang
Putus
Juru Sita
Pelaksanaan
Arsip
PT MA
Prosedur Beracara Secara Praktis
Di Pengadilan Negeri
Tahap/Fase Beracara
Pendahuluan Pelaksanaan Penentuan
1. Gugatan masuk
2. Pencabutan Gugatan
3. Sita Jaminan
I Jawab menjawab I I Pembuktian I
1. Gugur
2. Putusan Verstek
3. Intervensi
4. Pencabutan
5. Intervensi
1. Pembac. Gugatan
2. Eksepsi
3. Replik
4. Duplik
Proses Adm. Di PN
Pemeriksaan Perkara oleh Hakim
1. Pemeriksaan Alat
Bukti
2. Kesimpulan
Penggugat
3. Kesimpulan
Tergugat
Kegiatan Hakim:
1. Mengkonstatir Peristiwanya
2. Mengkualifisir Peristiwanya
3. Mengkonstitutir Peristiwanya
Peristiwa : 1. Relevan
2. Irrelevan
Peristiwa
Konkrit
P
U
T
U
S
A
N
B
a
n
d
i
n
g
K
a
s
a
s
i
Permohonan
Eksekusi
1. Pemanggilan
2. Teguran
3. Lelang
4. Pembagian
Eksekusi
Sita Eksekutorial
Perlw. Eksekusi
P
e
n
i
n
j
a
u
a
n

k
e
m
b
a
l
i
P
E
N
G
G
U
G
A
T
T
E
R
G
U
G
A
T
U
p
a
y
a

H
u
k
u
m
Jangka
waktu
Oleh:
Edytiawarman, SH. M.Hum
Derden
Verzet
Kemana Gugagatan
di ajukan !
Pengadilan
Mahakamah
Angung
Pengadilan
Tinggi
Pengadilan
Negeri
Pengadilan
Tingkat I
Pengadilan
Tingkat II
1. PN
2. PA
3. PTUN
4. Mahmil
5. P.Niaga
6. PHI
7. PP
P
s
.
8

a
y
a
t

1

U
U

N
o
.
4
/
9
8

P
s
.
1
8

U
U

N
o
.
4
8
/
2
0
0
9

P
e
n
e
r
a
p
a
n

H
u
k
u
m

P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

p
o
k
o
k

p
e
r
k
a
r
a

Gugatan
Gugat, menggugat artinya:
1. mendakwa; mengadukan (perkara); jika hendak
-, anda harus membawa bukti-bukti yang sah;
2. Menuntut (janji dsb); membangkit-bangkitkan
perkara yang sudah-sudah;
3. Mencela dengan keras; menyanggah: tidak ada
yang berani keputusan kepala suku itu.
Gugatan artinya: 1. tuntutan; 2. celaan; kritikan;
sanggahan
TUNTUTAN HAK
Tuntutan Hak yang tidak mengandung sengketa
atau disebutjuga dengan istilah Peradilan
Sukarela (Jurisdictio Voluntaria). Ini dapat
dilaksanakan oleh setia orang, artinya sertiap
orang dapat melaksanakan hukum.
Tuntutan Hak yang mengandung sengketa atau
disebut juga dengan istilah Peradilan
Sesungguhnya (Jurisdictio Contentiosa). Ini
adalah monopoli dari peradilan, misalnya orang
yang menuntut haknya dengan cara pemaksaan
kepada orang lain (Eigenrechting).
Pengajuan Gugatan
Gugatan dapat diajukan baik secara
tertulis atau secara lisan (ps 118 ayat
1HIR, 142 atau 1 Rbg) atau tertulis
(ps 120 HIR, 144 ayat 1 Rbg) dan
bila perlu dapat minta bantuan
Ketua Pengadilan Negeri).
Kuliah Umum 2012
Mengapa Orang/Badan Hukum
mengajukan Gugatan
Sebab
Seimbang
Tidak
Seimbang
1
2
Ada Perbuatan
Hukum
Sebelumnya
Isi Gugatan
HIR dan Rbg sendiri hanya mengatur mengenai cara
mengajukan gugatan.
Mengenai persyaratan tentang isi daripada gugatan
tidak ada ketentuannya, tetapi kita dapat melihat
dalam Rv ps 8 No. 3 yang mengharuskan adanya
pokok gugatan yang meliputi:
identitas daripada para pihak.
dalil-dalil konkrit tentang adanya hubungan hukum yang
merupakan dasar serta alasan-alasan daripada tuntutan. Dalil-
dalil ini lebih dikenal dengan istilah fundamentum petendi.
tuntutan atau petitum ini harus jelas dan tegas.
Identitas Para Pihak
Nama
Pekerjaan
Tempat tinggal


Batch III
The End
Fundamentum Petendi
Fundamentum petendi adalah dalil-dalil posita
konkret tentang adanya hubungan yang merupakan
dasar serta ulasan daripada tuntutan.
bagian yang menguraikan tentang
kejadian atau peristiwanya (feitelijke
gronden) dan;
bagian yang menguraikan tentang dasar
hukumnya (rechtsgronden)
Petitum atau Tuntutan
Petitum atau tuntutan adalah apa yang diminta atau
diharapkan Penggugat agar diputuskan oleh Hakim.
a. Tuntutan primer atau tuntutan pokok yang
langsung berhubungan dengan pokok perkara.
b. tuntutan tambahan, bukan tuntutan pokok
tetapi masih ada hubungannya dengan pokok
perkara.
c. Tuntutan subsidiar atau tuntutan pengganti.
Kumulasi gugatan
Dalam praktik tidak menutup kemungkinan
pihak-pihak yang berperkara lebih dari satu orang
penggugat melawan satu orang tergugat atau satu
orang penggugat melawan lebih dari beberapa
orang tergugat.
KUMULASI SUBYEKTIF (penggabungan dari
beberapa subyeknya).
KUMULASI OBYEKTIF(penggabungan dari pada
obyek/tuntutan).
Agar gugatan tidak ditolak atau dinyatakan tidak
diterima hal yang harus memperhatikan :
Gugatan supaya diajukan kepada Pengadilan yang berwenang.
Identitas seperti nama, pekerjaan, alamat dan sebagainya dari Penggugat
dan Tergugat harus jelas.
Pihak Penggugat maupun Tergugat harus ada hubungan hukum dengan
pokok permasalahan.
Pihak Penggugat maupun Tergugat mempunyai kemampuan untuk
melakukan perbuatan hukum (handelingsbekwaamheid).
Dalil-dalil atau posita gugatan harus mempunyai dasar peristiwa dan dasar
hukum (fundamentum petendi) yang cukup kuat.
Peristiwa atau permasalahan dalam gugatan belum lampau waktu
(daluwarsa).
Peristiwa belum pernah diajukan dan diputuskan oleh pengadilan.
Ada atau tidak adanya penundaan masalah.
Jumlah Tergugat supaya lengkap.
Pengajuan tuntutan atau petitum yang jelas dan tegas yang dapat terdiri
dari petitum primer, petitum tambahan dan petitum subsidair.
Pencabutan Gugatan
Sebuah gugatan dapat dicabut selama putusan
pengadilan belum dijatuhkan dengan catatan :

1. Apabila gugatan belum sampai dijawab oleh
Tergugat, maka Penggugat dapat langsung
mengajukan pencabutan gugatan.
2. Apabila pihak tergugat sudah memberikan
jawaban maka pencabutan gugatan dapat
dilaksanakan apabila ada persetujuan dari
Tergugat.
Sekian



Sesion I
Silahkan bila ada yang mau bertanya !

Oleh:
Edytiawarman, SH. M.Hum
Bila Anda (pihak Istri)merasa bahwa perkawinan Anda
tidak dapat dipertahankan lagi dan memutuskan
untuk bercerai, langkah pertama yang dapat dilakukan
adalah mengajukan Gugatan Perceraian. Bagi yang
beragama Islam, gugatan ini dapat diajukan di
Pengadilan Agama (Pasal 1 Bab I Ketentuan Umum PP
No 9/1975 tentang Pelaksanaan UU No 1 tahun 1974
tentang Perkawinan).
1. Dimana Gugatan Diajukan?
Bila anda yang mengajukan gugatan perceraian, berarti
anda adalah pihak Penggugat dan suami adalah Tergugat.
Untuk mengajukan gugatan perceraian, anda atau kuasa
hukum anda (bila anda menggunakan kuasa hukum)
mendatangi Pengadilan Agama (PA) di wilayah tempat
tinggal anda. Bila anda tinggal di Luar Negeri, gugatan
diajukan di PA wilayah tempat tinggal suami. Bila anda dan
suami anda tinggal di luar negeri, maka gugatan diajukan
kepada Pengadilan Agama di wilayah tempat anda berdua
menikah dulu, atau kepada Pengadilan Agama Jakarta
Pusat (Pasal 73 UU No 7/89 tentang Peradilan Agama)
2. Alasan dalam Gugatan
Perceraian
Alasan yang dapat dijadikan dasar gugatan perceraian anda di Pengadilan Agama antara
lain:
Suami berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya;
Suami meninggalkan anda selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ada ijin atau alasan
yang jelas dan benar, artinya: suami dengan sadar dan sengaja meninggalkan anda;
Suami dihukum penjara selama (lima) 5 tahun atau lebih setelah perkawinan
dilangsungkan;
Suami bertindak kejam dan suka menganiaya anda;
Suami tak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena cacat badan atau
penyakit yang dideritanya;
Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa kemungkinan untuk rukun
kembali;
Suami melanggar taklik-talak yang dia ucapkan saat ijab-kabul;
Suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidaakharmonisan dalam
keluarga.

(Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam jo Pasal 19 PP No 9 tahun 1975)
3. Saksi dan Bukti
Anda atau kuasa hukum anda wajib membuktikan di pengadilan
kebenaran dari alasan-alasan tersebut dengan:
Salinan Putusan Pengadilan, jika alasan yang dipakai adalah suami
mendapat hukuman 5 (lima tahun) atau lebih (pasal 74 UU No. 7/1989
jo KHI pasal 135).
Bukti hasil pemeriksaan dokter atas perintah dari pengadilan, bila
alasan Anda adalah suami mendapat cacat badan atau penyakit yang
menyebabkan tak mampu memenuhi kewajibannya (pasal 75 UU
7/1989)
Keterangan dari saksi-saksi, baik yang berasal dari keluarga atau orang-
orang dekat yang mengetahui terjadinya pertengkaran antara anda
dengan suami anda (pasal 76 UU 7/1989 jo pasal 134 KHI).

4. Surat-surat yang Harus Anda
siapkan
Surat Nikah asli
Foto kopi Surat Nikah 2 (dua) lembar, masing-masing dibubuhi materai,
kemudian dilegalisir
Foto kopi Akte Kelahiran anak-anak (bila punya anak), dibubuhi materai, juga
dilegalisir
Foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) terbaru Penggugat (istri)
Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

Bila bersamaan dengan gugatan perceraian diajukan pula gugatan terhadap harta
bersama, maka perlu disiapkan bukti-bukti kepemilikannya seperti sertifikat
tanah (bila atas nama penggugat/pemohon), BPKB (Bukti Pemilikan
Kendaraan Bermotor)/STNK(Surat Tanda Nomor Kendaraan) untuk kendaraan
bermotor, kwitansi, surat jual-beli, dll.
Untuk itu, sangat penting untuk menyimpan surat-surat berharga yang anda
miliki dalam tempat yang aman.
5. Isi Surat Gugatan
a. Identitas para pihak (Penggugat/Tergugat) atau persona standi in judicio, terdiri dari nama
suami dan istri (beserta bin/binti), umur, tempat tinggal, hal ini diatur dalam pasal 67 (a) UU
No. 7/1989. Identitas para pihak ini juga disertai dengan informasi tentang agama, pekerjaan dan
status kewarganegaraan
b. Posita (dasar atau alasan gugat), disebut juga Fundamentum Petendi, berisi keterangan
berupa kronologis (urutan peristiwa) sejak mulai perkawinan anda dengan suami anda
dilangsungkan, peristiwa hukum yang ada (misalnya: lahirnya anak-anak), hingga munculnya
ketidakcocokan antara anda dan suami yang mendorong terjadinya perceraian, dengan alasan-
alasan yang diajukan dan uraiannya yang kemudian menjadi dasar tuntutan (petitum). Contoh
posita misalnya:
Bahwa pada tanggaltelah dilangsungkan perkawinan antara penggugat dan tergugat di
Bahwa dari perkawinan itu telah lahir (jumlah) anak bernama, lahir dipada tanggal
Bahwa selama perkawinan antara penggugat dan tergugat sering sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran sebagai berikut
Bahwa berdasarkan alasan di atas cukup bagi penggugat mengajukan gugatan perceraiandst
C. Petitum (tuntutan hukum), yaitu tuntutan yang diminta oleh Istri sebagai Penggugat agar
dikabulkan oleh hakim (pasal 31 PP No 9/1975, Pasal 130 HIR).

Bentuk tuntutan itu misalnya:
Menerima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya;
Menyatakan perkawinan antara penggugat dan tergugat sah putus
karena perceraian sejak dijatuhkannya putusan oleh hakim;
Menyatakan pihak penggugat berhak atas hak pemeliharaan anak dan
berhak atas nafkah dari tergugat terhitung sejak tanggal...sebesar
Rp....per bulan sampai penggugat menikah lagi;
Mewajibkan pihak tergugat membayar biaya pemeliharaan (jika anak
belum dewasa) terhitung sejak....sebesar Rp....per bulan sampai anak
mandiri/dewasa;
Menyatakan bahwa harta berupa....yang merupakan harta bersama
(gono-gini) menjadi hak penggugat...
Menghukum penggugat membayar biaya perkaradst

6. Gugatan Provisional (pasal 77 dan 78
UU No.7/89)
Sebelum putusan akhir dijatuhkan hakim, dapat diajukan pula gugatan
provisional di Pengadilan Agama untuk masalah yang perlu kepastian
segera, misalnya:

a. Memberikan ijin kepada istri untuk tinggal terpisah dengan suami.
b. Ijin dapat diberikan untuk mencegah bahaya yang mungkin timbul
jika suami-istri yang bertikai tinggal serumah.
c. Menentukan biaya hidup/nafkah bagi istri dan anak-anak yang
seharusnya diberikan oleh suami;
d. Menentukan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin
pemeliharaan dan pendidikan anak;
e. Menentukan hal-hal yang perlu bagi terpeliharanya barang-barang
yang menjadi harta bersama (gono-gini) atau barang-barang yang
merupakan harta bawaan masing-masing pihak sebelum perkawinan
dahulu.

Sekian



Silahkan bila ada tanggapan !!!!!

Anda mungkin juga menyukai