Anda di halaman 1dari 6

Pemanfaatan Energi Air Untuk BTS

Remote Area
Abstrak Terus meningkatnya harga minyak dunia dan kelangkaan bahan bakar minyak
solar berdampak pada pengoperasian BTS di daerah terpencil yang masih menggunakan
generator set sebagai pembangkit listrik utamanya. Pemilihan alternatif energi sebagai
pengganti BBM solar harus mengacu pada potensi energi terbarukan yang ada didaerah
tersebut, teknologinya mudah, dan ekonomis. Dalam makalah ini, akan dijelaskan secara
singkat mengenai teori, prinsip kerja, teknologi turbin air, dan aspek-aspek yang diperlu
dipertimbangkan dalam perencanaan mikrohidro.
Kata kunci: PLTMH, BBM, turbin, generator set,BTS, debit air, tinggi jatuh, run off river,
transmisi, distribusi
Ketergantungan pada energi fossil untuk menghidupkan BTS di remote area yang belum
terjangkau jaringan PLN merupakan beban tersendiri bagi operator telekomunikasi. Beban
tersebut akan semakin berat bila harga minyak dunia terus merangkak naik dari tahun ke
tahun dan terjadi kelangkaan stok bahan bakar minyak (BBM) dipasaran, sedangkan disisi
lain, pemerintah tidak memberi subsidi bagi industri yang menggunakan bahan bakar minyak
untuk keberlangsungan proses produksinya.
1. PENDAHULUAN
Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dicarikan alternatif energi yang harganya relatif murah
dan ketersediaannya berlimpah serta terbarukan. Alternatif energi terbarukan yang bisa
dimanfaatkan di Indonesia cukup banyak, diantaranya energi matahari, panas bumi, angin,
biogas/biomassa, dan air. Menurut hasil survei dari JICA, potensi energi terbarukan di
Indonesia yang terbesar adalah tenaga air yaitu sebesar 76.4GW, biomassa/biogas sebesar
49.8GW, dan panas bumi sebesar 29GW. Meskipun energi matahari sangat berlimpah yaitu
sekitar 4.8 kWh/m2/day, tetapi efisiensi teknologi solarcell masih berkisar 6-16%. Untuk
potensi tenaga angin di Indonesia berkisar 3-6 m/det. Nilai ini masih dibawah rata-rata angin
yang dibutuhkan oleh turbin untuk menghasilkan listrik secara optimal yaitu 12 m/det.
Dalam makalah ini akan dibahas pemanfaatan energi air menjadi listrik yang merupakan
potensi energi terbarukan terbesar di Indonesia untuk menghidupkan BTS di daerah terpencil.
2. DEFINISI, KLASIFIKASI & FORMULASI
Pembangkit listrik tenaga air pada prinsipnya memanfaatkan tinggi jatuh dan debit air untuk
memutar sebuah turbin guna menghasilkan listrik. Berdasarkan kapasitas, pembangkit ini
terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu picohydro (kap. 1kW), mikrohydro (kap. 1kW
1 MW), minihydro (kap. 1-100MW), PLTA (kap. 100MW). Sedangkan berdasarkan tipe
pembangkitan, pembangkit listrik ini terbagi menjadi: tipe reservoir dan tipe conduit/run off
river.

Secara umum, formulasi untuk menghitung potensi hidrolik (Ph) adalah sebagai berikut:
Ph = x 9.8 x Q x h
Dimana:
= efisiensi turbin ~ 0.6
Q = debit air (m3/det)
h = head/tinggi jatuh
Namun demikian, tidak semua energi potensial yang terkandung pada air jatuh dapat
dimanfaatkan karena adanya energi yang hilang akibat gesekan pada saat air tersebut
mengalir melalui sebuah saluran sebelum mencapai turbin.

3. PRINSIP KERJA & JENIS TURBIN
Untuk aplikasi BTS yang hanya membutuhkan daya berkisar 1.5-5kW, maka pembangkit
listrik yang digunakan adalah mikrohydro dengan tipe conduit atau run off river. Prinsip kerja
pembangkit ini adalah mengalihkan sebagian aliran sungai dengan cara membendung sungai
tersebut, untuk dialirkan ke sebuah bak penenang, kemudian air dijatuhkan dari bak
penenang melalui sebuah pipa penstock guna memutar turbin yang berada di didalam rumah
pembangkit. Turbin tersebut tersambung secara mekanik dengan generator listrik. Listrik
yang dihasilkan kemudian ditranmisikan atau didistribusikan melalui kabel ke beban-beban.
Air yang digunakan untuk memutar turbin dialirkan kembali ke sungai, begitu pula air
limpahan dari bak penenang dan bendungan, sehingga ekosistem mahluk hidup didalam
maupun dipinggiran sungai tetap terjaga meskipun pembangkit listrik mikrohidro ini
beroperasi. Menjaga kelestarian hutan di hulu sungai sangatlah penting guna menjamin
ketersediaan air sungai yang merupakan sumber energi primer pembangkit ini.

Jenis turbin yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga air dikategorikan menjadi dua
yaitu: turbin impulse, seperti turbin Pelton, Crossflow, Turgo-Impulse, dan turbin reaction,
seperti turbin Francis, Propeller, Kaplan, Tubular. Pemilihan jenis turbin tergantung pada
tinggi jatuh dan debit air sungai. Jenis turbin yang sudah dikembangkan di Indonesia adalah
tubin crossflow dan propeller. Kedua jenis turbin ini dikenal lebih ekonomis dan mudah
dikuasai teknologinya secara lokal.

4. STUDI KELAYAKAN
Sebelum pembangunan mikrohydro dimulai, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu studi
teknis yang meliputi pengukuran debit air sungai dan ketinggian jatuh air, pemetaan topografi
lokal, jaringan transmisi-distribusi, dan studi non teknis, yang meliputi aspek lingkungan,
pemerintah setempat, sosial, dan ekonomi. Kedua studi tersebut sangat menentukan
keberlangsungan umur dari pembangkit listrik mikrohydro (PLTMH).
4.1 Aspek Teknis
Pengukuran debit air sungai, idealnya dilakukan minimal satu tahun, dan debit air yang
menjadi acuan adalah debit minimal pada bulan-bulan kemarau. Selain data pengukuran debit
air yang digunakan, data curah hujan dari badan meteorologi dapat dimanfaatkan sebagai data
sekunder atau data penguat.

Untuk jaringan transmisi-distribusi dari rumah pembangkit ke beban sebaiknya tidak
melebihi dari 3 km. Semakin jauh jaraknya maka rugi-rugi daya pada jaringan akan semakin
besar pula, dan membutuhkan investasi yang tidak sedikit untuk mengatasi hal tersebut
terutama pada ukuran dan tipe kabel, tiang listrik dan penyediaan trafo.
4.2 Aspek Non-Teknis
Perijinan pemerintah dan masyarakat setempat terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan
lahan untuk lokasi PLTMH merupakan tantangan tersendiri dalam studi kelayakan ini.
Sosialisasi adalah suatu cara yang terbukti efektif untuk mengatasi tantangan tersebut.
Sharing daya listrik yang berlebih dari kebutuhan BTS kepada masyarakat seperti untuk
penerangan lampu jalan, rumah ibadah, kantor pedesaan/kelurahan, dan layanan publik
lainnya, dapat diterapkan untuk menjaga keberlangsungan pengoperasian PLTMH dalam
jangka panjang.
Penggunaan energi air sebagai pengganti BBM solar untuk penggerak generator set yang
umum digunakan oleh operator telekomunikasi di daerah terpencil, sangat menguntungkan
perusahaan baik secara finansial maupun non-finansial.
Secara finansial, sumber energi primer pembangkit listrik mikrohydro ini hanya
menggunakan air yang tersedia melimpah di alam dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
memanfaatkannya selama operasi. Berikut gambaran perbandingan biaya investasi dan
operasi antara PLTMH dan generator set di Sumalata-Gorontalo, yang digunakan untuk
menyuplai listrik ke BTS salah satu operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Biaya
pembangkitan listrik dengan menggunakan PLTMH sebesar Rp130.2/kWh, sedangkan
generator set sebesar Rp1,071.2/kWh untuk kapasitas 16kW.



Secara non-finansial, pengoperasian PLTMH tidak menghasilkan residu karena tidak ada
proses pembakaran didalamnya. Beda halnya dengan generator set, residu yang dihasilkan
berupa COx dan SOx dapat mencemari udara dan berakibat pada pemanasan global dalam
jangka panjang. Reduksi emisi Karbon yang diperoleh dengan pemanfaatan PLTMH ini
adalah 716 tCO
2
/kWh. Selain itu, suara generator set pada saat beroperasi dapat memicu isu
dilingkungan warga sekitar lokasi BTS.
5. KESIMPULAN
Pengoperasian BTS didaerah terpencil dengan menggunakan generator set telah membuat
biaya operasional perusahaan telekomunikasi menjadi naik. Apalagi, ditambah dengan harga
minyak dunia yang terus berfluaktif dan tidak dapat diprediksi dikemudian hari. Pemanfaatan
energi alternatif berupa pembangkit listrik tenaga mikrohidro terbukti mampu mengurangi
biaya operasional dilokasi tersebut hingga 87%. Turbin yang digunakan sudah bisa
dipabrikasi lokal sehingga memudahkan pada saat pemeliharaan dan perbaikan. Pada fase
perencanaan PLTMH, selain aspek teknis, aspek non-teknis berupa lingkungan, pemerintah,
sosial dan ekonomi juga perlu diperhatikan untuk menjamin keberlangsungan pengoperasian
dari PLTMH itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai