PRA-RANCANGAN SISTEM PRODUKSI 9-METHOXYCANTHIN-6-ONE
SEBAGAI SENYAWA ANTIKANKER DARI KULTUR SUSPENSI SEL Eurycoma longifolia DALAM BIOREAKTOR BUBBLE COLUMN Laporan I Pra-Rancangan Sistem Produksi Hayati
Disusun Oleh: Muhammad Rizky Hanan Putra (11210014) Siti Fatimah (11210019) Syarif Hidayat (11210025)
PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan I Pra-RancanganSistemProduksiHayati sebagai syarat untuk memenuhi ketentuan yang berlaku dalam menempuh studi tingkat sarjana di Program Studi Rekayasa Hayati, Institut Teknologi Bandung
Mengetahui: Pembimbing Tugas Akhir
Dr. Ir. Robert Manurung NIP. 130 704 301
Pembimbing Tugas Akhir
Dr. Erly Mawarni NIP. 137 759 823
Diperiksa dan disetujui: Koordinator Mata Kuliah Pra-Rancangan Sistem Produksi Hayati
Dr. Ir. Robert Manurung NIP. 130 704 301 iii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv DAFTAR TABEL .................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2 1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 BAB II TINJ AUAN PUSTAKA .............................................................................. 3 2.1 Bahan Baku .................................................................................................... 3 2.1.1 Taksonomi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)..................... 3 2.2 Spesifikasi Produk .......................................................................................... 5 2.3 Kultur Suspensi Sel Eurycoma longifolia dalam Bioreaktor ......................... 6 2.3.1 Komposisi Medium ............................................................................... 6 2.3.2 Chemical State ....................................................................................... 7 BAB III BIOKONVERSI ........................................................................................ 9 3.1 Biosintesis 9-Methoxycanthin-6-One ............................................................. 9 3.2 Proses Sintesis 9-Methoxycanthin-6-One .................................................... 10 BAB IV LOKASI DAN ANALISA PASAR ........................................................ 13 4.1 Rancangan Lokasi ........................................................................................ 13 4.2 Analisa Pasar ................................................................................................ 16 4.2.1 Target Pasar ......................................................................................... 16 4.2.2 Kompetitor ........................................................................................... 16 4.2.3 Marekt Size .......................................................................................... 17 BAB IV INNOVATION MAP DAN GROSS PROFIT MARGIN ....................... 19 5.1 Innovation Map ............................................................................................ 19 5.2 Gross Profit Margin ...................................................................................... 21 5.2.1 Pra Produksi ......................................................................................... 21 5.2.2 Produksi ............................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Pasak Bumi ........................................................................... 3 Gambar 2.2 Struktur Molekul Canthin-6-One ......................................................... 5 Gambar 2.3 Struktur Molekul 9-Methoxycanthin-6-One ........................................ 5 Gambar 3.1 Biosintesis Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One ................................... 9 Gambar 3.2 Proccess Synthesis Problem ............................................................... 10 Gambar 3.3 Rancangan Sistem Produksi Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One ...... 10 Gambar 4.1 Lokasi Kecamatan Babakan Cikao, Purwakarta ............................... 13 Gambar 5.1 Innovation Map .................................................................................. 19
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Medium MS ........................................................................... 6 Tabel 4.1 Upah Minimum Regional 2014 ............................................................. 14 Tabel 5.1 Biaya Media tumbuh Perbanyakan Sel Eurycoma longifolia ................ 21 Tabel 5.2 Biaya Media Tumbuh Proses Produksi per 1000 Liter .......................... 22
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utanma kematian di dunia. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kanker diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2015 (WHO, 2006 dalam Moeljopawiro, 2007) sehingga kebutuhan obat anti kanker juga akan meningkat. Eurycoma longifolia (Pasak Bumi) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan senyawa 9-methoxicanthin-6-one yang dapat digunakan sebagai obat anti kanker. Akan tetapi, produktivitas senyawa 9- methoxicanthin-6-one dari pasak bumi juga masih sangat rendah yaitu sekitar 14.64 mg/L (Siregar,2010) sehingga diperlukan optimasi untuk meningkatkan produktivitas senyawa ini Kultur sel dan jaringan tanaman secara luas dikenalsebagai alternatif yang menjanjikan untuk produksimetabolit sekunder yang memiliki nilai farmakologi.Beberapa keberhasilan yang telah diperoleh melaluiteknik ini seperti produksi komersial shikonin dariLithospermum erythrorhizon (Fujita 1988), berberinedari Coptis japonica (Fujita 1988), dan taxol dari Taxusspecies (Blechert & Guenard 1990). Biomassa kalus Eurycoma dapat diinisiasi darieksplan daun, petiol dan batang yang diperoleh dari kecambah in vitro Eurycoma(Siregar et al.,1998). Kalus dari eksplan daun yang bersifat mudahhancur (friable) di dalam medium yang mengandungauksin merupakan sumber kalus yang terbaik untukmemperoleh kultur suspensi sel (Chan et al., 1999). Dengan menggunakan kultur suspensi selEurycoma maka produktivitas senyawa 9-Methoxicanthin-6-One dapat ditingkatkan sampai 100-1000x. Selain itu, metode ini dapat dikembangkan untukproduksi biomassa dan hasil- hasil metabolisme secarabesar-besaran dengan menggunakanbioreaktor. 2
Oleh karena itu, optimasi dari kultur suspensi sel Eurycoma menggunakan bioreaktor bubble column diharapkan dapat meningkatkan produktivitas senyawa 9-Methoxycanthin-6-One sebagai obat anti kanker
1.2 Tujuan Merancang sistem produksi senyawa 9-Methoxycanthin-6-One sebagai obat anti kanker dengan mengunakan kultur suspensi sel Eurycoma longifolia dalam bioreaktor bubble column
1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang ada dalam perancangan sistem produksi senyawa 9-Methoxycanthin-6-One sebagai obat antikanker menggunakan kultur suspensi sel Eurycoma longifolia dalam bioreaktor bubble column adalah : Belum ada sistem produksi yang memroduksi senyawa 9- Methoxycanthin-6-One dalam skala produksi Belum ada perancangan sistem produksi yang mampu memenuhi kebutuhan pasar akan obat anti kanker yang semakin meningkat setiap tahunnya 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Baku 2.1.1 Taksonomi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) Klasifikasi pasak bumi menurut Cronquist (1981) Divisio : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Sub Class : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Simaroubaceae Genus : Eurycoma Species : Eurycoma longifolia J ack Pasak bumi merupakan tumbuhan perdu atau pohon kecil yang tingginya dapat mencapai 20 m. Daun pasak bumi berbentuk lanset dengan tepi rata berukuran 2,5 14,2 X 0,7 - 4,5 cm. Daun majemuk menyirip ganjil dengan jumlah anak daun 11- 38 mengumpul pada ujung ranting. Bunga berwarna merah berbentuk malai dan berbulu. Buah berwarna kuning kemerahan ketika muda serta menjadi hitam pada saat tua. Pasak bumi termasuk tumbuhan berumah satu atau berumah dua (Hadad dan Taryono, 1998: Padua et al.,1999). Pasak bumi adalah salah satu jenis tumbuhan obat yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini menyukai tanah asam berpasir, memiliki drainase tanah yang baik. Biasanya hidup di hutan dekat pantai, baik hutan primer atau sekunder. Ditemukan sampai ketinggian tempat 1000 m dari permukaan laut (Whitmore, 1992). Pasak bumi dapat dijumpai pada daerah-daerah pungggung bukit atau pematang dan daerah berlereng (Nuryamin, 2000). Tumbuhan ini tumbuh pada temperatur rata- rata 25 0 C dengan kelembaban udara 86% setelah melalui masa muda Gambar 2.1 Tanaman Pasak Bumi 4
tumbuhan ini membutuhkan lebih banyak sinar matahari untuk membantu perkembangan vegetatif dan system reproduksinya Kegunaan tumbuhan pasak bumi dalam pengobatan meliputi semua bagian tumbuhan. Akar pasak bumi biasa digunakan sebagai obat kuat, penurunan panas, anti malaria, dan disentri. Kulit dan batangnya digunakan untuk mengobati demam, sariawan, sakit tulang, cacing perut, serta sebagai tonik setelah melahirkan. Daunnya digunakan untuk mengobati penyakit gatal, sedangkan bunga dan buahnya bermanfaat dalam mengobati sakit kepala, sakit perut dan nyeri tulang (Hadad dan Taryono, 1998). Hasil analisis yang telah dilakukan oleh beberapa ahli baik dari Malaysia, J epang, Thailand juga Indonesia menyatakan bahwa dalam akar pasak bumi terdapat kandungan kimia : aervin, kampesterol, kantin-6-one,9-hidroksi, kantin-6-one,9-hidroksi,n-oksida, kantin-6-one, 9-metoksi, kantin-6-on,9-metoksi,n-oksida, karbolina, -1-asid propionik, karbolina, -7-metoksi, 1-asid propionik, eurikomalakton, eurikomanol, eurikomanol, 13- -18-dihidro, eurikomanol, 2--D-glukosida eurikomanon, eurikomanona, 13-21-dihidro, eurikomanona, 13-beta-21- dihidroksi, klaineanon, 14-15-beta-dihidroksi, klaineanon, 14-15- dihidroksi, longilaston, -sitosterol, stigmasterol. Kegunaan kandungan kimia ini adalah untuk antimalaria, mengatasi ulser, luka, demam dan lemah, obat meroyan, bisul, tonik menguatkan badan, untuk bisul, tonik menguatkan badan antipiretik, mengatasi gusi berdarah, sifilis, luka dan ulser (Kuo et al., 2004). Masyarakat juga menggunakan akar, kulit akar, atau batang pasak bumi dalam mengobati diare, demam, pembengkakan kelenjar, dropsy, pendarahan, batuk kronis, hypertensi, nyeri tulang, meningkatkan libido, sekaligus sebagai tonik (Padua et al.,1999).
5
2.2. Spesifikasi Produk Salah satu senyawa yang dapat dihasilkan dari tanaman Eurycoma longifolia adalah canthin-6-one. Canthin-6-One Rumus molekul : C 14 H 8 N 2 O Berat molekul : 220,23 mol/gram Titik Leleh : 162-163 O C Toksisitas : tidak berbahaya
Gambar 2.2 Struktur Molekul Canthin-6-One Evaluasi farmakologi berbagai senyawa yang diisolasi dari Eurycoma longifolia menunjukkan bahwa senyawa canthin-6-one yang terkandung memiliki kemampuan sebagai antimalaria (kardono et al., 1991) sitotoksik (morita et al., 1990; kardono et al., 1991;Itokawa et al., 1992; Morita et al., 1993). Senyawa canthin-6-one dapat dioksidasi menjadi senyawa turunan lain yaitu 9-Methoxycanthin-6-One. Senyawa ini yang memiliki potensi untuk menahan aktivitas sititoksik (kardono et al., 1991).
9-Methoxycanthin-6-One Rumus molekul : C 15 H 10 N 2 O 2
Berat molekul : 250,25 g/mol Titik leleh : 175-176 O C Toksisitas : tidak berbahaya Gambar 2.3 Struktur Molekul 9-Methoxycanthin-6-One
Senyawa ini memiliki sitotoksitas terhadap kanker paru-paru (A- 549) dan kanker payudara (MCF 7) (Kuo et al., 2003). Selain itu menurut Li tahun 2008 disebutkan bahwa 9-methoxycanthin-6-One memiliki kemampuan sitotoksik lainnya terhadapa cell line fibrosarcoma manusia 6
HT-1080. 9-methoxycanthin-6-One termasuk dalam gugus amin, armatik, heterocycle, pharmaceutical, intermediates dan fine chemical secara pengelompokkan jenisnya secara kimiawi. 9-methoxycanthin-6-One sendiri bersifat non hazardous, non toxic dan non flammable sehingga tidak berbahaya bila dibandingkan senyawa kimiawi lainnya karena memiliki sifat ramah lingkungan. Dalam penelitian mahmood et al pada tahun 2011 dilakukan identifikasi dan analisis kandungan senyawa 9-methoxycanthin-6-One dari eksplan tanaman utuh dibandingkan dengan kalus Eurycoma longifolia. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa dalam eksplan tanaman utuh dibagian akar serabut ditemukan kandungan 9-methoxycanthin-6-one paling banyak sedangkan pada semua kalus yang diuji ditemukan kandungan 9-methoxycanthin-6-One yang sama banyaknya dengan jumlah kandungan yang lebih banak dibanding eksplan tanaman utuh.
2.3 Kultur Suspensi Eurycoma longifilia dalam Bioreaktor 2.3.1. Komposisi Medium Medium yang digunakan untuk kultur suspensi Eurycoma longifolia dalam bioreaktor bubble column adalah medium MS (Murashige & Skoog). Komposisi medium kultur MS dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Komposisi Medium MS (Pierik.1998) Komposisi Media Konsentrasi (mg/L) Makronutrien KNO 3 1.900 NH 4 NO 3 1.650 MgSO 4 .7H 2 O 370 CaCl 2 .2H 2 O 440 KH 2 PO 4 170 Mikronutrien 7
MnSO 4 .H 2 O 22,3 KI 0,83 H 3 BO 3 6,2 ZnSO 4 .7H 2 O 8,6 CuSO 4 .5H 2 O 0,025 Na 2 MoO 4 .2H 2 O 0,25 CoCl 2 .6H 2 O 0,025 FeSO 4 .7H 2 O 27,8 Na 2 EDTA.2H 2 O 37,3 TambahanSenyawaOrganik Nikotinat 0,5 Piridoksin-HCl 0,5 Tiamin-HCl 0,1 Myoinositol 100 Glisin 2,0 Sukrosa 30.000
2.3.2. Chemical State Proses produksi 9-Methoxycantin-6-One bubble column membutuhkan medium MS dengan zat pengatur tumbuh seperti NAA, 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D). Selain itu dibutuhkan juga sukrosa, air dan oksigen dalam bioreaktor bubble column. Berikut merupakan chemical state dari bahan baku produksi 9-Methoxycanthin- 6-One. 1. Air Rumus empiris : H 2 O Berat molekul : 18 g/mol Laju alir massa : 3.3 L/menit Fasa : cair Titik leleh : 0 o C Titik didih : 100 o C Densitas : 0,99 g/cm 3
2. Medium MS Laju alir massa : 7.3 g/menit Fasa : padat 8
3. 2,4-dichlorophenoxyacetic acid Rumus empiris : C 8 H 6 Cl 2 O 3
Berat molekul : 221,04 g/mol Laju alir massa :0.67 mg/menit Fasa : padat Titik leleh : 140,5 o C Titik didih : 160 o C
4. NAA Rumus empiris : C 12 H 10 O 2
Berat molekul :186,21 g/mol Laju alir massa :6.67 mg/menit Fasa : padat Titik leleh : 135 0 C Titik didih : -
5. Sukrosa Rumus empiris : C 12 H 22 O 11
Berat moleku l : 342,3 g/mol Laju alir massa :130 g/menit. Fasa : padat Titik leleh :186 o C Titik didih : - Densitas : 1,587 g/cm 3 6. Oksigen Rumus empiris : O 2
Berat molekul :32 g/mol Fasa : gas Titik leleh : -208 O C Titik didih : -183 O C Densitas : 0.083 lb/ft 3 9
BAB III BIOKONVERSI 3.1 Biosintesis 9-Methoxycanthin-6-One Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One dapat disentesis melalui jalur tryphtophan yang berasal dari jalur glikolisis. Sumber karbon yang ada diubah dalam bentuk glukoas lalu mengalami proses glikolisis dalam sel. Tryptophan yang dihasilkan akan diubah menjadi tryptamine yang kemudian akan diubah lagi menjadi canthin-6-one. Setelah berbentuk canthin-6-one, terjadi proses oksidasi hingga diperoleh senyawa turunan berupa 9-Methoxycanthin-6-One. Secara keseluruhan biosintesis senyawa 9-Methoxycanthin-6-One dapat dilihat seperti di bawah ini :
Gambar 3.1 Biosintesis Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One 10
3.2 Proses Sintesis 9-Methoxycanthin-6-One
Gambar 3.2 Proccess Synthesis Problem Input yang ada dalam rancangan sistem produksi senyawa 9- methoxycanthin-6- one adalah medium MS sebanyak 220 gram, suspensi Gambar 3.3 Rancangan Sistem Produksi Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One Sel Pasak Bumi O 2
Sel dan Produksi 9- Methoxycanthin-6- One T = 298 K P = 1 atm pH = 5.5 Volume = 100 L
Medium MS 9-Methoxycanthin- 6-One H 2 0 Waste CO 2
dan H 2 O 9-Hydroxycanthin- 6- One Suspensi Sel Pasak Bumi 4 kg MediumMS 220 g O 2 0.3 vvm H 2 0 100 L 9- Hydroxycan thin-6- One
sel pasak bumi sebanyak 4 kg, sukrosa sebanyak 4 kg, H 2 O sebanyak 100 Liter, O 2 dalam bentuk laju aerasi sebesar 0.3 vvm, dan NAA sebanyak 200 mg sebagai zat pengatur tumbuh dalam pertumbuhan suspensi sel pasak bumi. Medium yang digunakan adalah Medium Murashige- Skoog(MS) karena berdasarkan penelitian Rosli et al. (2009) kalus pasak bumi yang paling baik pertumbuhannya adalah kalus yang ditumbuhkan di media MS. Selain itu, kandungan 9-methoxycanthin 6- one yang paling banyak juga dihasilkan pada kalus yang ditumbuhkan pada media MS. Sumber karbon yang digunakan adalah sukrosa.Sukrosa mampu memberikan pertumbuhan biomassa yang lebih baik jika dibandingkan dengan sumber karbon lain seperti glukosa, fruktosa, manitol, atau solbitol. Sukrosa dengan kandungan 4 % dari media merupakan sumber karbon yang memberikan pertumbuhan biomassa dan kandungan 9-methoxycanthin-6-one yang paling tinggi (Siregar, 2010). Volume medium reaktor yang digunakan sebesar 100 L sehingga air yang dibutuhkan dalam perancangan sistem produksi ini sebanyak 100 Liter per bioreaktornya. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang digunakan berupa NAA (Napthalen Acetic Acid) yang dapat meningkatkan kadar berat basah dan berat kering kalus pasak bumi yang digunakan (Siregar, 2010). Produksi 9-methoxycanthin-6- one dilakukan dengan menggunakan bioreaktor bubble column. Digunakan spesifikasi input seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu berupa penambahan hormon auksin berupa NAA yang berfungsi sebagai ZPT, sumber karbon berupa sukrosa yang merupakan bahan baku utama dalam tersedianya 9-methoxycanthin-6- one sebagai produk diakhir proses. Adapun kondisi optimum bagi pertumbuhan suspensi pasak bumi menurut penelitian oleh Siregar pada tahun 2010 yaitu suhu sebesar 298 K dengan tekanan sebesar 1 atm dan laju aerasi sebesar 0,3 vvm. Penelitian yang sama juga menemukan bahwa pertumbuhan biomassa akan optimal dalam media dengan rentang pH 5,0- 6,0. Namun kandungan 9-methoxycanthin-6-one tertinggi dihasilkan pada media dengan pH 5,5. 12
Output yang dihasilkan dalam perancangan sistem produksi 9- methoxycanthin-6- one ini antara lain : senyawa 9-methoxycanthin-6- one sebanyak 0,6 gram, turunan alkaloid canthin-6-one lainnya, limbah medium, dan emisi gas yang merupakan hasil dari proses yang terjadi dalam bioreaktor selama masa produksi sebanyak 12 hari proses produksi sekali siklusnya. Proses yang digunakan merupakan sistem batch sehigga setelah selesai 1 siklus produksi diperlukan medium, ZPT dan air yang baru sebagai bahan baku medium cair yang digunakna dalam bioreaktor bubble column. Skala produksi yang dirancang dalam peranangan sistem produksisenyawa 9-methoxycanthin-6- one dengan kultur suspensi sel pasak bumi sebesar volume 100 liter dengan jumlah 10 bioreaktor bubble column. Sehingga diakhirnya dapat dihasilkan 150 gram 9- methoxycanthin-6- one.
13
BAB IV LOKASI DAN ANALISA PASAR
4.1 Rancangan Lokasi Pabrik untuk proses produksi akan dibangun di Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, J awa Barat. Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.
Gambar 4.1 Lokasi Kecamatan Babakan Cikao, Purwakarta 1. Transportasi Logistik Lokasi di daerah Purwakarta akan memudahkan pengiriman produk ke kawasan industri seperti Karawang dan Bekasi dengan memanfaatkan akses J alur Tol Cipularang. Pengriman ke luar negeri 14
dapat dilakukan menggunakan jalur udara melalui Bandara Soekarno Hatta yang berjarak 122 km dengan waktu tempuh sekitar 2- 3 jam dan jalur laut melalui Pelabuhan Tanjung Priok yang berjarak 102 km dengan waktu tempuh sekitar 2- 3 jam. Selain itu, Lokasi yang berdekatan dengan DKI J akarta memudahkan pengiriman bahan baku dan alat- alat produksi yang biasanya harus diimpor menggunakan kurir yang berdomisili di DKI J akarta.
2. Nilai Upah Minimum Regional Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai upah minimum regional(UMR) untuk karyawan di Kabupaten Purwakarta lebih rendah dibandingkan dengan daerah industri seperti Bekasi, Karawang, Bogor atau J akarta. Dengan nilai UMR ini diharapkan biaya untuk gaji karyawan tidak terlalu besar sehingga dana dapat dialokasikan untuk mengembangkan sektor lain.
Tabel 4.1 Upah Minimum Regional 2014 No Kota/ Kabupaten UMR 2014 1 KabupatenPurwakarta Rp.2.000.000 2. KabupatenKarawang Rp.2.447.450 3 KabupatenBekasi Rp.2.447.445 4 Kota Bekasi Rp.2.441.954 5 Kota Bogor Rp.2.352.350 6 Kabupaten Bogor Rp.2.242.240 7 DKI J akarta Rp.2.441.301
3. Ketersediaan Sarana Penunjang Produksi Purwakarta berdekatan dengan lokasi waduk PLTA terbesar di Indonesia yaitu waduk J atiluhur. Waduk J atiluhur menyediakan listrik bagi sebagian besar pulau J awa dan Bali dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, hal ini membuat purwakarta memiliki keterjaminan penyediaan listrik yang 15
stabil sepanjang tahun terutama untuk proses produksi industri- industri yang berada disekitarnya. Selain listrik, waduk jatiluhur juga menyediakan cadangan air sebesar 12,9 miliar m 3 / tahun, sehingga kebutuhan air untuk produksi dapat terjamin sepanjang tahun.
4. Peraturan Pemerintah Daerah Kecamatan Babakan Cikao merupakan salah satu daerah yang dialokasikan pemerintah daerah purwakarta sebagai kawasan industri dengan luas lahan 1000 ha. Meskipun luas yang dialokasikan cukup luas, namun saat ini kawasan Babakan Cikao belum dimanfaatkan oleh para investor kawasan industri. Pemerintah daerah Purwakarta membuka kesempatan bagi industri berbasis hayati untuk menumbuhkembangkan industri ini untuk menjadi andalan industri Kabupaten Purwakarta. Lokasi Kawasan industri bagi Kecamatan Babakan Cikao menyebabkan dapat diminimalkannya konflik dengan masyarakat terkait masalah pengelolaan limbah atau polusi udara dan suara yang bersumber dari pabrik. 5. Kondisi Geografis Dari gambar , Kecamatan Babakan Cikao berada di ketinggian 200-500 m dpl dengan suhu lingkungan sekitar 25-27C. Rentang suhu ini cocok dengan kondisi kultur optimal untuk produksi senyawa 9- methoxycanthin-6-one sehingga bila terjadi kerusakan pada sistem pengatur suhu ruangan diharapkan proses produksi tidak mengalami penurunan produktivitas yang signifikan. 6. Kondisi Masyarakat Kondisi masyarakat di Kabupaten Purwakarta jarang mengalami konflik baik konflik pemerintah dengan masyarakat atau konflik sesama masyarakat.
16
7. Harga Tanah Harga tanah di Kawasan Industri Babakan Cikao masih berkisar Rp. 75.000 / m 2 . Harga ini masih dibawah rata- rata daerah industri lain di sekitar DKI J akarta. 4.2 Analisa Pasar 4.2.1 Target Pasar Produk senyawa 9-methoxycanthin-6-one ditujukan sebagai bahan baku industri obat kanker di Indonesia. Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan obat besar yang memiliki investasi yang besar terhadap produksi obat- obatan kanker khususnya yang berbahan baku senyawa dari tanaman contohnya PT Kalbe Farma yang menargetkan mampu memproduksi 55 juta unit obat kanker pada tahun 2013. Selain itu, pasar yang dibidik adalah pasar penyediaan senyawa 9-methoxycanthin-6-one di kawasan Asia. Pasar ini sangat potensial karena produksi senyawa senyawa 9- methoxycanthin-6-one yang telah dikomersialisasikan masih terdapat di kawasan Amerika Serikat dan Kanada yang biaya pengirimannya ke kawasan asia masih tinggi.
4.2.2 Kompetitor Produksi senyawa kimia dari tanaman dengan metode kultur sel tanaman merupakan cara yang dipandang sangat potensial dalam produksi senyawa- senyawa kimia dari tanaman dibandingkan dengan bertani secara konvensional. Selain produktivitas yang lebih besar dan produksi yang lebih cepat, dengan menggunakan kultur sel secara in vitro juga memungkinkan kita mengontrol variabel lingkungan seperti suhu, pH, cahaya, dan kelembaban yang sulit dilakukan jika kita bertani secara konvensional. Keunggulan lainnya, terdapat beberapa senyawa kimia yang hanya dapat dihasilkan dengan menggunakan kultur sel tanaman saja. 17
Produksi senyawa kimia untuk obat kanker juga dapat dilakukan dengan menggunakan sel hewan dan sel bakteri. Namun bila dibandingkan dengan kultur sel hewan, kultur sel tumbuhan relatif lebih mudah dilakukan karena kultur sel tumbuhan dibanding kultur sel hewan adalah tidak perlu memperhatikan kode etik penggunaan organisme untuk penelitian atau produksi. Selain itu, pada kultur sel hewan diperlukan banyak pergantian media tumbuh agar pertumbuhan sel tetap stabil, sedangkan untuk kultur sel tumbuhan media yang digunakan dapat terus dipakai dalam satu siklus produksi. Namun bila dibandingkan dengan produksi senyawa kimia dengan menggunakan kultur sel bakteri , kultur sel tanaman masih kalah dalam segi produktivitas, waktu produksi, dan biaya media. Solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan optimasi kondisi kultur sehingga produktivitas senyawa dalam sel tanaman meningkat Selain dari metode produksi, kompetitor lain datang dari produk- produk senyawa antikanker yang disintesis secara kimia. Pada awalnya, terapi pengobatan kanker melalui senyawa- senyawa kimia dan menggunakan kemoterapi menjadi metode pengobatan yang paling banyak digunakan disusul pengobatan secara biologis lalu terapi hormon. Namun sebuah riset dari IBM pada tahun 2013 yang dapat dilihat hasilnya pada gambar () menunjukkan bahwa, tren penggunaan pengobatan kanker secara biologis terus mengalami peningkatan dari segi nilai pemasaran obat sebesar $ 10,7 milyar pada tahun 2005 menjadi $43,8 milyar pada tahun 2013. Bahkan nilainya akan menjadi $ 53 milyar pada tahun 2014. Keunggulan penggunaaan obat dari sumber hayati atau obat herbal dibandingkan pengobatan kimiawi adalah rendahnya resiko efek samping seperti rontok rambut atau bahkan memicu kanker baru yang mungkin terjadi menggunakan pengobatan kimiawi. 18
4.2.3 Market size J umlah kematian akibat penyakit kanker pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 14 juta jiwa. J umlah ini akan meningkat menjadi 19 juta pada tahun 2025, 22 juta pada 2030, dan 24 juta pada 2035. Di Indonesia, jumlah penderita kanker memiliki rasio 4,3 per 1000 penduduk atau 1.075.000 jiwa. J umlah tersebut membuat salah satu perusahaan obat terbesar Indonesia, PT Kalbe Farma menargetkan kapasitas produksi obat kanker pada tahun ini sebesar 55 juta unit per tahun. Namun, tingginya tingkat investasi sektor farmasi ini tak didukung ketersediaan bahan baku, karena 80% bahan baku masih impor. Bila diasumsikan satu unit obat kanker memerlukan 0,1 mg senyawa antikanker, maka dibutuhkan 5,5 kg senyawa antikanker tersebut untuk memenuhi target produksi PT Kalbe Farma pada tahun 2014. 19
BAB V INNOVATION MAP DAN GROSS PROFIT MARGIN 5.1 Innovation Map
ll
Gambar 5.1 Innovation Map Senyawa 9-methoxycanthin-6-one dapat dihasilkan oleh tanaman Eurycoma longifolia, Ailanthus altissima, dan Brucea javanica. J umlah produkstivitas senyawa ini pada ketiga tanaman tersebut relatif sama dalam kondisi optimalnya. Namun, tanaman Alianthus altissima merupakan tanaman yang dapat tumbuh optimal pada kondisi iklim Technical Differentiation Material Technology Product Customer Value Propotition Eurycoma longifolia (Pasak Bumi) Process/ Manufacturing Technology Planting (Green House) Improving canthinone content 9- Methoxycanthin- 6-one Safety Used High cytotoxicity to cancer Suspension Culture Ailanthus altissima Brucea javanica
Hard to control the condition 9- Methoxycanthin-6- one Callus Culture Cell Culture Grow below 20 0 C Canthin-6-one Canthin-6-one Hard to separate Stable 20
temperata. Suhu optimal tanaman ini untuk tumbuh dan berkembang secara optimal pada suhu dibawah suhu 20 C. Kondisi ini membuat sulit didapatkannya bibit atau eksplan tanaman Alianthus altissima di Indonesia sebagai komponen produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one. Tanaman Eurycoma longifolia dan Brucea javanica adalah sumber potensial bagi produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one. Kedua tanaman ini merupakan tanaman yang mampu tumbuh dan berkembang optimal pada iklim tropis dengan suhu 25-30 C. Namun, ketersediaan informasi tentang penggunaan kultur sel Eurycoma longifolia untuk produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one sudah banyak dan beberapa menghasilkan produk dengan hasil yang optimal. Sedangkan, sebaliknya informasi tentang penggunaan kultur sel Brucea javanica untuk produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one masih belum banyak sehingga menyulitkan untuk proses scale up dari skala laboratorium ke skala pabrik. Penggunaan metode kultur sel dibandingkan mananam Eurycoma longifolia secara konvensional memiliki keunggulan karena dengan menggunakan kultur sel, pengontrolan kondisi lingkungan untuk produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one yang optimal dapat dilakukan dengan lebih mudah. Selain itu, produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one juga dapat ditingkatkan bila dilakukan dengan menggunakan metode kultur sel.
21
5.2 Gross Profit Margin 5.2.1 Pra Produksi Tabel 5.1 Biaya Media Tumbuh Perbanyakan Sel Eurycoma longifolia Nama Bahan Harga/ Kg ($) Jumlah/ 25 ml Harga/ 25 ml ($) MS 136 0,110 g 0,008 Sukrosa 30 0,1 g 0,003 2,4 D 438 0,005 mg 0,000002 NAA 1260 0,05 mg 0,00063 Air 0,025 25 ml 0,00063 Kalus 0,02 Total 0,032262
Dari tabel 5.1, Harga Bahan media tumbuh per botol adalah $ 0,032262. Asumsi satu botol berisikan 1 g kalus Eurycoma longifolia yang akan tumbuh menjadi 2 g setelah ditumbuhkan selama 12 hari, maka untuk satu siklus produksi dibutuhkan 20.000 botol kultur. Biaya satu siklus produksi dapat dihitung sebagai berikut : Harga Bahan/ siklus produksi : $ 0,032262 x 20000 botol=$640,524
22
5.2.2 Produksi Tabel 5.2 Biaya Media Tumbuh Proses Produksi per 1000 L Nama Bahan Harga/ kg ($) Jumlah/ L Harga / 1000 L medium ($) Sukrosa 30 40 g 1200 MS 136 2,2 g 300 NAA 1260 2 mg 2,52 CaCO3 400 50 g 200 Air Distilasi 0,025 1000 g/ 1 L 25 Etanol 415,313 1 ml 415,3 Sel Pasak Bumi 40 g 645,24 Total 2788,06
Dari tabel 5.2, Biaya produksi per 100 L adalah $ 2788,06. Asumsi satu siklus produksi menggunakan 10 buah bioreaktor 100 L, maka volume produksi per satu skala produksi adalah 1000 L. Biaya untuk satu skala produksi adalah $ 2788,06 Harga 1 g senyawa 9-methoxycanthin-6-one disebuah firma penyedia bahan kimia berkisar antara $ 24000. Asumsi harga beli senyawa ini $20000 dan produk 9-methoxycanthin-6-one adalah 6 mg/ L, waktu efektif kerja 300 hari/ tahun, dan satu siklus produksi selama 12 hari, maka volume produksi dan produk yang dihasilkan per tahun adalah : 300 hari/ tahun * 1.000 L/ 12 hari =25.000 L / tahun 25.000 L/ tahun * 6 mg/L=150.000 mg/ tahun=150 g/ tahun 23
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penjualan produk pertahunnya, dengan kurs US dollar terhadap Rupiah 1 $=Rp.12.000, yaitu : Income/ tahun : 150 g/ tahun * $ 20.000 = $3.000.000 Outcome/ tahun : $ 2788,06 x 25=$ 69.701,5 Gross Profit Margin : Income- Outcome = $3.000.000- $ 69.701,5 =$ 2.930.298,5/ tahun $ 2.930.298,5 * Rp.12.000/ $1 = Rp. 35.163.582.000 ( tiga puluh milyar lima ratus enam belas juta tiga ratus lima puluh delapan ribu dua ratus rupiah)
.
24
Daftar Pustaka Ang, H.H., Chan, K.L., Gan, E.K. & Yuen, K.H. 1997. Enhancement of sexual motivation in sexually natve male mice by Eurycoma longifolia J ack. Int. Journ. Pharmacog. 35(2):144- 146. Blechert, S., Guenard, D. 1990. Taxus alkaloids. Di dalam: Brossi, A. (ed.). The Alkaloids. Chapter 6. Vol. 39. San Diego: Academic Press. Chan, K.L., Choo, C.Y., Abdullah, N.R. & Ismail, Z. 2004. Antiplasmodial studies of Eurycoma longifolia J ack using the lactate dehydrogenase assay of Plasmodium falciparum. J. Ethnopharm. 92 (2-3): 223-227. Chan, K.L., Lee, S.P., Sam, T.W. & Han, B.H. 1989. A quassinoids glycoside from rhe roots of Eurycoma longifolia J ack. Phytochemistry 28(10): 2857- 2859. Chan, K.L., ONeill, M.J., Phillipson, J.D. & Warhurst, D.C. 1986. Plants as sources of antimalarial drugs. Part 3: Eurycoma longifolia J ack. Planta Med. 52(20): 105-107. Choo, C.Y., Nah, B.K., Ibrahim, P. & Chan, K.L. 2000. Antimicrobial activity of Eurycoma longifolia J ack. Di dalam Rahmani, M., Mahmood, M., Sukari, M.A., Lian, G.E.C., Hin, T.Y.Y. and Ali, D.A.I. (eds.). Interdisciplinary Approaches in Natural Products Research. Proceedings of the 16th National Seminar on Natural Products Department of Chemistry. Universiti Putra Malaysia. Serdang, Malaysia. 219-221. Darise, M., Kohda, H., Mizutani, K. & Tanaka, O. 1982. Eurycomanone and Eurycomanol, uassinoids from The Roots of Eurycoma longifolia. Phytochemistry 21 (8): 2091- 2093. Fujita, Y. 1988. Industrial production of shikonin and berberine. Di dalam Bock, G. and Marsh, J . (eds.), Application of Plant Cell and Tissue Culture. CIBA Foundation Symposium, vol.137. Chichester: Wiley. pp. 228-235. Itokawa, H., Kishi, E., Morita, H. & Takeya, K. 1992. Cytotoxic quassinoids and tirucallane-type triterpenes from tne woods of Eurycoma longifolia. Chem. Pharm. Bull. 40: 1053-1055. 25
Itokawa, H., Kishi, E., Morita, H., Takeya, K., & Iitaka, Y. 1991. Eurylene, a new squelene-type triterpene from Eurycoma longifolia. Tetrahedron Letters. 32: 1803-1804. Kardono, L.B.S., Angehofer C.K., Tsauri S., Padmawinata K., Pezzuto J.M. & Kinghorn D. 1991. Cytotoxic and antimalarial constituents of the roots of Eurycoma longifolia. Journ. Nat. Prod. 54: 1360-1367. Morita, H., Kishi, E., Takeya, K., Itokawa, H. & Tanaka, O. 1993. Highly oxygenated qussinoids from Eurycoma longifolia. Phytochemistry 33(3): 691-696. Ong, B.T. 1999. Perbandingan kualitatif kandungan kimia dalam hasil In vitro Eurycoma longifolia dengan kandungan kimia dalam pokok induk Eurycoma longifolia. Tesis B Sc. Penang: Universiti Sains Malaysia Siregar LAM, Chan LK, & Boey PL (2004) Effect of cell source and pH culture medium on the production of canthin-6-one alkaloids from the cell cultures Tongkat Ali (Eurycoma longifolia J ack). J. Plant Biotech. 6(2): 125-130 Siregar, L.A.M., Chan L.K. & Teo, C.K.H. 1998. In vitro callus and root production of Eurycoma longifolia. Dalam: Towards the sustainable use the bioresoueces - Challenges and opportunities for then IMT-GT. Proceedings of the Second IMT-GT UNINET Conference. Penang, 29 -30 August, 1998. 121-123. Siregar, L.A.M., Chan, L.K., Boey, P.L. 2003. Selection of cell source and the effect of pH and MS macronutrients on biomass production in cell cultures of Tongkat Ali (Eurycoma longifolia J ack). J. Plant Biotech. 5(2): 131-135. Tada, H., Yasuda, F., Otani, K., Doteuchi, M., Ishihara, Y. & Shiro, M. 1991. New antiulcer uassinoids from Eurycoma longifolia. Europ. J. Medic. Chem. 26: 345-349.