Anda di halaman 1dari 30

i

PRA-RANCANGAN SISTEM PRODUKSI 9-METHOXYCANTHIN-6-ONE


SEBAGAI SENYAWA ANTIKANKER DARI KULTUR SUSPENSI
SEL Eurycoma longifolia DALAM BIOREAKTOR BUBBLE COLUMN
Laporan I Pra-Rancangan Sistem Produksi Hayati


Disusun Oleh:
Muhammad Rizky Hanan Putra (11210014)
Siti Fatimah (11210019)
Syarif Hidayat (11210025)






PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014

ii


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan I Pra-RancanganSistemProduksiHayati sebagai syarat untuk memenuhi
ketentuan yang berlaku dalam menempuh studi tingkat sarjana di Program Studi
Rekayasa Hayati, Institut Teknologi Bandung

Mengetahui:
Pembimbing Tugas Akhir


Dr. Ir. Robert Manurung
NIP. 130 704 301

Pembimbing Tugas Akhir


Dr. Erly Mawarni
NIP. 137 759 823


Diperiksa dan disetujui:
Koordinator Mata Kuliah Pra-Rancangan Sistem Produksi Hayati



Dr. Ir. Robert Manurung
NIP. 130 704 301
iii

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
2.1 Bahan Baku .................................................................................................... 3
2.1.1 Taksonomi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)..................... 3
2.2 Spesifikasi Produk .......................................................................................... 5
2.3 Kultur Suspensi Sel Eurycoma longifolia dalam Bioreaktor ......................... 6
2.3.1 Komposisi Medium ............................................................................... 6
2.3.2 Chemical State ....................................................................................... 7
BAB III BIOKONVERSI ........................................................................................ 9
3.1 Biosintesis 9-Methoxycanthin-6-One ............................................................. 9
3.2 Proses Sintesis 9-Methoxycanthin-6-One .................................................... 10
BAB IV LOKASI DAN ANALISA PASAR ........................................................ 13
4.1 Rancangan Lokasi ........................................................................................ 13
4.2 Analisa Pasar ................................................................................................ 16
4.2.1 Target Pasar ......................................................................................... 16
4.2.2 Kompetitor ........................................................................................... 16
4.2.3 Marekt Size .......................................................................................... 17
BAB IV INNOVATION MAP DAN GROSS PROFIT MARGIN ....................... 19
5.1 Innovation Map ............................................................................................ 19
5.2 Gross Profit Margin ...................................................................................... 21
5.2.1 Pra Produksi ......................................................................................... 21
5.2.2 Produksi ............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24






iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Pasak Bumi ........................................................................... 3
Gambar 2.2 Struktur Molekul Canthin-6-One ......................................................... 5
Gambar 2.3 Struktur Molekul 9-Methoxycanthin-6-One ........................................ 5
Gambar 3.1 Biosintesis Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One ................................... 9
Gambar 3.2 Proccess Synthesis Problem ............................................................... 10
Gambar 3.3 Rancangan Sistem Produksi Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One ...... 10
Gambar 4.1 Lokasi Kecamatan Babakan Cikao, Purwakarta ............................... 13
Gambar 5.1 Innovation Map .................................................................................. 19




















v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Medium MS ........................................................................... 6
Tabel 4.1 Upah Minimum Regional 2014 ............................................................. 14
Tabel 5.1 Biaya Media tumbuh Perbanyakan Sel Eurycoma longifolia ................ 21
Tabel 5.2 Biaya Media Tumbuh Proses Produksi per 1000 Liter .......................... 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyebab utanma kematian di dunia.
Kematian yang disebabkan oleh penyakit kanker diperkirakan akan terus
meningkat di tahun 2015 (WHO, 2006 dalam Moeljopawiro, 2007)
sehingga kebutuhan obat anti kanker juga akan meningkat. Eurycoma
longifolia (Pasak Bumi) merupakan salah satu tanaman yang dapat
menghasilkan senyawa 9-methoxicanthin-6-one yang dapat digunakan
sebagai obat anti kanker. Akan tetapi, produktivitas senyawa 9-
methoxicanthin-6-one dari pasak bumi juga masih sangat rendah yaitu
sekitar 14.64 mg/L (Siregar,2010) sehingga diperlukan optimasi untuk
meningkatkan produktivitas senyawa ini
Kultur sel dan jaringan tanaman secara luas dikenalsebagai
alternatif yang menjanjikan untuk produksimetabolit sekunder yang
memiliki nilai farmakologi.Beberapa keberhasilan yang telah diperoleh
melaluiteknik ini seperti produksi komersial shikonin dariLithospermum
erythrorhizon (Fujita 1988), berberinedari Coptis japonica (Fujita 1988),
dan taxol dari Taxusspecies (Blechert & Guenard 1990). Biomassa kalus
Eurycoma dapat diinisiasi darieksplan daun, petiol dan batang yang
diperoleh dari kecambah in vitro Eurycoma(Siregar et al.,1998). Kalus
dari eksplan daun yang bersifat mudahhancur (friable) di dalam medium
yang mengandungauksin merupakan sumber kalus yang terbaik
untukmemperoleh kultur suspensi sel (Chan et al., 1999). Dengan
menggunakan kultur suspensi selEurycoma maka produktivitas senyawa
9-Methoxicanthin-6-One dapat ditingkatkan sampai 100-1000x. Selain
itu, metode ini dapat dikembangkan untukproduksi biomassa dan hasil-
hasil metabolisme secarabesar-besaran dengan menggunakanbioreaktor.
2

Oleh karena itu, optimasi dari kultur suspensi sel Eurycoma
menggunakan bioreaktor bubble column diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas senyawa 9-Methoxycanthin-6-One sebagai obat anti kanker

1.2 Tujuan
Merancang sistem produksi senyawa 9-Methoxycanthin-6-One
sebagai obat anti kanker dengan mengunakan kultur suspensi sel
Eurycoma longifolia dalam bioreaktor bubble column

1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ada dalam perancangan sistem
produksi senyawa 9-Methoxycanthin-6-One sebagai obat antikanker
menggunakan kultur suspensi sel Eurycoma longifolia dalam bioreaktor
bubble column adalah :
Belum ada sistem produksi yang memroduksi senyawa 9-
Methoxycanthin-6-One dalam skala produksi
Belum ada perancangan sistem produksi yang mampu memenuhi
kebutuhan pasar akan obat anti kanker yang semakin meningkat
setiap tahunnya
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku
2.1.1 Taksonomi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)
Klasifikasi pasak bumi menurut Cronquist (1981)
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Simaroubaceae
Genus : Eurycoma
Species : Eurycoma longifolia J ack
Pasak bumi merupakan tumbuhan perdu atau pohon kecil yang
tingginya dapat mencapai 20 m. Daun pasak bumi berbentuk lanset dengan
tepi rata berukuran 2,5 14,2 X 0,7 - 4,5 cm. Daun majemuk menyirip
ganjil dengan jumlah anak daun 11- 38 mengumpul pada ujung ranting.
Bunga berwarna merah berbentuk malai dan berbulu. Buah berwarna
kuning kemerahan ketika muda serta menjadi hitam pada saat tua. Pasak
bumi termasuk tumbuhan berumah satu atau berumah dua (Hadad dan
Taryono, 1998: Padua et al.,1999).
Pasak bumi adalah salah satu jenis tumbuhan obat yang merupakan
tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini menyukai tanah asam berpasir,
memiliki drainase tanah yang baik. Biasanya hidup di hutan dekat pantai,
baik hutan primer atau sekunder. Ditemukan sampai ketinggian tempat
1000 m dari permukaan laut (Whitmore, 1992). Pasak bumi dapat
dijumpai pada daerah-daerah pungggung bukit atau pematang dan daerah
berlereng (Nuryamin, 2000). Tumbuhan ini tumbuh pada temperatur rata-
rata 25
0
C dengan kelembaban udara 86% setelah melalui masa muda
Gambar 2.1 Tanaman Pasak
Bumi
4

tumbuhan ini membutuhkan lebih banyak sinar matahari untuk membantu
perkembangan vegetatif dan system reproduksinya
Kegunaan tumbuhan pasak bumi dalam pengobatan meliputi
semua bagian tumbuhan. Akar pasak bumi biasa digunakan sebagai obat
kuat, penurunan panas, anti malaria, dan disentri. Kulit dan batangnya
digunakan untuk mengobati demam, sariawan, sakit tulang, cacing perut,
serta sebagai tonik setelah melahirkan. Daunnya digunakan untuk
mengobati penyakit gatal, sedangkan bunga dan buahnya bermanfaat
dalam mengobati sakit kepala, sakit perut dan nyeri tulang (Hadad dan
Taryono, 1998). Hasil analisis yang telah dilakukan oleh beberapa ahli
baik dari Malaysia, J epang, Thailand juga Indonesia menyatakan bahwa
dalam akar pasak bumi terdapat kandungan kimia : aervin, kampesterol,
kantin-6-one,9-hidroksi, kantin-6-one,9-hidroksi,n-oksida, kantin-6-one,
9-metoksi, kantin-6-on,9-metoksi,n-oksida, karbolina, -1-asid propionik,
karbolina, -7-metoksi, 1-asid propionik, eurikomalakton, eurikomanol,
eurikomanol, 13- -18-dihidro, eurikomanol, 2--D-glukosida
eurikomanon, eurikomanona, 13-21-dihidro, eurikomanona, 13-beta-21-
dihidroksi, klaineanon, 14-15-beta-dihidroksi, klaineanon, 14-15-
dihidroksi, longilaston, -sitosterol, stigmasterol. Kegunaan kandungan
kimia ini adalah untuk antimalaria, mengatasi ulser, luka, demam dan
lemah, obat meroyan, bisul, tonik menguatkan badan, untuk bisul, tonik
menguatkan badan antipiretik, mengatasi gusi berdarah, sifilis, luka dan
ulser (Kuo et al., 2004). Masyarakat juga menggunakan akar, kulit akar,
atau batang pasak bumi dalam mengobati diare, demam, pembengkakan
kelenjar, dropsy, pendarahan, batuk kronis, hypertensi, nyeri tulang,
meningkatkan libido, sekaligus sebagai tonik (Padua et al.,1999).




5

2.2. Spesifikasi Produk
Salah satu senyawa yang dapat dihasilkan dari tanaman Eurycoma
longifolia adalah canthin-6-one.
Canthin-6-One
Rumus molekul : C
14
H
8
N
2
O
Berat molekul : 220,23 mol/gram
Titik Leleh : 162-163
O
C
Toksisitas : tidak berbahaya

Gambar 2.2 Struktur Molekul
Canthin-6-One
Evaluasi farmakologi berbagai senyawa yang diisolasi dari
Eurycoma longifolia menunjukkan bahwa senyawa canthin-6-one yang
terkandung memiliki kemampuan sebagai antimalaria (kardono et al.,
1991) sitotoksik (morita et al., 1990; kardono et al., 1991;Itokawa et al.,
1992; Morita et al., 1993). Senyawa canthin-6-one dapat dioksidasi
menjadi senyawa turunan lain yaitu 9-Methoxycanthin-6-One. Senyawa ini
yang memiliki potensi untuk menahan aktivitas sititoksik (kardono et al.,
1991).

9-Methoxycanthin-6-One
Rumus molekul : C
15
H
10
N
2
O
2

Berat molekul : 250,25 g/mol
Titik leleh : 175-176
O
C
Toksisitas : tidak berbahaya
Gambar 2.3 Struktur Molekul
9-Methoxycanthin-6-One

Senyawa ini memiliki sitotoksitas terhadap kanker paru-paru (A-
549) dan kanker payudara (MCF 7) (Kuo et al., 2003). Selain itu menurut
Li tahun 2008 disebutkan bahwa 9-methoxycanthin-6-One memiliki
kemampuan sitotoksik lainnya terhadapa cell line fibrosarcoma manusia
6

HT-1080. 9-methoxycanthin-6-One termasuk dalam gugus amin, armatik,
heterocycle, pharmaceutical, intermediates dan fine chemical secara
pengelompokkan jenisnya secara kimiawi. 9-methoxycanthin-6-One
sendiri bersifat non hazardous, non toxic dan non flammable sehingga
tidak berbahaya bila dibandingkan senyawa kimiawi lainnya karena
memiliki sifat ramah lingkungan.
Dalam penelitian mahmood et al pada tahun 2011 dilakukan
identifikasi dan analisis kandungan senyawa 9-methoxycanthin-6-One dari
eksplan tanaman utuh dibandingkan dengan kalus Eurycoma longifolia.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa dalam eksplan tanaman utuh
dibagian akar serabut ditemukan kandungan 9-methoxycanthin-6-one
paling banyak sedangkan pada semua kalus yang diuji ditemukan
kandungan 9-methoxycanthin-6-One yang sama banyaknya dengan jumlah
kandungan yang lebih banak dibanding eksplan tanaman utuh.

2.3 Kultur Suspensi Eurycoma longifilia dalam Bioreaktor
2.3.1. Komposisi Medium
Medium yang digunakan untuk kultur suspensi Eurycoma
longifolia dalam bioreaktor bubble column adalah medium MS
(Murashige & Skoog). Komposisi medium kultur MS dapat dilihat pada
tabel 2.1
Tabel 2.1 Komposisi Medium MS (Pierik.1998)
Komposisi Media Konsentrasi (mg/L)
Makronutrien
KNO
3
1.900
NH
4
NO
3
1.650
MgSO
4
.7H
2
O 370
CaCl
2
.2H
2
O 440
KH
2
PO
4
170
Mikronutrien
7

MnSO
4
.H
2
O 22,3
KI 0,83
H
3
BO
3
6,2
ZnSO
4
.7H
2
O 8,6
CuSO
4
.5H
2
O 0,025
Na
2
MoO
4
.2H
2
O 0,25
CoCl
2
.6H
2
O 0,025
FeSO
4
.7H
2
O 27,8
Na
2
EDTA.2H
2
O 37,3
TambahanSenyawaOrganik
Nikotinat 0,5
Piridoksin-HCl 0,5
Tiamin-HCl 0,1
Myoinositol 100
Glisin 2,0
Sukrosa 30.000


2.3.2. Chemical State
Proses produksi 9-Methoxycantin-6-One bubble column
membutuhkan medium MS dengan zat pengatur tumbuh seperti NAA,
2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D). Selain itu dibutuhkan juga
sukrosa, air dan oksigen dalam bioreaktor bubble column. Berikut
merupakan chemical state dari bahan baku produksi 9-Methoxycanthin-
6-One.
1. Air
Rumus empiris : H
2
O
Berat molekul : 18 g/mol
Laju alir massa : 3.3 L/menit
Fasa : cair
Titik leleh : 0
o
C
Titik didih : 100
o
C
Densitas : 0,99 g/cm
3


2. Medium MS
Laju alir massa : 7.3 g/menit
Fasa : padat
8

3. 2,4-dichlorophenoxyacetic acid
Rumus empiris : C
8
H
6
Cl
2
O
3

Berat molekul : 221,04 g/mol
Laju alir massa :0.67 mg/menit
Fasa : padat
Titik leleh : 140,5
o
C
Titik didih : 160
o
C

4. NAA
Rumus empiris : C
12
H
10
O
2

Berat molekul :186,21 g/mol
Laju alir massa :6.67 mg/menit
Fasa : padat
Titik leleh : 135
0
C
Titik didih : -
















5. Sukrosa
Rumus empiris : C
12
H
22
O
11

Berat moleku l : 342,3 g/mol
Laju alir massa :130 g/menit.
Fasa : padat
Titik leleh :186
o
C
Titik didih : -
Densitas : 1,587 g/cm
3
6. Oksigen
Rumus empiris : O
2

Berat molekul :32 g/mol
Fasa : gas
Titik leleh : -208
O
C
Titik didih : -183
O
C
Densitas : 0.083 lb/ft
3
9

BAB III
BIOKONVERSI
3.1 Biosintesis 9-Methoxycanthin-6-One
Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One dapat disentesis melalui jalur
tryphtophan yang berasal dari jalur glikolisis. Sumber karbon yang ada diubah
dalam bentuk glukoas lalu mengalami proses glikolisis dalam sel. Tryptophan
yang dihasilkan akan diubah menjadi tryptamine yang kemudian akan diubah lagi
menjadi canthin-6-one. Setelah berbentuk canthin-6-one, terjadi proses oksidasi
hingga diperoleh senyawa turunan berupa 9-Methoxycanthin-6-One. Secara
keseluruhan biosintesis senyawa 9-Methoxycanthin-6-One dapat dilihat seperti di
bawah ini :













Gambar 3.1 Biosintesis Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One
10

3.2 Proses Sintesis 9-Methoxycanthin-6-One


Gambar 3.2 Proccess Synthesis Problem
Input yang ada dalam rancangan sistem produksi senyawa 9-
methoxycanthin-6- one adalah medium MS sebanyak 220 gram, suspensi
Gambar 3.3 Rancangan Sistem Produksi Senyawa 9-Methoxycanthin-6-One
Sel Pasak
Bumi
O
2

Sel dan Produksi 9-
Methoxycanthin-6-
One
T = 298 K
P = 1 atm
pH = 5.5
Volume = 100 L

Medium MS
9-Methoxycanthin-
6-One
H
2
0
Waste CO
2

dan H
2
O
9-Hydroxycanthin-
6- One
Suspensi Sel Pasak
Bumi 4 kg
MediumMS
220 g
O
2
0.3 vvm
H
2
0 100 L
9-
Hydroxycan
thin-6- One

Waste CO
2
Sukrosa
Sukrosa 4 kg

NAA 200 mg
NAA
9-Methoxycanthin-
6-One 0.6 gram
11

sel pasak bumi sebanyak 4 kg, sukrosa sebanyak 4 kg, H
2
O sebanyak 100
Liter, O
2
dalam bentuk laju aerasi sebesar 0.3 vvm, dan NAA sebanyak
200 mg sebagai zat pengatur tumbuh dalam pertumbuhan suspensi sel
pasak bumi. Medium yang digunakan adalah Medium Murashige-
Skoog(MS) karena berdasarkan penelitian Rosli et al. (2009) kalus pasak
bumi yang paling baik pertumbuhannya adalah kalus yang ditumbuhkan
di media MS. Selain itu, kandungan 9-methoxycanthin 6- one yang
paling banyak juga dihasilkan pada kalus yang ditumbuhkan pada media
MS. Sumber karbon yang digunakan adalah sukrosa.Sukrosa mampu
memberikan pertumbuhan biomassa yang lebih baik jika dibandingkan
dengan sumber karbon lain seperti glukosa, fruktosa, manitol, atau
solbitol. Sukrosa dengan kandungan 4 % dari media merupakan sumber
karbon yang memberikan pertumbuhan biomassa dan kandungan
9-methoxycanthin-6-one yang paling tinggi (Siregar, 2010). Volume
medium reaktor yang digunakan sebesar 100 L sehingga air yang
dibutuhkan dalam perancangan sistem produksi ini sebanyak 100 Liter
per bioreaktornya. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang digunakan berupa
NAA (Napthalen Acetic Acid) yang dapat meningkatkan kadar berat
basah dan berat kering kalus pasak bumi yang digunakan (Siregar, 2010).
Produksi 9-methoxycanthin-6- one dilakukan dengan menggunakan
bioreaktor bubble column. Digunakan spesifikasi input seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya yaitu berupa penambahan hormon auksin berupa
NAA yang berfungsi sebagai ZPT, sumber karbon berupa sukrosa yang
merupakan bahan baku utama dalam tersedianya 9-methoxycanthin-6-
one sebagai produk diakhir proses. Adapun kondisi optimum bagi
pertumbuhan suspensi pasak bumi menurut penelitian oleh Siregar pada
tahun 2010 yaitu suhu sebesar 298 K dengan tekanan sebesar 1 atm dan
laju aerasi sebesar 0,3 vvm. Penelitian yang sama juga menemukan
bahwa pertumbuhan biomassa akan optimal dalam media dengan
rentang pH 5,0- 6,0. Namun kandungan 9-methoxycanthin-6-one
tertinggi dihasilkan pada media dengan pH 5,5.
12

Output yang dihasilkan dalam perancangan sistem produksi 9-
methoxycanthin-6- one ini antara lain : senyawa 9-methoxycanthin-6-
one sebanyak 0,6 gram, turunan alkaloid canthin-6-one lainnya, limbah
medium, dan emisi gas yang merupakan hasil dari proses yang terjadi
dalam bioreaktor selama masa produksi sebanyak 12 hari proses produksi
sekali siklusnya. Proses yang digunakan merupakan sistem batch sehigga
setelah selesai 1 siklus produksi diperlukan medium, ZPT dan air yang
baru sebagai bahan baku medium cair yang digunakna dalam bioreaktor
bubble column. Skala produksi yang dirancang dalam peranangan sistem
produksisenyawa 9-methoxycanthin-6- one dengan kultur suspensi sel
pasak bumi sebesar volume 100 liter dengan jumlah 10 bioreaktor bubble
column. Sehingga diakhirnya dapat dihasilkan 150 gram 9-
methoxycanthin-6- one.


13

BAB IV
LOKASI DAN ANALISA PASAR

4.1 Rancangan Lokasi
Pabrik untuk proses produksi akan dibangun di Kecamatan
Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, J awa Barat. Penentuan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

Gambar 4.1 Lokasi Kecamatan Babakan Cikao, Purwakarta
1. Transportasi Logistik
Lokasi di daerah Purwakarta akan memudahkan pengiriman
produk ke kawasan industri seperti Karawang dan Bekasi dengan
memanfaatkan akses J alur Tol Cipularang. Pengriman ke luar negeri
14

dapat dilakukan menggunakan jalur udara melalui Bandara Soekarno
Hatta yang berjarak 122 km dengan waktu tempuh sekitar 2- 3 jam dan
jalur laut melalui Pelabuhan Tanjung Priok yang berjarak 102 km
dengan waktu tempuh sekitar 2- 3 jam. Selain itu, Lokasi yang
berdekatan dengan DKI J akarta memudahkan pengiriman bahan baku
dan alat- alat produksi yang biasanya harus diimpor menggunakan kurir
yang berdomisili di DKI J akarta.

2. Nilai Upah Minimum Regional
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai upah minimum
regional(UMR) untuk karyawan di Kabupaten Purwakarta lebih rendah
dibandingkan dengan daerah industri seperti Bekasi, Karawang, Bogor
atau J akarta. Dengan nilai UMR ini diharapkan biaya untuk gaji
karyawan tidak terlalu besar sehingga dana dapat dialokasikan untuk
mengembangkan sektor lain.

Tabel 4.1 Upah Minimum Regional 2014
No Kota/ Kabupaten UMR 2014
1 KabupatenPurwakarta Rp.2.000.000
2. KabupatenKarawang Rp.2.447.450
3 KabupatenBekasi Rp.2.447.445
4 Kota Bekasi Rp.2.441.954
5 Kota Bogor Rp.2.352.350
6 Kabupaten Bogor Rp.2.242.240
7 DKI J akarta Rp.2.441.301

3. Ketersediaan Sarana Penunjang Produksi
Purwakarta berdekatan dengan lokasi waduk PLTA terbesar di
Indonesia yaitu waduk J atiluhur. Waduk J atiluhur menyediakan listrik
bagi sebagian besar pulau J awa dan Bali dengan daya terpasang 187 MW
dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, hal
ini membuat purwakarta memiliki keterjaminan penyediaan listrik yang
15

stabil sepanjang tahun terutama untuk proses produksi industri- industri
yang berada disekitarnya. Selain listrik, waduk jatiluhur juga
menyediakan cadangan air sebesar 12,9 miliar m
3
/ tahun, sehingga
kebutuhan air untuk produksi dapat terjamin sepanjang tahun.

4. Peraturan Pemerintah Daerah
Kecamatan Babakan Cikao merupakan salah satu daerah yang
dialokasikan pemerintah daerah purwakarta sebagai kawasan industri
dengan luas lahan 1000 ha. Meskipun luas yang dialokasikan cukup luas,
namun saat ini kawasan Babakan Cikao belum dimanfaatkan oleh para
investor kawasan industri. Pemerintah daerah Purwakarta membuka
kesempatan bagi industri berbasis hayati untuk menumbuhkembangkan
industri ini untuk menjadi andalan industri Kabupaten Purwakarta.
Lokasi Kawasan industri bagi Kecamatan Babakan Cikao
menyebabkan dapat diminimalkannya konflik dengan masyarakat terkait
masalah pengelolaan limbah atau polusi udara dan suara yang bersumber
dari pabrik.
5. Kondisi Geografis
Dari gambar , Kecamatan Babakan Cikao berada di ketinggian
200-500 m dpl dengan suhu lingkungan sekitar 25-27C. Rentang suhu
ini cocok dengan kondisi kultur optimal untuk produksi senyawa 9-
methoxycanthin-6-one sehingga bila terjadi kerusakan pada sistem
pengatur suhu ruangan diharapkan proses produksi tidak mengalami
penurunan produktivitas yang signifikan.
6. Kondisi Masyarakat
Kondisi masyarakat di Kabupaten Purwakarta jarang mengalami
konflik baik konflik pemerintah dengan masyarakat atau konflik sesama
masyarakat.

16

7. Harga Tanah
Harga tanah di Kawasan Industri Babakan Cikao masih berkisar
Rp. 75.000 / m
2
. Harga ini masih dibawah rata- rata daerah industri lain
di sekitar DKI J akarta.
4.2 Analisa Pasar
4.2.1 Target Pasar
Produk senyawa 9-methoxycanthin-6-one ditujukan sebagai
bahan baku industri obat kanker di Indonesia. Di Indonesia
terdapat beberapa perusahaan obat besar yang memiliki investasi
yang besar terhadap produksi obat- obatan kanker khususnya yang
berbahan baku senyawa dari tanaman contohnya PT Kalbe Farma
yang menargetkan mampu memproduksi 55 juta unit obat kanker
pada tahun 2013. Selain itu, pasar yang dibidik adalah pasar
penyediaan senyawa 9-methoxycanthin-6-one di kawasan Asia.
Pasar ini sangat potensial karena produksi senyawa senyawa 9-
methoxycanthin-6-one yang telah dikomersialisasikan masih
terdapat di kawasan Amerika Serikat dan Kanada yang biaya
pengirimannya ke kawasan asia masih tinggi.

4.2.2 Kompetitor
Produksi senyawa kimia dari tanaman dengan metode kultur
sel tanaman merupakan cara yang dipandang sangat potensial dalam
produksi senyawa- senyawa kimia dari tanaman dibandingkan
dengan bertani secara konvensional. Selain produktivitas yang lebih
besar dan produksi yang lebih cepat, dengan menggunakan kultur sel
secara in vitro juga memungkinkan kita mengontrol variabel
lingkungan seperti suhu, pH, cahaya, dan kelembaban yang sulit
dilakukan jika kita bertani secara konvensional. Keunggulan lainnya,
terdapat beberapa senyawa kimia yang hanya dapat dihasilkan
dengan menggunakan kultur sel tanaman saja.
17

Produksi senyawa kimia untuk obat kanker juga dapat
dilakukan dengan menggunakan sel hewan dan sel bakteri. Namun
bila dibandingkan dengan kultur sel hewan, kultur sel tumbuhan
relatif lebih mudah dilakukan karena kultur sel tumbuhan dibanding
kultur sel hewan adalah tidak perlu memperhatikan kode etik
penggunaan organisme untuk penelitian atau produksi. Selain itu,
pada kultur sel hewan diperlukan banyak pergantian media tumbuh
agar pertumbuhan sel tetap stabil, sedangkan untuk kultur sel
tumbuhan media yang digunakan dapat terus dipakai dalam satu
siklus produksi. Namun bila dibandingkan dengan produksi senyawa
kimia dengan menggunakan kultur sel bakteri , kultur sel tanaman
masih kalah dalam segi produktivitas, waktu produksi, dan biaya
media. Solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan
optimasi kondisi kultur sehingga produktivitas senyawa dalam sel
tanaman meningkat
Selain dari metode produksi, kompetitor lain datang dari
produk- produk senyawa antikanker yang disintesis secara kimia.
Pada awalnya, terapi pengobatan kanker melalui senyawa- senyawa
kimia dan menggunakan kemoterapi menjadi metode pengobatan
yang paling banyak digunakan disusul pengobatan secara biologis
lalu terapi hormon. Namun sebuah riset dari IBM pada tahun 2013
yang dapat dilihat hasilnya pada gambar ()
menunjukkan bahwa, tren penggunaan pengobatan kanker secara
biologis terus mengalami peningkatan dari segi nilai pemasaran obat
sebesar $ 10,7 milyar pada tahun 2005 menjadi $43,8 milyar pada
tahun 2013. Bahkan nilainya akan menjadi $ 53 milyar pada tahun
2014.
Keunggulan penggunaaan obat dari sumber hayati atau obat
herbal dibandingkan pengobatan kimiawi adalah rendahnya resiko
efek samping seperti rontok rambut atau bahkan memicu kanker baru
yang mungkin terjadi menggunakan pengobatan kimiawi.
18

4.2.3 Market size
J umlah kematian akibat penyakit kanker pada tahun 2014
diperkirakan sebesar 14 juta jiwa. J umlah ini akan meningkat menjadi 19
juta pada tahun 2025, 22 juta pada 2030, dan 24 juta pada 2035. Di
Indonesia, jumlah penderita kanker memiliki rasio 4,3 per 1000
penduduk atau 1.075.000 jiwa. J umlah tersebut membuat salah satu
perusahaan obat terbesar Indonesia, PT Kalbe Farma menargetkan
kapasitas produksi obat kanker pada tahun ini sebesar 55 juta unit per
tahun. Namun, tingginya tingkat investasi sektor farmasi ini tak didukung
ketersediaan bahan baku, karena 80% bahan baku masih impor. Bila
diasumsikan satu unit obat kanker memerlukan 0,1 mg senyawa
antikanker, maka dibutuhkan 5,5 kg senyawa antikanker tersebut untuk
memenuhi target produksi PT Kalbe Farma pada tahun 2014.
19

BAB V
INNOVATION MAP DAN GROSS PROFIT MARGIN
5.1 Innovation Map












ll






Gambar 5.1 Innovation Map
Senyawa 9-methoxycanthin-6-one dapat dihasilkan oleh tanaman
Eurycoma longifolia, Ailanthus altissima, dan Brucea javanica. J umlah
produkstivitas senyawa ini pada ketiga tanaman tersebut relatif sama
dalam kondisi optimalnya. Namun, tanaman Alianthus altissima
merupakan tanaman yang dapat tumbuh optimal pada kondisi iklim
Technical
Differentiation
Material
Technology
Product
Customer Value
Propotition
Eurycoma longifolia
(Pasak Bumi)
Process/
Manufacturing
Technology
Planting
(Green
House)
Improving
canthinone
content
9- Methoxycanthin-
6-one
Safety Used
High cytotoxicity
to cancer
Suspension
Culture
Ailanthus altissima Brucea javanica

Hard to
control the
condition
9-
Methoxycanthin-6-
one
Callus Culture
Cell Culture
Grow below 20
0
C
Canthin-6-one Canthin-6-one
Hard to separate
Stable
20

temperata. Suhu optimal tanaman ini untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal pada suhu dibawah suhu 20 C. Kondisi ini membuat sulit
didapatkannya bibit atau eksplan tanaman Alianthus altissima di Indonesia
sebagai komponen produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one.
Tanaman Eurycoma longifolia dan Brucea javanica adalah sumber
potensial bagi produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one. Kedua tanaman
ini merupakan tanaman yang mampu tumbuh dan berkembang optimal
pada iklim tropis dengan suhu 25-30 C. Namun, ketersediaan informasi
tentang penggunaan kultur sel Eurycoma longifolia untuk produksi
senyawa 9-methoxycanthin-6-one sudah banyak dan beberapa
menghasilkan produk dengan hasil yang optimal. Sedangkan, sebaliknya
informasi tentang penggunaan kultur sel Brucea javanica untuk produksi
senyawa 9-methoxycanthin-6-one masih belum banyak sehingga
menyulitkan untuk proses scale up dari skala laboratorium ke skala pabrik.
Penggunaan metode kultur sel dibandingkan mananam Eurycoma
longifolia secara konvensional memiliki keunggulan karena dengan
menggunakan kultur sel, pengontrolan kondisi lingkungan untuk produksi
senyawa 9-methoxycanthin-6-one yang optimal dapat dilakukan dengan
lebih mudah. Selain itu, produksi senyawa 9-methoxycanthin-6-one juga
dapat ditingkatkan bila dilakukan dengan menggunakan metode kultur sel.







21

5.2 Gross Profit Margin
5.2.1 Pra Produksi
Tabel 5.1 Biaya Media Tumbuh Perbanyakan Sel Eurycoma longifolia
Nama Bahan Harga/ Kg ($) Jumlah/ 25 ml Harga/ 25 ml ($)
MS 136 0,110 g 0,008
Sukrosa 30 0,1 g 0,003
2,4 D 438 0,005 mg 0,000002
NAA 1260 0,05 mg 0,00063
Air 0,025 25 ml 0,00063
Kalus 0,02
Total 0,032262

Dari tabel 5.1, Harga Bahan media tumbuh per botol adalah $
0,032262. Asumsi satu botol berisikan 1 g kalus Eurycoma longifolia yang
akan tumbuh menjadi 2 g setelah ditumbuhkan selama 12 hari, maka untuk
satu siklus produksi dibutuhkan 20.000 botol kultur. Biaya satu siklus
produksi dapat dihitung sebagai berikut :
Harga Bahan/ siklus produksi : $ 0,032262 x 20000 botol=$640,524





22

5.2.2 Produksi
Tabel 5.2 Biaya Media Tumbuh Proses Produksi per 1000 L
Nama Bahan Harga/ kg ($) Jumlah/ L Harga / 1000 L
medium ($)
Sukrosa 30 40 g 1200
MS 136 2,2 g 300
NAA 1260 2 mg 2,52
CaCO3 400 50 g 200
Air Distilasi 0,025 1000 g/ 1 L 25
Etanol 415,313 1 ml 415,3
Sel Pasak Bumi 40 g 645,24
Total 2788,06

Dari tabel 5.2, Biaya produksi per 100 L adalah $ 2788,06. Asumsi
satu siklus produksi menggunakan 10 buah bioreaktor 100 L, maka
volume produksi per satu skala produksi adalah 1000 L. Biaya untuk satu
skala produksi adalah $ 2788,06
Harga 1 g senyawa 9-methoxycanthin-6-one disebuah firma
penyedia bahan kimia berkisar antara $ 24000. Asumsi harga beli senyawa
ini $20000 dan produk 9-methoxycanthin-6-one adalah 6 mg/ L, waktu
efektif kerja 300 hari/ tahun, dan satu siklus produksi selama 12 hari, maka
volume produksi dan produk yang dihasilkan per tahun adalah :
300 hari/ tahun * 1.000 L/ 12 hari =25.000 L / tahun
25.000 L/ tahun * 6 mg/L=150.000 mg/ tahun=150 g/ tahun
23

Keuntungan yang dapat diperoleh dari penjualan produk
pertahunnya, dengan kurs US dollar terhadap Rupiah 1 $=Rp.12.000,
yaitu :
Income/ tahun : 150 g/ tahun * $ 20.000 = $3.000.000
Outcome/ tahun : $ 2788,06 x 25=$ 69.701,5
Gross Profit Margin : Income- Outcome = $3.000.000- $
69.701,5
=$ 2.930.298,5/ tahun
$ 2.930.298,5 * Rp.12.000/ $1 = Rp.
35.163.582.000 ( tiga puluh milyar lima
ratus enam belas juta tiga ratus lima puluh
delapan ribu dua ratus rupiah)




.

24

Daftar Pustaka
Ang, H.H., Chan, K.L., Gan, E.K. & Yuen, K.H. 1997. Enhancement of sexual
motivation in sexually natve male mice by Eurycoma longifolia J ack. Int.
Journ. Pharmacog. 35(2):144- 146.
Blechert, S., Guenard, D. 1990. Taxus alkaloids. Di dalam: Brossi, A. (ed.). The
Alkaloids. Chapter 6. Vol. 39. San Diego: Academic Press.
Chan, K.L., Choo, C.Y., Abdullah, N.R. & Ismail, Z. 2004. Antiplasmodial
studies of Eurycoma longifolia J ack using the lactate dehydrogenase assay
of Plasmodium falciparum. J. Ethnopharm. 92 (2-3): 223-227.
Chan, K.L., Lee, S.P., Sam, T.W. & Han, B.H. 1989. A quassinoids glycoside
from rhe roots of Eurycoma longifolia J ack. Phytochemistry 28(10): 2857-
2859.
Chan, K.L., ONeill, M.J., Phillipson, J.D. & Warhurst, D.C. 1986. Plants as
sources of antimalarial drugs. Part 3: Eurycoma longifolia J ack. Planta Med.
52(20): 105-107.
Choo, C.Y., Nah, B.K., Ibrahim, P. & Chan, K.L. 2000. Antimicrobial activity
of Eurycoma longifolia J ack. Di dalam Rahmani, M., Mahmood, M., Sukari,
M.A., Lian, G.E.C., Hin, T.Y.Y. and Ali, D.A.I. (eds.). Interdisciplinary
Approaches in Natural Products Research. Proceedings of the 16th National
Seminar on Natural Products Department of Chemistry. Universiti Putra
Malaysia. Serdang, Malaysia. 219-221.
Darise, M., Kohda, H., Mizutani, K. & Tanaka, O. 1982. Eurycomanone and
Eurycomanol, uassinoids from The Roots of Eurycoma longifolia.
Phytochemistry 21 (8): 2091- 2093.
Fujita, Y. 1988. Industrial production of shikonin and berberine. Di dalam Bock,
G. and Marsh, J . (eds.), Application of Plant Cell and Tissue Culture. CIBA
Foundation Symposium, vol.137. Chichester: Wiley. pp. 228-235.
Itokawa, H., Kishi, E., Morita, H. & Takeya, K. 1992. Cytotoxic quassinoids
and tirucallane-type triterpenes from tne woods of Eurycoma longifolia.
Chem. Pharm. Bull. 40: 1053-1055.
25

Itokawa, H., Kishi, E., Morita, H., Takeya, K., & Iitaka, Y. 1991. Eurylene, a
new squelene-type triterpene from Eurycoma longifolia. Tetrahedron
Letters. 32: 1803-1804.
Kardono, L.B.S., Angehofer C.K., Tsauri S., Padmawinata K., Pezzuto J.M.
& Kinghorn D. 1991. Cytotoxic and antimalarial constituents of the roots
of Eurycoma longifolia. Journ. Nat. Prod. 54: 1360-1367.
Morita, H., Kishi, E., Takeya, K., Itokawa, H. & Tanaka, O. 1993. Highly
oxygenated qussinoids from Eurycoma longifolia. Phytochemistry 33(3):
691-696.
Ong, B.T. 1999. Perbandingan kualitatif kandungan kimia dalam hasil In vitro
Eurycoma longifolia dengan kandungan kimia dalam pokok induk
Eurycoma longifolia. Tesis B Sc. Penang: Universiti Sains Malaysia
Siregar LAM, Chan LK, & Boey PL (2004) Effect of cell source and pH culture
medium on the production of canthin-6-one alkaloids from the cell cultures
Tongkat Ali (Eurycoma longifolia J ack). J. Plant Biotech. 6(2): 125-130
Siregar, L.A.M., Chan L.K. & Teo, C.K.H. 1998. In vitro callus and root
production of Eurycoma longifolia. Dalam: Towards the sustainable use the
bioresoueces - Challenges and opportunities for then IMT-GT. Proceedings
of the Second IMT-GT UNINET Conference. Penang, 29 -30 August, 1998.
121-123.
Siregar, L.A.M., Chan, L.K., Boey, P.L. 2003. Selection of cell source and the
effect of pH and MS macronutrients on biomass production in cell cultures
of Tongkat Ali (Eurycoma longifolia J ack). J. Plant Biotech. 5(2): 131-135.
Tada, H., Yasuda, F., Otani, K., Doteuchi, M., Ishihara, Y. & Shiro, M. 1991.
New antiulcer uassinoids from Eurycoma longifolia. Europ. J. Medic.
Chem. 26: 345-349.

Anda mungkin juga menyukai