Dari 7 bekas negara jajahan Uni Soviet di Asia tengah ada 7 film
dokumrnter yang menggambarkan tentang nasib wanita di sana, sebagai
warisan dari zaman Uni Soviet masih hidup. Dalam film produksi Open
Society itu terungkapkan kemiskinan di tingkat rakyat yang sampai
sekarang belum tertalangi, ditambah lagi bagaimana rendahnya
pandangan masyarakat terhadap gender wanita di sana. Film itu dengan
jitu menggambarkan bagaimana terbelakangnya kehidupan di bekas-bekas
jajahan Uni Soviet di Asia Tengah itu.
DUA TEMPURUNG
Itulah yang bisa kita baca pada domenta kehidupan rakyat-rakyat di
alam Uni Soviet dan RRC-Mao yang menunjukkan kegagalan sistem
Marxisme di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Padahal
sekian puluh tahun waktu telah dihabiskan oleh kedua rezim tersebut,
juga sekian juta nyawa dipersempahkan sebagai korban sesajen untuk
sabda-sabda sosial, politik, ekonomi, budaya, filsafat, dll yang
tercatat dalam kitab suci "Das Kapital" karya Dewa Marx (Penganut
Materialisme yang Hegelian) itu.
Karenanya, usaha Wang Hui, dan tampaknya seperti diamini oleh Coen,
adalah tak lebih dari usaha menegakkan benang basah belaka, karena
jelas membutakan diri terhadap hubungan genealogis antara kegagalan
sebagai realitas di hilirnya dan Marxisme sebagai pangkal
berangkatnya pergerakan di hulunya.
Deng sudah benar dengan berani keluar dari tempurung Marxisme itu,
tetapi sayangnya dia terjebak oleh Berkeley Mafia, seakan-akan
mengamini pernyataan Margareth Tatcher yang menyatakan tidak ada
system ekonomi yang lain di luar Kapitalisme Neo-liberal. Padahal
jelas terbukti di mana-mana sistem ini hanya mampu memberikan
pertumbuhan ekonomi tapi tidak punya sistem pemerataan kecuali apa
yang diharapkan dari teori trickle down effect itu saja, maka
akibatnya akan selalu ada kesenjangan sosial-ekonomi antara yang
diperkaya dengan yang dimiskinkan oleh struktur yang ada di dalam
sistemnya itu.
Harusnya Deng jangan keburu begitu dalam mencari jalan keluar dari
realitas kegagalan Marxisme itu. Bahwa perlakuannya terhadap Marxisme
sudah benar, yakni harus diperlakukan dengan "forget it!" dan juga
seharusnya menolak Kapitalisme Neo-Liberal yang diajarkan oleh
Berkeley Mafia. Tapi natanya RRC mengundang profesor Berkeley Mafia
untuk mengajarkan ilmu ekonomi kapitalis di Nanjing University
sebagai awal usaha memasuki era ekonomi Kapitalisme untuk RRC.
Sementara system ekonominya sudah berobah, sistem politiknya tetap
otoriterian "diktator proletariat" warisan dari Marxisme.
ALTERNATIF DI LUAR TEMPURUNG
Kelompok pemikir dan peneliti yang bergabung di dalam Forum on
Globalization (IFG) telah melakukan telaah terhadap dampak
globalisasi Kapitalsime Neo-Liberal ini, sebagaimana bisa dibaca
hasilnya berupa kumpulan tulisan para ahli berbagai bidang dalam "The
Case Against the Global Economy" (1996) itu. Kelompok ini juga
menawarkan jalan keluarnya, yang jelas bukan Marxisme, melainkan
mereka rumuskan dalam kumpulan tulisan dalam buku "Alternatives to
Economic Globalization" (2002). Seperti juga diungkapkan dalam dua
buku David C. Korten "When Corporations Rule the World" (1995)
dan "The Post-Corporate World" (1999).
Ini salah satu contoh bagaimana politik ekonomi bisa dicari di luar
Kapitalisme dan Marxisme/Komunisme. Bahwa Tatcher ternyata tidak
benar, sebab masih banyak alternatif di luar dua tempurung produk
para pemikir masa lampau itu.