BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Konawe
Agama : Islam
Status : Janda
Suku/Bangsa : Tolaki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Tanggal Masuk : 06 Maret 2014
Pukul : 20.20 WITA
No. RM : 399222
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Pasien mengaku keluar cairan dari alat kelamin sejak 3 minggu
yang lalu.
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien baru masuk rujukan dari RS. Abunawas Kota Kendari dengan
keluhan keputihan yang sudah dialami sejak 3 minggu yang lalu. Pasien
mengeluhkan keluar cairan putih kental dari kemaluan sejak 3 minggu yang lalu.
Cairan berwarna putih (keruh) terkadang keabu-abuan. Tidak terdapat darah.
Tidak berbusa. Cairan yang keluar banyak tidak seperti biasanya sehingga pasien
merasa terganggu. Cairan yang keluar berbau amis, tetapi tidak gatal. Pasien tidak
merasakan nyeri atau panas pada daerah sekitaran alat kelaminnya ataupun saat
buang air kecil.
Pasien mengaku sering berhubungan dengan pasangan kekasihnya, terakhir
kali sekitar 1 bulan yang lalu. Saat melakukan hubungan seksual pasien tidak
2
merasakan nyeri. Pasangan pasien bekerja sebagai buruh disebuah perusahaan
pertambangan. Siklus menstruasi pasien lancar.
Pasien sekarang juga merasa lemas dan tidak ada nafsu makan. Riwayat
demam (-).
2. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya.
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama.
4. Riwayat KB
Sekarang pasien tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi hormonal
tetapi pasien dulu pernah menggunakan KB Suntik 3 Bulan sekitar 5 tahun yang
lalu sebelum suami pasien meninggal.
5. Riwayat Obstetri
Pasien mengalami haid (menarke) pada usia 15 tahun. Lama haid 5 hari dan
haid teratur tiap bulan dengan siklus 28-30 hari. HT 12 Februari 2014.
Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai berikut :
- Anak pertama lahir tahun 1989, cukup bulan, ditolong oleh bidan secara
spontan, jenis kelamin Perempuan, berat badan lupa, dengan keadaan sehat.
- Anak kedua lahir tahun 1995 cukup bulan, ditolong oleh bidan secara
spontan, jenis kelamin Perempuan, berat badan lupa, dengan keadaan sehat.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status vital :
Keadaan umum : Lemas, Sakit Ringan, Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 74 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,8 C
Berat badan : 54 Kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 21,09 (Normal)
b. Status generalis :
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
3
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba
Axilla : KGB tidak teraba
Thorak
Paru-paru :
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Vocal fremitus ki=ka
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : BP (Vesikuler), BT; WH -/- RH -/-
Jantung : BJ I/II murni reguler
Ekstremitas : Edema -/-
c. Status ginekologi :
VT :
- Vulva vagina : tampak hiperemis, tampak sisa sekret berwarna
putih keabu-abuan, agak berbau amis tetapi tidak busuk. Sekret
tidak tampak darah dan busa. Introitus vagina dalam batas normal.
- Portio : Kenyal, permukaan rata, benjolan (-) , nyeri goyang (-)
- Uterus : Arah (antefleksi), ukuran (sebesar buah pir)
- Adneksa : tidak ada kelainan
- Pelepasan : sekret berwarna putih keabu-abuan, darah (-), berbusa
(-), berbau amis tetapi tidak busuk.
Inspekulo
Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN
WBC 8,79 x 10
3
/Ul
RBC 5,43 x 10
6
/l
HGB 13,4 g/dl
HCT 40,2 %
MCV 74,0 fl
MCH 28,2 pg
MCHC 38,1 g/dl
PLT 211 x10
3
/l
BASOFIL 0,02
CT 7 10
BT 2 28
4
LAPORAN HASIL UJI BAKTERIOLOGI (14 Maret 2014)
Pemeriksaan Sampel Secret/Swab
No. Parameter Satuan Hasil
Pengujian
Spesifikasi
metode
Pemeriksaan Direct
1. Sel leukosit /Lp - Mikroskopik
2. Sel eritrosit /Lp - Mikroskopik
3. Sel epithel /Lp - Mikroskopik
4. Trichomonas vaginalis /Lp - Mikroskopik
Pemeriksaan Indirect (Gram)
1. Epithel cell berinti (clue cell) /Lp Pos (2+) Mikroskopik
2. Batang gram negatif (
Mobilincus Like)
/Lp Negatif Mikroskopik
3. Cocobasil (bacteroides Like) /Lp Negatif Mikroskopik
4. Batang Gram Positif
(lactobacilllus Like)
/Lp Negatif Mikroskopik
5. Bacg round Leukosit Cell /Lp Pos (1+) Mikroskopik
6. Jamur /Lp Negatif Mikroskopik
Pemeriksaan Indirect (sederhana)
1. Diplococcus Ekstra Cellular /Lp Tidak
ditemukan
Mikroskopik
V. USUL PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan pH vagina
- Pemeriksaan KOH
- Pemeriksaan biakan
- Pewarnaan gram
VI. DIAGNOSIS KERJA
Fluor Albus ec. Vaginosis Bacterial
VII. DIAGNOSIS BANDING
Fluor Albus ec. Trichomonas vaginalis
VIII. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL : D5% = 1:1 28 tpm
- Metronidazole 500 mg 2 x 1
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungtionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
5
X. FOLLOW UP
07 Maret 2014
S : Lemas, sakit kepala (+), mual (+), muntah (+), tidak ada nafsu makan (+).
Keputihan (+), warna putih keabu-abuan (+), bau amis (+), gatal (-), nyeri
disekitar alat kelamin (-)
O : Ku : Lemas, Sakit Sedang, Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg ; N : 78 x/m ; P: 18 x/m ; S : 36,8 C
Fluor Albus (+), warna putih keabu-abuan (+), darah (-), berbau amis (+), gatal
(-), berbusa (-). Nyeri tekan epigastrium (+)
A : Fluor Albus ec.susp. Vaginosis bacterial , dispepsia
P : - IVFD RL : D5% = 1:1 28 tpm
- inj. Ranitidin amp/8 jam
- Metronidazole 500 mg 2 x 1
08 Maret 2014
S : Lemas, sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), tidak ada nafsu makan (+).
Keputihan , warna putih keabu-abuan (+), bau amis (+), gatal (-). Batuk (+),
lendir (-), darah (-), sesak (-).
O : Ku : Lemas, Sakit Ringan, Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg ; N : 82 x/m ; P: 20 x/m ; S : 36,7 C
Fluor Albus (+), warna putih keabu-abuan (+), darah (-), berbau amis (+), gatal
(-), berbusa (-).
Ronkhi +/+, Wheezing -/-
A : Fluor Albus ec.susp. Vaginosis bacterial, ISPA
P : - IVFD RL : D5% = 1:1 28 tpm
- Metronidazole 500 mg 2 x 1
- Cefadroxil tab 2 x 1
- Rencana foto thorax Ap/Lat
09 Maret 2014
S : Lemas , tidak ada nafsu makan . Keputihan , bau amis (-), gatal (-). Batuk
(+), lendir (-), sesak (-). Batuk (+), lendir (-), sesak (-).
O : Ku : Baik, Sakit Ringan, Compos Mentis
TD : 110/60 mmHg ; N : 72 x/m ; P: 19 x/m ; S : 36,5 C
6
Fluor Albus , warna putih kental (+), berbau amis (-), gatal (-), berbusa (-)
Ronkhi -/-, Wheezing -/-
A : Fluor Albus ec.susp. Vaginosis bacterial, ISPA
P : - IVFD RL = 28 tpm
- Metronidazole 500 mg 2 x 1
- Cefadroxil tab 2 x 1
10 Maret 2014
S : Lemas (-),nafsu makan membaik. Keputihan (-). Batuk (-).
O : Ku : Baik, Sakit Ringan, Compos Mentis
TD : 110/60 mmHg ; N : 70 x/m ; P: 18 x/m ; S : 36,5 C
Fluor Albus (-)
A : Fluor Albus ec.susp. Vaginosis bacterial
P : Terapi oral lanjut. Pasien boleh pulang
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Leukorhea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat yang genital yang bersifat
berlebihan, tapi tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks akan
mengeluarkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina
yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolini. Selain itu, sekret vagina juga
disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang norml. Pada
perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari infeksi
2
.
Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau
berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-iritan, tidak
mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina
meliputi Lactobacillus sp (dominan), Streptococcus, Staphylococcus, dan Gardnella
vaginalis. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang
dihasilakn oleh lactobacilli
2
.
B. EPIDEMIOLOGI
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi wanita yang
mengalami leukorea bervariasi antara 1 15 % dan hampir seluruhnya memiliki
aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi
pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan suatu indikasi vaginitis, lebih
jarang merupakan indikasi servitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan.
Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial,
dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi
atau iritasi bahan kimia. Servitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia.
Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan
diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomtis dan dapat disebabkan oleh
lebih dari satu penyebab
2
.
8
C. ETIOLOGI
Leukorea dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Leukorea fisiologis
terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel
dengan leukosit jarang, sedang pada kondisi patologis terdapat banyak leukosit
4
.
Fluor albus pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio
vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina
5
.
Leukorrea fisiologis biasa ditemukan. pada keadaan antara lain
4,7
:
1. Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2. Waktu disekitar menarche, timbul karena pengaruh estrogen. Leukorea ini akan
hilang sendiri tetapi dapat meresahkan orang tua penderita.
3. Rangsangan seksual pada wanita dewasa
4. Waktu sekitar ovulasi, karena sekret dari kelenjar-kelenjar seviks uteri menjadi
lebih encer.
5. Pada wanita dengan penyakit menahun, pengeluaran sekret kelenjar serviks uteri
juga bertambah.
Tiga infeksi yang paling sering menyebabkan vaginitis adalah kandidiasis,
trikomoniasis dan vaginosis bakterial, sedangkan servisitis disebabkan oleh gonore dan
klamidia
3
.
Selain itu leukorea dapat juga disebabkan oleh vaginitis karena bahan-bahan
kimiawi, pengobatan sendiri dengan obat-obatan topikal atau pembersih vagina
berulang-ulang. Juga dapat ditemukan pada neoplasma baik jinak maupun ganas
4
.
Kandida Albicans
Candida albicans adalah spesies kandida yang secara normal ditemukan dimulut,
tenggorokan, usus, dan kulit laki-laki dan perempuan yang sehat dan sering dijumpai di
vagina perempuan asimptomatik. C. Albicans adalah spesies penyebab pada lebih dari
80% kasus infeksi kandida pada genitalia
6
.
Kandidiasis vulvovaginalis lebih sering terjadi pada perempuan setidaknya sekali
dalam seumur hidupnya, sering terjadi diusia produktif dengan estimasi antara 70-75%
dimana 40-50% biasanya rekuren. Banyak penelitian tentang Kandidasis vulvovaginalis
9
yang sering didiagnosis pada wanita usia muda, sekitar 15-30% wanita yang datang
berobat kedokter dengan gejala
7
.
Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohifa)
5
.
Gambar 1. Jamur Candida Albicans (Dikutip dari kepustakaaan 5)
Trikomonas Vaginalis
Trikomoniasis disebabkan oleh protozoa parasitik Trichomoniasis vaginalis.
Trikomonand T. vaginalis adalah organisme oval berflagela yang berukuran setara
dengan sebuah leukosit
6
. Merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18
mikron, mempunyai 4 falgela, dan bergerak seperti gelombang. Pada suhu 50C akan
mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu 0C dapat bertahan sampai 5 hari
8
.
Organisme terdorong oleh gerakan-gerakan acak berkedur dari flagelanya.
Trikomonand mengikat dan akhirnya mematikan sel-sel epitel pejamu, memicu respons
imun humoral dan selular yang tidak bersifat protektif terhadap infeksi berikutnya. Agar
dapat bertahan hidup, trikomonand harus berkontak langsung dengan eritrosit, dan hal
ini dapat menjelaskan mengapa perempuan lebih rentan terhadap infeksi daripada laki-
laki. T. vaginalis tumbuh paling subur pada pH antara 4,9 dan 7,5; dengan demikian,
keadaan-keadaan yang meningkatkan pH vagina, misalnya haid, kehamilan, pemakaian
kontrasepsi oral, dan tindakan sering mencuci vagina merupakan predisposisi timbulnya
trikomoniasis
6
.
Bayi perempuan yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat mengalami infeksi T.
vaginalis. Bayi perempuan rentan karena pengaruh hormon ibu pada epitel vagina bayi.
Dalam beberapa minggu, seiring dengan dimetabolismenya hormon-homon ibu, epitel
10
vagina bayi menjadi resisten terhadap T. vaginalis, dan infeksi sembuh bahkan tanpa
pengobatan
6
.
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui
pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada
bayi dan penderita setelah menopause
8
.
Gambar 2. Parasit Trichomonas vaginalis (Dikutip dari kepustakaan 5)
Vaginosis Bakterialis
Vaginosis bakterialis (VB) adalah suatu gangguan pada flora saluran vagina yang
menyebabkan keluarnya sekret berbau, putih abu-abu dan encer. VB hanya mengenai
perempuan, dan saat ini belum ada bukti bahwa penyakit ini ditularkan secara seksual
antara pasangan heteroseks. Namun, VB disebabkan oleh berganti-ganti pasangan
seksual dan kuman penyebabnya pernah dibiak dari uretra laki-laki yang menjadi
pasangan seksual perempuan yang terinfeksi
6
.
Sejak GARDNER mengumumkan bahwa Haemophillus vaginalis yang sekarang
dikenal Gardnerella vaginalis merupakan penyebab penyakit yang disebut Vaginosis
Bakterialis (VB)
8
.
VB disebabkan oleh faktor-faktor yang mengubah lingkungan asam normal di
vagina menjadi keadaan basa yang mendorong pertumbuhan berlebihan bakteri-bakteri
penghasil basa. Lactobacilli acidophilus adalah bakteri yang berbentuk batang, gram
positif, yang menghasilkan asam laktat dari karbohidrat. Laktobasil adalah bakteri
predominan di vagina dan membantu mempertahankan sekresi vagina yang bersifat
asam. Faktor-faktor yang mengubah pH melalui efek alkalinisasi antara lain adalah
mukus serviks, semen, darah haid, mencuci vagina (douching), pemakaian antibiotik
11
dan perubahan hormonal saat hamil dan menopause. Faktor-faktor ini mungkin
meningkatkan pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan bakteri
anaerob. Metabolisme bakteri anaerob menyebabkan lingkungan menjadi basa yang
menghambat pertumbuhan laktobasilus dan mendorong pertumbuhan bakteri lain
6
.
Organisme ini mula-mula dikenal sebagai H.vaginalis kemudian diubah menjadi
genus gardnerella atas dasar hasil penyelidikan mengenai fenotipik dan asam dioksi-
ribonukleat. Tidak mempunyai kapsul, tidak bergerak, dan berbentuk batang Gram-
negatif atau variabe-Gram, tes katalase, oksidasi,breduksi nitrat, indole, dan urase
semuanya negatif
8
.
Gambar 3. Clue Cell (Bakterial Vaginosis) ( Dikutip dari kepustakaan 10)
Gonnorheae
Gonorea disebabkan oleh invasi bakteri diplokokus gram-negatif, Neisseria
gonorrhoeae, yang pertama kali ditemukan dan diberi nama oleh ahli dermatologi
Polandia, Albert Neisseria. Bakteri ini melekat dan menghancurkan membran sel epitel
yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan
uretra. Untuk dapat menular harus, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa.
Perempuan berisiko paling tinggi terutama pada saat haid.
6
.
Angka gonorea di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di negara-negara industri
lainnya, dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada Swedia dan 8 kali dari Kanada.
Setelah infeksi oleh N. gonorrhoeae tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat
berjangkit lebih dari satu kali. Angka infeksi lebih tinggi pada kaum muda, dengan yang
tertinggi pada perempuan berusia 15 sampai 19 tahun dan laki-laki berusia 20 sampai 24
tahun, dan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis
6
.
N. gonorrhoeae adalah diplokok berbentuk biji kopi, bakteri yang tidak dapat
bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokus gram negatif dengan ukuran 0,8-1,6
12
mikro, bersifat tahan asam. Bakteri gonokokus tidak tahan terhadap kelembaban, yang
cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen
tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO
2
dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini
membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin
dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah,
tumbuh optimal pada suhu 35-37C dan pH 7,2-8,5 untuk pertumbuhan yang optimal
5
.
Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung
dengan pewarnaan gram bersifat gram negatif, terlihat diluar dan didalam leukosit,
kuman ini tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak
tahan zat disinfektan
5
.
Gambar 4. Bakteri N. gonorrhoeae (Dikutip dari kepustakaan 5)
Clamidia Trachomatis
Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari empat spesies genus Chlamydia
yang merupakan bakteri khusus yang hidup sebagai parasit intrasel. C.trachomatis
adalah infeksi bakteri menular seksual yang paling sering dijumpai di Amerika Serikat,
dan kuman ini ditemukan di seluruh dunia
6
.
Kaum muda yang berusia antara 15-19 tahun merupakan 40% dari kasus infeksi
klamidia yang dilaporkan. Angka paling tinggi pada perempuan yang aktif secara
seksual, dengan kisaran antara 5% sampai 13% dalam program pemeriksaan penyaring,
bergantung pada tempat dan daerah. Lebih tingginya angka klamidia pada perempuan
disebabkan oleh lebih besarnya kerentanan dan usaha penyaringan. Perempuan berisiko
dua kali lipat terjangkit klamidia setelah pajanan karena konsentrasi ejakulat yang
terinfeksi yang tertahan divagina sehingga pajanan memanjang
6
.
13
Faktor risiko terhadap infeksi termasuk status sosioekonomi, usia muda, ras kulit
hitam, tidak menikah, pasangan yang memiliki lebih dari satu pasangan, pasangan seks
yang baru, memiliki riwayat pernah terinfeksi gonorrhoeae, orang yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi sebagai perlindungan
9
.
Bakteri ini terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan
Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-
sel vagina. Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat
infeksi clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak
5
.
Gambar 5. Bakteri Chlamidia trachomatis (Dikutip dari kepustakaan 5)
D. PATOGENESIS
Flora vaginal normal mencakup Streptococcus alfa haemolitik, Streptococcus
anaerob (peptostreptokokus), spesies prevotella, klostridia, Gardnerella vaginalis,
Ureaplasma urealyticum, dan kadang-kadang listeria atau spesies mobilunkus.
Lactobacillus acodiphilus (Doderleins bacillus) yang paling dominan
4
.
Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum
menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang
bervariasi yang mengandung berbagai mikroorganisme terutama Laktobasilus
doderlein
4
.
Peranan basil Doderlein dianggap sangat penting dalam menjaga suasan vagina
dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basil Doderlein
mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi
asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3,0 - 4,5 pada
14
wanita masa reproduksi. Suasana asam inilah yang mencegah timbulnya
mikroorganisme
4
.
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu sering diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkna oleh jamur. Beberapa perempuanpun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali
2,5
.
Kandidiasis vaginalis merupaka infeksi vaginalis yang disebabkan oleh Candida
sp. terutama C. Albicans. Infeksi kandida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel
ragi akan berkompetisi dengan flora normal setelah terjadi kandidiasis. Hal-hal yang
mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik berspektrum luas,
penggunaaan kontrasepsi, kadar estrogrn yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak
terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru, dan frekuensi seksual yang
tinggi
2,5
.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan estrogen dan progesterone karena kontrasepsi oral
menyebabkan perleketan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan
media bagi pertumbuhan jamur. Candia albicans berkembang dengan baik pada
lingkungan pH 5 6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala
infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis
vulvovaginalis
2,5
.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomoniasis vaginalis
2,5
.
T. vaginalis mampu menimbulkan peradang pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-rata
4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan
granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan dilapisan subepitel yang menjalar
sampai dipermukaan epitel. Didalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel,
kuman-kuman dan benda lain yang terdapat dalam sekret
8
.
Patogenesis vaginosis bakterial sampai sekarang masih belum jelas. Sampai
50% wanita sehat, ditemukan kolonisasi G. vaginalis dalam vagina dalam jumlah
15
sedikit sehingga hal ini menunjukkan bahwa kuman tersebut termasuk flora normal
dalam vagina
8
.
Dapat terjadi simbiosis mutualis antara G. vaginalis sebagai pembentuk asam
amino dan kuman bakteri anaerob beserta bakteri vakultatif dalam vagina yang
mengubah asam amino menjadi amin sehingga menaikkan pH sekret vagina sampai
suasana yang menyenangkan bagi pertumbuhan G. vaginalis. Setelah pengobatan
efektif, pH cairan vagina menjadi normal. Beberapa amin diketahui menyebabkan iritasi
kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan menyebabkan duh tubuh yang keluar dari
vagina berbau
8
.
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata,
rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi jaringan;
hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada wanita, infeksi primer terjadi
di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan
mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis
dan obliterasi tuba
11
.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi
relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke dalam
aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum
tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe
yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya
11
.
E. GEJALA KLINIS
Segala perubahan yang mencakup warna dan jumlah sekret vagina merupakan
suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang seringkali muncul dan
sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala
fluor albus
2,5
:
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih keabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Pada perempuan, gejala paling mencolok pada vulvovaginitis ragi ini adalah
pruritus dan iritasi hebat pada vulva dan vagina. Dapat timbul edema, eritema, dan
16
visura pada vulva, dan disertai disuria akibat meradangnya jaringan (disuria eksternal).
Sering terdapat sekret vagina seperti keju lembut atau dadih. Pemeriksaan dalam
memperlihatkan vagina yang kering merah dengan plak-plak putih yang lekat
6,7
.
Pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih
yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah. Sekret vagina putih
menggumpal.
Gambar 6. Gambaran klinis Kandidiasi Vulvovaginitis (Dikutip dari kepustakaan 5)
Gejala trikomonas biasanya muncul 5 28 hari setelah inokulasi pada
perempuan dan 1 hari pada laki-laki. T. vaginalis menyebabkan infeksi simtomatik pada
20 50% perempuan. Gejala tersering pada perempuan adalah sekret vagina berwarna
kekuning-kuningan, kuning kehijauan berbusa yang mungkin banyak dan berbau tidak
sedap (malodorous), pruritus perineum, perdarahan pascakoitus, dan disparaunia
6,7,9
.
Pemeriksaan panggul ditandai oleh sekret, peradangan mencolok epitel vagina
dan ptekie serviks, yang sering disebut sebagai strawberry cervyx. Apabila tidak
diobati, maka gejala dapat mereda tetapi infeksi menetap secara subkllinis
5,6
.
Gambar 7. Gambaran klinis Trikomoniasis / Vaginosis Trikomonas (Dikutip dari
kepustakaan 5)
17
Wanita dengan Vaginosis Bakterial akan mengeluh adanya duh tubuh dari
vagina yang ringan atau sedang dan berbau tidak enak (amis), yang dinyatakan oleh
penderita sebagai satu-satunya gejala yang tidak menyenangkan. Bau lebih menusuk
setelah senggama. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), kalau
ditemukan lebih ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau C.
albicans. Sepertiga penderita mengeluh gatal dan rasa terbakar, dan seperlima timbul
kemerahaan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen, disparaunia, atau nyeri waktu
kencing jarang terjadi, dan kalau ada karena penyakit lain. Disamping itu sekitar 50%
penderita V.B. bersifat asimtomatik
2,5,6,7,9,11
.
Pada pemeriksaan sangat khas, dengan adanya duh tubuh vagina bertambah,
berwarna putih abu-abu, hingga kekuning-kuningan, viskositas rendah atau normal,
berbau dan jarang berbusa. Duh tubuh melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai
lapisan tipis atau kilauan yang difus, pH sekret vagina berkisar antara 4,5 5,5.
Terdapat eritema pada vagina atau vulva atau ptekie pada dinding vagina. Pada
pemeriksaan kolposkopi tidak terlihat dilatasi pembuluh darah dan tidak ditemukan
penambahan densitas pembuluh darah pada dinding vagina. Gambaran serviks
normal
5,8
.
Gambar 8. Gambaran klinis Vaginosis Bakterial (Dikutip dari kepustakaan 5)
Pada infeksi karena Gonokokus kelainan dapat ditemui adalah orifisium uretra
eksterna merah, edema, labia mayora dapat bengkak, merah dan nyeri tekan. Cairan
yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih dikenal dengan nama gonorhea ini
berwarna putih kental/kekuningan (mukopurulen) yang sebetulnya merupakan nanah
yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhoeae. Kadang-
kadang kelenjar bartolini ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk.
Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dam erosi dan sekret
mukopurulent
5
.
18
Gambar 9. Gambaran klinis servitis Gonokokus (Dikutip dari kepustakaan 5)
Tanda utama infeksi klamidia pada perempuan adalah sekret serviks mukopurulen
dan ektopi, edema, dan rapuhnya serviks dan pada laki-laki uretritis dengan atau tanpa
sekret. Infeksi uretra pada laki-laki atau perempuan dapat menyebabkan disuria,
walaupun hal ini lebih sering terjadi pada laki-laki. Proktitis, yaitu peradangan rektum,
mungkin timbul pada orang yang melakukan hubungan seks melalui anus
6
.
Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna
kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
5
.
Gambar 10. Gambaran klinis Clamidia (Dikutip dari kepustakaan 5)
F. DIAGNOSIS
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
5
Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau wanita
dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar estrogen yang tinggi dan
merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus
diperkirakan kemungkinan suatu penyakit menular seksual (PMS) dan penyakit
19
infeksi lainnya. Pada wanita yang usianya lebih tua harus diperkirakan
kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks.
Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningatkan sekresi kelenjar
serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian
IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks menjadi meningkat.
Kontak seksual
Untuk mengantisipasi fluor albus akibat PMS seperti Gonorhea, Kondiloma
akuminata dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan kontak seksual terakhir dan
dengan siapa melakukan.
Perilaku
Pasien yang tinggal diasrama atau bersama temannya kemungkinan tertular
penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar. Contoh :
kebiasaan yang paling kurang baik tukar menukar alat mandi dan handuk.
Sifat fluor albus
Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidak ada darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian
tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan
mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
Hamil atau menstruasi
Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada
keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.
b. Pemeriksaan Fisik dan Genital
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, ISK dan infeksi lainnya yang mungkin berkaitan dengan
fluor albus
2,5
.
Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan genitalia
meliputi
2,5
:
- Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
- Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks
- Pemeriksaan pelvis bimanual
20
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lendir vagina.
Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya
5
.
c. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indikator (N : 3,0 4,5)
Hasil pengukuran pH cairan vagina
- Pada pH vagina 7,2 8,5 sering disebabkan oleh Gonokokus
- Pada pH vagina 5,0 6,5 sering disebabkan oleh Gardnerella vaginalis
- Pada pH vagina 4,0 6,8 sering disebabkan oleh Candida albicans
- Pada pH vagina 4,7 7,5 sering disebakan oleh Trichomoniasis tetapi tidak
cukup spesifik.
1. Candida Albicans
- Pemeriksaan mikroskopik sekret vagina dengan larutan KOH 10% akan
memperlihatkan hifa bercabang dan pembentukan tunas (budding) khas
kandidiasis. Pemeriksaan ini bersifat diagnostik pada 65% sampai 85%
permpuan simtomatik
6
.
- Pada perempuan simtomatik, dan pada semua perempuan kandidiasis
rekuren, harus dilakukan biakan vagina apabila hasil pemeriksaan
mikroskopik negatif
6
.
2. Trichomonas vaginalis
- Setelah pemeriksaan langsung dengan mikroskopik sediaan basah dapat
juga dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan Giemsa, akridin oranye,
Leishman, Gram dan Papanicolau. Akan tetapi pengecatan tersebut
dianggap sulit karena proses fiksasi dan pengecatan diduga dapat megubah
moorfologi kuman
8
.
- Pada pembiakan pemilihan media merupakan hal penting, mengingat
banyak jenis media yang digunakan. Media modifikasi Diamond, misalnya
In Pouch TV digunakan secara luas dan menurut penelitian yang dilakukan
media ini yang paling baik dan mudah didapat
8
.
21
- T. vaginalis yang terdeteksi pada Pap smear tidak dapat diandalkan karena
tingginya angk positif-palsu dan negatif-palsu. Biakan adalah baku emas
untuk diagnosis; namun, terapi biasanya sudah dapat diberikan hanya
berdasarkan gejala klinik
6
.
3. Bakterial vaginosis
- Pada sediaan basah sekret vagina terlihat leukosit sedikit atau tidak ada, sel
epitel banyak dan adanya kokobasil kecil-kecil yang berkelompok. Adanya
sel epitel vagina yang granular diliputi oleh kokobasil sehingga batas sel
tidak jelas, yang disebut clue cells adalah patognomik. Ditemukannya clue
cells sebagai kriteria diagnostik, dilaporkan sensitivitasnya 70-90%
sedangkan spesifitasnya 95-100%
8
.
- Pada pewarnaan gram dapat dillihat batang-batang kecil Gram-negatif atau
variabel-Gram yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan bayak sel epitel
dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil
8
.
- Pemeriksaan kromatografi. Perbandingan suksinat dan laktat meninggi
sedangkan asam lemak utama yang dibentik adalah asam asetat
6
.
- Pemeriksaan biakan. Biakan dapat dikerjakan pada media diantaranya: agar
Casman, dan Protease peptone strach agar, dibutuhkan suhu 37C selama
42-78 jam dengan ditambah CO
2
5%. Koloni sebesar 0,5-2 mm, licin, opak
dengan tepi yang jelas, dan dikelilingi zona hemolitikbeta. Sebagai media
transpor Stuart dan Amies
6
.
- Tes biokimia. Reaksi oksidase, indol dan urea negatif, menghidrolisis
hipurat dan kanji. Untuk konfirmasi harus disingkirkan infeksi karena T.
vaginalis dan C. Albicans
6
.
- Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan adanya tiga dari empat kriteria
Amsel, yaitu
5,12
:
1. Adanya clue cells pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah
2. Adanya bau amis sebelum atau setelah penetesan KOH 10% pada cairan
vagina
3. Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu.
4. pH vagina lebih dari 4,5 dengan menggunakan nitrazine paper.
22
4. Gonorrhoeae
- Gonorea dapat didiagnosis dengan cepat dengan pewarnaan gram terhadap
apusan eksudat yang diambil dari tempat infeksi. Apusan positif apabila
ditemukan diplokokus gram-negatif intrasel. Sayangnya pewarnaan ini
kurang andal untuk mendiagnosis gonorea pada perempuan, pasien
asimtomatik, dan infeksi direktum atau faring. Untuk memastikan diagnosis
harus dilakukan pembiakan dari semua kemungkinan tempat infeksi 6.
- Uji-uji amplifikasi DNA dengan menggunakan metode reaksi berantai
polimerase (PCR) dan reaksi berantai ligase (LCR) lebih sensitif
dibandingkan biakan bakteri dan dapat digunakan dengan sekret vagina atau
serviks atau urin
6
.
- Uji-uji nonbiakan misalnya deteksi antigen dengan antibodi
imunofluoreosensi langsung (DFA) dengan enzyme immunosorbent assay
(EIA) kurang dikembangkan dan jarang
6
.
5. Clamidia trachomatis
- Klamidia dapat didiagnosis dengan biakan sel epitel yang diperoleh dari
tempat-tempat yang dicurigai terinfeksi dan tidak hanya dari sekresi, karena
C. trachomatis adalah parasit intrasel. Pemeriksaan memerlukan teknik-
teknik pemeriksaan yang serupa dengan yang digunakan untuk mengisolasi
virus, sehingga biakan klamidia menjadi lebih sulit dan mahal dibandingkan
dengan biakan bakteri
6
.
- Deteksi antigen dengan pewarnaan antibodi imunofluorosensi langsung
(DFA) dan enzyeme immunosorbent assay (EIA) merupakan pemeriksaan
yang hemat biaya dan paling sering digunakan. Uji EIA dan DFA memiliki
sensitivitas 95%.
6
- Amplifikasi DNA, misalnya reaksi berantai ligase (LCR) dan reaksi
berantai polimerasi (PCR) adalah metode-metode amplifikasi DNA yang
dapat mengisolasi klamidia dari urin dan apusan vagina yang mengandung
sedikit organisme; keduanya memiliki sensitivitas 95% dan spesifitasnya
99,5% yang lebih tinggi daripada DFA dn EIA. LCR dan PCR cepat
menjadi baku emas untuk mendiagnosis klamidia
6
.
23
G. PENATALAKSANAAN
Secara umum jenis obat-obatan yang digunakan oleh dokter dari Departemen
Obstetri Ginekologi dan Departemen Ilmu Penyakit Kulit Kelamin adalah azitromisin,
ampisublactam, klindamisin, sefiksim, doksisiklin, flukonazol, Flagistin, hidrosikzin,
hidrokortison, itrakonazol, ketokonazol, klotrimazol, metronidazol, mikonazol, dan
nistatin. Obat yang banyak digunakan adalah Flagistin, klindamisin, flukonazol dan
metronidazol
3
.
1. Kandidiasis vulvovaginalis
Kandidiasis genital dapat diterapi secara topikal atau oral. Obat golongan azol
efektif pada 80% sampai 90% pasien yang menyelesaikan terapi
6
.
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan sistemik
5
:
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
- Itrakonazole 2 x 200 mg peroral dosis sehari
- Nistatin 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Omidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan topikal
5
:
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 14 hari
- Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari
2. Trichomonas vaginalis
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik
8
.
Secara topikal, dapat berupa :
- Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1-2% dan larutan
asam laktat 4%.
- Bahan berupa suposutoria, bubuk yang bersifat trikomoniasidal.
- Jel dan krim, yang berisi zat trikomoniasidal.
Secara sistemik (oral) :
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
- Metronidazol dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg perhari selama 7 hari
- Nimorazol dosis tunggal 2 gram
24
- Tinidazol dosis tunggal 2 gram
- Omidazol dosis tunggal 1,5 gram
3. Bacterial vaginosis
Metronidazol atau klindamisin, yang diberikan peroral atau pervaginam, efektif
untuk mengobati VB simtomatik. VB dilaporkan menyebabkan persalinan prematur;
dengan demikian, pada perempuan hamil yang berisiko tinggi untuk penyakit ini
biasanya dianjurkan pemberian terapi. Krim vagina klindamisin dilaporkan
mengakibatkan persalinan prematur dan tidak dianjurkan untuk digunakan pada wanita
hamil
6
.
Topikal
8
- Krim sulfonamida tripel digunakan secara luas setelah penemuan pertama
V.B. oleh GARDNER dan DUKES tahun 1955. Penyembuhan dengan
menggunakan krim ini berkisar antara 14 86%. Perbedaan yang cukup
besar ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kriteria diagnostik.
- Suposutoria vaginal yang berisis tetrasiklin memberikan angka
penyembuhan sebesar 96% sedangkan suposutoria yodium povidon sebesar
76%. Ternyata kalau digunakan tetrasiklin, timbul vaginitis yang
disebabkan C. albicans.
Sistemik
8
- Metronidazol dengan dosis 2 x 500 mg setiap hari selama 7 hari, atau
tinidazol 2 x 500 mg setiap hari selama 5 hari, memberi angka
penyembuhan lebih dari 90%.
- Ampisilin atau amoksisilin dengan dosis 4 x 500 mg per oral selama 5 hari
memberikan kesembuhan pada 48-100% wanita V.B.
- Tetrasiklin peroral tidak efektif. Pemberian ampisilin dan tetrasiklin
merupakan predisposisi timbulnya kandidosis vaginal.
- Klindamisin 300 mg per oral 2 kali sehari selama 7 hari memberi angka
kesembuhan hampir sama dengan metronidazol 500 mg per oral 2 kali
sehari selama 7 hari.
4. Gonnorhoaea
Gonorea dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun 1940an, sekarang
banyak berkembang galur-galur N. gonorrhoeae yang resisten penisilin. Terapi saat ini
25
yang direkomendasikan adalah golongan sefalosporin atau fluorokuinolon. Karena
ancaman galur-galur N. gonorrhoeae yang resisten ini maka pada semua kasus yang
tidak sembuh harus dilakukan uji kepekaan
6
.
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Ofloksasin 400 mg/oral
- Kanamisisn 2 gram IM
- Ampisilin 3,5 gram IM atau ditambah : doksisiklin 2 x 100 mg oral selama 7
hari atau Tetrasiklin 4x500 mg oral selama 7 hari.
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
5
.
5. Clamidia trachomatis
Terapi dosis tunggal dengan azitromisin atau regimen terapi 7 hari dengan
doksisiklin merupakan protokol pengobatan yang dianjurkan oleh CDC untuk infeksi C.
trachomatis. Eritromisin tidak bersifat teratogenik dan merupakan terapi pilihan bagi
wanita hamil dan neonatus
6
.
- Doksisiklin 2 x 200 mg/ hari selama 14 hari
- Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 10-14 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg selama 10-14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
hari
H. PENCEGAHAN
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara seperti memakai alat pelindung,
atau melakukan pemeriksaan secara dini
5
.
1. Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat dilakukan
dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah terjadinya penularan
PHS termasuk AIDS .
2. Pemeriksaan secara dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara
berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal
menjadi kanker yang terjadi berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher
rahim memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
26
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan
5
:
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dalam bahan
yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan
untuk mengganti pembalut, pantyliner, pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk dia atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
I. PROGNOSIS
Prognosis fluor albus baik karena infeksinya dapat disembuhkan walaupun dapat
timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan
ulang dengan antibiotik yang sama dapat dipakai
5
.
Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan
pengobatan yang tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi
5
.
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang perempuan usia 41 tahun di diagnosis Fluor Albus ec. Vaginosis
bacterial. Hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah menyingkirkan
bahwa keluhan yang dialami pasien adalah bukan suatu leukorhea yang fisiologis,
dimana leukorhea yang fisiologis ditemukan pada bayi baru lahir terutama sampai usia
10 hari, waktu disekitar menarkhe, rangsangan seksual pada wanita dewasa, pada wanita
pengguna kontrasepsi hormonal, dan pada wanita dengan penyakit menahun. Pada
pasien di temukan usia 41 tahun, tidak berada pada siklus ovulasi, tidak sedang
menggunakan kontrasepsi hormonal dan tidak memiliki riwayat penyakit menahun,
sehingga keluhan yang dialami pasien digolongkan sebagai suatu Fluor Albus yang
patologik.
Wanita dengan Vaginosis Bakterial akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina
yang ringan atau sedang dan berbau tidak enak (amis), berwarna putih abu-abu, hingga
kekuning-kuningan, viskositas rendah atau normal dan tidak berbusa. Iritasi daerah
vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan lebih ringan daripada
yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau C. albicans. Sepertiga penderita
mengeluh gatal dan rasa terbakar, dan seperlima timbul kemerahaan dan edema pada
vulva. Nyeri abdomen, disparaunia, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau
ada karena penyakit lain. Dari hasil anamnesis pada pasien, ditemukan gejala berupa
keluarnya cairan putih kental yang dialami sejak 3 minggu yang lalu, berwarna putih
(keruh) terkadang keabu-abuan, darah (-), berbusa (-), berbau amis, tetapi tidak gatal.
Pasien tidak merasakan nyeri atau panas pada daerah sekitaran alat kelaminnya ataupun
saat buang air kecil yang mendukung diagnosis kearah Vaginosis bacterial.
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya duh tubuh vagina yang
bertambah, berwarna putih abu-abu, hingga kekuning-kuningan, viskositas rendah atau
normal, berbau dan jarang berbusa. Terdapat eritema pada vagina atau vulva atau ptekie
pada dinding vagina. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada genitalia eksterna
serta pemeriksaan pelvis bimanual pada pasien, tampak vulva vagina yang hiperemis,
sisa sekret yang berwarna putih keabu-abuan, tidak terdapat darah dan tidak berbusa.
Berbau amis. Portio kenyal, permukaan rata, benjolan (-), dan nyeri goyang (-).
28
Pemeriksaan spekulum pada pasien ini tidsk dilakukan, seharusnya dilakukan
untuk melihat vagina dan serviks pasien. Pemeriksaan spekulum pada pasien Vaginosis
bacterial akan menunjukkan duh tubuh yang melekat pada dinding vagina dan terlihat
sebagai lapisan tipis atau kilauan yang difus, pH sekret vagina berkisar antara 5,0 6,5,
dan gambaran serviks normal.
Laporan hasil uji bakteriologi berupa pemeriksaan sampel sekret/swab pada
pasien diperoleh Epithel cell berinti (clue cells) : Pos (2+) dan Back ground Leukosit :
Pos (1+). Pemeriksaan sediaan basah sekret vagina pada Vaginosis bacterial akan
terlihat leukosit sedikit atau tidak ada, sel epitel banyak dan adanya kokobasil kecil-
kecil yang berkelompok. Adanya sel epitel vagina yang granular diliputi oleh kokobasil
sehingga batas sel tidak jelas, yang disebut clue cells adalah patognomik. Ditemukannya
clue cells sebagai kriteria diagnostik, dilaporkan sensitivitasnya 70-90% sedangkan
spesifitasnya 95-100%.
Untuk menegakkan diagnosis dari Vaginosis bacterial, diperlukan adanya tiga
dari empat kriteria Amsel, yaitu: (1) Adanya clue cells pada pemeriksaan mikroskopik
sediaan basah, (2) Adanya bau amis sebelum atau setelah penetesan KOH 10% pada
cairan vagina, (3) Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH
vagina lebih dari 4,5 dengan menggunakan nitrazine paper
5,12
. Dari kriteria diagnosis
yang dijelaskan, pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ditemukannya clue cells
Pos (2+), adanya bau amis sebelum penetesan KOH 10%, dan duh tubuh yang
homogen, kental, tipis dan berwarna seperti susu.
Untuk lebih memastikan diagnosis pada pasien, maka disarankan untuk
melakukan pemeriksaan pH vagina, pemeriksaan KOH, pemeriksaan biakan, dan
pewarnaan gram. Pada pemeriksaan pH diharapkan nilainya berada pada kisaran 5,0-
6,5. Pemeriksaan KOH 10% dilakukan untuk lebih memastikan bahwa whiff test positif,
atau setelah penetesan KOH 10%, sekret vagina akan berbau amis. Pemeriksaan biakan
diharapkan akan ditemukan koloni sebesar 0,5-2 mm, licin, opak dengan tepi yang jelas,
dan dikelilingi zona hemolitikbeta. Sedangkan pada pewarnaan gram dapat dilihat
batang-batang kecil Gram-negatif atau variabel-Gram yang tidak dapat dihitung
jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukannya laktobasil.
Metronidazol atau klindamisin, yang diberikan peroral atau pervaginam, efektif
untuk mengobati VB simtomatik. Metronidazol dengan dosis 2 x 500 mg setiap hari
29
selama 7 hari, atau tinidazol 2 x 500 mg setiap hari selama 5 hari, memberi angka
penyembuhan lebih dari 90%
6
. Pada pasien ini diberikan terapi berupa metronidazole
500 mg 2 x sehari.
Prognosis pada pasien ini baik karena infeksinya dapat disembuhkan walaupun
dapat timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala.
Saran-saran yang diberikan pada pasien sebelum pulang yaitu agar melakukan
pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan. Setia kepada pasangan . Selalu menjaga
kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab
misalnya dengan menggunakan celana dalam bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner, pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak. Biasakan membasuh dengan cara
yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang. Penggunaan cairan
pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal
vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan
pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. Hindari pemakaian
barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi
dsb. Sedapat mungkin tidak duduk dia atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap
dudukan kloset sebelum menggunakannya.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Lubis R. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang keputihan di klinik bersalin
sumiariani kecamatan medan johor kota medan tahun 2013. Medan. Dosen
Poltekes Kemenkes Medan Jurusan Kebidanan Medan. 2013. hal 50-55.
2. Fahrezha M. Referat fluor albus. Cirebon. SMF Ilmu Kebidanan & Kandungan
FK Universitas Yarsi & RSUD Gunung Jati. 2012. hal 1-24.
3. Rusdi N. K, Trisna Y, Soemiati A. Pola pengobatan fluor albus dirumah sakit
umum pusat nasional DR Cipto Mangunkusumo serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya (analisis data rekam medik tahun 2006-2007). Vol. V, No. 2.
Majalah Ilmu Kefarmasian. Jurusan Farmasi FMIPA-UHAMKA RSUPN Cipto
Mangunkusumo Departemen Farmasi FMIPA-UI. 2008. hal 91-100.
4. Anonim 1. Leukorhea. [Online]. Juli 23 2012 [Cited 11-04-2014]. Available from
URL http://blogcalondokter.wordpress.com/2012/07/23/leukorhea/
5. Anonim 2. Fluor albus. [Online]. Januari 12 2010. [Cited 11-04-2014]. Available
from URL http://www.scribd.laporan-kasus-fluor-albus.pdf/2011/10/10/laporan-
kasus-flor-albus/
6. Price S. A, Wilson L. M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
6 Volume 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009. hal 1332-1355.
7. Monalisa, Bubakar A. R, Amiruddin M. D. Clinical aspects fluor albus of female
and treatment. Vol. 1 No.1. Makassar. Departement of Dermatovenerology
Medical Faculty of Hasanuddin University/Wahidin Sudirohusodo Hospital
Makassar. 2012. hal 19-29.
8. Djuanda A. Hamzah M. Aisyah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima
Cetakan keempat. Jakarta. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. hal 363-391.
9. Medical Diagnostik Laboratories, L.L.C. Leukorrhea panel.
10. Bambang w. Vaginosis bakterial. [Online]. September 11 2011. [Cited 11-
04-2014]. Available from URL
http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/vaginosis-bakteri.html
31
11. anonim 3. Infeksi neisseria gonorrhoeae. [Online]. Februari 24 2009. [Cited 11-
04-2014]. Available from URL
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/24/infeksi-neisseria-gonorrhoeae.
12. Makalah Referat Kedokteran. Referat vaginosis bacterialis. [Online]. Juli 15
2014. [Cited 11-04-2014]. Available from URL
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-vaginosis-bacterialis.