Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

Tugas Khusus
Optimalisasi Kinerja Plate Heat Exchanger E-211
4.1. Pendahuluan
4.1.1. Latar Belakang
Perpindahan panas merupakan salah satu faktor penting dalam suatu operasi atau
proses di industri kimia. Proses perpindahan panas hampir selalu melibatkan suatu
instrumen yang disebut Heat Exchanger.
Plate heat exchanger E-211 adalah tipe heat exchanger yang terdapat pada
plant polyethylene terephtalate (PET) di PT Mitsubishi Chemical Indonesia yang
digunakan pada reaktor R-210. Heat exchanger E-211 memiliki waktu kinerja hanya
14 hari. Setelah 14 hari, ouput suhu keluaran dari plate heat exchanger ini sudah
tidak sesuai dengan yang diinginkan, sehingga harus dilakukan maintenance.
Maintenance dari heat exchanger E-211 dilakukan secara berkala dengan
jangka waktu yang dekat yaitu 14 hari sesuai dengan jangka waktu kinerja dari plate
heat exchanger E-211. Maintenance dari alat ini memerlukan biasa yang tidak
sedikit. Oleh karena itu diperlukan adanya analisa untuk mengoptimalkan dan
memperpanjang waktu kinerja alat lebih lama.
4.1.2. Permasalahan
Plate Heat Exchanger E-211 merukapan suatu unit yang berfungsi sebagai
pendingin pada plant polyethylene terephtalate (PET) di PT Mitsubishi Chemical
Indonesia. Namun waktu kinerjanya yang cukup pendek membutuhkan maintenance
yang memerlukan biaya yang tidak sedikit.
4.1.2. Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah untuk menganalisa dan menentukan treatment
untuk memperpanjang lifetime pada heat exchanger E-211.
4.1.3. Ruang Lingkup
Batasan permasalahan pada Tugas Khusus ini yaitu penentuan treatment
untuk memperpanjang lifetime heat exchanger E-211.
4.2. Hasil dan Pembahasan
4.2.1. Analisa Penyebab Pendeknya umur heat exchanger
Penyebab umum dari pendeknya umur heat exchanger E-211 adalah koefisien
perpindahan panasnya yang semakin turun.
Sementara penyebab terperinci dari pendeknya umur heat exchanger E-211
adalah :
1) Rate Ethylene Glicol Recycle atau QEP yang masuk ke dalam HE terlalu
besar.
2) Adanya polimer yang ikut atau lewat dari proses kondensasi dan terhisap
ejector yang menyebabkan kerja vakum berat, sehingga perlu dinaikan lagi
vakumnya untuk menghisap uap EG. Akibat dari hisapannya yang besar,
banyak polimer yang ikut terhisap juga oleh ejector.
3) Adanya scale pada pipa-pipa plate heat exchanger dari uap reaktor yang
menyebabkan penurunan efisiensi transfer panas.
4) Strainer atau penyaring memiliki mesh yang terlalu besar.

4.2.2. Usaha untuk Memperpanjang Lifetime Heat Exchanger E-211
Beberapa usaha yang kami analisa untuk memperpanjang waktu kinerja dari heat
exchanger E-211 adalah sebagai berikut:
1) Pemilihan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan berpengaruh terhadap kelembaban dan panas
yang dibutuhkan, bahan baku untuk produk PET ini salah satunya adalah
Purified Terephtalic Acid (PTA) atau Crude Terephtalic Acid (CTA) sebagai
reaktan utama. Ada kelebihan dan kekurangan antara penggunaan PTA dan
CTA. Ditinjau dari biaya, penggunaan CTA lebih efisien dibandingkan
dengan penggunaan PTA. Namun ditinjau dari proses, walaupun keduanya
memiliki kualitas produk yang sama, setelah tahap pencampuran CTA lebih
lembab dibandingkan dengan PTA, ini akan mempengaruhi terhadap kondisi
operasi. Saat penggunaan CTA color b lebih rendah, untuk itu perlu
penambahan cobalt agar dapat meningkatkan color b. Semakin banyak
penggunaan cobalt maka semakin banyak pula impurities yang akan terbawa
ke line sirkulasi QEP. Dalam proses ini, jika panas yang dibutuhkan kurang,
maka viskositas slurry dan uap QEP akan tinggi. Viskositas yang tinggi akan
menyebabkan kerja vakum menjadi berat, untuk menaikan viskositas QEP
diperlukan vakum yang besar, vakum yang besar ini akan menyebabkan
terbawanya polimer dari reaktor ke line sirkulasi QEP, hal ini juga
menyebabkan polimer yang terbawa akan menjadi pengotor pada Exchanger
E-211.
Selain pengaruhnya terhadap kondisi operasi, QTA juga lebih lengket dan
lebih mudah menempel pada alat-alat proses seperti pipa, wet condensor,
termasuk Exchanger E-211 yang lama kelamaan akan menimbulkan kerak
pada beberapa equipment. Ini tentunya berpengaruh juga terhadap lifetime
Exchanger E-211.
2) Metode Pembersihan
Parameter untuk menentukan kinerja Exchanger E-211 adalah Temperatur
keluarannya. Jika temperatur keluarannya sudah melebihi 19C maka sudah
banyak pengotor yang terakumulasi di plate Exchanger E-211, untuk itu E-
211 harus segera dibersihkan. Metode pembersihan sangat penting, karena
jika cleaning pada plate kurang bersih (masih ada pengotor-pengotor yang
tertinggal), fluida akan bergesekan dengan pengotor tersebut. Dengan adanya
gesekan, ketika fluida membawa pengotor, pengotor dari fluida akan
menempel pada pengotor yang menempel di plate sebelumnya, semakin tebal
pengotor pada plate semakin mudah pula pengotor dari fluida menempel, yang
lama kelamaan akan menutupi luas area plate tersebut. Hal ini juga
menyebabkan cepatnya lifetime Exchanger E-211.

3) Analisa STB 211A/B dan analisa STB 212
Gambar 4.1 Proses aliran sebelum dan sesudah HE E-211
Pada proses yang digunakan sebelum aliran masuk ke plate heat
exchanger ada strainer dengan simbol STB-211A dan STB-211B. STB-211A sebagai
strainer yang running sedangkan STB-211B standby dan dipakai ketika STB-211A
akan dibersihkan sehingga harus di switch dengan STB-211B. STB-211A memiliki
ukuran mesh yang lebih kecil daripada STB-211B. Dari equipment dan proses di atas,
ada 2 analisa bagaimana cara untuk memperpanjang lifetime dari plate HE, yaitu :
A. Mengganti STB-211B dengan ukuran mesh yang sama dengan STB-211A.
Ketika STB-211A sudah kotor dan akan dibersihkan, maka STB-211A akan
di switch dengan STB-211B. Pembersihan akan dilakukan setiap shift atau
paling tidak dalam satu hari satu kali proses cleaning. Jika proses cleaning
maksimal memakan waktu 1 jam, maka aliran QEP akan beralih ke STB-
211B yang memiliki ukuran mesh lebih besar, sehingga polimer yang
STB 212
E-211
STB211A
STB211B
terkandung QEP akan semakin susah tersaring, maka waktu cleaning dalam
satu hari adalah 3 jam. Sehingga polimer yang tidak tersaring akan semakin
banyak dan terakumulasi di exchanger E-211, maka luas permukaan kontak di
plate HE akan semakin kecil, dan membuat HE memiliki lifetime yang
pendek. Maka sebaiknya di ganti ukuran mesh pada STB-211B dengan
ukuran mesh yang sama dengan STB-211A.
B. Mengganti jalur bypass pada STB-212 dengan strainer
Jika STB-212 sudah kotor maka, STB-212 harus di cleaning, sehingga aliran
STB212 akan di switch dengan jalur bypass, karena tidak adanya strainer
yang standby untuk mengganti STB-212 maka jalur bypass hanya menjadi
jalur aliran QEP yang masih mengandung polimer yang lolos dari STB-
211A/B dan plate HE bukan menjadi penyaring. Maka sebaiknya pada jalur
bypass dipasang strainer agar polimer bisa tersaring pada saat STB212 akan
di cleaning.
Setelah penambahan strainer pada jalur bypass system kerja strainer akan
sama seperti pemasangan strainer sebelum E-211. STB212 digunakan unuk
running sedangkan strainer tambahan yang dipasang di jalur bypass dipasang
standby. Ukuran mesh strainer di jalur bypass sama dengan STB-212, hal ini
dilakukan untuk meminimalisir adanya polimer yang terbawa ke line sirkulasi
QEP.
STB 212
STB 212 new
E-211
STB 211A
STB 211B
Gambar 4.2 Proses Aliran setelah penambahan straniner di jalur bypass.
4.3. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan analisa mengenai upaya untuk memperpanjang
lifetime dari heat exchanger E-211, penyebab utama pendeknya umur exchanger E-
211 adalah adanya pengotor yang terbawa ke sirkulasi line QEP.
Usaha yang dapat dilakukan untuk memperpanjang lifetime dari exchanger E-
211 adalah sebagai berikut :
1) Pemilihan Purified Terephtalic Acid sebagai bahan baku.
2) Metode pembersihan saat maintenance harus benar-benar bersih.
3) Mengganti ukuran mesh STB 211B dengan ukuran mesh yang sama dengan
STB 211A.
4) Mengganti jalur bypass pada STB 212 dengan strainer tambahan.

Anda mungkin juga menyukai