Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang sebagai salah satu unit
pelaksana teknis (UPT) Direktorat J enderal berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Perbibitan, Direktorat J enderal
Peternakan, Kementerian Pertanian. Balai Inseminasi Buatan Lembang
terletak di J alan Kiwi Kayu Ambon No. 78, Lembang, Kabupaten Bandung
Barat (sekitar 17 km dari kota Bandung, ibukota Propinsi J awa Barat).
Letaknya sangat strategis, di ibukota Propinsi J awa Barat, berada di
Wilayah Indonesia Barat (WIB), dengan ketinggian 1.100 m di atas
permukaan laut, temperatur 15 25
0
C, curah hujan 2.500 mm/tahun,
kelembaban 80 94%, dengan areal lahan seluas 9,86 hektar.
Balai Inseminasi Buatan Lembang merupakan salah satu dari 2 (dua) BIB
Nasional yang diberi mandat oleh pemerintah pusat dalam penyediaan
semen beku ternak unggul, untuk menunjang pelaksanaan inseminasi
buatan di Indonesia dalam rangka peningkatan mutu dan produktivitas
ternak sapi potong, sapi perah, kambing dan domba.
Tujuan pengembangan inseminasi buatan dimaksudkan untuk mendukung
peningkatan produksi daging dan susu guna mencukupi kebutuhan
(demand) masyarakat, sehingga peranan BIB Lembang menjadi sangat
strategis dalam pemasaran dan distribusi semen beku benih unggul ternak
2

untuk melayani kebutuhan inseminasi buatan di dalam negeri, dengan
sasaran akhir meningkatnya pendapatan petani peternak.

1.2 Keadaan umum peternakan
Balai Inseminasi Buatan Lembang dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya harus senantiasa mengacu kepada visi, misi dan grand strategy
Kementerian Pertanian serta visi, misi dan tujuan Pembangunan
Peternakan. Pembangunan Peternakan berperan sangat penting dalam
peningkatan sumber daya manusia Indonesia, karena semakin tinggi
konsumsi produk peternakan semakin tinggi pula kemampuan bangsa
untuk berkompetensi dengan bangsa lain. Pemerintah mempunyai
kewajiban menyediakan kebutuhan pangan rakyatnya yang memenuhi
standar ketahanan pangan (food security) dan mampu memberikan
kesejahteraan kepada petani sebagai pelaku pembangunan (farmer
security).
Beberapa isu penting peternakan yang perlu memperoleh perhatian serius
dalam pembangunan peternakan saat ini antara lain: (1) ancaman
penurunan populasi ternak besar (sapi potong dan kerbau), (2) Penurunan
mutu/kualitas bibit ternak (ternak besar dan ternak kecil), (3) Ancaman
punahnya plasma nutfah ternak tropis, (4) Ancaman membanjirnya produk
impor peternakan, (5) Ketergantungan bahan baku pakan ternak dari luar
negeri, (6) Terjadinya marjinalisasi pembangunan peternakan, (7)
Kesejahteraan petani peternak yang masih rendah, (8) emerging dan
3

new/re-emerging desease, termasuk zoonosis dan (9) Konflik kebijakan
penegakan aturan keswan dan kesmavet antara propinsi pusat,
kabupaten/kota provinsi dan kabupaten/kota pusat.
Konsumsi pangan nasional yang ditetapkan sesuai dengan pola pangan
harapan (PPH) mencerminkan keseimbangan asupan gizi, baik dari
sumber pangan nabati maupun hewani. Mengingat pertumbuhan maupun
kecerdasan manusia membutuhkan gizi yang tidak dapat hanya berasal
dari satu sumber pangan, sehingga bersifat komplementer. Menurut
standar PPH konsumsi masyarakat Indonesia akan protein hewani asal
ternak baru mencapai 5,1 g/kapita/hari atau setara dengan daging 7,5
kg/kapita/tahun, telur 4,7 kg/kapita/tahun dan susu 7,5 kg/kapita/tahun.
Sedangkan konsumsi karbohidrat tertinggi yaitu beras 121
kg/kapita/tahun, kacang-kacangan 8,3 kg/kapita/tahun dan umbi-umbian
17,8 kg/kapita/tahun. Dengan rendahnya capaian PPH nasional akibat
tingginya konsumsi karbohidrat dan rendahnya konsumsi protein hewani,
menempatkan Indonesia pada ranking atau posisi Human Development
Index (HDI) sangat rendah yaitu posisi 117 dari 120 negara yang disurvei
jauh ketinggalan dari anggota lain negara ASEAN.





4

1.3 Revitalisasi Pertanian
Revitalisasi Lahan, Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan, Revitalisasi
Infrastruktur dan Sarana, Revitalisasi Sumber Daya Manusia, Revitalisasi
Pembiayaan Petani, Revitalisasi Kelembagaan Petani, Revitalisasi
Teknologi dan Industri Hilir (Tujuh Gema Revitalisasi) merupakan program
dan strategi yang akan dikembangkan Kementerian Pertanian selama
periode 2010-2014 yang akan datang.
Disamping perubahan tantangan strategis nasional, juga terdapat
tantangan strategis sektoral, yaitu perubahan dan tantangan strategis
yang menurut adanya revitalisasi pertanian, termasuk revitalisasi
peternakan yang dilaksanakan melalui restrukturisasi peternakan dan
kesehatan hewan nasional yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
revitalisasi pertanian. Restrukturisasi peternakan dan kesehatan hewan
dilaksanakan dengan memperkuat kelembagaan peternakan dan
kesehatan hewan serta otoritas veteriner, yang mampu menjawab
tantangan dinamika perubahan paradigma pembangunan pada masa-
masa kini dan yang akan dating.
Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan berperan penting dalam
penyerapan tenaga kerja dan pembangunan lingkungan hidup melalui
mata rantai makanan, sehingga pembangunan peternakan mempunyai
arti penting dalalm mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Selain
itu, untuk menghadapi tuntutan perubahan yang begitu luas yaitu Revolusi
Peternakan (Livestock Revolution) seperti yang dirumuskan oleh Delgado
5

(1989) bahwa prospek pasar yang tumbuh cepat merupakan kekuatan
penarik yang besar sebagai landasan terjadinya Revolusi Peternakan di
negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia.
Revolusi Peternakan dicirikan oleh akselerasi pertumbuhan produksi
peternakan yang akan menjadi sumber utama pertumbuhan baru sektor
pertanian menggantikan tanaman pangan yang tumbuh pesat pada
decade tahun 1970-an sampai dengan 1980-an yang dipegang oleh
Teknologi Revolusi Hijau. Di Indonesia Revolusi Peternakan diperkirakan
telah berlangsung sejak awal 1980-an di mana pertumbuhan Sub Sektor
Peternakan melonjak dari 2,02 persen per tahun (1967-1978) menjadi
6,99 persen per tahun (1978-1986), namun pada periode 1998 menurun
drastis hingga -13,94 persen akibat krisis multidimensi ekonomi social
politik. Walaupun pada periode tahun 2000-2003 pertumbuhan subsektor
peternakan mulai pulih (3,31% per tahun) namun masih dituntut
pembenahan seluruh aspek agribisnis peternakan di Indonesia.
Revitalisasi peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari revitalisasi pertanian yang mengamanatkan
pentingnya arti pertanian untuk diletakkan kembali pada proporsi yang
sebenarnya. Untuk mendukung proyeksi pertumbuihan peternakan
tersebut salah satu aspek adalah tuntutan kelembagaan peternakan dan
kesehatan hewan yang kuat untuk mencapai tujuan yang luas dengan
program komprehensif (menyeluruh) yang mencakup aspek pembibitan ,
budidaya ternak non ruminansia, kesehatan hewan dan kesehatan
6

masyarakat veteriner. Kelima aspek tersebut mempunyai peran penting
dalam dua dimensi yaitu dimensi ekonomis melalui peningkatan produksi
dan dimensi kesejahteraan melalui upaya perlindungan dan pengamanan
masyarakat.



















7

BAB II
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN


2.1. Kebijakan Umum
Subsektor peternakan memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional. Hal ini dikarenakan
peternakan merupakan penyedia pangan hewani asal ternak melalui
peningkatan produksi berbagai komoditas, dan juga penyediaan bahan
baku untuk industri. Selain itu, sektor peternakan secara tidak langsung
juga berperan dalam pengentasan kemiskinan, serta sebagai sumber
energi alternatif dan untuk kelestarian lingkungan hidup.
Salah satu permasalahan sektor peternakan di Indonesia saat ini adalah
pertumbuhan produksi berbagai macam hasil peternakan belum dapat
mengimbangi laju permintaan di dalam negeri sendiri yang semakin
meningkat. Kebutuhan daging dan susu sebagai sumber protein hewani
terus mengalami peningkatan, karena meningkatnya penghasilan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi. Permintaan
daging sapi diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring
dengan target perbaikan ekonomi. Menurut data yang ada, supply dalam
negeri belum mampu mengimbangi tingginya laju pertumbuhan konsumsi
dan laju pertumbuhan penduduk. Sementara dari sisi produksi cenderung
stagnan atau lambat yang pada akhirnya memaksa Indonesia harus impor
dalam bentuk sapi bakalan, daging dan jeroan. Keadaan ini secara lambat
8

laun mengakibatkan Indonesia sangat tergantung kepada supply
bersumber impor dan suatu saat akan terjadi keadaan dimana struktur
pasar daging diintervensi oleh harga daging impor.
Upaya-upaya untuk membangun subsektor peternakan sangat penting
dilakukan dalam rangka membangun kembali peternakan ke arah yang
lebih baik lagi. Untuk itu Direktorat J enderal Peternakan menterjemahkan
ke dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat J enderal Peternakan
2010 -2014 yang didokumentasikan dalam enam tujuan khusus yaitu, 1)
meningkatkan jaminan ketersediaan benih dan bibit ternak yang
berkualitas, 2) meningkatkan populasi dan produktivitas ternak
ruminansia, 3) meningkatkan populasi dan produktivitas ternak non
ruminansia, 4) meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan
hewan 5) meningkatkan jaminan keamanan produk hewan, dan 6)
meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat. Pencapaian tujuan
tersebut diaplikasikan melalui Program Peningkatan Penyediaan Pangan
Hewani yang Aman, Berdaya Saing dan Berkelanjutan, yang kemudian
dijabarkan lebih lanjut ke dalam kegiatan-kegiatan, yang semuanya
difokuskan kepada upaya pencapaian Program Swasembada Daging Sapi
(PSDS) 2014. Salah satu upaya dalam rangka pemenuhan kebutuhan
ternak untuk daging, khususnya sapi dan kambing adalah melalui
inseminasi buatan.

9

2.2. Visi dan Misi Pembangunan Peternakan
Visi merupakan suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Visi adalah suatu harapan
sekaligus tujuan yang ketercapaiannnya memerlukan waktu yang
panjang, karena visi tersebut akan selalu berkembang sesuai kondisi
lingkungan Strategis pembangunan pertanian dan arah pembangunan
nasional. Visi Direktorat J enderal Peternakan 2010-2014 dirumuskan
sebagai berikut :


Menjadi direktorat jenderal yang professional dalam mewujudkan
peternakan yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan
mengoptimatkan pemanfaatan sumberdaya lokal untuk mewujudkan
penyediaan dan keamanan pangan hewani serta meningkatkan
kesejahteraan peternak

Visi tersebut mengandung 6 (enam) kata kunci yang merupakan
pernyataan keinginan atau mencerminkan mimpi Direktorat J enderal
Peternakan. Keenam kata kunci tersebut yakni : (1) professional; (2)
berdaya saing; (3) berkelanjutan; (4) sumber daya lokal; (5) penyediaan
dan keamanan pangan hewani; dan (6) kesejahteraan peternak
Rumusan Misi Direktorat J enderal Peternakan adalah sebagai berikut :
a) Merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan bidang peternakan
yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan memanfatkan sumber
daya lokal
10

b) Menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan; perbibitan,
pakan, budidaya ternak ruminansia dan non ruminansia, kesehatan
hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner dalam mencapai
penyediaan dan keamanan pangan hewani untuk meningkatkan
kesejahteraan peternak.
c) Meningkatkan profesionalisme dan integritas penyelenggaraan
administrasi publik.

2.3. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan jaminan ketersediaan benih dan bibit ternak yang
berkualitas
b) Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak ruminansia
c) Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak non ruminansia
d) Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan
e) Menigkatkan jaminan keamanan produk hewan
f) Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat.

2.4. Strategi dan program

Untuk mencapai tujuan tersebut disusun strategi sebagai berikut :
a) Peningkatan ketersediaan dan perbaikan mutu benih dan bibit ternak
dengan optimalisasi kelembagaan perbibitan dan sertifikasi,
penjaringan, pemurnian dan persilangan ternak bibit dan benih local
11

melalui penerapan perbibitan yang baik, serta penggunaan teknologi
inseminasi buatan dan embrio transfer.
b) Peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia
melalui penerapan good farming practices (GFP), pengatuan
perwilayahan, integrasi ternak dan tanaman, pendayagunaan bahan
pakan lokal serta pemberdayaan peternak.
c) Peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak non ruminansia
melalui restrukturisasi perunggasan, percepatan peningkatan populasi
unggas lokal, optimalisasi produk ternak unggas, penataan usaha babi
ramah lingklungan, pengembangan ternak puyuh, kelinci, dan rusa,
pemberdayaan peternak, peningkatan ketahanan dan keamanan
pakan unggas dan pengembangan alat dan mesin
d) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular dan
gangguan reproduksi serta mempertahankan dan memperluas status
wilayah Indonesia bebas penyakit hewan menular Strategis.
e) Pencegahan dan pengamanan bahaya pencemaran produik hewan,
zoonosis dan produk rekayasa genetik, serta peningkatan penerapan
kesejahteraan hewan.
f) Pendayagunaan peran dan fungsi kelembagaan serta SDM
peternakan untuk kebijakan dan pengambilan keputusan.
Direktorat J enderal Peternakan menetapkan program, yaitu : Program
Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Berdaya Saing dan
Berkelanjutan.
12


2.5. Kegiatan
Untuk menunjang adanya prioritas kegiatan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pertanian yaitu dalam produksi daging sapi, sehingga
terdapat satu kegiatan prioritas dan enam kegiatan dalam menunjang
tupoksi, yang dirumuskan sebagai berikut :
a) Kegiatan Prioritas. Pencapaian Swasembada Daging Sapi.
b) Kegiatan 1 : Peningkatan kualitas dan kuantitas benih dan bibit
dengan mengoptimalkan sumber daya lokal
c) Kegiatan 2 : Peningkatan produksi ternak ruminansia dengan
pendayagunaan sumber daya lokal
d) Kegiatan 3 : Peningkatan produksi ternak non ruminansia dengan
pendayagunaan sumber daya lokal
e) Kegiatan 4 : Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan
menular strstegis dan penyakit zoonosis
f) Kegiatan 5 : Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal
serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan
g) Kegiatan 6 : Peningkatan koordinasi dan dukungan manajemen di
bidang peternakan.





13

BAB III
KEBIJAKAN TEKNIS PERBIBITAN
3.1. Visi dan Misi Direktorat Perbibitan
Visi :
Tersedianya benih dan bibit ternak berkualitas dalam jumlah
yang cukup mudah diperoleh dan dijangkau serta terjamin
kontinui tasnya

Misi :
1. Memfasilitasi tersedianya benih dan bibit ternak
2. Mendorong usaha pembibitan ternak rakyat, pemerintah dan swasta.
3. Membina kelembagaan perbibitan.
4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dibidang perbibitan
5. Memanfaatkan sumberdaya genetik ternak secara optimal.

3.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas benih dan bibit ternak serta
pemanfaatan sumber daya genetic ternak secara berkelanjutan
2. Menyusun kebijakan dan strategi perbibitan ternak secara nasional
3. Meningkatkan fungsi kelembagaan pebibitan rakyat, swasta dan
pemerintah.
4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia perbibitan
14

5. Mewujudkan iklim usaha pembibitan yang kondusif.
6. Menyusun perencanaan dan pelaporan kegiatan perbibitan.
Sasaran :
1. Penyediaan benih dan bibit ternak dalam jumlah yang cukup dan
berkualitas secara berkelanjutan
2. Penerbitan peraturan dibidang perbibitan untuk peningkatan pelayanan
3. Optimalisasi fungsi kelembagaan perbibitan
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perbibitan
(peternak, petugas, kelembagaanperbibitan)
5. Fasilitasi usaha-usaha pembibitan ternak
6. Penyusunan perencanaan dan pelaporan kegiatan perbibitan

3.3. Strategi, Kebijakan dan Program
Strategi :
1. Pembinaan perbibitan ternak unggulan nasional maupun daerah
2. Memfasilitasi usaha-usaha pembibitan yang dilakukan UPT/UPTD,
rakyat maupun swasta.
3. Mendorong usaha-usaha pembibitan ternak pedesaan.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perbibitan melalui
pelatihan, magang, studi banding dan lain-lain.
5. Mendorong kemitraan usaha pembibitan ternak antara UPT/UPTD,
peternak denganpengusaha.
6. Mendorong pemanfaatan plasma nutfah secara berkesinambungan.
15

Kebijakan :
1. Pengelolaan dan peningkatan mutu dan jumlah benih dan bibit ternak
2. Penyusunan, penyempurnaan, sosialisasi Sistem Perbibitan Ternak
Nasional dan peraturan perbibitan.
3. Penguatan koordinasi dan kelembagan perbibitan
4. Penguatan SDM perbibitan
5. Promosi dan membangun citra (brand image) bibit ternak
6. Koordinasi perencanaan dan pelaporan.

Program :
1. Peningkatan ketersediaan benih dan bibit ternak serta pelestarian,
pemanfaatan dan pengembangan plasma nutfah
2. Peningkatan minat usaha pembibitan ternak dan membangun citra
(brand image) bibit ternak.
3. Peningkatan koordinasi kelembagaan perbibitan
4. Peningkatan dan pemberdayaan SDM perbibitan
5. Penyusunan dan penyempurnaan peraturan dibidang perbibitan.






16

BAB IV
KEBIJAKAN OPERASIONAL
BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

4.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Balai Inseminasi Buatan Lembang mempunyai tugas pokok
melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku benih unggul
ternak serta pengembangan inseminasi buatan .
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut diatas, maka Balai Inseminasi
BuatanLembang mempunyai fungsi :
a) pemeliharaan ternak pejantan unggul ;
b) pengujian keturunan dan fertilitas pejantan unggul;
c) produksi dan penyimpan semen beku unggul;
d) pencatatan dan pemantauan penggunaan semen beku serta
pengawasan mutu semen;
e) pengembangan teknik dan metode inseminasi buatan;
f) pemberian saran teknik produksi semen beku benih unggul;
g) pemberian pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak;
h) pemberian pelayanan teknik kegiatan produksi semen beku unggul;
i) pemberian informasi dan dokumentasi hasil kegiatan inseminasi
buatan;
j) distribusi dan pemasaran semen beku unggul;
k) urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
17

4.2 Visi dan Misi
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BIB Lembang sangat penting dan
strategis dalam memberi dukungan terhadap pencapaian visi, misi serta
tujuan dan sasaran dari Direktorat Perbibitan pada khususnya dan
pembangunan peternakan pada umumnya. Penyediaan benih unggul
ternak berupa semen beku sapi perah, sapi potong, kambing dan domba
dari bangsa yang diminati dalam jumlah yang cukup, berkualitas dan
berkelanjutan, menentukan keberhasilan perbaikan mutu genetik ternak
melalui teknologi inseminasi buatan. Hasil dari pelaksanaan inseminasi
buatan adalah meningkatnya produksi dan produktifitas ternak, yang akan
berdampak terhadap meningkatan kesejahteran peternak. serta membuka
lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Untuk mewujudkan cita dan citra serta tujuan yang ketercapaiannya
memerlukan waktu dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan strategis yang
selalu berkembang, Visi Balai Inseminasi Buatan Lembang 2010 2014
dirumuskan sebagai berikut :
Menjadi produsen semen beku terdepan pada 2015 yang
bersih, efisien, dan berprestasi melalui teknologi Insemi nasi
Buatan untuk kesejahteraan masyarakat peternakan.

Visi tersebut mengandung 4 kata kunci yang merupakan pernyataan
keinginan atau mencerminkan harapan Balai Inseminasi Buatan Lembang,
yaitu : (1) terdepan; (2) bersih; (3) efisien; (4) berprestasi
18

Terdepan, berarti selalu lebih maju dalam penguasaan ilmu dan inovasi
teknologi serta dalam penyediaan semen beku.
Efisien, adalah kemampuan Sumber Daya Manusia untuk melaksanakan
kegiatan dengan memperhatikan usaha penghematan atas sumber daya,
untuk mengoptimalkan produk, atau kombinasi keduanya, yang dapat
dilakukan baik melalui peningkatan metode kerja, penggunaan teknologi
maupun peningkatan efektivitas manajemen.
Bersih, adalah bekerja dan melayani dengan jujur dan ikhlas serta
menghindari penyimpangan, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Berprestasi. adalah hasil kerja/capaian kegiatan senantiasa melebihi
target yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk menjamin stabilitas manajemen dan kepemimpinan organisasi serta
memberi arahan jangka panjang yang jelas dalam mewujudkan visi
tersebut, rumusan Misi BIB Lembang adalah sebagai berikut :
a) Melaksanakan produksi, penyimpanan dan distribusi serta pemasaran
semen beku dalam rangka pelayanan prima kepada masyarakat.
b) Menggali potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) melalui
optimalisasi pemanfaatan aset dalam menunjang tugas pokok dan
fungsi balai.
c) Menyelenggarakan dan menggerakkan penyempurnaan teknik dan
metoda untuk pengembangan inseminasi buatan,
d) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) peternakan
melalui pelatihan/magang/bimbingan teknis.
19

e) Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja mandiri untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak.

4.3 TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan :
a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi semen beku.
b) Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat
c) Membina dan meningkatkan jumlah dan kualitas mitra usaha produksi
dan distribusi semen beku.
d) Melakukan produksi, distribusi, dan pemasaran serta evaluasi semen
beku sexing.
e) Melaksanakan bimbingan teknik (bintek) aplikasi teknologi IB yang
spesifik dengan kondisi daerah
f) Meningkatkan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia
Peternakan
g) Mendorong tersedianya lapangan kerja untuk tenaga teknis
inseminator, PKB dan ATR serta Paramedik veteriner

Sasaran :
a) Peningkatan kuantitas dan kualitas semen beku benih ternak sesuai
permintaan pasar.
b) Peningkatan jumlah akseptor IB dan daerah layanan semen beku.
c) Peningkatan jumlah mitra usaha yang berkualitas.
d) Penyediaan semen beku sexing sesuai permintaan.
20

e) Penyelenggaraan bintek aplikasi teknologi IB.
f) Peningkatan kualitas SDM
g) Peningkatan tenaga teknis Inseminator, PKB ATR dan Paramedik
veteriner.

4.4 Strategi, Program dan Kegiatan
Strategi :
a) Peningkatan produksi semen beku dengan penambahan jenis dan
jumlah pejantan; penambahan sarana prasarana; peningkatan
manajemen dan teknologi produksi semen beku; dan peningkatan
jumlah dan kualitas SDM.
b) Peningkatan akseptor IB dan daerah layanan baru melalui promosi,
kerjasama introduksi IB, dan penetapan wilayah binaan.
c) Peningkatan jumlah mitra usaha yang berkualitas melalui seleksi,
evaluasi dan pembinaan.

Program :
Dalam era reformasi yang membutuhkan keterbukaan (transparansi) dan
akuntable dalam melaksanakan program pembangunan harus didukung
oleh pemerintahan yang bersih (clean govermance). Fungsi pemerintah
dalam program pembangunan (termasuk peternakan) saat ini secara
umum diposisikan sebagai fasilitator, dinamisator, dan regulator, bukan
21

lagi sebagai satu-satunya penentu kebijakan seperti masa-masa
sebelumnya
Perencanaan program pembangunan mengacu pada aspirasi masyarakat
dan swasta, sehingga bersifat bottom up planning, selanjutnya pemerintah
memfasilitasi dan memberlakukan peraturan-peraturan yang tepat untuk
menunjang pembangunan peternakan di kawasan tertentu. Sejalan
dengan semangat otonami daerah yang berbasis di kabupaten/kota dan
propinsi sebagai koordinator atau wakil pusat di daerah, perencanaan
pembangunan peternakan dengan pendekatan bottom up planning,
namun tetap terkontrol mengacu pada strategi program pembangunan
nasional yang bersifat top down policy. Untuk dapat mewujudkan sasaran
dan program pembangunan peternakan, maka perencanaan kegiatan di
daerah harus disusun dengan mengacu pada sasaran yang mengacu
pada sasaran yang jelas dan terukur, terutama yang mencakup lokasi,
waktu, kelompok sasaran dan manfaat bagi kelompok sasaran.
Program BIB Lembang dalam 5 (lima) tahun ke depan dengan
memperhatikan kondisi sumber daya ternak, SDM, sarana/prasarana,
kapital dan teknologi, kondisi faktor internal dan eksternal, peraturan,
perkembangan, keterbatasan peran dan kewenangan, tahapan,
pembangunan yang telah dicapai dan evaluasi pelaksanaan kinerja, maka
program strategis BIB Lembang 2010 - 2014 meliputi produksi semen
beku benih unggul (4.000.000 dosis) dan distrtbusi serta pemasaran
22

semen beku unggul (4.000.000 dosis), untuk mendukung (menunjang)
pelaksanaan inseminasi buatan di daerah (lampiran 3 dan 4)

Kegiatan :
Program dan kegiatan operasional Balai Inseminasi Buatan Lembang
dirumuskan sebagai berikut :
(1) Menyelenggarakan manajemen operasional organisasi
berdasarkan prinsip transparan, efektif, efisien, bersih dan
akuntabel
1.1 Menyusun rencana kerja.
1.2 Menyusun standar kompetensi kerja (SKK) pegawai.
1.3 Menerapkan sistem dan prosedur kerja.
1.4 Menyempurnakan pedoman, standar operasional prosedur
(SOP)
1.5 Menyusun indeks kinerja utama lingkup pengukuran
produktivitas serta kinerja pegawai.
1.6 Menyusun pola pengembangan pegawai.

(2) Meningkatkan organisasi dan kelembagaan BIB Lembang
kearah Balai Besar Inseminasi Buatan Lembang (Eselon II-B)
2.1 Membuat proposal peningkatan status kelembagaan.
2.2 Menyusun ketelaahan akademis peningkatan eselon.
2.3 Mengevaluasi kinerja BIB Lembang.
23

2.4 Ekspose kinerja di hadapan eselon I.
2.5 Ekspose kinerja di hadapan Biro Organisasi dan Tata Usaha
Kementerian Pertanian.
2.6 Ekspose kinerja di hadapan Deputi Kelembagaan Menpan.
2.7 Usulan pengembangan organisasi dan kelembagaan.
2.8 Persetujuan peningkatan organisasi dan kelembagaan.
2.9 Penetapan organisasi dan tata kerja BBIB.

(3) Melaksanakan peningkatan sarana dan prasarana Balai, sesuai
dengan tuntutan tugas dan fungsi Balai berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan
konsumen
3.1 Melakukan analisa kebutuhan sarana dan prasarana
laboratorium.
3.2 Melakukan analisa kebutuhan sarana dan prasarana
peternakan.
3.3 Menyusun dan mengajukan proposal rencana kebutuhan
renovasi gedung laboratorium (lantai 2) dan pengadaan
peralatan laboratorium.
3.4 Menyusun kegiatan pemanfaatan sarana/prasarana dan
peralatan laboratorium yang optimal.
24

3.5 Menyusun dan mengalokasikan dana anggaran untuk
rehab/renovasi gedung laboratorium dan pengadaan
sarana/peralatan laboratorium.
3.6 Melaksanakan pengadaan sarana/prasarana dan peralatan
laboratorium dan peternakan.
3.7 Mengoptimalkan pemanfaatan sarana/prasarana peternakan
dan penggantian peralatan laboratorium yang lebih canggih,
modern dan mutakhir.

(4) Mengembangkan sistem dan metode pemeliharaan ternak
pejantan yang ada disesuaikan dengan pengetahuan ilmu
pengetahuan dan situasi serta kondisi yang terus berkembang
4.1 Menyusun dan melaksanakan teknik pemeliharaan dan
perawatan ternak pejantan yang meliputi konstruksi
perkandangan, sanitasi kandang, memandikan ternak, dll.
4.2 Menyusun ransum pakan dan melaksanakan pemberian
pakan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan tiap individu
ternak, baik berupa pakan hijauan, konsentrat dan feed
supplement.
4.3 Melaksanakan penanaman dan pemeliharaan serta
pengaturan devoliasi kebun rumput dan perawatan line bull.
4.4 Melaksanakan upaya-upaya pengawetan hijauan pakan
ternak melalui pengadaan silage dan hay.
25

4.5 Menyusun dan melaksanakan program kesehatan ternak
berupa tindakan preventif dan kuratif secara periodik.
4.6 Melaksanakan uji performans dan uji zuriat untuk
mendapatkan pejantan-pejantan replacement terutama pada
sapi perah.

(5) Mengembangkan sistem dan metode produksi semen beku
dengan mengacu kepada perkembangan teknologi yang
mutakhir serta tuntutan konsumen
5.1 Menyusun prosedur tetap proses produksi dan distribusi
semen beku .
5.2 Melakukan pengaturan dan pelakasanaan penampungan
ternak sesuai dengan jadwal dan prosedur yang telah
ditetapkan.
5.3 Melakukan pemeriksaan dan pengujian semen cair sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
5.4 Melakukan perhitungan jumlah larutan pengencer dan jumlah
straw yang dibutuhkan.
5.5 Melakukan printing straw berdasarkan jumlah, jenis/bangsa
sapi sesuai dengan yang dibutuhkan.
5.6 Melakukan pemrosesan semen cair yang telah diperiksa dan
diuji menjadi semen beku sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
26

5.7 Melakukan filling, sealing, prefreezing, freezing dan
penyimpanan semen beku sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
5.8 Melakukan pemeriksaan dan pengujian semen beku sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dan pemusnahan
produksi semen beku yang tidak memenuhi syarat dengan
berita acara pemusnahan.
5.9 Menyesuaikan kebutuahan tenaga kerja, tata laksana
prosedur kerja, sarana dan prasarana peralatan serta hal-hal
lainnya sesuai dengan tuntutan laboratorium yang bersertifikat
dan terakreditasi.
5.10 Mengajukan sertifikasi produk dan akreditasi laboratorium ke
Badan Sertifikasi Nasional dan Lembaga Akreditasi Nasional.

(6) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM baik dalam
manajemen umum, manajemen teknis pengelolaan pejantan,
manajemen produksi serta manajemen pemasaran
6.1 Menyusun kebutuhan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan oleh petugas atau personil.
6.2 Mengirim petugas atau personil untuk mengikuti pelatihan
teknis penunjang baik di dam maupun di luar negeri.
6.3 Meningkatkan pendidikan pegawai ke jenjang yang lebih tinggi
(S1, S2, S3).
27

6.4 Menempatkan pegawai sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
6.5 Mengembangkan profesionalisme tenaga fungsional
pengawas bibit dan medik veteriner.
6.6 Menugaskan pegawai teknis untuk berpartisifasi aktif dalam
seminar-seminar, lokakarya, workshop dan keanggotaan
dalam organisasi profesi.

(7) Memperkuat dan menciptakan mekanisme koordinasi dan kerja
sama kemitraan dengan instansi terkait berdasarkan azas
keterbukaan, kesetaraan dan saling menguntungkan
7.1 Membangun jaringan kerja (net working) bidang produksi dan
distribusi serta pemasaran semen beku produksi BIB
Lembang dengan berbagai pihak dan instansi terkait, baik
vertikal maupun horizontal.
7.2 Melayani pertukaran pengetahuan dan pengalaman dalam
bidang produksi dan distribusi serta manajemen pengelolaan
balai inseminasi.
7.3 Mengadakan kerja sama pelatihan petugas lapangan dari
daerah-daerah berupa pelatihan bull master, laboran,
handling, semen beku, manajemen balai inseminasi buatan,
dll.
28

7.4 Menerima kegiatan magang petugas daerah, siswa sekolah
menengah peternakan, mahasiswa jurusan peternakan
maupun kedokteran hewan, maupun peternak teladan yang
direkomendasikan oleh dinas peternakan setempat.

(8) Menyelenggarakan pelayanan jasa informasi dan promosi
serta pemasaran semen beku dan pelayanan purna jual kepada
distributor hingga ke konsumen
8.1 Melaksanakan jasa informasi dan promosi melalui media
massa dan penyebaran brosur, leaflet, catalog, poster serta
melalui faximile, telepon dan internet.
8.2 Melaksanakan promosi, pameran dan ekspo peternakan untuk
memasarkan produksi semen beku pada setiap
event/kesempatan yang ada, baik secara lokal, regional
maupun internasional.
8.3 Melakukan kerja sama yang saling menguntungkan dengan
pihak ketiga dalam pendistribusian dan pemasaran semen
beku, baik dalam negeri maupun ekspor semen beku ke
manca negara.
8.4 Melaksanakan monitoring dan pengawasan distribusi semen
beku guna mendapatkan informasi yang akurat tentang mutu
semen beku yang telah dipasarkan.
29

8.5 Secara proaktif melakukan pendekatan, pelayanan informasi
dan promosi ke daerah-daerah potensial pengembangan
peternakan untuk melakukan kerja sama operasional (KSO)
dengan BIB Lembang.
8.6 Melakukan koordinasi dengan dinas propinsi dan
kabupaten/kota dalam mengevaluasi pelaksanaan inseminasi
buatan dari sisi pengujian kualitas semen, keberhasilan hasil
inseminasi serta umpan balik evaluasi fertilitas pejantan yang
digunakan IB.

(9) Melaksanakan uji zuriat/progeny sapi perah nasional untuk
memperoleh bibit sapi pejantan yang teruji kualitasnya dan
adaptasi dengan lingkungan tropis Indonesia
9.1 Melaksanakan impor semen beku sapi perah benih unggul
dari Australia, berdasarkan rekomendasi komisi pertimbangan
peternakan.
9.2 Melakukan distribusi semen beku impor 600 dosis ke PT
greed Fileds di Malang J awa Timur, BIB Daerah J Awa
Tengah, Sub Dinas Peternakan D.I Yogyakarta, BBPTU
Baturaden dan J awa Barat.
9.3 Melakukan inventarisasi bibit dasar induk calon akseptor
inseminasi buatan di J awa Timur, J awa Tengah, D.I
Yogyakarta dan J awa Barat.
30

9.4 Pelaksanaan inseminasi buatan pada sapi perah di J awa
Timur, J awa Tengah, D.I Yogyakarta dan J awa Barat.
9.5 Pembesaran pedet jantan hasil IB yang memenuhi syarat bibit
awal dan selanjutnya diseleksi sebagai calon
pejantan/candidate bull.
9.6 Inventarisasi sapi betina induk calon douhgter cow di
lapangan dan produksi semen dari candidate bull.
9.7 Inseminasi buatan pada partisipatif cow dengan semen beku
candidate bull
9.8 Rearing pedet betina calon douhgter cow dan inseminaasi
pada douhgter cow yang memenuhi persyaratan.
9.9 Inseminasi buatan pada douhgter cow dengan semen beku
pejantan lain.
9.10 Pengukuran produksi susu douhgter cow.
9.11 Evaluasi produksi susu douhgter cow.
9.12 Evaluasi candidate bull dan penetapan bull hasil uji
zuriat/progeny.




31

(10) Melaksanakan replacement pejantan (peremajaan/penggantian)
berdasarkan jumlah dan jenis/bangsa ternak, umur,
produktivitas, faktor kesehatan dan parameter lainnya
10.1 Menginverisasi jumlah dan jenis/bangsa pejantan yang dimiliki
berdasarkan umur, produktivitas, kualitas semen, kondisi dan
faktor kesehatan.
10.2 Menginventarisasi permintaan semen beku dari pejantan
favourite dari pelanggan, evaluasi fertilitas semen di lapangan
dan penentuan jumlah dan jenis pejantan yang akan diafkir.
10.3 Mengajukan dana anggaran untuk pengadaan pejantan impor
dan pejantan local untuk memenuhi kebutuhan permintaan
semen jenis/bangsa tertentu.
10.4 Melaksanakan importasi pejantan unggul (sapi potong dan
atau sapi perah) dari luar negeri dan pengadaan pejantan
lokal keturunan inseminasi buatan atau embrio transfer
dengan catatan recording terbaik.
10.5 Memelihara ternak pejantan dan melakukan penampungan
semen untuk diproduksi menjadi semen beku untuk memenuhi
kebutuhan alokasi target APBN/subsidi, permintaan kerja
sama dan penjualan langsung serta pelayanan masyarakat
lainnya.


32

BAB V
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

Analisis lingkungan strategis Balai Inseminasi Buatan Lembang dengan
menggunakan SWOT, meliputi komponen lingkungan internal dan komponen
lingkungan eksternal. Komponen lingkungan internal terdiri atas kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan komponen lingkungan eksternal
terdiri atas peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Berdasarkan analisis
SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) yang meliputi
internal factor dan external factor, maka diperoleh gambaran kondisi utama BIB
Lembang sebagai berikut :

5.1 Kekuatan (strengths)
a. Kaya pengalaman dan terpercaya
Balai Inseminasi Buatan Lembang merupakan unit kerja BIB yang
pertama dan terlama pengabdiannya (34 tahun, sejak tahun 1976),
yang kaya oleh tempaan berbagai pengalaman dalam pengembangan
produksi semen beku dan kiprahnya dalam menunjang kegiatan
inseminasi buatan di Indonesia, menjadikan BIB Lembang sebagai
institusi pemerintah yang manajemennya mandiri dan kinerjanya
accountable serta terpercaya kredibilitasnya, baik di mata masyarakat
peternakan maupun para inseminator sebagai ujung tombak
pembangunan peternakan. Penerapan manajemen mutu terpadu,
33

khususnya dalam produksi semen beku menghasilkan produk yang
berkualitas yang menunjang keberhasilan inseminasi buatan.
b. Lingkungan kondusif
Kondisi lingkungan, iklim dan sumber daya alam yang kondusif untuk
pemeliharaan ternak bibit unggul sangat mendukung keberadaan BIB
Lembang agar tetap survaive, stablish dan berkembang. Penguasaan
teknologi produksi semen beku dan quality control yang prima,
menjadikan produk semen beku BIB Lembang disukai masyarakat
karena cocok dan sesuai dengan ternak tropis yang berada di wilayah
pelayanan Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Tengah.
Disamping itu juga tersedia sarana/prasarana dan Laboratorium yang
memadai untuk melaksanakan produksi dan distribusi semen beku
yang dipasarkan ke daerah-daerah dalam mendukung pengembangan
inseminasi buatan.
c. Sumber Daya Manusia yang handal
Dengan berbagai program pelatihan, baik di dalam maupun di luar
negeri, maka secara umum SDM peternakan yang ada sudah handal
dalam bidangnya, baik untuk pekerjaan teknis maupun non teknis.
Tenaga teknis bervariasi dalam bidang Reproduksi Ternak, Nutrisi,
Teknis Produksi Semen Beku, Bull Management, Progeny Test,
Pengawas Mutu Bibit Ternak, Medik Veteriner dan Kesehatan Hewan.
Kualitas SDM yang berpengalaman, terdidik dan terlatih serta telah
34

menguasai teknologi modern, dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan organisasi ke arah yang lebih maju dan profesional.
d. Dukungan dana yang memadai
Penyediaan anggaran dana oleh pemerintah melalui APBN/DIPA, dan
dana secara swadaya/swadana masyarakat melalui kerja sama
operasional (KSO). Sebagai unit kerja bidang produksi dan
pemasaran semen beku, maka operasional kegiatan pokok dan
ketersediaan sarana/prasarana serta fasilitas menjadi sangat penting
dalam peningkatan mutu pelayanan masyarakat peternakan
khususnya dalam pemasaran semen beku kepada mitra kerjanya.
Ketersediaan sumber dana yang memadai dari APBN dan swadana
KSO serta sumber lain yang sah sangat mendukung optimalisasi
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi balai.
e. Tersediannya sarana/prasarana laboratorium dan bibit ternak
Kondisi BIB Lembang pada saat ini sangat memadai sebagai Balai
Nasional yang berkomitmen terhadap pelayanan masyarakat.
Sarana/prasarana yang ada, baik berupa bangunan fisik, jumlah dan
jenis/bangsa pejantan, sarana/prasarana laboratorium, fasilitas
produksi dan distribusi semen beku, maupun fasilitas laboratorim
pengujiam klinik kesehatan dan perlengkapan perawatan ternak
termasuk lahan kebun rumput untuk pakan ternak dan padang
penggembalaan (line bull) semuanya tertata baik dan rapi
sebagaimana layaknya Al Centre yang excellent di luar negeri.
35

f. Penguasaan metode dan teknologi produksi
Metode produksi semen beku yang diterapkan di Laboratorium BIB
Lembang merupakan methode standard, seperti yang berlaku umum
di negara Perancis ( Teknologi IMV yang pertama pencipta All
Centre). Dalam hal produksi pakan ternak (silage/hay),
perawatan/kesehatan maupun metode produksi semen beku BIB
Lembang akan selalu mengacu pada SNI 01-4869,1-1998, tentang
semen beku yang selalu diperbaharui sesuai perkembangan keadaan
dewasa ini.
g. Administrasi pemerintahan mendukung adanya kerja sama
operasional
Adanya dukungan administrasi pemerintahan untuk mengoptimalkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi unit kerja dengan keikutsertaan
pihak ketiga. Pengembangan produksi dan distribusi semen beku
melalui kerja sama operasional (KSO) telah diatur dengan SK Menteri
Pertanian No. 97/Kpts/OT.210/1988, tanggal 22 Februari 1988,
tentang Pedoman Kerja Sama Departemen Pertanian dengan Pihak
Ketiga, diikuti petunjuk pelaksanaan (juklak) dengan SK Direktur
J enderal Peternakan No. 23/OT.210/Kpts/1988 tanggal 2 September
1988 serta SK Direktur J enderal Bina Produksi Peternakan No.
84/TU.210/Kpts/DJ P/11/2000, tanggal 24 Nopember 2000, tentang
pendelegasian wewenang-wewenang kepada Kepala UPT untuk
penetapan pihak ketiga yang KSO.
36

h. Tersediannya sumber bibit ternak unggul berbagai jenis/bangsa
Pejantan unggul yang dipelihara di BIB Lembang terdiri dari
jenis/bangsa sapi potong, sapi perah dan domba. J enis/bangsa sapi
potong terdiri dari Simmental (41 ekor), Limousine (44 ekor), Brangus
(2 ekor), Angus (4 ekor) dan Brahman (10 ekor). Pejantan sapi perah
terdiri dari FH Bull (3 ekor) dan FH Progeny (16 ekor), sedangkan
pejantan domba dan kambing terdiri dari Kambing PE (3 ekor),
kambing Boer (3 ekor), Kambing Alpine (1 ekor), Domba Garut (7
ekor) dan Dombos (3 ekor).
i. Jaringan kerja dengan daerah sudah terjalin baik
J aringan kerja sama yang baik dengan dinas peternakan atau dinas
daerah yang melaksanakan fungsi peternakan telah terjalin baik dan
masih bisa dioptimalkan untuk meningkatkan pemasaran dan
distribusi semen beku bagi kebutuhan pengembangan inseminasi
buatan di daerah.

5.2 Kelemahan ( Weaknesses )
a. Ketersediaan hijauan makanan ternak tidak bisa sepanjang tahun
Komponen internal yang dapat dianggap sebagai kelemahan adalah
ketersediaan lahan bagi penyediaan pakan ternak yang masih
terbatas, hal ini mengakibatkan penyediaan hijauan makanan ternak
pada musim kemarau terganggu.
37

b. Antisipasi tenaga pemasaran dalam perkembangan IPTEK yang
maju
Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), belum
diikuti dengan antisipasi kesiapan personil pemasaran dalam
menguasai teknologi maju, modern dan canggih yang berkembang
dengan cepat dan pesat, sehingga dapat menghambat kompetisi
dalam pemasaran produk semen beku.
c. Belum mamadainya eselon balai dalam melakukan koordinasi
dengan daerah karena posisi tawar yang rendah
Organisasi BIB Lembang (Eselon III-A) kurang menampung dan
mengembangkan sebagian tugas bidang pembibitan ternak unggul
dan pembinaan pelaksanaan kegiatan inseminasi buatan ke daerah.
Tidak seimbangnya kedudukan eselon UPT BIB dengan dinas propinsi
dan dinas kabupaten/kota (Eselon II-A dan II-B), menyulitkan
pelaksanaan tugas koordinasi teknis pelaksanaan inseminasi buatan
di lapangan, sehingga posisi tawar (bargaining power) lemah dalam
berinteraksi dengan instansi-instansi terkait yang pada umumnya
eselonnya lebih tinggi (Eselon II-A atau II-B).
d. Replacement pejantan belum kontinyu dan tergantung bibit
impor
Pengadaan bibit unggul (pejantan/bull) sapi potong dan sapi perah
yang selama ini masih tergantung pada luar negeri (impor) akan dapat
diatasi apabila reorganisasi BIB diarahkan menjadi Balai Besar
38

dengan penambahan kegiatan dan tugas dan fungsi balai untuk
menghasilkan ternak unggul (pejantan/bull dan betina bibit) yang
sangat dibutuhkan di masa yang akan datang.
e. Pembinaan ke BIB Daerah mengalami hambatan psikologis
Untuk melaksanakan kegiatan pembinaan mutu produksi semen
dengan munculnya kebijakan desentralisasi BIB daerah tentunya akan
menambah beban tugas BIB Lembang dalam memfasilitasi BIB-BIB
Daerah yang merupakan institusi baru secara teknis. Operasional dan
pengawasan masih di bawah BIB Lembang, maka dengan eseloning
BIB yang sama (Eselon III-A). secara psikologis kurang
menguntungkan dalam tugas pembinaan dan koordinasi dengan BIB
mini daerah maupun koordinasi dengan pemerintah daerah (propinsi
dan kabupaten/kota).
f. Lokasi BIB Lembang berada di daerah pusat tujuan wisata dan
pemukiman penduduk yang dapat dipersoalkan masalah
lingkungan
Lingkungan sekitar BIB Lembang berada di daerah pusat tujuan
wisata yang harus bebas dari pencemaran lingkungan hidup. Adanya
isu keramaian kota dan desakan pemukiman penduduk dapat menjadi
ancaman bagi BIB Lembang. Timbulnya permasalahan lingkungan
hidup yang tidak diantisipasi dengan baik dapat dikomplain
masyarakat dan LSM, sehingga dapat menurunkan etos kerja pegawai
dan kinerja balai.
39

g. Laboratorium dan peralatannya sebagian masih belum canggih
dan modern mengikuti perkembangan teknologi maju
Sebagian peralatan Laboratorium BIB Lembang sudah lama terpakai
(ada yang lebih dari 34 tahun), sudah ketinggalan zaman atau kurang
modern, sehingga dapat menghambat akurasi pemeriksaan kualitas
semen yang diproduksi dan kurang mampu menyediakan produk
berstandar internasional untuk ekspor.

5.3 Peluang (Opportunities)
a. Terbukanya pasar global
Peluang yang besar dalam lingkungan strategis global dan
perdagangan bebas (WTO/GATT/APEC/AFTA/NAFTA dll) serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khusunya teknologi
informasi memacu manajemen berusaha meningkatkan mutu produk
semen beku yang berdaya saing tinggi sehingga mampu masuk
(menembus) ke pasar global/ekspor.
b. Penyedia bibit ternak (pejantan dan betina unggul)
Pembibitan ternak dan budidaya serta kemampuan tenaga pengawas
mutu bibit yang professional sangat mendukung tumbuh kembangnya
BIB Lembang dalam melayani kebutuhan bibit ternak dan
pejantan/bull hasil uji progeny yang dapat disebarkan kepada
peternak, pelaku usaha agribisnis peternakan dan BIB mini daerah,
terutama setelah otonami daerah dan desentralisasi IB.
40

c. Permintaan semen beku dengan kualitas baik masih tinggi
Harapan-harapan kedepan dengan berbagai macam fasilitas yang
tersedia di BIB Lembang, diharapkan manajemen mampu
mempertahankan bahkan meningkatkan produksi semen beku baik
kuantitas maupun kualitas, untuk memenuhi permintaan yang tinggi.
Dengan peluang pasar domestik yang berkurang, sangat diperlukan
adanya terobosan baik ke pasar lokal, regional maupun pasar global.
d. Tersedianya sumber penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
Dengan kualitas pejantan yang unggul dan teknologi yang baik,
diharapkan ada kenaikan produksi secara paralel, sehingga
meningkatkan penjualan yang akhirnya dapat meningkatkan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) balai sebagai sumber
pendapatan negara.
e. Standar semen beku sesuai standar nasional Indonesia (SNI)
Masih tingginya permintaan semen beku dengan tuntutan kualitas
yang baik, akan memacu manajemen meningkatkan teknik produksi
semen beku selain berstandar nasional, juga standar internasional.
f. Distribusi semen beku ke daerah potensial
Pendistribusian semen beku ke daerah introduksi dan pengembangan
inseminasi buatan untuk penetrasi pemasaran, masih bisa dilakukan
ke propinsi dan kabupaten/kota yang baru berdiri, karena masih luas
daerah peternakan yang belum tergali (terjangkau) pelayanan
inseminasi buatan.
41

g. Kesadaran peternak yang tinggi terhadap teknologi tepat guna
Teknologi reproduksi ternak yang tepat guna dengan biaya murah
sudah menjadi kesadaran peternak sapi potong, sapi perah dan
domba, sehingga tidak dikhawatirkan peternak beralih mengawinkan
ternaknya dengan kawin alam. Teknologi inseminasi buatan pada
ternak sapi yang efisien sudah menjadi kebutuhan dalam
pengembangan usaha peternakan.
h. Tingginya nilai jual ternak hasil inseminasi buatan
Ternak hasil inseminasi buatan mempunyai nilai jual yang tinggi,
membuktikan dapat meningkatkan pendapatan peternak, sehingga
memotivasi peternak mengembangkan usahanya, selain itu minat
usaha swasta maupun perorangan berinvestasi di bidang peternakan
masih tinggi karena nilai tambah yang memadai, dan ada mitos ternak
sebagai simbol raja kaya di kalangan rakyat pedesaan.
i. Sumber protein hewani sebagai penyehat dan pencerdas bangsa
yang belum tergantikan
Kebutuhan pangan asal ternak (protein hewani) tetap tinggi seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat yang
meningkat. Kesadaran masyarakat akan peranan dan fungsi protein
hewani yang merupakan kebutuhan gizi yang belum tergantikan
(kecuali ikan), terbukti dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan
kecerdasan berpikir, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia bangsa Indonesia.
42



5.4 Tantangan (Threaths)
a. Masuknya semen beku impor secara bebas
Dalam pasar global, dimana semen beku impor akan bebas masuk ke
Indonesia, maka pangsa pasar domestik yang selama ini menjadi
target pelayanan BIB Lembang, mau tidak mau, suka tidak suka,
sebagian akan diisi oleh semen beku impor yang penuh dengan
persaingan bisnis.
b. Berkembangnya BIB Daerah dalam perspektif otonomi daerah
Performansi kinerja dan etos kerja karyawan mungkin dapat menurun,
serta berkurangnya motivasi staf untuk maju dan berkembang, akan
dapat menurunkan kinerja instansi pemerintah, jika kelemahan
kelembagaan dan organisasi tidak disempurnakan. Keberadaan BIB
Daerah yang berkembang secara berbarengan (berlomba-lomba
membangun BIB sendiri tanpa memperhitungkan akseptor yang
menjadi target pelayanannya), di satu sisi akan memperbaiki kinerja
program inseminasi buatan nasional, tetapi di sisi lain dari aspek
kuantitatif akan membatasi kinerja BIB Lembang.
c. Persaingan pemasaran dan peningkatan kualitas semen beku
Terjadi persaingan yang sehat dalam pemasaran semen beku antara
produksi semen beku BIB Nasional, BIB Daerah dan semen beku
impor. Untuk itu perlu standarisasi produksi semen beku dan
43

akreditasi bagi balai inseminasi buatan, sehingga semen beku yang
beredar di masyarakat dapat terkontrol dengan sempurna, melalui uji
mutu produk yang disertifikasi oleh BIB Nasional.
d. Kegiatan inseminasi buatan di daerah belum tertata dengan baik
Masalah koordinasi BIB Lembang dengan lembaga terkait (dinas,
koperasi, swasta, kelompok tani ternak, dll) yang masih lemah,
sehinggga sistem pencatatan ternak dan mutasi ternak belum berjalan
dengan baik. Selain itu masih rendahnya pemahaman dan kesadaran
peternak dalam bidang recording kegiatan inseminasi buatan dan
pentingnya penggunaan identifikasi ternak (kartu, eartag, dll), apabila
dibenahi dengan baik masih dapat meningkatkan akseptor ternak
peserta inseminasi buatan.
e. Belum tersedianya bibit ternak sapi potong dan sapi perah
(unggul) yang mencukupi kebutuhan
Penyediaan bibit ternak (pejantan/betina unggul) baik sapi potong
maupun sapi perah, baik oleh pemerintah, swasta maupun
masyarakat belum mencukupi kebutuhan, sehingga untuk membuka
dan mengembangkan usaha peternakan sapi kesulitan memperoleh
bibit yang baik dan terukur.



44

f. Pembatasan peredaran semen beku produk nasional di daerah
tertentu
Dalam era otonomi daerah ada beberapa daerah propinsi dengan
alasan tertentu (melindungi BIB Daerah, mengamankan pendapatan
asli daerah/PAD, dll), dengan kewenangan pemerintah propinsi,
membatasi peredaran dan penggunaan semen beku BIB nasional di
daerahnya.
g. Penyediaan sapi bakalan potong untuk penggemukan masih
kurang
Untuk mencukupi kebutuhan daging (perbaikan gizi) bagi masyarakat,
sementara ini dipenuhi daging impor dan impor sapi bakalan yang
digemukkan di dalam negeri, karena penyediaan sapi bakalan potong
maupun bibit sapi dalam negeri belum tersedia dalam jumlah yang
cukup.

5.5 Tindakan (Actions)
Tindakan yang perlu dilakukan manajemen BIB Lembang adalah
meningkatkan penjualan semen beku bibit unggul dan bibit ternak
(pejantan dan betina produktif), yang diharapkan akan meningkatkan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Mempertahankan bahkan
meningkatkan keunggulan komparatif (comparative advantage) dan
keunggulan kompetitif (competitive advantage) dari benih semen beku dan
bibit ternak yang dihasilkan akan menjadi bagian penting dalam
45

pemasaran produk. Untuk itu sebagai upaya mengurangi kelemahan dan
mengoptimalkan pemanfaatan peluang yang ada, maka strategi yang
akan ditempuh adalah pengembangan kelembagaan BIB menjadi Balai
Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Lembang (Eselon II-B). Arah kedepan
akan menjadikan BBIB Lembang sebagai center of excellent (pusat
unggulan) dalam pengembangan inseminasi buatan dan pelatihan teknis
SDM peternakan. J ika balai tidak dinaikkan eselonnya manjadi balai besar
untuk disejajarkan dengan dinas propinsi dan dinas kabupaten/kota, maka
resikonya adalah peluang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal dan
potensi yang ada tidak dioptimalkan pemanfaatannya.
Dalam penataan organisasi dan kelembagaan UPT pada tahap pertama
diajukan peningkatan Balai Inseminasi Buatan menjadi Balai Besar
Inseminasi Buatan yang melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat
J enderal Peternakan dalam bidang perbibitan ternak yang mempunyai
peranan strategis dalam pengembangan inseminasi buatan dan
penyediaan bibit ternak yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup
memadai. Akan terdapat 2 (dua) Balai Besar Inseminasi Buatan, yang
pertama berlokasi di Lembang Kabupaten Bandung Barat, J awa Barat
(sudah 34 tahun mengabdi) dan yang kedua Balai Besar Inseminasi
Buatan di Singosari Kabupaten Malang, J awa Timur. Keduanya dengan
wilayah pelayanan nasional/antar propinsi dan kabupaten/kota.


46

BAB VI
KEBIJAKAN STRATEGIS DAN OPERASIONAL

6.1 Kebijakan Strategis
Kebijakan strategis Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang merupakan
Kebijakan umum yang dirumuskan berdasarkan tugas pokok dan fungsi
BIB Lembang dengan berpedoman kepada Grand Strategy Pembangunan
Pertanian dan Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Peternakan serta
Strategi dan Kebijakan Teknis Perbibitan Ternak.
Kebijakan Strategis BIB Lembang :
(1) Meningkatkan manajemen operasional BIB Lembang, dengan
menyelenggarakan manajemen organisasi berdasarkan prinsip
partisipatif, pemberdayaan, berkeadilan dan berkelanjutan.
(2) Menyempurnakan organisasi dan kelembagaan BIB Lembang,
dengan meningkatkan status organisasi dan kelembagaan kearah
Balai Besar Inseminasi Buatan Lembang (Eselon II-B) agar sejajar
dengan dinas kabupaten/kota.
(3) Melengkapi sarana/prasarana produksi peternakan dan laboratorium
dengan menyesuaikan tuntutan tugas dan fungsi balai, serta harapan
konsumen (pelanggan).
47

(4) Meningkatkan sistem dan metode pemeliharaan ternak pejantan,
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
peternakan dan kedokteran hewan.
(5) Meningkatkan sistem dan metode produksi dan distribusi semen
beku, mengacu kepada perkembangan teknologi maju dan mutakhir
serta tuntutan pelayanan prima dari konsumen.
(6) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) BIB Lembang,
baik dalam manajemen umum, manajemen teknis pengelolaan
pejantan, manajemen produksi serta manajemen pemasaran.
(7) Meningkatkan kualitas SDM Peternakan daerah melalui
pelatihan/magang baik dalam manajemen umum, manajemen teknis
pengelolaan pejantan, manajemen produksi dan distribusi semen
serta manajemen pemasaran.
(8) Meningkatkan koordinasi dengan dinas/instansi/koperasi terkait,
berdasarkan azas keterbukaan, kesetaraan dan saling
menguntungkan.
(9) Meningkatkan kerjasama dengan pihak ketiga untuk berpartisipasi
dalam pembangunan peternakan (dinas-dinas daerah, pihak swasta,
koperasi dan lain-lain).
(10) Meningkatkan pemasaran semen beku melalui promosi,
pengembangan agen/distributor dan pelayanan prima dalam
penjualan dan pelayanan purna jual.
48

(11) Mengembangkan sistem informasi dan komunikasi pembangunan
peternakan dengan menyelenggarakan pelayanan informasi dan
komunikasi melalui internet, facsimile dan telepon.
(12) Mengembangkan sistem dan metoda inseminasi buatan dengan
melakukan uji coba metoda, aplikasi dan evaluasi keberhasilan
inseminasi buatan.
Untuk mengimplementasikan kebijakan strategis Balai Inseminasi Buatan
Lembang, perlu dirumuskan langkah-langkah operasional yang bersifat
sinergis, menyeluruh dan berkelanjutan.

6.2. Kebijakan Operasional
Berdasarkan Kebijakan strategis BIB Lembang tersebut diatas maka
ditentukan Kebijakan Operasional, meliputi :
(1) Menyelenggarakan manajemen operasional organisasi berdasarkan
prinsip : partisipatif, pemberdayaan, berkeadilan dan berkelanjutan.
(2) Meningkatkan organisasi dan kelembagaan BIB Lembang kearah
Balai Besar Inseminasi Buatan Lembang (Eselon II-B) agar sejajar
dengan Dinas/Kabupaten/Kota.
(3) Menyempurnakan sarana/prasarana peternakan dan laboratorium,
sesuai tuntutan dan fungsi balai serta harapan konsumen
(pelanggan).
49

(4) Mengembangkan sistem dan metode pemeliharaan ternak pejantan
yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi peternakan dan kedokteran hewan.
(5) Mengembangkan sistem dan metode produksi semen beku dengan
mengacu kepada perkembangan teknologi mutakhir serta tututan
konsumen.
(6) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM baik dalam
manajemen umum, manajemen teknis pengelolaan pejantan,
manajemen produksi semen serta manajemen pemasaran.
(7) Memperkuat dan menciptakan mekanisme koordinasi dan kerjasama
kemitraan dengan instansi terkait, berdasarkan azas keterbukaan,
kesetaraan dan saling menguntungkan.
(8) Menyelenggarakan pelayanan jasa informasi dan promosi serta
pemasaran semen beku dan pelayanan purna jual kepada distributor
hingga ke konsumen.
(9) Melaksanakan uji zuriat/progeny sapi perah nasional untuk
memperoleh bibit sapi pejantan yang teruji kualitasnya dan adaptasi
dengan lingkungan tropis Indonesia.
(10) Melaksanakan replacement pejantan (peremajaan/penggantian)
berdasarkan jumlah dan jenis/bangsa ternak, umur, produktivitas,
faktor kesehatan dan parameter lainnya.
Kebijakan operasional tersebut dilaksanakan sejalan dengan tugas pokok
dan fungsi BIB Lembang dengan tetap mengutamakan tugas-tugas umum
50

pemerintahan dan pembangunan, yang menjadi mandate Direktorat
J enderal Peternakan, Kementerian Pertanian.





















51

BAB VII
PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Balain Inseminasi Buatan (BIB) Lembang ini
merupakan dokumen perencanaan yang berisikan arahan visi, misi, tujuan,
target, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembanguna
pertanian yang akan dilaksanakan oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang
selama lima tahun ke depan (2010-2014). Dokumen ini disusun berdasarkan
analisis strategis atas potensi, peluang, permasalahan mendasar dan
tantangan terkini yang dihadapi pembangunan pertanian dan selama lima tahun
ke depan. Oleh karena itu, dokumen Renstra ini seyogyanya dijadikan acuan
dan arahan bagi jajaran pegawai lingkungan Balai Inseminasi Buatan (BIB)
Lembang dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan pertanian
periode 2010-2014 secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi baik di
dalam maupun antar sektor terkait.
Reformasi perencanaan dan penganggaran 2010-2014 mengharuskan Balai
Inseminasi Buatan Lembang untuk merestrukturisasi program dan kegiatan
dalam kerangka performance based budgeting. Untuk itu, dokumen ini
dilengkapi dengan indicator kinerja sehingga akuntabilitas pelaksana beserta
organisasinya dapat dievaluasi selama periode tahun 2010-2014.



52










LAMPIRAN












53


Lampiran 1







SUB BAGIAN
TATA USAHA

SEKSI
JASA PRODUKSI

SEKSI
PELAYANAN
TEKNIK
PRODUKSI SEMEN

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

KEPALA BALAI
SEKSI
PELAYANAN
TEKNIK
PEMELIHARAAN
TERNAK

STRUKTUR ORGANISASI
BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG
54

Lampiran 2

RENCANA STRATEGIS
SUMBER DANA BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG
(dalam 5 tahun ke depan)

No ANGGARAN
2010
(Rp)
2011
(Rp)
2012
(Rp)
2013
(Rp)
2014
(Rp)
1. DIPA*)
Gaji Pegawai
Program/ Non
Gaji

12.399.937.000
3.315.653.000
9.264.284.000
23.932.638.000
3.951.016.000
19.981.622.000
26.518.668.400
4.453.668.400
21.975.000.000
29.325.218.660
5.225.218.660
24.100.000.000
32.519.001.459
6.009.001.459
26.510.000.000
2. KSO 9.630.000.000
(1.605.000ds)
6.300.000.000
(1.050.000ds)
8.400.000.000
(1.400.000ds)
10.200.000.000
(1.700.000ds)
12.000.000.000
(2.000.000ds)
Jumlah 22.029.937.000 30.232.638.000 34.918.668.400 39.525.218.660 44.519.001.459
3. PNBP
Penjualan
SHU
1.802.500.000
1.800.000.000
2.500.000
945.000.000
315.000.000
630.000.000
1.260.000.000
420.000.000
840.000.000
1.530.000.000
510.000.000
1.020.000.000
1.800.000.000
600.000.000
1.200.000.000






55

Lampiran 3

RENCANA STRATEGIS
PRODUKSI SEMEN BEKU BENIH UNGGUL
(dalam 5 tahun kedepan)

No. KEGIATAN PER
TAHUN
APBN
(dosis)
KSO
(dosis)
JUMLAH
(dosis)

1.
2.
3.
4.
5.


Produksi Semen Beku
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014

Jumlah

415.000
2.000.000
1.000.000
2.000.000
2.000.000

7.415.000

1.605.000
1.000.000
2.500.000
1.750.000
2.000.000

8.855.000

2.020.000
3.000.000
3.500.000
3.750.000
4.000.000

16.270.000













56

Lampiran 4


RENCANA STRATEGIS
PEMASARAN SEMEN BEKU BENIH UNGGUL
(dalam 5 tahun kedepan)

No. KEGIATAN PER
TAHUN
APBN
(dosis)
KSO
(dosis)
PENJUALAN
LANGSUNG
JUMLAH
(dosis)

1.
2.
3.
4.
5.


Pemasaran/ Distribusi
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014



200.000
300.000
300.000
400.000
500.000

1.700.000

1.500.000
2.000.000
1.700.000
1.800.000
1.900.000

8.900.000

300.000
200.000
500.000
550.000
600.000

2.050.000

2.000.000
2.500.000
2.500.000
2.750.000
3.000.000

12.750.000

Anda mungkin juga menyukai