Anda di halaman 1dari 10

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian

Propinsi Sulawesi Utara


Perbandingan laju transfer momentum 34
PERBANDINGAN LAJU TRANSFER MOMENTUM
DALAM KONDISI TIDAK STABIL, NETRAL DAN KONDISI
STABIL DI DAERAH DATARAN RENDAH
Meity Martina Pungus, Rolles Nixon Palilingan, Hennie Mieke Tumundo
Staf J urusan Fisika FMIPA UNIMA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju perpindahan momentum antara permukaan
dan pesawat udara di atas dalam tiga jenis kondisi, stabil, netral dan tidak stabil stabilitas.
Penelitian dilakukan di Staion Klimatologi Kayuwatu Manado dengan ketinggian 76 m di
atas permukaan laut. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksperimental untuk
mengetahui laju perpindahan momentum dalam tiga kondisi yang berbeda dari atmosfer di
dekat tanah terutama di dataran rendah atau daerah panas. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa laju perpindahan momentum antara stabil dan netral (probabilitas (p =0, 02168),
alami dan tidak stabil (p =0, 00.014), dan antara kondisi stabil dan tidak stabil (p =0,
00.000) , adalah berbeda secara signifikan dengan probabilitas p <0, 05. Ini berarti bahwa
kondisi atmosfer dekat tanah sangat berpengaruh terhadap laju perpindahan momentum
antara permukaan dan udara di atas.
Kata kunci: Stabilitas, Netral, tidak stabil, momentum transfer, dataran rendah
PENDAHULUAN
Atmosphere merupakan campuran dari bermacam-macam gas yang
terdiri dari nitrogen sejumlah kira-kira 75 %, Oksigen sekitar 20 %, dan
sebagian kecil gas lain seperti Argon, Neon, Helium, Kripton, Xenon,
Kabondioksida, Hidrogen dan Ozon (Rogers, 1979; Monteith, 1973;
Monteith and Unsworth, 1990). Atmosfir senantiasa bergerak. Sifat gerakan
atmosfir akan menentukan efektivitas berlangsungnya transfer momentum,
panas dan massa antara permukaan dan atmosfir di atasnya. Sifat gerakan
atmosfir khususnya untuk atmosfir pada permukaan menunjuk kepada apa
yang disebut stabilitas atmosfir.
Stabilitas atmosfir pada permukaan berkaitan dengan sifat gerakan
udara sebagai fluida. Setiap permukaan yang bersentuhan dengan atmosfir
mempunyai lapisan laminar dan turbulent (McIntosh and Thon 1978).
Dalam lapisan batas laminar transfer momentum adalah proses
molekular yang ditentukan sebagian oleh viskositas kinematik yang
bergantung pada agitasi molekular dan suhu, proses-proses transfer kalor
dan massa yang sesuai akibat agitasi molekular dan sebagian oleh gradien
suhu (McIntosh and Thom 1978). Di atas lapisan laminar sifat aliran
udara menjadi turbulent. Turbulensi udara menentukan kondisi stabilitas
atmosfir dekat permukaan yang tentu saja akan berpengaruh terhadap laju
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 35
transfer entitas. Oleh karena itu informasi tentang kondisi stabilitas atmosfer
sangat penting sebelum dapat menentukan laju transfer. Dengan mengetahui
kondisi atmosfir secara kuantitatif maka dapat ditentukan laju transfer
sekaligus dapat membandingkan laju tersebut pada dua kondisi yang
berbeda. Dalam penelitian ini akan dillihat perbandingan laju transfer
momentum pada kondisi netral dan tidak stabil. Masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan laju
transfer momentum di antara kondisi atmosfir dekat permukaan?.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1).Menentukan
kondisi stabilitas atmosfer di setiap interval waktu pengukuran 30 menit, 2)
Menentukan besarnya laju transfer momentum pada kondisi atmosfir tidak
stabil, netral dan stabil, 3). Membandingkan besarnya laju transfer
momentum antar kondisi atmosfir pada ketiga kondisi stabilitas.
METODOLOGI
Definisi Operasional
1) Untuk mengukur suhu udara digunakan termometer suhu udara yang
dinyatakan dengan satuan derajat Kelvin, dan untuk mengukur kecepatan
angin digunakan anemometer, dengan hasil pengukuran dinyatakan
dalam m/det.
2) Laju transfer momentum adalah besarnya gaya massa udara yang
bergerak (angin) per satuan lulas permukaan, dan dinyatakan dengan
sastuan Newton m
-2
atau satuan momentum per satuan luas per satuan
waktu.
3) Stabilitas atmosfir adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh
perubahan kecepatan angin dan suhu udara pada lapisan-lapisan
atmosfir dekat permukaan. Secara kuantitatif stabilitas atmosfir
dinyatakan oleh parameter stabilitas bilangan Richardson, yang
didefinisikan oleh hubungan
Ri =
2
z u
z g
Metode dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bersifat deskriptif untuk
mengetahui perbedaan laju transfer momentum pada tiga kondisi stabilitas
atmosfir dekat permukaan yaitu kondisi tidak stabil netral dan stabil.
Dua ketinggian di atas permukaan yang ditetapkan adalah z
1
=0,5 m dan z
2
=2,0 m. Hal ini disesuaikan dengan pengaturan alat di Stasiun Klimatologi
Kayuwatu Manado. Pengamatan terhadap kecepatan angin dan suhu
dilakukan secara serentak di tiap ketingian dimulai pada pukul 06.00.
Pengamatan terus dilanjutkan setiap interval waktu 5 menit, sampai pada
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 36
pukul 18.00. Dalam analisis, data pengamatan kecepatan angin dan suhu
diambil rata-rata setiap interval waktu 30 menit. Hasil pengamatan disajikan
dalam tabel yang berbentuk seperti Tabel 1.
Tabel 1. Format pengamatan kecepatan angin dan suhu udara pada dua
ketinggian di atas permukaan.
Waktu Pengamatan
Ketinggian (m)
Z =0,5 m Z =2,0 m
u
1
u
2
T
1
T
2
06.00
06.05
06.10
06.15
.
.
.
18.00
Metode Analisis Data
Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian
ini sebagaimana tergambar dalam kerangka berpikir adalah sebagai berikut:
1) Pada langkah ini data pengamatan kecepatan angin dan suhu udara pada
dua ketinggian, digunakan untuk menentukan parameter stabilitas
atmosfir dengan menggunakan parameter bilangan Richardson (Ri)
(persamaan 11). Pada langkah ini sekaligus akan ditentukan regim
stabilitas dan regim konveksi.
2) Setelah kondisi atmosfir diketahui, kelompok data dipisahkan menurut
regim stabilitas netral dan tidak stabil.
3) Selanjutnya laju transfer momentum dihitung berdasarkan persamaan
(13) untuk kondisi netral dan persamaan (15) untuk kondisi tidak stabil.
4) Untuk membandingkan laju transfer momentum pada kondisi netral dan
kondisi tidak stabil digunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji
Perbandingan Berganda dengan menggunakan perangka lunak SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan prosedur yang telah dikemukakan dalam bagian 3 maka
data hasil pengamatan kecepatan angin dan suhu udara yang dilakukan di
Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado dengan elevasi 76 m yang diukur
pada ketinggian Z
1
= 0,5 meter dan Z
2
= 2 meter diberikan dalam
Lampiran 1. Demikian juga hasil analisis untuk perhitungan angka
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 37
Richardson (parameter stabilitas atmosfir dekat permukaan) dan laju
transfer momentum diberikan dalam Lampiran 2.
Hasil analisis pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa dalam kisaran
waktu pengamatan dari pukul 06.00 s/d 18.00 terdapat periode dengan
kondisi tidak stabil, netral dan stabil. Periode pengamatan dengan kondisi
tidak stabil dikelompokkan dengan kode 1, kondisi netrasl dikelompokkan
dengan kode 2, dan kondisi stabil dikelompokkan dengan kode 3. Terlihat
bahwa periode pengamatan didominasi oleh kondisi stabil.
Hasil uji beda rata-rata dengan ANOVA (Lampiran 3) menunjukkan bahwa:
1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara laju transfer momentum
pada kondisi tidak stabil dan kondisi netral dengan nilai peluang
p=0,02168 (p<0,05).
2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara laju transfer momentum
pada kondisi netral dan kondisi stabil dengan nilai peluang p=0,00014
(p<0,05).
3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara laju transfer momentum
pada kondisi tidak stabil dan kondisi stabil dengan nilai peluang
p=0,00000 (p<0,05).
Dari perhitungan angka Richardson (Ri) terlihat bahwa dalam kisaran
waktu pengukuran dari pagi hari pukul 06.00 sampai sore hari 18.00
atmosfir dekat permukaan pada tempat penelitian dapat berada dalam ketiga
kondisi yaitu tidak stabil, netral dan stabil. sebagaimana kajian teori kondisi
atmosfir ditentukan oleh perbedaan kecepatan angin dan suhu udara pada
lapisan atmosfir dekat permukaan yang dapat diindikasikan oleh angka
Richardson.
Kondisi tidak stabil, angka Ri berkisar dari -1,09 sampai -0,02; kondisi
netral berkisar dari -0,01 sampai 0,01, sedangkan untuk kondisi stabil dari
0,02 sampai 0,04.
Kondisi atmosfir dekat permukaan jelas berpengaruh terhadap laju transfer.
Pengaruh tersebut dapat dilihat pada faktor koreksi pada persamaan laju
transfer yaitu
M
-2
(Lampiran 2). Dapat dilihat bahwa pada kondisi tidak
stabil
M
-2
<1, padakondisi netral
M
-2
1 dan pada kondisi stabil
M
-2
>1.
Dengan kenyataan ini, sebagaimana yang diprediksi oleh persamaan laju
transfer momentum, besarnya laju transfer momentum terkecil pada kondisi
tidak stabil kemudian diikuti kondisi netral dan tidak stabil.
Pada kondisi tidak stabil, laju transfer momentum berkisar dari 8,11 N/m
2
sampai 119,74 N/m. Pada kondisi netral, berkisar dari 141,51 N/m
2
sampai
219,78 N/m
2
. Pada kondisi stabil, birkisar dari 240,11 N/m
2
sampai 800,47
N/m
2
.
Perbedaan besarnya laju transfer momentum pada ketiga kondisi atmosfir
ini, secara statistik. Ternyata sangat berbeda secara signifikan dengan nilai
probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05. Nilai probabilitas untuk perbandingan
laju transfer pada kondisi tidak stabil-netral, netral-stabil, dan tidak stabil-
stabil masing-masing, p=0,02168, p=0,00014, p=0,00000.
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 38
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa kondisi atmosfir yang paling
berpengaruh terhadap laju transfer momentum adalah kondisi stabil.
Sedangkan kondisi tidak stabil meredam atau memperkecil laju transfer
momentum.
Untuk aplikasi pada bidang-bidang terkait dengan pemanfaatan transfer
momentum (seperti untuk pemukiman, peternakan, atau pertanian) kondisi
atmosfir dekat permukaan dapat dikondisikan dengan mengatur perbedaan
kecepatan angin dan suhu lapisan atmosfir. Dalam bidang pertanian hal ini
telah dimanfaatkan dengan cara modifikasi iklim mikro.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1) Rata-rata laju transfer momentum antara kondisi Tidak Stabil dan
kondisi Netral berbeda secara signifikan dengan peluang p=0,02168.
Dalam hal ini rerata laju transfer momentum pada kondisi netral lebih
besar dari laju transfer pada kondisi tidak stabil.
2) Rata-rata laju transfer momentum antara kondisi Netral dan kondisi
Stabil berbeda secara signifikan dengan peluang p =0,00014. Dalam
hal ini rerata laju transfer momentum pada kondisi Stabil lebih besar
dari laju transfer pada kondisi netral.
3) Rata-rata laju transfer momentum antara kondisi Tidak Stabil dan
kondisi Netral berbeda secara signifikan dengan peluang p=0,02168.
Dalam hal ini rerata laju transfer momentum pada kondisi Stabil lebih
besar dari laju transfer pada kondisi tidak stabil.
Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan dalam penelitian ini adalah: Penelitian
ini dapat lebih dikembangkan, dengan membandingkan beberapa daerah
yang mewakili daerah khas (terutama dilihat dari elevasi dan topografi)
yang terdapat di daerah Sulawesi Utara. Sebaiknya menggunakan alat-alat
yang lebih peka dengan ketelitian yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, G. S. 1977. An Introduction to Environmental Biophysics.
Springer-Verlag. New York. 159p.
Hatori, K. 2000. Vegetational Impacts on The Monin-Obukhov Similarity
Theory. (http://cc.usu.edu/~khatt/contents.htm, diakses 13 Mei
2003)
Kreith, F. 1994. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas. Erlangga Jakarta.
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 39
Oke, T. R. 1978. Boundary layer Climate. Methuen & Co LTD. London.
272p.
Monteith, J . L.1973. Principles of Environmental Physics. Edward Arnold.
London. 241p.
McIntosh, D. H., abd A. S. Thom. 1978. Essential of Meteorology.
Wykehem Publications Ltd. London. 226p.
Monteith, J . L and M. H. Unsworth. 1990. Principles of Environmental
Physics. Edward Arnold. London. 291p.
Palilingan, R. N. 1995. Termodinamika Udara. Diktat. Tidak
dipublikasikan. Jurusan Pendidikan Fisika. FPMIPA IKIP Tondano.
Palilingan, R. N. 2003. Fisika Lingkungan. Cetakan I. Media Pustaka
Manado. 264p.
Rogers, R. 1979. A Short Course in Cloud Physics. Pergamon Press.
Oxford. 235p.
Sutton, O. G. 1953. Micrometeorology. McGraw-Hill book company Inc.
New york 333p.
Warland, J . S. 1999. Applications And theory of Micrometeorological flux
measurement. The University of Guelph.
(http://www.uoguelph.ca/~jwarland/THESIS.PDF, Diakses 5 Mei
2003).
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 40
Lampiran 1. Data Pengamatan dan Perhitungan Nilai Ri di Kayuwatu
Manado. Elevasi 76 m.
Range
Pengamatan
Z(1) =0,5 m Z(2) =2 meter
T u2- T2-T1 u1 T1 u2 T2
(deg.K) (deg.K) (deg.K) (deg.K)
06.00-06.25 1,33 295,60 2,17 296,22 295,91 0,84 0,62
06.30-06.55 2,00 297,10 3,00 297,32 297,21 1,00 0,22
07.00-07.25 1,20 299,31 2,50 295,00 297,16 1,30 -4,31
07.30-07.55 3,50 301,62 4,17 301,22 301,42 0,67 -0,40
08.00-08.25 3,00 302,45 3,33 302,40 302,43 0,33 -0,05
08.30-08.55 3,33 303,28 3,50 303,17 303,23 0,17 -0,11
09.00-09.25 3,00 304,02 3,33 303,75 303,89 0,33 -0,27
09.30-09.55 3,00 304,90 3,33 304,40 304,65 0,33 -0,50
10.00-10.25 3,33 305,35 3,00 304,83 305,09 -0,33 -0,52
10.30-10.55 3,50 305,55 3,83 305,40 305,48 0,33 -0,15
11.00-11.25 3,17 305,00 3,67 305,07 305,04 0,50 0,07
11.30-11.55 2,33 304,87 2,83 302,80 303,84 0,50 -2,07
12.00-12.25 1,50 303,83 0,33 304,88 304,36 -1,17 1,05
12.30-12.55 2,33 303,88 1,33 304,70 304,29 -1,00 0,82
13.00-13.25 2,50 304,65 2,67 304,00 304,33 0,17 -0,65
13.30-13.55 3,83 305,13 4,00 305,05 305,09 0,17 -0,08
14.00-14.25 2,67 304,35 2,33 303,70 304,03 -0,34 -0,65
14.30-14.55 2,33 304,15 2,55 303,90 304,03 0,22 -0,25
15.00-15.25 3,00 303,83 3,45 302,12 302,98 0,45 -1,71
15.30-15.55 2,00 303,98 1,67 301,90 302,94 -0,33 -2,08
16.00-16.25 1,50 303,83 0,50 304,18 304,01 -1,00 0,35
16.30-16.55 1,00 303,45 1,50 301,89 302,67 0,50 -1,56
17.00-17.25 1,67 302,58 2,01 302,00 302,29 0,34 -0,58
17.30-18.00 1,17 301,15 2,00 301,00 301,08 0,83 -0,15
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 41
Lampiran 2. Hasil uji perhitungan angka Richardson dan laju trasfer
momentum menurut kelompok stabilitas..
Kelompok
Stabilitas
T
(deg.K)
u2-u1
m/det
T2-T1
(deg.K)
Ri
(kg/m
3
)
M
(N/m
2
)
1 301,42 0,67 -0,40 -0,04 1172,83 0,75 94,49
1 302,43 0,33 -0,05 -0,02 1168,93 0,84 119,74
1 303,23 0,17 -0,11 -0,18 1165,85 0,48 38,74
1 303,89 0,33 -0,27 -0,12 1163,31 0,56 52,88
1 304,65 0,33 -0,50 -0,22 1160,39 0,45 33,40
1 305,09 -0,33 -0,52 -0,23 1158,72 0,44 32,36
1 305,48 0,33 -0,15 -0,07 1157,26 0,68 75,76
1 305,09 0,17 -0,08 -0,13 1158,72 0,54 48,92
1 297,16 1,30 -4,31 -0,13 1189,66 0,55 52,22
1 303,84 0,50 -2,07 -0,40 1163,51 0,35 20,35
1 304,33 0,17 -0,65 -1,09 1161,63 0,22 8,11
1 304,03 -0,34 -0,65 -0,27 1162,78 0,41 28,33
1 304,03 0,22 -0,25 -0,25 1162,78 0,43 30,38
1 302,98 0,45 -1,71 -0,41 1166,81 0,35 20,00
1 302,94 -0,33 -2,08 -0,93 1166,94 0,24 9,48
1 302,67 0,50 -1,56 -0,30 1167,98 0,39 25,98
1 302,29 0,34 -0,58 -0,24 1169,45 0,43 31,14
2 297,21 1,00 0,22 0,01 1189,44 1,12 212,38
2 305,04 0,50 0,07 0,01 1158,93 1,15 219,78
2 301,08 0,83 -0,15 -0,01 1174,17 0,92 141,51
3 295,91 0,84 0,62 0,04 1194,67 2,16 800,47
3 304,36 -1,17 1,05 0,04 1161,52 1,73 500,59
3 304,29 -1,00 0,82 0,04 1161,77 1,87 581,30
3 304,01 -1,00 0,35 0,02 1162,86 1,20 240,11
Lampiran 3. Hasil uji Wilcoxon perbedaan rata-rata laju trasfer momentum.
(a) Statistik deskriptif; (b) Hasil ANOVA; (c) Perbandingan
berganda.
(a) Stastistik Deskriptif
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 42
(b) Hasil ANOVA
(c) Perbandingan Berganda
Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara
Perbandingan laju transfer momentum 43

Anda mungkin juga menyukai