Anda di halaman 1dari 1

Curi Sandal Polisi, Pantas Dibui 5

Tahun?

VIVAnews Entah apa yang ada di benak AAL, pelajar sebuah sekolah menengah
kejuruan negeri di Palu, Sulawesi Tengah, ketika mengetahui kenakalan kecilnya
berbuntut panjang dan berbuah pahit sampai lebih dari setahun kemudian.

Suatu hari di bulan November 2010, AAL bersama kawannya melintas di depan kos
seorang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah berpangkat Briptu. Di depan kos
sang Briptu berinisial AR, AAL melihat sandal jepit tergeletak. Tanpa berpikir
panjang, ia kemudian mengambil sandal jepit tersebut.

Menurut Briptu AR, selain dirinya, kawan-kawan sekosnya pun kehilangan sandal. Ia
pun mempersoalkan pencurian sandal jepit itu ke pihak kepolisian tempatnya
mengabdi. Enam bulan setelah peristiwa pencurian itu, polisi memanggil AAL dan
kawannya. Mereka diinterogasi, bahkan dipukuli dengan tangan dan benda tumpul.

AAL menderita lebam di punggung, kaki, dan tangan, akibat kekerasan yang ia
terima saat interogasi itu. Ia pun mengaku mencuri sandal. Kasus terus bergulir.
Pengaduan Briptu AR soal sandalnya yang dicuri AAL diproses terus secara hukum
dan akhirnya masuk ke Kejaksaan Negeri Palu.

Kasus pencurian sandal jepit ini pun sampai juga ke pengadilan, dan AAL resmi
menjadi terdakwa. Jaksa menyatakan, AAL melakukan tindak pidana sebagaimana
Pasal 326 KUHP tentang Pencurian. AAL pun diancam 5 tahun penjara.
Masyarakat terkejut. Betapa bocah pencuri sandal jepit bisa terancam hukuman
layaknya koruptor. Nasib mirip dengan AAL pernah dialami oleh seorang nenek
bernama Mina tahun lalu. Bedanya ia tidak mencuri sandal. Ia dan dua orang
anaknya dituduh mencuri 2 kilogram buah randu seharga Rp12.000.

Efendi, pemilik pohon randu di lahan PT. Segayung di Desa Sembojo, Kecamatan
Kulit, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, melaporkan Nenek Mina dan kedua anaknya
ke Polres Batang. Nenek Mina dan anak-anaknya yang masih di bawah umur itu pun
ditahan dan diancam 7 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai