Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit.
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang
meliputi pemeberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien
dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien
gawat, pemeberian terapi inhalasi, dan penanggulangannya nyeri menahun.
Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anestesi Lokal dan Anestesi Umum. Pada
anestesi lokal hilagnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada
anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anestetik local?
2. Apa yang dimaksud dengan anestetik umum?
3. Apa saja obat-obat yang digunakan sebagai Anestetik?

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui anestetik local.
2. untuk mengetahui anestetik umum.
3. untuk mengetahui obat-obat yang digunakan sebagai Anestetik.








2


BAB II
ISI
2.1 Anestetik Umum
2.2 Anestetik Lokal
Anestetik lokal adalah obat yang menghambat hantaran syaraf bila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan
saraf. Sebagai contoh, bila anestetik lokal dikenakan pada korteks motoris, implus
sensorik terhambat. Pemberian anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis
sensorik dan motorik di daerah yang persarafinya. ( Departemen Farmakologi & FK UI.
2007: 259).
Sifat-sifat anestetik lokal yang ideal adalah
Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara menetap,
Batas keamanan harus lebar karena obat anestetik lokal diabsorpsi dari tempat
suntikan,
Masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan
operasi,
Masa pemulihan tidak terlalu lama,
Harus larut dalam air,
Stabil dalam larutan, dan
Dapat disentuh tanpa mengalami perubahan ( : 592).

2.2.1 Obat dan mekanismenya
a Obat Golongan ester
Kokain

Indikasi Klinik:
sebagai anestesi topikal, terutama untuk hidung dan tenggorokan.
Tosisitas:
3

dosis toksik menimbulkan perangsangan SSP (iritabilitas, psikosis,
kejang) diikuti oleh depresi pernapasan; potensi kuat menimbulkan
penyalahgunaan (dapat menimbulkan ketergantungan psikologis).
Farmakodinamik:
Efek kokain yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf, bila
dikenakan secara lokal. Efek sistemiknya yang paling mencolok yaitu
rangsangan SSP.

Susunan Saraf Pusat: pada batang otak menyebabkan peningkatan frekuensi
napas, sedangkan dalam pernapasan tidak dipengarauhi. Pusat vasomotor
dan pusat muntah mungkin juga terangsang. Perangsangan ini akan segera
disusul oleh depresi yang mula-mula terjadi pada pusat yang lebih tinggi,
dan ini mungkin sudah terjadi sementara bagian sumbu serebrospinal yang
lebih rendah masih dalam stadium perangsangan. Efek euforia terutama
terjadi karena penghamabatan uptake dopamin di sinaps susunan saraf
pusat.

Sistem Kardiovaskular: dosis kecil dapat memperlambat denyut jantung
akibat perangsangan pusat vagus, pada dosis sedang denyut jantung
bertambah karena perangsangan pusat simpatis. Pemberian dosis besar
menyebabkan kematian mendadak karna payah jantung sebagai efek toksik
langsung pada otot jantung.

Otot Skelet: Tidak ada bukti bahwa kokain dapat menambah kekuatan
kontaksi otot. Hilangnya kelelahan disebabkan perangsangan sentral.

Suhu Badan: Kokain memiliki daya pirogen yang kuat. Kenaikan suhu
badan disebabkan oleh penambahan aktivitas otot akan meninggikan
produksi panas, vasokonstriksi menyebabkan berkurangnya kehilangan
panas, dan efek langsung pada pusat pengatur suhu.

Sistem Saraf Simpatis: kokain mengadakan potensi respon terhadap
norepinefrin, epinefrin, dan perangsangan saraf simpatis.

4

Farmakokinetik:
Walaupun vasokonstriksi lokal menghambat absorpsi kokain,
kecepatan absorpsi masih melebihi kecepatan detoksikasi dan ekskresinya
sehingga kokain sangat toksik. Kokain di absorpsi dari segala tempat,
termasuk selaput lendir. Pada pemberian oral, kokain tidak efektif karena di
dalam usus sebaagian besar mengalami hidrolisis. Sebagaian besar kokain
mengalami detoksikasi di hati, dan sebagian kecil diekskresikan bersama
urin dalam bentuk utuh. Diperkirakan hati dapat melakukan detoksikasi
kokain sebanyak satu dosis letal minimal dalam waktu 1 jam; detoksiksikasi
kokain tidak secepat detoksikasi anestetik lokal sintetik.
Prokain

Indikasi Klinik:
Untuk anestesi lokal dengan suntikan lokal, blokade saraf dan anestesi
spinal; sedangkan secara topikal tidak efektif; derivat prokainamid digunakan
untuk terapi aritmia jantung
Toksisitas:
Toksisitas sistemik rendah karena masa kerjanya singkat dan degradasi
cepat; over dosis dapat menyebabkan gawat pernapasan.

Klorprokain
Indikasi klinik:
Anestesi infiltrasi, blokade saraf, dan anestesi epidural.
Toksisitas:
Toksisitas sistemik kecil

Tetrakain
Indikasi klinik:
Lebih sering digunakan untuk anaestesi spinal; penggunaan topikal
pada mata dan nasofaring.
Toksisitas:
Mirip prokain, memengaruhi sulfonamida.

5

b Golongan Amida
Lidokain
Indikasi klinik:
Anestesi topikal, injeksi lokal untuk anaestesi lokal; i.v. digunakan
untuk aritmia jantung.
Toksisitas:
Sedasi, amnesia, dan konvulsi.
Farmakodinamik
Anestesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif
daripada yeng ditimbulkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding.
Anestesi ini efektif bila digunakan tanapa vasokontriktor, tetapi kecepatan
absorpsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek.
Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap
anestetik lokal golongan ester.
Farmakokinetik
Lidokain lebih cepat diserap dari tempat suntikan, saluran pencernaan,
dan saluran pernapasan serta dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya
dalam plasma fetus dapat mencapai 60 % kadar dalam darah ibu. Dalam
hati, lidokain mengalami deakilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda
membentuk etilglisin xilidid dan glisin xilidid, yang kemudian dapat
dimetabolisme lebih lanjut menjadi mono etilglisin xilidid dan glisin
xilidid.
Bupivakain
Indikasi klinik:
Anestesi infiltrasi, untuk blokade saraf, dan anestesi spinal.
Toksisitas:
Hampir sama dengan prokain.
Mevikain
Indikasi klinik:
Infiltrasi lokal, blokade saraf, dan anestesi spinal.

2.2.2 Teknik Pemberian Anestetik Lokal
Anestesi Permukaan
6

yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal diatas selaput
mukosa seperti mata, hidung atau faring.

Anestesia infiltrasi
penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan di sekitar
tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering digunakan adalah
blokade lingkar dan obat disuntikkan intradermal atau subkutan.

Anestesia blok
yaitu penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf utama atau pleksus
saraf.
Anestesia spinal
Yaitu anaestesia blok yang luas.




















7





BAB III
PENUTUP
Dari isi di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Anestetik lokal merupakan obat yang menghambat hantaran syaraf bila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup.
Obat-obat anestetik lokal yaitu golongan ester seperti kokain, prokain, klorprokain, dan
tetrakain. Sedangkan golongan amida seperti lidokain, bupivakain, dan mevikain.
Teknik pemberian anestetik lokal ada empat yaitu anestesia permukaan, blok, spinal, dan
infiltrasi.












8

DAFTAR PUSTAKA
Syarif SKM,SpFK , dr. Amir. dkk . 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Departemen
farmakologi dan fakultas kedokteran UI.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI.2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi.
jakarta : EGC penerbit buku kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai