Anda di halaman 1dari 51

BAB II

URAIAN TEORETIS
2.1 Indeks Pembangunan Manusia
2.1.1 Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya
UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan
pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan
bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan
akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai
sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya
tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah
produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara
ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Produktivitas
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan
berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.
Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari
model pembangunan manusia.
2. Pemerataan
Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk
mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan social. Semua
hambata yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus
dihapus, sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari kesempatan yang ada
dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas
hidup.
Universitas Sumatera Utara
3. Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan social harus dipastikan tidak
hanya untuk generasi-generasi yang aka datang. Semua sumber daya fisik,
manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.
4. Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang
akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan
mengambil manfaat dari proses pembangunan.
Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai
disana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat
luas seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampao kesempatan untuk
menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupa yang sesuai dengan harkat
pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigm
tersebut. Dengan demikian, paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi.
Sisi pertama berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf
kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan
kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, cultural,
sosial dan politik. J ika kedua sisi itu didak seimbang maka hasilnya adalah
frustasi masyarakat.
Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik
dari pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model
pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan
kesejateraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model
pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi
Universitas Sumatera Utara
nasional (GNP). Pembangunan manusia teruatama sebagai input dari proses
produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat
manusia sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan
dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.
Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP
mensponsoru sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan
pembangunan. Tim tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar
itu adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang
dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka
Harapan Hidup/AHH (e
o
). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan baca
tulis/ angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli
dikuantifikasikan terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan
untuk mencapai standar hidup yang layak.
Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara
atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan
hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali),
dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang
layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai
penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan
manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan
analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang
Universitas Sumatera Utara
penting lainnya ( yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik,
kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.
Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat
memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya
beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang
terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut
berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurutnya
kesempata kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama
tahun 1997-1998. Menurutnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks
pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan
antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar
penduduk.
Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan
menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya
peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan
beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang
dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.

2.1.2 Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya
Pembangunan nasional Indonesia sesungguhnya menurut GBHN yang
kemudian dijabarkan ke dalam Repelita adalah pembangunan yang menganut
konsep pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia seutuhnya
merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik
secara fisik, mental maupun dilakukan menitikberatkan pada pembangunan
Universitas Sumatera Utara
sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan
kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk
dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan.
Azas pemerataan merupakan salah satu trilogi pembangunan yang akan
diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan, adalah salah satu
prinsip pembangunan manusia. Melalui strategi delapan jalur pemerataan,
kebijakan pembangunan mengarah pada pemihakan terhadap kelompok penduduk
yang tertinggal. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik
dan mental penduduk dilakukan pemerintah melalui pembangunan di bidang
pendidikan dan kesehatan dasar. Di sektor ekonomi azas pemerataan yang
diimplementasikan antara lain adalah dengan memberikan pengaruh yang sangat
besar oleh karena sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak. Juga upaya
pemberdayaan dilakkukan usaha bagi penduduk miskin melalui program Inpres
Desa Tertinggal (IDT) dan Program Kukesra serta Takesra.
Pembangunan di bidang sosial yang sangat mengesankan adalah upaya
pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana. Upaya ini
secara nyata telah berhasil menurunkan angka kelahiran hingga setengahnya yang
kemudian berpengaruh pada pengurangan laju pertambahan penduduk dalam
konteks Indonesia, sesungguhnya merupakan upaya yang mempercepat terjadinya
peningkatan kualitas hidup, oleh karena bagian terbesar penduduk Indonesia
ditinjau dari berbagai indikator sosial berada pada tingkatan kualitas yang masih
rendah.


Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Metode Perhitungan dan Komponen-komponen IPM
2.1.3.1 Metode Perhitungan IPM
Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup
diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan
kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua
per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat
kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah
disesuaikan (PPP rupiah), indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga
komponen tersebut diatas :
IPM=1/3 (Indeks X
1
+Indeks X
2
+Indeks X
3
)
Dimana :
X
1
=Lamanya hidup
X
2
=Tingkat Pendidikan
X
3
=Tingkat kehidupan yang layak
Indeks X
(I,J)
=(X
(I,J)
-X
(i-min)
) / (X
(I,J)
-X
(i-max)
)
Dimana :
X
(I,J)
=Indikator ke-I dari daerah J
X
(i-min)
=Nilai minimum dari X
i
X
(i-max)
=Nilai maksimal dari X
i

Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia
Universitas Sumatera Utara

Sumber : Buku Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia,
Menko Kesra dan TKPK, 2006
2.1.3.2 Komponen-komponen IPM
1) Lamanya Hidup (Longevity)
Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur
dengan indikator harapan hidup pada saat lahir ( life expectancy at birth ) (e
0
),
angka e
0
yang disajikan pada laporan ini merupakan ekstrapolasi dari angka e
0
pada akhir tahun 1996 dan akhir tahun 1999 yang merupakan penyesuaian dari
angka kematian bayi ( infant mortality rate ) dalam periode yang sama. Dalam
publikasi ini, angka IMR untuk tingkat provinsi dihitung berdasarkan data yang
diperoleh dalam sensus penduduk tahun 1971, 1980, 1990 serta data gabungan
dari SUPAS 1995 dan SUSENAS 1996.
Perhitungan dilakukan secara tidak langsung berdasarkan dua data dasar
yaitu rata-rata jumlah lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup dari wanita
yang pernah kawin. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan
menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya,
seperti yang tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini :



Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
Indikator Komponen IPM Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum
Keterangan
Angka Harapan Hidup (e
0
) 25 85 Standar
UNDP
Angka Melek Huruf (Lit) 0 100 Standar
UNDP
Rata-rata lama Sekolah (MYS) 0 15 Standar
UNDP
Kemampuan Daya Beli (PPP) 300.000
(1996)
360.000
(1999)
b
737.720
a
UNDP
menggunakan
PDB Riil Per
Kapita
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
Catatan :
a. Proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai di Jakarta pada tahun
2018 (akhir dari Pembangunan Jangka Panjang II) setelah
disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi ini berdasarkan
pada asumsi tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5% pertahun
selama periode 1993-2018.
b. Sama dengan dua kali garis kemiskinan di provinsi yang dimiliki
tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990, nilai
minimum disesuaikan menjadi Rp 360.000. penyesuaian ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan
daya beli masyarakat secara drastis sebagaimana terlihat dari
peningkatan angka kemiskinan dan penurunan riil. Penambahan
sebesar Rp 60.000 didasarkan pada perbedaan antara garis
kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp
5.000 per bulan (Rp 60.000 per tahun).
2) Tingkat Pendidikan
Dalam perhitungan IPM , komponen tingkat pendidikan diukur dari dua
indikator, yaitu : angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS).
Angka melek huruf adalah persentase dari pendidik usia 15 tahun ke atas yang
bisa membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama
sekolah, yaitu rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15
tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau
sedang menjalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan yang tertinggi
yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditamatkan dan tingkat
pendidikan yang sedang diduduki. Tabel 2.2 menyajikan faktor konversi dari tiap
jenjang pendidikan, rata-rata lama sekolah (MYS) dihitung berdasarkan formula
sebagai berikut :
MYS =tahun konversi +kelas tertinggi yang pernah diduduki 1



Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2
Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
No Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun Konversi
1 Tidak Pernah Sekolah 0
2 SD 6
3 SMP 9
4 SMA 12
5 D 1 13
6 D 2 14
7 D 3 15
8 S 1/D 4 16
9 S 2 18
10 S 3 21
Sumber : BPS Sumatera Utara



Universitas Sumatera Utara
3) Standar Hidup
Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran riil per
kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antardaerah dan
antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut :
1. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (=Y)
2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y), karena berbagai studi
diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih rendah
dari 20%
3. Menghitung nilai daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP)
untuk setiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang,
relative terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang
ditetapkan sebagai standar
4. Menghitung nilai riil Y
1
dengan mendeflasikan Y
1
dengan indeks
harga konsumen (CPI) (=Y
2
)
5. Membagi Y
2
dengan PPP untuk memperoleh Rupiah yang sudah
disetarakan antar daerah (=Y
3
)
6. Mengurangi nilai Y
3
dengan menggunakan formula Atkinson untuk
mendapatkan estimasi daya beli (=Y
4
). Langkah ini ditempuh
berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan.




Universitas Sumatera Utara
2.2 Jumlah Penduduk Miskin
2.2.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Hendra Esmara
(1986) mengukur dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan standar yang berlaku, maka kemiskinan dapat dibagi tiga:
1. Miskin absolut yaitu apabila hasil pendapatannya berada di bawah
garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimum; pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan.
2. Miskin relatif yaitu seseorang sebenarnya telah hidup di atas garis
kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya.
3. Miskin kultural yaitu berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
membantu.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan permasalahan
kemiskinan dari segi pendapatan saja tidak mampu memecahkan permasalahan
komunitas. Karena permasalahn kemiskinan komunitas bukan hanya masalah
ekonomi namun meliputui berbagai masalah lainnya. Kemiskinan dalam berbagai
bidang ini disebut dengan kemiskinan plural. Delina Hutabarat (1994),
menyebutkan sekurang-kurangnya ada enam macam kemiskinan yang ditanggung
komunitas yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kemiskinan Subsistensi yaitu penghasilan rendah, jam kerja
panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal.
2. Kemiskinan Perlindungan yaitu lingkungan buruk (sanitasi, sarana
pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada
jaminan atas hak pemilikan tanah.
3. Kemiskinan Pemahaman yaitu kualitas pendidikan formal buruk,
terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya
kesadaran atas hak, kemampuan, dan potensi untuk mengupayakan
perubahan.
4. Kemiskinan Partisipasi yaitu tidak ada akses dan control atas
proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan
komunitas.
5. Kemiskinan Identitas yaitu terbatasnya perbauran antar kelompok
sosial, terfragmentasi.
6. Kemiskinan Kebebasan yitu stress, rasa tidak berdaya, tidak aman
baik ditingkat pribadi maupun komunitas.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, secara harfiah kata miskin
diberi arti tidak berharta benda. Sayogyanya membedakan tiga tipe orang miskin,
yakni miskin (poor), sangat miskin (very poor) dan termiskin (poorest).
Penggolongan ini berdasarkan pendapatan yang diperoleh setiap tahun. Orang
miskin adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras
yakni 320 kg/orang/tahun. Jumlah tersebut dianggap cukup memenuhi kebutuhan
makan minimum (1,900 kalori/orang/hari dan 40 gr protein/orang/hari). Orang
yang sangat miskin berpenghasilan antara 2240 kg, 320 kg beras/orang/tahun, dan
Universitas Sumatera Utara
orang yang digolongkan sebagai termiskin berpenghasilan berkisar antara 180 kg,
240 kg beras/orang/tahun.
Menurut BPS, penduduk miskin adalah mereka yang asupan kalorinya di
bawah 2,100 kalori berdasarkan kategori food dan nonfood diukur menurut
infrastruktur antara lain jalan raya, rumah, serta ukuran sosial berupa kesehatan
dan pendidikan.
2.2.2 Pembangunan dan Kemiskinan
Membaiknya indikator-indikator makro ekonomi diharapkan dapat
memberikan dampak postif terhadap masalah pengangguran, kualitas hidup, dan
terutama kemiskinan yang menjadi issue penting, dan terus mendapat perhatian
serius dari setiap penyelenggaraan pemerintah. Pembangunan ekonomi
berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Sebab tujuan utama dari
pembangunan adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat atau pemerataan
kesejahteraan. Dengan kata lain, pembangunan bertujan untuk mengentaskan
kemiskinan.
Masalah pokok yang dihadapi oleh pedesaan di Indonesia adalah
kemiskinan dan keterbelakangan. Keadaan ini ditandai oleh :
1. Pendapatan yang rendah dari sebagian besar penduduk pedesaan.
2. Terdapatnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin dalam
usaha-usaha pembangunan sehingga disinyalir kondisi-kondisi
tersebut kurang menguntungkan dalam mempercepat laju
pertumbuhan.
Kemiskinan yang terjadi di Indonesia pada umumnya melanda penduduk
yang tinggal di pedesaan. Salah satu golongan miskin di pedesaan adalah mereka
Universitas Sumatera Utara
yang termasuk kategori petani kecil yang bertempat tinggal di daerah yang
terisolir dengan kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kurang
menguntungkan. Petani kecil yan ghidup dalam kemiskinan tersebut umumnya
memiliki lahan pertanian yang sempit. Kecilnya luas lahan yang dimiliki
mengakibatkan mereka sangat sulit meningkatkan taraf hidupnya.
Dari waktu ke waktu jumlah penduduk miskin ini semakin berkurang di
daerah pedesaan sementara jumlah penduduk miskin dikota semakin banyak. Hal
ini disebabkan banyak penduduk miskin dari desa yang pergi ke kota untuk
mencari pekerjaan yan glebih baik. Akibatnya mereka bekerja di sektor informal
perkotaan seperti pedangang kako lima, pedangan asongan, pemulung,
gelandangan, dan sebagainya. Sebagian dari profesi ini membuat mereka tetap
tergolong miskin.
2.2.3 Konsep dan Indikator Kemiskinan Versi Pemerintah Indonesia
Masalah kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase
penduduk miskin, pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (antara
lain angka kematian bayi dan anak balita kurang gizi), ketenagakerjaan, dan
ekonomi (konsumsi/kapita). Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai
kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu
memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan
atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak
Universitas Sumatera Utara
dasar masyarakat miskin, Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama,
antara lain pendekatan kebutuhan dasar, pendikatan pendapatan, pendekatan
kemampuan dasar, dan pendekatan objektif dan subjektif.
Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu
ketidakmampuan seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan,
pendidikan,penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan,
kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset dan alat produktif
seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung
memengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini,
menentukan secara kaku standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk
membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan membaca dan menulis
untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan
ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam
pengambilan keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai
pendekatan kesejahteraan menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang
harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. Pendekatan subyektif menilai
kemiskinan berdasarkan pendapt atau pandangan orang miskin sendiri (Stepanek,
1985).
Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan pendekatan di atas yang
di kutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,
pangan dan papan).
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber
daya alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapanga kerja dan mata pencaharian
yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacar fisik maupun
mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak
terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin,
kelompok marginal dan terpencil).
Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan
kesehatan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya
akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah,
memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, lemahnya
jaminan rasa aman, lemahnya pertisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang
disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang
mendorong terjadinya migrasi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Penyebab Kemiskinan
Nasikun menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya
kemiskinan, yaitu :
1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang
dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan
(induced of policy) diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,
tetapi realitanya justru melestarikan.
2. Socio-economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami
kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi
marginal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala
besar dan berorientasi ekspor.
3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori
Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur
sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung.
4. Resources management and The Environment, yaitu adanya unsur
misalnya manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti
manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan
produktivitas.
5. Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi
karena siklus alam. Misalnya tinggal di lahan kritis =, dimana lahan
ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau
akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas
yang maksimal terus-menerus.
Universitas Sumatera Utara
6. The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum
perempuan karena perempuan masih dianggap sebagai golongan
kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang
diberikan lebih rendah dari laki-laki.
7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan
etnik yang memlihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif
pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat-istiadat yang
konsumtif saat upacara adat-istiadat keagamaan.
8. Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang
menjadi penodong, seperti rentenir (lintah darat).
9. Internal Political Fragmentation and Civil stratfe, yaitu suatu
kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi
politiknya yang kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.
10. International Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem
internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak
negara menjadi semakin miskin.
Selain beberapa faktor di atas, penyebab kemiskinan di masyarakat
khususnya di pedesaan disebabkan oleh keterbatasan asset yang dimiliki, yaitu :
1. Natural Assets; seperti tanah dan air, karena sebagian besar
masyarakat desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai
untk mata pencahariannya.
2. Human Assets; menyangkut kualits sumber daya manusia yang
relatif masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan
dan penguasaan teknologi).
3. Physical Assets; minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas
umum seperti jaringan jalan, listrik dan komunikasi.
4. Financial Assets; berupa tabungan (saving), serta akses untuk
memperoleh modal usaha.
5. Social Assets; berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam
hal ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan
keputusan-keputusan politik.
2.2.5 Karekteristik atau Ciri-ciri Penduduk Miskin
Emil Salim (1976) mengemukakan lima karakteristik kemiskinan, kelima
karakteristik kemiskinan tersebut adalah :
1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi
sendiri.
2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi
dengan kekuatan sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya sendiri.
4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.
5. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai
keterampilan atau pendidikan yang memadai.

Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin, yaitu :
1. Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah,
modal, peralatan kerja dan keterampilan.
Universitas Sumatera Utara
2. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.
3. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil
(sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak
bekerja).
4. Kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan
(slum area).
5. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang
cukup), bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas
kesehatan sosial lainnya.
Kelompok penduduk miskin yang berada pada masyarakat pedesaan dan
perkotaan, pada umumnya dapat digolongkan pada buruh tani, petani gurem,
pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh, pedagang kaki lima, pedagang
asongan, pemulung, gelandangan, pengemis, dan pengagguran.
2.2.6 Mengukur Kemiskinan
Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan
pendekatan kebutuhan dasar (basic needs) yang dapat diukur dengan angka atau
hitungan Indeks Perkepala (Head Count Index), yakni jumlah dan persentase
penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan
ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil sehinga kita dapat
mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri kemajuan yang diperoleh
dalam mengentaskan kemiskinan di sepanjang waktu. Salah satu cara mengukur
kemiskinan yang diterapkan di Indonesia yakni mengukur derajat ketimpangan
pendapatan diantara masyarakat miskin, seperti koefisien Gini antar masyarakat
miskin (GP) atau koefisien variasi pendapatan (CV) antar masyarakat miskin
Universitas Sumatera Utara
(CVP). Koefisien gini atau CV antar masyarakat miskin tersebut penting diketahui
karena dampak guncangan perekonomian pada kemiskinan dapt sangat berbeda
tergantung pada tingkat dan distribusi sumber daya diantara masyarakat miskin.
Prinsip-prinsip untuk mengukur kemiskinan, yakni :
1. Anonimitas independensi, yaitu ukuran cakupan kemiskinan tidak
boleh tergantung pada siapa yang miskin atau pada apakah negara
tersebut mempunyai jumlah penduduk yang banyak atau sedikit.
2. Monotenisitas, yakni bahwa jika kita memberi sejumlah uang
kepada seseorang yang berada dibawah garis kemiskinan, jika
diasumsikan semua pendapatan yang lain tetap maka kemiskinan
yang terjadi tidak mungkin lebih tinggi dari pada sebelumnya.
3. Sensitivitas distribusional, yaitu menyatakan bahwa dengan semua
hal lain konstan, jika mentransfer penapatan dari orang miskin ke
orang kaya, maka akibatnya perekonomian akan menjadi lebih
miskin.
2.2.7 Efek Lingkaran Perangkap Kemiskinan Terhadap Pembangunan
Ekonomi
Yang dimaksudkan dengan lingkaran perangkap kemiskinan (the vicious
circle of poverty), atau dengan singkat perangkap kemiskinan, adalah serangkaian
kekuatan yang saling mempengaruhi secara sedemikian rupa sehingga
menimbulkan keadaan di mana sesuatu negara akan tetap miskin dan akan tetap
mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih
tinggi. Teori ini terutama dikaitkan kepada nama Nurkse, seorang ahli ekonomi
Universitas Sumatera Utara
yang merintis penelaahan mengenai masalah pembentukan modal di negara
berkembang.
Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran perangkap kemiskinan
pada hakikatnya Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan
oleh ketiadaan pembangunan masa lalu tetapi juga menghadirkan hambatan
kepada pembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini
Nurkse mengatakan : Suatu negara jadi miskin karena ia merupakan negara
miskin (A country is poor because it is poor). Menurut pendapatnya lingkaran
perangkap kemiskinan yang terpenting adalah keadaan-keadaan yang
menyebabkan timbulnya hambatanterhadap terciptanya tingkat pembentukan
modal yang tinggi. Di satu pihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat
tabungan, dan di lain pihak oleh perangsang untuk menanam modal. Di negara
berkembang kedua faktor itu tidak memungkinkan dilaksanakannya tingkat
pembentukan modal yang tinggi. Jadi menurut pandangan Nurkse, terdapat dua
jenis lingkaran perangkap kemiskinan yang menghalangi negara berkembang
mencapai tingkat pembangunan yang pesat : dari segi penawaran modal dan dari
segi permintaan modal.

Tiga Bentuk Perangkap Kemiskinan
Dari segi penawaran modal lingkaran perangkap kemiskinan dapat
dinyatakan secara berikut. Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, yang
diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah, menyebabkan kemampuan
masyarakat untuk menabung juga rendah. Ini akan menyebabkan tingkat
pembentukan modal yang rendah. Keadaan yang terakhir ini selanjutnya akan
Universitas Sumatera Utara
dapat menyebabkan suatu negara menghadapi kekurangan barang modal dan
degan demikian tingkat produktivitas akan tetap rendah. Dari segi permintaan
modal, corak lingkaran perangkap kemiskinan mempunyai bentuk yang berbeda.
Di negara-negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal
rendah karena luas pasar untuk berbagi jenis barang terbatas, dan hal yang
belakangan disebutkan ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah.
Sedangkan pendapatan yang rendah disebabkan oleh produktivitas yang rendah
yang diwujudkan oleh pembentukan modal yang terbatas pada masa lalu.
Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan perangsang
untuk menanam modal.
Dalam bagian lain dari analisis Nurkse, ia menyatakan bahwa peningkatan
pembentukan modal bukan saja dibatasi oleh lingkaran perangakap kemiskinan
seperti yang dijelaskan di atas, tetapi juga oleh adanya international
demonstration effect. Yang dimaksudkan dengan ini adalah kecendrungan untuk
mencontoh corak konsumsi di kalangan masyarakat yang lebih maju.
Di samping kedua lingkaran perangkap kemisikinan ini, Meier dan
Baldwin mengemukakan satu lingkaran perangkap kemiskinan lain. Lingkaran
kemiskinan ini timbul dari hubungan saling mempengaruhi antara keadaan
masyarakat yang masih terbelakang dan tradisional dengan kekayaan alam yang
belum dikembangkan. Untuk mengembangkan kekayaan alam yang dimiliki,
harus ada tenaga kerja yang mempunyai keahlian untuk memimpin dan
melaksanakan berbagai macam kegiatan ekonomi.


Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara Ketiga Perangkap Kemiskinan
Kekayaan alam kurang dikembangkan
(3)
Masyarakat masih terbelakang
Kekurangan modal (1)

Pembentukan modal yang rendah Produktivitas
rendah
Tabungan rendah

Pembentukan (2) Pendapatan
modal rendah riil rendah
Gambar 2.1. Hubungan antara Ketiga Perangkap Kemiskinan
Pada gambar di atas teori lingkaran perangkap kemiskinan menjelaskan
bahwa:
1. Adanya ketidakmapuan mengerahkan tabungan yang cukup.
2. Kurangnya rangsangan melakukan penanaman modal.
3. Rendahnya taraf pendidikan, pengetahuan, dan kemahiran
masyarakat, merupakan tiga faktor utama yang menghambat
terciptanya pembentukan modal dan perkembangan ekonomi.




Universitas Sumatera Utara
2.3 Pertumbuhan Ekonomi
2.3.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan
ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi
menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output
masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan
teknologi dalam produksi itu sendiri.
Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara
sebagai kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang
terus meningkat bagi penduduknya, dimana pertumbuhan kemampuan ini
berdasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian
ideologi yang dibutuhkannya.
2.3.2 Mengukur Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu kegunaan penting dari data-data pendapatan nasional adalah
untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari
tahun ke tahun. Dalam perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pada harga-
harga yang berlaku pada tahun tersebut. Apabila menggunakan harga berlaku,
maka nilai pendapatan nasional menunjukkan kecenderungan yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Perubahan tersebut dikarenakan oleh pertambahan
Universitas Sumatera Utara
barang dan jasa dalam perekonomian serta adanya kenaikan-kenaikan harga
berlaku dari waktu ke waktu.
Pendapatan nasional berdasarkan harga tetap yakni perhitungan
pendapatan nesional dengan menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu
(tahun dasar) yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang
dihasilkan pada tahun-tahun berikutnya. Nilai pendapatan nasional yang diperoleh
secara harga tetap ini dinamakan pendapatan nasional riil.
Perhitungan ekonomi biasanya menggunakan data PDB triwulan dan
tahunan. Adapun konsep perhitungan petumbuhan ekonomi dalam satu periode
(Rahardja. 2000), yaitu :
G
t
= x 100%

Dimana :
G
t
= Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)
PDBR
t
= Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga
konstan)
PDBR
t-1
= PDBR satu periode sebelumnya
J ika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial :
PDBR
t
=PDBR
0
(1+r)
2

Dimana :
PDBR
t
=PDBR periode t
PDBR
0
=PDBR periode t
r =tingkat pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
t =jarak periode
Perhitungan PDB dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1. PDB menurut harga berlaku
Dimana PDB dengan faktor inflasi yang masih terkandung di
dalamnya.
2. PDB menurut harga konstan
Dimana PDB meniadakan faktor inflasi. Artinya pengaruh
perubahan harga telah dihilangkan.
Untuk menghitung besarnya pendaptan nasional atau regional, maka ada
tiga metode pendekatan yang dipakai :
1. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan
sektor ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis :
NI =P
1
Q
1
+P
2
Q
2
+ +P
n
Q
n

Dimana :
NI =PDB (Produk Domestik Bruto).
P
1
, P
2
,, P
n
=Harga satuan produk pada satuan Masing-masing sektor
ekonomi.
Q
1
, Q
2
,, Q
n
= Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor
ekonomi yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar
dapat menghindari adanya perhitungan ganda.
Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari
adanya perhitungan ganda.
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Universitas Sumatera Utara
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan besarnya total pendapatan atau
balas jasa setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis :
Y =Yw +Yr +Yi +Yp
Dimana :
Y =Pendapatan Nasional atau PDB
Yw =Pendapatan Upah/ gaji
Yr =Pendapatan Sewa
Yi =Pendapatan Bunga
Yp =Pendapatan Laba atau profit
3. Pendekatan Pengeluaran (Consumption Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang
dilakukan berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis :
Y =C +I +G +(X-M)
Dimana :
Y = PDB (Produk Domestik Bruto)
C =Pengeluaran Rumah Tangga Konsumen Untuk Konsumsi
I =Pengeluaran Rumah Tangga Perusahaan Untuk Investasi
G =Pengeluaran Rumah Tangga Pemerintah
(X-M) =Ekspor Netto atau Perusahaan Rumah Luar Negeri
Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk
menghindari adanya perhitungan ganda.



Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi
Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari
setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi
baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modul atau
sumber daya manusia. Akumulasi modal terjdi apabila sebagian
dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan
tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.
2. Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan memperbanyak
jumlah angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun setelah pertumbuhan
penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor
yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang
lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif,
sedangkan pertumnuhan penduduk yang lebih besar berarti
meningkatkan ukuran pasar domestik.
3. Kemajuan teknologi yang terjadi karena ditemukannya cara baru
atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-
pekerjaan tradisional. Dalam hal ini dikenal ada tiga klasifikasi
kemajuan teknologi, yaitu :
Kemajuan teknologi yang bersifat netral.
Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja.
Kemajuan teknologi yang hemat modal.

Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Ekonomi Klasik
Dalam teori pertumbuhan klasik terdapat kekurangan penduduk, produksi
merjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Maka pertambahan
penduduk akan menaikkan pendaptan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk
sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan
mempengaruhi fungsi produksi marginal akan mengalami penurunan. Oleh
karenanya pendapatan nasional dan pendaptan per kapita menjadi semakin lambat
pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu
jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan
per kapita.
Pendapatan per kapita
Y
1
M Y
*
PK

Y
0
Y
PK

N
0
N
1
Jumlah Penduduk

Gambar 2.2. Jumlah Penduduk Optimal
Pada gambar di atas kurva Y
PK
menunjukkan tingkat pendapatan per kapita
pada berbagai jumlah penduduk penduduk, dan M adalah puncak kurva tersebut.
Maka penduduk optimal adalah jumlah penduduk sebanyak N
0
, dan pendapatan
per kapita yang paling maksimum adalah Y
0
. Kurva Y
PK
akan terus-menerus
bergerak ke atas (misalnya menjadi Y
*
PK
). Perubahan seperti ini menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
dua hal berikut : 1. Penduduk optimum akan bergeser dari N
0
ke kanan (misalnya
menjadi N
1
) dan 2. Pada penduduk optimum N
1
pendapatan per kapita lebih tinggi
dari Y
0
(yaitu menjadi Y
1
).
b. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan berdasarkan teori-teori
klasik sebelumnya yang telah disempurnakannya. Adapun beberapa asumsi
penting dalam memahami model Solow (Rahardja. 2001) :
1. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan
teknologi).
2. Tingkat depresiasi dianggap konstan.
3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang
modal.
4. Tidak ada sektor pemerintah.
5. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) dianggap konstan.
6. Dalam mempermudah analisis, dapat ditambahkan asumsi bahwa
seluruh penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk sama dengan
jumlah tenaga kerja.
c. Teori Pertumbuhan Endogenus (Endogenous Growth Theory)
Teori yang dikembakna oleh Roemr (1986) ini merupakan perkembangan
mutakhir teori pertumbuhan Klasik-Neo Klasik (Rahardja. 2001). Dalam teori ini
disebut bahwa teknologi bersifat endogenus. Hal ini karena teknologi dianggap
sebagai faktor produksi tetap (fixed input) sehingga mengakibatkan terjadinya The
Law of Diminishing Return. Dalam jangka panjang yang lebih serius dari
memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen dan konstan adalah
Universitas Sumatera Utara
perekonomian yang lebih dulu maju akan terkejar oleh perekonomian yang lebih
terbelakang dengan asumsi bahwa tingkat pertambahan penduduk, tingkat
tabungan dan akses terhadap teknologi adalah sama.
Teknologi merupakan barang publik. Artinya teknologi dapat dimiliki dan
dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat walaupun bukan si penemu teknologi
tersebut dan tanpa mengeluarkan biaya riset atau penelitian. Sehingga dalam hal
ini teknologi disebut sebagai faktor endogen.
d. Teori Schumpeter
Menurut Schumpeter bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh
kemampuan entrepreneurship. Schumpeter berpendapat bahwa kalangan
pengusaha yang memiliki kemampuan dan keberanian dalam menciptakan dan
mengaplikasikan inovasi-inovasi baru baik dalam masalah produksi, penyusunan
teknik tahap produksi maupun sistem manajemennya.
Schumpeter berpandangan kemajuan perekonomian disebabkan
diberkannya kebebasan untuk para entrepreneur (Rahardja. 2001). Namun,
kebebasan ini dapat menimbulkan monopoli pasar yang nantinya akan
memunculkan masalah non ekonomi sehingga akan dapat menghancurkan sisstem
kapitalis tersebut.
e. Teori Harrod-Domar
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural. Selain
kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi
karena pendidikan dan latihan. Model ini dapat menentukan berapa besarnya
tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural
dikalikan dengan nisbah kapital-output.
f. Teori Pertumbuhan Rostow
Menurut W.W Rostow pembangunan ekonomi atau transformasi suatu
masyarakat tradisional menjadi modern merupakan proses yang berdimensi
banyak. Analisis Rostow ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan
ekonomi akan tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental
bukan saja dalam corak kegiatan ekonomi tetapi juga dalam kehidupan politik dan
hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara. Dalam bukunya The Stage
of Economic (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses
pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya ke dalam
lima tahap, yaitu :
1. Tahap masyarakat tradisional (The traditional Society),
2. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (The Precenditional
Society),
3. Tahap tinggal landas (The take Off),
4. Tahap gerak menuju kematangan (The Drive to Martirity),
5. Tahap era konsumsi tinggi massa (The Age of High Mass
consumption).
g. Teori Pertumbuhan Kuznet
Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuan jangka
panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat
kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan teknologi,
institusional dan ideologis yang diperlukannya. Dalam analisisnya, Kuznet
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan enam ciri petumbuhan ekonomi modern yang di manifestasikan
dalam proses pertumbuhan oleh semua negara yang telah maju (suryana, 2000),
yaitu :
a. Dua variabel ekonomi agregatif
1. Tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan
penduduk
2. Tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi
secara keseluruhan, terutama produktivitas tenaga kerja.
b. Dua variabel transformasi struktural
3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.
4. Tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.

c. Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi
internasional
5. Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk
menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan
bahan baku.
6. Pertumbuhan ekonomi ini hanya sebatas pada sepertiga
populasi dunia.
h. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern
Dalam literatur-literatur konvensional, demokrasi dianggap sebagai barang
mewah. Tuntutan akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan per
kapita. Hipotesis yang berkaitan dengan ini adalah hipotesis pilihan yang tidak
menyenangkan (cruel choice) antara dua demokrasi dan disiplin. Karena
Universitas Sumatera Utara
demokrasi pada tahap awal pembangunan tidak terlalu bersahabat dengan
pertumbuhan ekonomi yang cepat, maka yang dibutuhkan oleh suatu negara
adalah disiplin. Teori Konvensional yang lain adalah hipotesis tetesan ke bawah
(trickle down) yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat akan
member sumbangan pada pembangunan manusia. J ika pembangunan meningkat,
maka masyarakat dapat membelanjakan lebih banyak untuk pembangunan
manusia. Berdasarkan kedua hipotesa tersebut, hubungan antara pembangunan
manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan satu garis linear satu
arah, dimana pertumbuhan ekonomi menjadi penggeraknya. Namun bukti-bukti
mengenai kebenaran hipotesa cruel choice dan trickle down tidak terlalu
meyakinkan. J ika digambar kedalam suatu diagram, bentuk hubungan ini seperti
pada gambar 2.3.










Gambar 2.3. Hubungan antara Pembangunan Manusia, Demokrasi dan
Pertumbuhan Ekonomi
Model pertumbuhan endogenus (dari dalam) memberikan suatu kerangka
alternative untuk mempelajari hubungan antara pembangunan manusia, demokrasi
dan pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa perbaikan dalam tingkat
Pertumbuhan Ekonomi
Demokrasi Pembagunan Manusia
Universitas Sumatera Utara
kematian bayi, dan pencapaian pendidikan dasar akan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada gilirannya akan
secara substansial meningkatkan peluang bahwa dari waktu ke waktu lembaga-
lembaga politik akan menjadi lebih demokratis. Studi lintas negara yang
dilakukan oleh Barro menemukan adanya hubungan kausal antara kematian bayi
dan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi yang juga mengikuti teori moal
manusia atau human capital theory. Dengan membangun hubungan tersebut,
Barro secara efektif menolak hipotesa trickle down yang menyatakan bahwa
pembangunan manusia yang tinggi hanya dapat dicapai melalui pertumbuhan
ekonomi. Walaupun demikian, dalam kerangka ini, demokrasi masih dianggap
sebagai barang mewah, dengan implikasi bahwa negara-negara miskin tinggi dapt
(atau mungkin seharusnya tidak) berdemokrasi. Kerangka Barro digambarkan
dalam gambar 2.4.










Gambar 2.4. Kerangka Barro
Bhalla memperkenalkan perspektif lain dalam perdebatan ini. Ia
menemukan adanya pengaruh positif dari demokrasi cendrung untuk melindungi
hak milik dan kontrak yang penting artinya bagi berfungsinya ekonomi pasar
Pembangunan Manusia
Demokrasi Pertumbuhan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
dengan baik, yang memerlukan dukungan dari sektor swasta. Walaupun Bhalla
tidak secara langsung meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan
pembangunan manusia, dengan membalik hubungan kausalitasnya, temuannya
secara tidak langsung membawa pada pendekatan trickle down terhadap
pembangunan.








Gambar 2.5. Pendekatan Trickle Down terhadap Pembangunan
Laporan pembangunan manusia untuk Indonesia ini menunjukan argument
bahwa pembangunan manusia merupakan unsur terpenting bagi konolidasi
demokrasi. Fakta-fakta dan argument-argument yang dijabarkan dalam tinjauan
teoritis ini memungkinkan kita untuk melengkapi hubungan antara pembangunan
manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi, dimana ketiga variabel
berinteraksi satu sama lainnya untuk menghasilkan segitiga kebaikan (virtous
triangle).



Demokrasi
Pembangunan Manusia Pertumbuhan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara














Gambar 2.6. Virtous Triangle
Dalam segitiga kebaikan ini, pembangunan manusia secara positif
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui demokrasi. Efek langsung dari pembangunan manusia terhadap
pembangunan mengikuti teori modal manusia dan model pertumbuhan
endogenous yang banyak ditemukan dalam berbagai literatur empiris. Penelitian
Bank Dunia dan Bank Pembagunan Asia menemukan bahwa melek huruf yang
tinggi, angka kematian bayi yang rendah, ketidakmerataan dan kemiskinan yang
rendah memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang cepat di
Asia Timur dan Tenggara.
2.4 Pengeluaran Pemerintah
Dalam kebijakan fiscal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu
anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam pengertian
umum, anggaran brimbang adalah suaatu kondisi dimana penerimaan sama
dengan pengeluaran (G =T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari
Pembagunan Manusia
Demokrasi Pertumbuhan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
penerimaan (G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana
komposisi pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan (G >T).
Anggaran surplus digunkan jika pemerintah ingin mengatasi masalah
inflasi sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi
masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk
mengurangangi angka pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Sampai dengan tahun 2004,
rincian belanja pemerintah pusat masih terdiri dari : 1. Pengeluaran rutin dan 2.
Pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2005 mulai diterapkan penyatuan
anggaran (unified budgeti) antara pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan.
2.4.1 Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan
dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang,
pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui
pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga
kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan
asset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga,
perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga
stabilitas perekonomian (Djunasien dan Hidayat,1989).
Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan
yang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan
stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah,
penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat
Universitas Sumatera Utara
sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai
yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu,
lonjokan pengeluaran pemerintah yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang
luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara
pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian.
2.4.2 Pengeluaran Pembagunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang bersifat modal
masyarakat dalam bentuk pembangunan fisik dan non fisik. Dibedakan atas
pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditunjukan untuk
membiayai program-program pembangunan sehingga anggarannya selalu
disesuaikan dengan dana yang berhasil imobilisasi. Dana ini kemudian
dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah
direncanakan.
Dalam teori ekonomi makro, ada tiga pos utama pada sisi pengeluaran,
yaitu :
1. Pegeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.
3. Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran transfer (transfer
payment).
Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap
ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang sehat, melalui upaya mngurangi upaya
menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan
rupiah dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan penjaman
Universitas Sumatera Utara
program. Pegelolaan dana tersebut akan dialokasikan kepada departemen dan
lembaga pemerintah non departemen di tingkat pusat termasuk Departemen
Hankam, dan pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam dana
pembangunan yang dikelola oleh instansi pusat, dan dana pembangunan yang
dikelola daerah (Djamin, 1993).
Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan
dengan kemampuan dana dalam negeri, maka pembiayaan proyek masih tetap
dibutuhkan. Pada tahun 1994-2004 pembiayaan pembangunan dengan dana yang
bersumber dari luar negeri diupayakan untuk secara bertahap dikurangi. Untuk itu,
pembiayaan proyek harus dimanfaatkan secara lebih optimal terutama bagi
kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih optimal terutama
bagi kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih transparan,
efektif, dan efisien. Dengan demikian pemilihan proyek-proyek yang pembiayaan
bersumber dari pinjaman luar negeri harus dilakukan berdasarkan prioritas
sehingga dapat mendukung penciptaan sasaran.
Perubahan dalam pengeluaran pemertintah dan pajak akan mempengaruhi
tingkat pendapatan. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa kebijakan fiskal
dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian. J ika perekonomian berada
dalam keadaan resesi, pajak harus dikurangi atau pengeluaran ditingkatkan untuk
menaikkan output. J ika sedang berada dalam masa makmur (booming) pajak
seharusnya dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi.
Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat
dibedakan menjadi (Suparmoko, 1996) :
Universitas Sumatera Utara
1. Pengeluaran itu merupakan investasi untuk menambah kekuatan
dan ketahanan ekonomi di masa-masa mendatang.
2. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan
kegembiraan bagi masyarakat.
3. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.
4. Penyediaan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga
beli yang lebih luas.
Berdasarkan penilaian ini, pengeluaran negara dapat dibedakan atas :
Pengeluaran yang self liquiditing sebagian dan seluruhnya, artinya
pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari
masyarakat yang menerima jasa atau barang-barang yang
bersangkutan. Misalnya pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan
negara, atau untuk proyek-proyek barang produktif ekspor.
Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-
keuntungan ekonomis bagi masyarakat, yang dengan naiknya
tingkat penghasilan dan sasaran pajak yang lain yang akhirnya
akan menaikkan penerimaan pemerintah. Misalnya pengeluaran
untuk bidang pengairan, pertanian, pendidikan, kesehatan
masyarakat (public health).
Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak
produktif, yaitu pengeluaran yang langsung menambah
kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya untuk
bidang-bidang rekreasi, pendirian monument, objek-objek wisata
Universitas Sumatera Utara
dan sebagainya. Dan hal ini dapat juga mengakibatkan naiknya
penghasilan nasional dalam arti jasa-jasa tadi.
Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan
pemborosan. Misalnya untuk pembiayaan pertahanan perang
meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan yang
menerimanya akan naik.
Pengeluaran yang merupakan penghematan dimasa yang akan
datang. Misalnya pengeluaran untuk anak yatim piatu, kalau hal ini
tidak dijalankan sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi
mereka dimasa mendatang pada usia yang lebih lanjut pasti akan
lebih besar.
2.4.3 Teori Pengeluaran Pemerintah
Teori- teori pengeluaran pemerintah dibedakan atas dua yaitu : teori makro
dan teori mikro ( Mangkusubroto, 2001).
1) Teori Makro
Teori makro perkembangan pengeluaran pemerintah dikemukakan oleh
para ahli ekonomi dan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan :
a. Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran
pemerintah
Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang
menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap
pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan
tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi
pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus
Universitas Sumatera Utara
menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana
transportasi,dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi,
investasi pemrintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah
semakin besar.
Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan
swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga
menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa pubik dalam jumlah
yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini
perkembangan ekonomi memyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang
semakin rumit (complicated). Misalnya pertumbuhan ekonomi yang disebabkan
oleh perkembangan sektor industry menimbulkan semakin tingginya tingkat
pencemaran udara dan air, dan pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan
mengurangi akibat negative dari polusi terhadap masyarakat. Pemerintah juga
harus melindungi buruh yang berada dalam posisi yang lemah agar dapat
menigkatkan kesejahteraan mereka.
Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi
swasta dalam persentase terhadap GNP semakin besar dan investasi pemerintah
dalam persentase terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi yang
lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas
pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk
aktivitas sosial seperti halnya, program kesejahteraan hari tua, program pelayanan
kesehatan masyarakat dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oelh
Musgrave dan Rostow adalah suatu pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan
berdasarkan pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara, tetapi tidak
didasarkan oleh suatu teori tertentu.
b. Teori Wagner
Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang
semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian
apabila pendapatan per kapita meningkat, secara relative pengeluaran pemerintah
pun akan meningkat. Terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur
hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi,
kebudayaan dan sebagainya (mangkoesoebroto, 2001). Hukum tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut :
> > > >
Keteragan :
PkPP =Pengeluaran Pemerintah Per Kapita
PPk =Pendapatan Nasional Per Kapita
1,2n =Indeks Waktu (tahun)
Wagner mendasarkan pandangan nya pada suatu teori yang disebut
organic theory of state yaitu teori yang menganggap pemerintah sebagai individu
yang bebas bertindak, terlepas dari masyarakat lain. Menurut Wagner ada lima hal
yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu : tuntutan
peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan
masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan
Universitas Sumatera Utara
demografi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan
pemerintah (Dumairy, 1997).
Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industri-
industri dan hubungan industry dengan masyarakat akan rumit dan kompleks
sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negative menjadi semakin
besar. Namun hukum wagner terdapat kelemahan yaitu tidak didasarkan pada
suatu teori pemilihan barang-barang publik. Hukum Wagner ini ditunjukan dalam
gambar 2.3 dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk
eksponensial yang ditujukan oleh kurva 1 dibawah ini :
Pengeluaran Pemerintah/GDP
Kurva 1

Kurva 2

Waktu


Gambar 2.7. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut
Wagner

c. Teori Peacock dan Wiseman
Teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah selalu
berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan dari
pajak, padahal masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar.
Peacock dan Wiseman menyatakan sebagai berikut : masyarakat mempunyai
Universitas Sumatera Utara
suatu tingkat toleransi pajak yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat
memahami besarnnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.
Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin
meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan
pajak yang menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Jadi
dalam keadaan normal kenaikan pendapatan nasional meningkatkan penerimaan
dan pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal terganggu misalnya
disebabkan oleh perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus
memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi masalah itu. Karena itu
penerimaan pemerintah dari pajak juga mengalami peningkatan, dan pemerintah
meningkatkan penerimaanya dengan cara menaikkan tariff pajak sehingga dana
swasta untuk ivestasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek
penglihatan (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial yang
menyebabkan aktivitas swasta dialaihkan pada aktivitas pemerintah. Selain tiu,
banyak aktivitas pemerintah yang beru kelihatan setelah terjadinya perang yang
disebut dengan efek inspeksi (inspection effect). Adanya gangguan sosial juga
akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ketangan pemerintah sebgaian
kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh swasta. Ini dinamakan efek konsentrasi
(consentrastion effect).








Universitas Sumatera Utara
Pengeluaran pemerintah/GDP
Wagner,Solow
Musgrave


Peacock dan Wiseman





Tahun







Gambar 2.8. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Satu hal dalamteori peacock dan wiseman adalah bahwa mereka
mengemukakan bahwa adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan
tetapi mereka tidak menyatakan pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut.
2) Teori Mikro
Tujuan dari ekonomi mikro mengenai perkembangan pengeluaran
pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk
barang public menentukan jumlah barang public yang akan disediakan tersebut
selanjutnya kan menimbulkan permintaan akan barang lain. Sebagai contoh,
misalnya pemerintah menetapkan akan membuat sebuah pelabuhan udara baru.
Pelaksanaan pembuatan pelabuhan udara tersebut menimbulkan permintaan akan
barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta, seperti semen, baja, alat-alat
pengangkutan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Alex Febrianto M. (2009), dalam
skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah
Penduduk Miskin di Indonesia bahwa variabel yang terikat dalam penelitian ini
adalah jumlah penduduk miskin sedangkan variabel bebasnya terdiri dari
pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan inflasi.
Hasil dari regresi yang ditunjukkan dalam penelitiannya menunjukkan
hubungan dari variabel-variabel antara pertumbuhan ekonomi dengan jumlah
penduduk miskin adalah negatif sedangkan pada sisi yang lain menunjukkan
bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi dengan penduduk miskin adalah
positif. Artinya untuk mengurangin jumlah penduduk miskin pemerintah harus
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pada sisi lain pengangguran dan inflasi
harus dikurangi.
Penelitian yang dilakukan oleh Corel Asion (2009) dalam skripsinya yang
berjudul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing dan
Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara bahwa variabel
yang terikat dalam penelitian merupakan pertumbuhan ekonomi atau PDRB dan
variabel bebasnya terdiri dari pengeluaran pemerintah, penanaman modal asing
dan tenaga kerja.
Hasil dari regresi penelitiannya dengan menggunakan program eviews
maka dapat diketahui bahwa pengeluaran pemerintah penanaman modal asing
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi sumatera
utara, sedangkan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh M. Ilham Irawan (2009) dalam skripsinya
yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di Indonesia bahwa variabel yang terikat dalam penelitian ini
adalah indeks pembangunan manusia, sedangkan variabel bebasnya terdiri dari
pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDB, anggaran pengeluaran pemerintah,
penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri.
Hasil dari penelitian ini adalah tiga dari empat variabel memberikan
pengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia, yaitu PDB,
anggaran pengeluaran pemerintah, penanaman modal asing, dan variabel lainnya
yaitu penanaman modal dalam negeri tidak segnifikan tetapi memberikan
pengaruh yang positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

2.6 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan perumusan masalah, metode penelitian dan tujuan penelitian
maka dapat dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :
















Jumlah Penduduk
Miskin (X
1
)
Pengeluaran Pemerintah
(X
3
)
Pertumbuhan Ekonomi
(X
2
)
Indeks Pembangunan
Manusia (Y)
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai