Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya
BAB I PENDAHULUAN
Pancasila adalah Dasar Negara dan Dasar Filsafat (Philosophie Grondslag) Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Hal ini bersamaan pula disahkannya UUD 1945, yang terdiri dari Pembukaan/Preambule/Mukadimah yang didalamnya terdapat 4 alinea (Pancasila masuk dalam alinea ke-4), Batang Tubuh yang terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal dan 2 Pasal Aturan Tambahan dan 2 Ayat Aturan Peralihan yang diundangkan dalam Berita Negara RI Tahun II No. 7, diangkatnya Soekarno sebagai Presiden, Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden dan KNIP yang tugasnya sejajar dengan MPR. Pelaksanaan Pancasila pada zaman Orde Baru yang berdasarkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978, yakni P-4 (Pedoman Pengamalan dan Penghayatan Pancasila) populer dengan istilah Eka Prsasetya Pancakarsa yang dimandatkan kepada presiden (Mandataris MPR) untuk membudayakan P-4 melalui penataran kepada seluruh lapisan masyarakat. Namun pada era reformasi (pasca jatuhnya Soeharto), MPR melalui sidang umumnya, diantaranya menghasilkan ketetapan No: XVIII/MPR/1998 yang isinya mencabut Tap MPR No: .II/MPR/1978 tentang P-4 dan sekaligus pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Or-Sos-Pol dan Or-Mas di Indonesia. Beberapa alasan Sidang Umum MPR mencabut Tap MPR No. II/MPR/1978: - Adanya indoktrinasi dari penguasa (Orde Baru) - Melanggengkan kekuasaan, Orde Barulah yang akan menyejahterakan rakyat. - Menunjukkan penyimpangan dan kelemahan-kelemahan Orde Lama, antara lain: 2 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya * Pemampatan Pancasila menjadi Trisila (Nasakom: Nasional-Agama-Komunis). * Pengangkatan presiden seumur hidup, yang berarti menyalahi Undang-Undang sebab masa jabatan presiden hanya 5 tahun. * Ketidaktegasan Soekarno menindak G30S (PKI), sehingga menimbulkan demonstrasi mahasiswa KAPI/KAMMI menuntut TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat, yakni: Retool kabinet, Turunkan harga dan Bubarkan PKI). Presiden Soekarno lalu memberikan mandat kepada Letkol Soeharto untuk memulihkan keadaan, maka lahirlah SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret) yang masih menjadi misteri, baik proses terjadinya maupun keberadaannya, apalagi orang-orang yang terlibat langsung dalam peristiwa ini sebagai saksi sejarah sudah meninggal semua * Hasil penatran P-4 tidak pernah diukur keberhasilaanya. * Penataran P-4 dianggap tidak berhasil, karena kenyataanya masih banyak penyimpangan dan penyelewengan di berbagai bidang pemerintahan. * P-4 dianggap anti demokrasi dengan asas tunggalnya, serta mengingkari keberagaman ( pluralisme, ideologi, budaya dan agama. Dari manipulasi dan penyelewengan Pancasila oleh Pemerintahan Orde Baru itulah lalu menimbulkan keraguan dan ketidakyakinan masyarakat terhadap Pancasila, baik sebagai dasar filsafat atau dasar negara maupun sebagai pandangan hidup bangsa (way of life), bahkan ada interpretasi (anggapan) Pancasila adalah label (simbol) politik Orde Baru. Untuk menghilangkan stigma tentang Pancasila maka Pemerintah Era Reformasi melalui Depdiknas mengadakan perubahan materi ajar dengan paradigma baru, yakni SK Dirjen Dikti No. 38/Dikti/Kep/2002, yang isinya bahwa Pancasila masuk dalam kelompok 3 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), selain Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. A. Landasan Pendidikan Pancasila a. Landasan Historis Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang panjang, dari sejak jaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah Bangsa Portugis, Belanda dan Jepang. Dari proses sejarah yang panjang itulah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya yang berupa ciri khas, karakter jiwa bangsa (volgeist) yang membedakan dengan yang lain, yang oleh para Pendiri Bangsa (Founding Fathers) dirumuskan dalam suatu konsep yang kemudian diberi nama Pancasila. Rumusan Pancasila merupakan manifestasi adanya kesadaran kebangsaan dari Bangsa Indonesia untuk merdeka dan membentuk sebuah Negara yang lepas dari intervensi negara lain. Secara objektif historis (fakta sejarah) nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka, sehingga dengan kata lain Pancasila sebagai kristalisasi nilai bangsa. Ditinjau dari segi asal mula terjadinya Pancasila, maka nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan bangsa Indonesia merupakan objek materialis (sebab materi/bahan) dari Pancasila. b. Landasan Kultural Setiap bangsa selalu mempunyai pandanga hidup (way of life) sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Pandangan hidup antara bangsa satu dengan yang lain berbeda, karena dilatarbelakangi oleh dasar negara dan ideologi yang berbeda pula, misal ada yang beridelogi Liberalis, Komunis, Theokrasi, Sosialis. Negara Indonesia juga 4 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya mempunyai pandangan hidup dan ideologi yakni Pancasila yang merupakan menifestasi nilai-nilai budaya bangsa, antara lain nilai religius (Ketuhanan) cinta terhadap sesama (kemanusiaan), toleransi, dan gotong royong. c. Landasan Yuridis Landasan yuridis perkulihaan Pendidikan Pancasila di Pendidikan Tinggi tertuang dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 yang isinya menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikian wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama. Demikian juga berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional RI No. 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pada pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa kelompok mata kuliah Kewarga negaraan, Pancasila dan Agama wajib diberikan dalam kurikulum setiap Program Studi. Sebagai realisasi dari SK tersebut maka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) mengeluarkan SK No. 38/DIK/Kep/2002 yang isinya memuat tentang rambu- rambu pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Pada pasal 3 dijelaskan bahwa kelompok MPK bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemam puan berpikir, bersikap rasional, dinamis serta berpandangan luas sebagai insan intelektual. Sedangkan tujuan pengajaran Pendidikan Pancasila di PerguruanTinggi adalah: * Bertaqwa kepada Tuhan YME * Mampu mengambil sikap yang bertanggung jawab berdasarkan hati nurani. * Untuk mengembangkan wawasan dan rasa kebangsaan, sehingga menumbuhkan rasa nasionalisme, heroik dan patriotik mahasiswa. * Mampu mengkritisi, menyikapi dan menyiasati problem-problem kehidupan yang 5 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya ada dan mencari solusi yang tepat dan meyejukkan. d. Landasan Filosofis Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia sudah menjadi keharusan moral (imperatif kategoris) untuk selalu konsisten merealisasikan dalam segala aspek kehidupan, baik sosial, berbangsa maupun bernegara. Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara pada tanggal 18 Agustus 1945, sudah menghayati nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidupnya, antara lain nilai keTuhanan, musyawarah, serta kebersamaan. Selain itu syarat mutlak terbentuknya sebuah negara adalah adanya persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat (unsur pokok negara), sehingga secara filsafati, negara adalah berkesatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya, rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, rakyat merupakan asal mula adanya kekuasaan negara yang aplikasinya berupa kedaulatan rakyat. Atas dasar pengertian filosofis tersebut, maka dalam hidup bernegara nilai-nilai Pancasila merupakan landasan filosofis negara. Sebagai konsekuensinya dalam segala aspek kehidupan penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila, sehingga Pancasila sebagai sumber hukum (Grund Norm/Hukum Dasar) dalam sistem perundang-undangan di Negara Indonesia. B. Pengertian Pancasila 1. Pengertian secara Etimologis Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (India) dari kata Panca dan Syila yang menurut Moh.Yamin berarti: Panca artinya lima, sedang Syila atau Shyiila yang artinya sendi, alas batu, dasar atau peraturan tingkah laku yang baik. Pancasyila 6 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya dalam ajaran Budha merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang berisi lima larangan atau pantangan: - Panatipada veramani sikhapadam samadiyani artinya jangan mencabut nyawa makhluk hidup - Dinna dana veramani shikapadam samadiyani artinya janganlah mengambil barang yang tidak diberikan, maksudnya jangan mencuri - Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani artinya janganlah berhubungan kelamin, maksudnya dilarang berzinah - Musawada veramani shikapadam samadiyani artinya janganlah berkata palsu maksudnya dilarang berdusta - Sura meraya masjja pamada tikana veramani artinya janganlah meminum - minuman yang menghilangkan pikiran maksudnya dilarang minum-minuman keras (mabuk). Kata Pancasila juga ditemukan dalam keropak Negara Kertagama yang berupa Kakawin (Syair Pujian) karya Mpu Prapanca pada masa Keprabuan Majapahit di bawah kekuasaan raja Hayamwuruk dengan patihnya Gajah Mada. Sedangkan dalam budaya Jawa, Pancasila disamakan dengan arti: Anti Ma Lima , yakni Main (berjudi), Madat (Nyeret/Candu), Minum (Mabuk), Maling (Mencuri) dan Madon (Berzinah). 2. Pengertian Pancasila Secara Historis Rincian Rumusan Pancasila adalah sebagai berikut: a. Rumusan Moh. Yamin (29 Mei 1945) 7 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya Rumusan ini dikemukakan pada sidang BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 oleh Moh. Yamin berupa rumusan calon dasar negara yang berisikan lima dasar Negara Indonesia Merdeka, yakni : 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan. Setelah berpidato mengemukakan rumusan calon dasar Negara Indonesia Merdeka beliau juga mengusulkan secara tertulis mengenai rancangan UUD RI, dari rancangan UUD tersebut tercantum rumusan Lima Asas atau Dasar Negara, yang rumusannya: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia 3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusya- waratan /Perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesiaa b. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945) Berbeda dengan Moh. Yamin, beliau tidak mengemukakan rumusan calon dasar Negara, tetapi mengemukakan teori-teori Negara sebagai berikut: 1. Teori Negara Perorangan (Individualis) Teori ini diajarkan olehThomas Hobbes (abad 17), JJ Rousseau (abad 18), Hebert Spencer (abad 19) dan H.J Laski (abad 20). Menurut mereka, Negara adalah masyarakat 8 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya hukum (legal society) yang disusun atas kontrak (teorinya disebut Kontrak Sosial/Contract Social), yakni antara seluruh individu dengan pemerintah /penguasa. Faham ini banyak dianut oleh negara-negara di Eropa dan Amerika. Faham ini juga sering disebut faham Liberalis (Liberalisme). 2. Paham Negara kelas atau Teori golongan (Class Theory) Teori ini diajarkan oleh Karl Marx, Engels dan Lenin yang mengatakan bahwa negara adalah alat dari suatu golongan atau kelas (Borjuis) iuntuk menindas klas yang yang lain (Proletar). Negara kapitalis adalah alat kaum borjuis, maka ajaran Marxis menganjurkan agar kaum proletar (kaum yang tidak memiliki modal) untuk meraih kekuasaan dengan jalan ganti menindas kaum borjuis, class action maupun gerakan revolusi. Paham ini populer dengan istilah Komunis (Komunisme). 3. Paham Negara integralistik (Kesatuan) Paham ini diajarkan oleh Spinoza. Adam Muller dan Hegel (abad 18-19). Menurut paham ini negara bukan menjamin perseorangan atau golongan, tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu persatuan. Negara adalah susunan masyarakat integral, dengan segala golongan, bagian yang anggotanya saling berhubungan dan merupakan kesatuan organis. Negara memberi penghidupan bangsa seluruhnya, negara tidak memihak kepada salah satu golongan atau kelompok, yang terpenting bahwa negara akan menjaga dan menjaminkeselamatan hidup bangsa sebagai suatu persatuan (Sekretaris Negara, 1995:33). c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945) Dalam pidatonya, Ir. Soekarno mengajukan rumusan calon dasar Negara dengan lima asas yang diberi nama PANCASILA. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut : 9 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya 1. Nasionalisme atau Kebangsaan 2. Internationalisme atau Perikemanusiaan 3. Mufakat atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan d. Piagam Jakarta (22 Juni 1945) Pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan tokoh PPKI yang terkenal dengan istilah Panitia Sembilan mengadakan sidang dan berhasil menyusun naskah piagam yang dikenal dengan Piagam Jakarta. Adapun rumusan Pancasila yang tercantum dalam Piagam Jakarta adalah sebagai berikut: 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya 2. Kemanusiaan adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia e. Sidang PPKI (18 Agustus 1945) Rumusan Pancasila ini terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4, yakni : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 10 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun seiring dengan berjalannya waktu, dasar negara (Pancasila) setelah merdeka, mengalami perubahan rumusan. Adapun perubahan-perubahan rumusan Pancasila adalah sebagai berikut: a. Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) : Konstitusi RIS berlaku dari tanggal 29 Desember 1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950 yang rumusannya adalah sebagai berikut : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Peri Kemanusiaan 3. Kebangsaan 4. Kerakyatan 5. Keadilan sosial b. Dalam UUDS (Sementara) UUDS berlaku dari tanggal 17 Agustus 1950 sampai tanggal 5 Juli 1959, rumusannya masih seperti yang tercatum dalam Konstitusi RIS. c. Dalam Dekrit Presiden (5 Juli 1959) Karena Badan Konstituante tidak dapat menjalankan tugasnya (menyusun UUD yang baru) maka presiden melakukan dekrit, yang terkenal dengan Dekrit Presiden 59. Sedangkan pengertian Dekrit adalah suatu putusan dari Organ Tertinggi (Kepala Negara/Organ) yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bilamana negara dalam keadaan darurat/bahaya. Landasan hukum Dekrit adalah Hukum Darurat, yang dibedakan menjadi: 11 Pancasila Drs. Indri Djanarko Fakultas Ekonomi Univ. Narotama Surabaya a. Hukum Darurat Subjektif : suatu keadaan hukum yang memberi wewenang kepada Organ Tertinggi bila perlu untuk mengambil tindakan-tindakan hukum, dengan melanggar UU bahkan UUD sekalipun, misalnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dilakukan oleh Presiden Soekarno. b. Hukum Darurat Objektif: idem, namun tetap berlandaskan konstitusi yang berlaku. Contoh: dikeluarkannya SP 11 MARET 1966. Sedangkan isi lengkap Dekrit Presiden adalah: 1. Membubarkan Badan Konstituante, karena tidak mampu menyusun UUD baru 2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tak berlakunya UUDS 1950 3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dari bermacam-macam rumusan Pancasila tersebut di atas yang sah dan benar secara konstutusional adalah Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, alinea 4. Hal ini diperkuat dengan Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 dan Inpres No.12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan rumusan Pancasila yang sah adalah sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.