Anda di halaman 1dari 11

Putra_veterinary

Selasa, 18 Desember 2012



MEKANISME INFEKSI

Oleh
Putra Anugrah
1102101010016











FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2012



MEKANISME INFEKSI
Penyakit infeksi merupakan ancaman yang mengintai seluruh umat manusia di muka
bumi. Infeksi ditimbulkan oleh adanya agen infeksius yang menyerang sistem tubuh manusia,
baik secara langsung maupun melalui suatu agen perantara. Agen infeksius dapat berupa virus,
mikroba, bakteri, dan parasit. Agen infeksius yang menyerang manusia mempunyai tingkatan
tertentu, mulai dari agen yang dapat menimbulkan penyakit mematikan sampai pada agen yang
menimbulkan penyakit-penyakit ringan. Munculnya manifestasi penyakit pada seorang individu
dipengaruhi oleh penyebab yang multifaktor. Pada kasus-kasus infeksi, di samping pajanan yang
ditimbulkan oleh agen infeksius, proses munculnya manifestasi klinis juga dipengaruhi oleh
sistem pertahanan tubuh yang lemah. Adakalanya ketika sistem pertahanan tubuh (imunitas)
berfungsi secara maksimal, pajanan agen infeksius tidak sampai menimbulkan manifestasi klinis.
Sebaliknya, dengan melemahnya imunitas tubuh, pajanan ringan sekali pun akan menimbulkan
manifestasi klinis yang sangat mengganggu, terlebih jika terjadi serangan agen infeksius yang
ganas.
Hospes yang terpapar dan dihinggapi oleh agen infeksi dapat berkembang menjadi
penyakit klinis. Proses infeksi hingga dapat menimbulkan manifestasi klinis tidak dapat
dipisahkan dengan mekanisme sistem imunitas hospes. Dengan demikian, penyakit infeksi
biasanya merupakan akibat dari interaksi antara agen infeksi yang relatif sangat virulen (faktor
promotif infeksi) dengan hospes normal yang utuh, atau antara agen infeksi yang kurang virulen
dengan hospes pada beberapa tingkat gangguan, baik sementara ataupun permanen sehingga
melemahkan faktor-faktor inhibitor infeksi. Hal tersebut tentu sangat berkaitan dengan
mekanisme pertahanan hospes
a. Pengertian infeksi
Adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan
bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan
sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan
inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik,
gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut
peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik,
walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan
viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak
dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitik beratkan infeksi
dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.
Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar:
Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV, karena virus
tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.
Bakteri patogen mempunyai kemampuan memproduksii toksin yang berfungsi sebagai alat untuk
merusak sel inang dan memdapatkan nutrisi yang diperlukan dari sel inangnya. Secara umum
dapat dibedakan 2 macam berdasarkan proses pembentukan toksin oleh bakteri yaitu endotoksin
dan eksotoksin.
b. Agen infeksius
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalam menimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum,
satu mikroorganisme hidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia
tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain, sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan
untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh
suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.
Pertama, agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak
diri di dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen,
pH yang sesuai, suhu, dan lingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
Kedua, agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme
pertahanan hospes yang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga
agen tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes
jelas akan membantu terjadinya proses infeksi.

c. TAHAPAN INFEKSI
Kuman (bakteri, virus, protozoa maupun jamur) mempunyai mekanisme dalam
menyerang sel inangnya. Secara ringkas kuman tersebut bisa menginfeksi melalui 4 tahap yaitu:
- Adhesi (menempel)
- Kolonisasi (berbiak)
- Penetrasi (masuk ke tubuh)
- Invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil berbiak)

Sedangkan strategi mencegahnya dengan cara :
- Hindari terjadinya penempelan dengan cara membuat permukaan kulit dan selaput mukosa
dalam keadaaan mulus dan meningkatkan kekebalan permukaaan (IgA) melalui program
vaksinasi live melalui tetes mata, tetes hidung maupun tetes mulut. Disamping itu pemberian
vitamin seperti vitamin A D E maupun C yang banyak berperan pada proses regenerasi sel kulit
dan selaput lender dan juga berperan sebagai antioxidant dan peningkatan aktivitas sel Natural
kill dan sel macrofage.
- Kalau terjadi penempelan, maka yang harus ditingkatkan adalah aktivitas dan jumlah sel-sel
fagosit dengan cara pemberian zat-zat yang bersifat immune booster. Penetrasi dan invasi bisa
dicegah dengan cara meningkatkan antibodi (kekebalan humoral)di dalam darah melalui program
vaksinasi kill dan peningkatan jumlah dan aktivitas sel fagosit dan sel-sel limfosit.

d. Infeksi Awal
Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel tubuh (ekstraselular)
atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya (intraselular). Patogen intraselular lebih lanjut
dapat diklasifikasikan lebih lanjut:
patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus dan beberapa bakteri
patogen yang berkembang biak di dalam vesikel, seperti Mycobacteria.
Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi patogen, misalnya oleh
eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau sekresi endotoksin yang memicu sekresi
sitokina oleh makrofaga, dan mengakibatkan gejala-gejala lokal maupun sistemik.
e. Terpuruknya mekanisme sistem kekebalan
Pada tahapan umum sebuah infeksi, antigen selalu akan memicu sistem kekebalan turunan, dan
kemudian sistem kekebalan tiruan pada saat akut. Tetapi lintasan infeksi tidak selalu demikian,
sistem kekebalan dapat gagal memadamkan infeksi, karena terjadi fokus infeksi berupa:
subversi sistem kekebalan oleh patogen
kelainan bawaan yang disebabkan gen
tidak terkendalinya mekanisme sistem kekebalan
Perambatan perkembangan patogen bergantung pada kemampuan replikasi di dalam inangnya
dan kemudian menyebar ke dalam inang yang baru dengan proses infeksi. Untuk itu, patogen
diharuskan untuk berkembangbiak tanpa memicu sistem kekebalan, atau dengan kata lain,
patogen diharuskan untuk tidak menggerogoti inangnya terlalu cepat
f. Perlawanan patogen
Respon patogen dalam menghadapi sistem kekebalan juga berlainan. Selain dengan
berbagai cara untuk menghindar, beberapa patogen melakukan perlawanan. Staphylococci
aureus melepaskan dua macam toksin yaitu staphylococcal enterotoxin dan toxic shock
syndrome toxin-1 yang berperan sebagai superantigen. Superantigen adalah protein yang
mengikat sejumlah penyerap antigen dari sel T. Ikatan ini menyebabkan sel T mengalami
apoptosis dengan sangat cepat.
Organisme lain seperti Streptococcus pyogenes, dan Bacillus anthracis memiliki
mekanisme untuk membunuh langsung fagosit.
Banyak patogen melakukan perlawanan dalam rentang waktu infeksi akut. Hal
merupakan tekanan terhadap sistem kekebalan dan menyebabkan tubuh inang menjadi rentan
terhadap infeksi susulan oleh patogen jenis lain. Contoh-contoh penting meliputi trauma, luka
bakar dan operasi bedah besar. Pasien dengan luka bakar tidak dapat merespon infeksi, sehingga
infeksi ringan pun dapat menyebabkan kematian.
Infeksi virus measles juga merupakan salah satu contoh tekanan terhadap sistem
kekebalan. Banyak anak-anak yang menderitamalnutrisi menjadi korban, hingga meninggal
dunia, karena infeksi susulan pada saat sistem kekebalan tertekan oleh infeksi virusmeasles.
Infeksi susulan biasanya berupa bakteri penyebab pneumonia. Virus measles mempunyai fokus
infeksi pada sel dendritiksehingga memengaruhi kinerja sel T dan sel B dalam sistem kekebalan,
dan aktivasi makrofaga oleh sel T.
Kerentanan terhadap infeksi bakteri tergantung pada kondisi fisiologis dan imunologis
inang dan virulensi bakteri. Pertahanan inang terhadap infeksi bakteri adalah mekanisme
nonspesifik dan spesifik (antibodi). Mekanisme nonspesifik dilakukan oleh sel-sel neutrofil dan
makrofag. Perkembangan imunitas spesifik seperti respons antibodi memerlukan waktu beberapa
minggu. bakteri flora normal kulit dan permukaan mukosa juga memberi perlindungan terhadap
kolonisasi bakteri patogen.



Goresan Tinta Veteriner
Selasa, 25 Oktober 2011
MEKANISME INFEKSI
Mekanisme Infeksi
Prinsip Dasar :
Hubungan antara dua organisme yang berbeda ada berbagai bentuk diantaranya
apabila salah satu dari organisme sangat tergantung dengan kelangsungan hidup
organisme yang lain maka disebut sebagai parasitic. Bentuk hubungan parasitic
diantaranya adalah simbiosis, mutualistik bila kedua belah pihak saling diuntungkan.
Komensalis bila salah satu diuntungkan sedang yang lain tidak dirugikan. Bila salah
satu hanya bisa hidup dalam organisme lain dan berdampak merugikan bagi organisme
yang ditempati maka disebut sebagai obligat parasitic.
Hal ini berlaku juga pada hubungan vertebrata dengan mikroorganisme
khususnya bakteri. Bakteri seperti Escherichia coli non patogen dan lactobacillus
tertentu merupakan penghuni saluran usus halus yang hidup dari inang dan
menguntungkan inang karena membantu sintesa beberapa vitamin seperti vit K, vit B
2

yang dibutuhkan oleh inang. Beberapa bakteri dari golongan kokus seperti
Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit manusia yang
mendapatkan makanan dari inang (kulit manusia) tetapi tidak merugikan bagi manusia.
Banyak bakteri yang merupakan parasit obligat pada saluran usus manusia dan hewan
mamalia seperti Salmonella typhimurium, Escherichia coli strain patogen (ETEC, EPEC
EIEC) merupakan penyebab typhus dan diare. Bakteri- bakteri tersebut menetap di
lokasi tersebut untuk mendapatkan sumber makanan, sehingga mampu tumbuh dan
perkembang biak.
Bakteri mempunyai kemampuan untuk berkembang biak dan menyebar dari
inang ke inang yang lain dengan dua cara yaitu :
1. Secara horisontal pada satu spesies dengan cara kontak langsung antara individu
sehat dengan individu sakit, makanan yang tercemar, debu, sekreta penderita, melalui
gigitan nyamuk
2. Secara vertikal pada satu spesies : dari induk ke anak yang dikandung, melalui telur,
air susu. Contoh Salmonellosis pada ayam akan ditularkan melalui telurnya.
Interaksi antara mikroorganisme dengan inang sangat dipengaruhi oleh kemampuan
mikroorganisme masuk kedalam tubuh inang dan menyebabkan kerusakan pada
jaringan inang. Mikroorganisme khususnya bakteri mempunyai beberapa mekanisme
untuk dapat melakukannya yaitu dengan :
1. kemampuan menginfeksi inang
2. kemampuan melakukan invasi (penyebaran ke dalam jaringan
inang)
3. Kemampuan patogenitas ( kemampuan merusak jaringan inang
4. Toksinegenitas (kemampuan memproduksi toksin)
Infeksi
Mrpk kemampuan mikroorganisme masuk dan berkembang biak dalam tubuh
inang.
Bakteri mempunyai cara untuk dapat masuk tubuh inang dan bertahan dalam tubuh
inang setelah dapat melewati :
1. Menembus barrier tubuh inang bagian luar dan mampu masuk ke dalam sel inang,
2. Mampu bertahan dan berkembang biak di dalam sel inang
Toksin
Bakteri patogen mempunyai kemampuan memproduksi toksin yg berfungsi
sebagai alat utk merusak sel inang dan mendapatkan nutrisi yang diperlukan dari sel
inangnya. Secara umum dapat dibedakan 2 macam berdasarkan proses pembentukan
toksin oleh bakteri yaitu endotoksin dan eksotoksin
Perbedaan eksotoksin dan endotoksin
Eksotoksin Endotoksin
1. Diproduksi oleh sel bakteri hidup,
konsentrasinya tinggi dlm media cair
Diproduksi oleh sel bakteri yang telah
mati
2. Tersusun atas molekul polipeptida, Tersusun atas lipopolisakarida
kompleks, dimana gugus lemak mrpk
penentu tingkat toksisitasnya
3. Relatif tidak stabil pada
pemanasan; rusak pd >60
0
C, toksin
akan kehilangan daya toksisitasnya
Masih stabil pd 60
0
C selama 2 jam
tanpa mengubah daya toksisitasnya
4. Bersifat antigenik; mampu
menstimulasi membentukan antibodi.
Mampu merangsang pembentukan
antitoksin
Tidak bersifat antigenik, tidak mampu
menstimulasi pembentukan antitoksin.
Hanya mampu membentuk antibodi
terhadap gugus polisakaridanya
5. Bisa dibuat toksoid dgn.
Penambahan formalin, asam,
pemanasan dll.
Tidak dapat dibuat toksoid
6. Mempunyai sifat toksisitas tinggi,
fatal pd hewan coba pd dosis yg
sangat kecil
Dosis rendah sdh mampu
menimbulkan gejala
Lebih ringan, pd dosis tinggi fatal
Diperlukan dosis tinggi untuk dapat
menimbulkan gejala
7. Tidak menimbulkan demam pd
inang
Menimbulkan demam pd inang
Beberapa eksotoksin bakteri yang mampu menyebabkan kerusakan sel inang :
a. Diphteria : Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae yg mampu tumbuh
pd alat pernapasan bagian atas atau luka. C. diphteriae strain lisogenik akan
memproduksi toksin pd tempat tersebut kemudian toksin akan terserap sintesa protein
inang dan mengakibatkan nekrosis pd sel epitelium, otot jantung, ginjal dan jaringan
syaraf.
b. Tetanus : Clostridium tetani dapat mengkontaminasi luka, dimana spora akan
berkembang menjadi bentuk vegetatif dan memproduksi toksin yang mempunyai
kemampuan merusak sistem syaraf pusat inangnya. Toksin tetanus mampu
menyebabkan spasmus otot dari inang yang terinfeksi
c. Botulism : Clostridium botulinum merupakan bakteri anaerob yang akan berkembang
biak dalam makanan dalam kaleng kedap udara yg proses sterilisasinya tidak
sempurna. Bakteri ini memproduksi neurotoksin yang mempunyai 6 tipe antigenik.
Toksin akan terserap dalam usus dan masuk aliran darah menuju syaraf motoris yang
mengakibatkan gejala muntah, tidak bisa menelan, paralisis organ pernafasan dan
paralisis organ motoris lainnya.
d. Gas gangrene : Disebabkan oleh Clostridium perfringens, dan clostridium lainnya.
Gas gangrene merupakan gejala yang ditandai adanya infeksi, kerusakan jaringan yang
disertai adanya timbunan gas akibat eksotoksin dari Clostridium
e. Keracunan makanan akibat kontaminasi Staphylococcus yang menghasilkan
enterotoksin pada daging, susu sapi dan produk bakery. Enterotoksin tsb sangat stabil
pada pemanasan 100
0
C selama 2 menit. Gejala yang timbul : muntah-muntah setelah
makan makanan yg terkontaminasi.
f. Cholera : Vibrio cholera pada feses yang mengkontaminasi bahan makanan melalui
makanan ataupun minuman akan berkembang biak dan menghasilkan enterotoksin
yang mengakibatkan diare hebat
Toxin Shock Syndrome : (STTS-1) dihasilkan oleh Staphylococcus yang berasal dari
luka yang menimbulkan gejala demam tinggi, muntah, diare, bintik-2 kemerahan pada
kulit
Ensim-2 ekstraseluler
Beberapa bakteri mempunyai kemampuan memproduksi substansi yang secara tidak
langsung menyebabkan toksisitas tetapi berperan pada proses infeksi. Substansi
tersebut adalah ensim yang tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan nutrisi dari sel
inangnya. Ensim-ensim tersebut diantaranya :
1. Collagenase : Diproduksi oleh bakteri Clostridium perfringens merupak ensim
proteolitik yang mampu merusak jaringan kolagen.
2. Coagulase : Diproduksi oleh beberapa spesies Staphylococcus yang akan berikatan
dengan faktor dari serum; plasma coagulat, Ensim ini bekerja membentuk lapisan
fibrin di sekeliling lesi yang diakibatkan oleh infeksi Staphylococus
3. Hyaluronidase : merupakan ensim yang mampu menghidrolisis asam hyaluronid
yang berperan pd perlekatan jaringan penunjang dari inang. Akibat dari
hyalurondase, sel penunjang menjadi terpisah-pisah sehingga bakteri mampu
menyebar pada organ inangnya. Ensim ini diproduksi oleh bakteri :
Staphylococcus, clostridia, streptococcus, pneumococci
4. Streptokinase (fibrinolisin) : Ensim yang mampu mencairkan fibrin dari faktor
pembekuan inang, sehingga bakteri dapat leluasa menyebar dalam tubuh inang.
5. Hemolisin dan leukosidin : Ensim hemolisin adalah ensim yang diproduksi oleh
bakteri streptococcus yang mampu menghemolisis darah (eritrosit) dari inang.
Leukosidin : ensim yang mampu melisiskan sel leukosin inang.
6. Protease : Ensim yang diproduksi bakteri yang mampu menghidrolisis imunoglobulin
inang.
PERTAHANAN TUBUH NON SPESIFIK DARI INANG
Pertahanan tubuh non spesifik dari inang terdiri dari :
Barier fisik pada jalan masuk bakteri :
-Kulit
-Membran mukosa
-Fagositosis
Fungsi utama dari sel fagosit yang dimiliki inang meliputi : migrasi,
kemotaksis, ingesti, microbial killing.
Bakteri yang mampu masuk ke dalam sistem limfatik, paru, sumsum tulang, sistem
peredaran darah akan berhadapan dengan sel-sel fagosit , diantaranya adalah sel
lekosit polimorfonuklear, monosit fagositik (magrofag) dan magrofag-2 yang ada pd
setiap jaringan (sistem retikuloendotelial).
Proses fagositosis akan lebih efisien oleh adanya opsonin yang membungkus
permukaan bakteri yang akan mempermudah proses penelanan oleh sek fagosit.
Proses opsonisasi dapat terjadi dgn mekanisme :
1. Antibodi secara mandiri dapat berfungsi dan bereaksi sebagai opsonin
2.Antibodi-antigen mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik (classical
pathway).
3. Opsonin dpt mengaktifkan jalur alternatif pathway
Pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh spesifik terdiri dari pertahanan tubuh alami dan pertahanan
tubuh secara dapatan
Pertahanan tubuh alami (Natural immunity)
Merupakan system pertahanan tubuh yang secara alamiah sudah dimiliki oleh
individu atau spesies tersebut. Misalnya parvovirus pada anjing tidak bisa
menyerang manusia dan lain sebagainya. Pertahanan tubuh alami dipengaruhi
oleh :
1. Spesies.
2. Ras
3. Resistensi individu
4. Umur
5 Hormonal dan pengaruh metabolisme
Pertahanan tubuh dapatan
Pertahanan tubuh dapatan secara pasif.
Pertahanan tubuh dapatan pasif merupakan pertahanan tubuh yang tidak secara
aktif terbentuk akibat respon imn inang tetapi akibat adanya tindakan dari luar
seperti :
Antibodi yang diberikan oleh induk ke fetus atau bayi selama proses
menyusui
Penyuntikan antiserum (serum yang mengandung antibodi spesifik)
Pertahanan tubuh aktif
Merupakan pertahanan tubuh yang terbentuk akibat adanya rangsangan
dari luar,, misalnya akibat vaksinasi, terinfeksi suatu penyakit. Antigen
yang masuk ke dalam tubuh inang yang sehat akan mengakibatkan tubuh
memnerikan respon dengan membentuk antibodi spesifik terhadap
antigen tersebut
Humoral immunity
Humoral immunity atau pertahanan tubuh humoral merupakan pertahanan
tubuh yang terbentuk akibat respon imun yang memicu terbentuknya
antibodi
Cellullar Immunity :
Merupakan imunitas yang diaktifkan oleh sel limfosit B dan T

Anda mungkin juga menyukai