Anda di halaman 1dari 6

MAY 16, 2012

Pembajakan Perangkat Lunak (Jenis & Sanksi Hukum)


Bussines Software Alliance (BSA) menempatkan Indonesia dengan tingkat pembajakan mencapai 86% di tahun 2011
lalu. Tingginya tingkat pembajakan di Indonesia, membuat Indonesia masih menjadi Priority Watch List oleh Amerika
Serikat. Ini akan berdampak pada investasi antar kedua belah negara. (sumber : inet.detik.com)

Berita diatas tentang tingkat pembajakan (software, musik, film dan lain sebagainya) di Indonesia saat ini. Besarnya
tingkat pembajakan itu dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain masih lemahnya pengawasan dan ketegasan
hukum yang berlaku terhadap para pelaku pembajakan tersebut. Intinya hukum yang berlaku sudah bagus tapi
pelaksanaannya yang tidak mulus hehe.

Disini warcoff ingin membahas tentang pembajakan perangkat lunak komputer alias software. Dimana prilaku
pembajakan software/program komputer sebagai tindakan melanggar hukum yang di kategorikan sebagai
pelanggaran hak cipta sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Perlu
diketahui jika Hak cipta khusus program komputer hanya memberikan hak bagi pemegang hak cipta atas program
komputer sejenisnya untuk melarang pihak lain meniru, menjiplak ekspresi dari instruksi atas program yang dapat
diaplikasikan dalam perangkat komputer tersebut.

Untuk lebih jelas berikut kategori ciptaan yang dilindungi menurut Pasal 12 UU Hak Cipta meliputi :
Buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan,dan semua hasil karya tulis lain;
Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan
seni terapan;
Arsitektur;
peta;
Seni batik;
Fotografi;
Sinematografi;
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai,database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Untuk jenis pembajakan perangkat lunak atau pembajakan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak
ilegal dan berbagai jenis pembajakan dikategorikan sebagai berikut : (sumber : wikipedia)
Menggunakan versi tunggal lisensi pada beberapa komputer
Memuat perangkat lunak di komputer tanpa memberikan lisensi yang sesuai
Menggunakan key generator untuk menghasilkan kunci pendaftaran yang mengubah sebuah versi evaluasi menjadi
versi berlisensi
Menggunakan kartu kredit curian untuk menipu membeli lisensi perangkat lunak
Mengirim versi lisensi produk perangkat lunak di internet dan membuatnya tersedia untuk diunduh
Dari jenis pembajakan diatas dapat disimpulkan bagi kita yang sering mengunduh software bajakan dari situs
penyedia termasuk sebagai pelaku juga. Tapi bagaimana status kita sebagai pengunduh yang hanya
menggunakannya untuk kepentingan pribadi, apakah ada sanksi hukumnya ?

Dari UU Hak Cipta pasal 72 ayat 3 disebutkan : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Dari ayat diatas bisa dikatakan belum ada sanksi khusus bagi kita yang sekedar mengunduh untuk kepentingan
pribadi :). Jadi yang terkena sanksi hanyalah pemilik situs penyedia, para cracker yang membuat crack, patch,
autoloader etc.

Tapi kalau bicara salah benar tentu apa yang kita lakukan itu salah, karena secara tidak langsung kita telah menjadi
bagian dari pembajakan tersebut. Ibaratnya tanpa ada "konsumen" setia tentu tidak akan ada situs penyedia dan
cracker yang mau membajak suatu software tertentu hehe.

So jikalau pemerintah ingin memberantas masalah pembajakan ini secara tuntas tentu bukan pekerjaan mudah.
Karena pemberantasan ini tidak cukup hanya dengan memblokir situs-situs penyedia tersebut, tapi juga bagaimana
"merubah" prilaku pengunduh untuk tidak mengunduh secara gratisan lagi (masalahnya siapa yang tidak mau
gratisan hehehe).

Selain itu pihak terkait harus bisa menangkap "pelaku utamanya" yaitu para cracker tersebut, karena tanpa mereka
tentu tidak akan ada software resmi yang bisa diperbanyak secara gratis. Pertanyaannya apakah pihak terkait sudah
mampu untuk mengindentifikasi dan menangkap pelaku tersebut ?

Bagi warcoff sendiri, penggunaan software bajakan merupakan pemanfaatan salah satu fasilitas di dunia maya :).
Kalau dibilang gratis tentu tidak, karena ada biaya dari pemakaian internet apalagi kalau proses download yang
memakan waktu lama. Yang penting hanya digunakan hanya untuk kepentingan pribadi hehe.

Jadi kalau warcoff ditanya apakah setuju pemberantasan secara tuntas pelaku pembajakan software tersebut ?
jawabannya Setuju! jika pemerintah juga bisa memberantas tuntas para pelaku korupsi hehehe. Semoga manfaat :).

CONTOH KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA
Seseorang tanpa izin membuat situs di Internet yang berisikan lagu-lagu milik penyanyi lain yang lagunya belum
dipasarkan. Contoh kasus : Group musik U2 menuntut si pembuat situs internet yang memuat lagu mereka yang
belum dipasarkan (Angela Bowne, 1997 :142) dalam Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Lalu kemudian
kasus pembajakan software di indonesia terus meningkat seiring dengan meningkat SDM para pengguna
softwarenya. dalam hal ini SDM pengguna software memang meningkat, tapi bukan berati kesadaran untuk
menghargai hak cipta kekayaan intelektual juga meningkat, SDM yang meningkat adalah SDM yang digunakan untuk
bajak membajak, SDM untuk melakukan crack pada software-software yang dibuat oleh penciptanya. terkadang
Seorang lulusan sarjana komputer atau informatika pun juga hoby bajak membajak.

MEDAN Berdasarkan laporan Business Software Alliance (BSA) dan International Data Corporation(IDC) dalam
Annual Global Software Piracy Study 2007, Indonesia adalah negara terbesar ke-12 di dunia dengan tingkat
pembajakan software.

Persentasenya cukup mengkhawatirkan yakni mencapai 84 persen. Misalnya dari 100 komputer yang diteliti,
sebanyak 84 buah diantaranya menggunakan softwer ilegal. Fenomena ini sangat menyedihkan karena pembajakan
ini mematikan kreasi dan industri software itu sendiri, kata Perwakilan BSA Indonesia, Donny A Sheyoputra, di
Medan, Selasa.

Ia mengatakan, dewasa ini Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 300 perusahaan yang bergerak di sektor
Teknologi Informasi (TI).

Dari jumlah itu, hanya 10 perusahaan lokal yang bergerak di industri software, sisanya lebih banyak berkecimpung
diluar software, misalnya perusahaan sistem integrasi dan service dan perusahaan distributor produk hardware.

Menurut dia, minimnya jumlah industri software di tanah air dikarenakan seluruh pengembang software lokal sangat
dirugikan oleh pembajakan.

Software mereka di bajak dan dijual dengan harga sekitar 4-5 dolar dipasaran, bahkan perangkat lunak yang sudah
dijual dengan harga 5 dolar pun masih dibajak dan dijual dengan harga dua 2 dolar saja. Banyaknya pembajakan ini
juga telah menghapus kesempatan untuk meningkatkan pendapatan industri lokal senilai 1,8 miliar dolar, katanya.

Direktur Bamboomedia Cipta Persada, sebuah produser softwer lokal, Putu Sidarta, mengatakan, maraknya
pembajakan software telah menyebabkan rendahnya kreativitas di industri bidang software ini.

Berdasarkan laporan para distributor kami diseluruh Indonesia, software Bamboomedia telah banyak dibajak. Jika
produk asli dijual dengan harga Rp45.000, maka produk bajakannya hanya dijual dipasaran Rp2.500,katanya.

dengan membaca kutipan di atas kita tau bahwa pembajakan telah merugikan banyak pihak, para developer
software pun juga jadi males bikin software.
semoga salah satu usaha (yang saya kutipkan di bawah ini bisa menekan pembajakan software di indonesia)

AKARTA, KAMIS Dalam rangka menekan angka pembajakan di Indonesia, Tim Nasional Penanggulangan
Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (Timnas PPHKI) akan membuat program pendidikan dasar hak cipta.

Program ini dilakukan sebagai langkah preventif dengan cara membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya
hak cipta, ujar Andi N Sommeng, Sekretaris Timnas PPHKI pada acara peluncuran kampanye nasional HKI
antipenggunaan software ilegal di The Darmawangsa Hotel, Jakarta, Kamis (12/02).

Ia menjelaskan bahwa nantinya PPHKI akan menerapkan pendidikan dasar hak cipta ini ke dalam dua jalur, yaitu
degree dan non-degree. Untuk jalur degree, menurutnya, nanti PPHKI akan mengusulkan kepada Diknas agar
pendidikan dasar hak cipta ini diselipkan dalam kurikulum pendidikan.

Dalam waktu dekat PPHKI akan bekerja sama dengan perguruan tinggi mengenai program ini. Sementara itu, untuk
program pendidikan hak cipta non-degree, rencananya akan dibuat semacam pelatihan yang nantinya akan
menelurkan praktisi-praktisi atau konsultan hak cipta.
Ia berharap dengan langkah preventif seperti ini akan lebih efektif untuk menekan angka pembajakan.

Fatwa MUI tentang software bajakan
KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 1/MUNAS VII/MUI/15/2005
Tentang
PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional VII MUI, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426H. / 26-29 Juli
2005M.,
setelah
MENIMBANG :
Bahwa dewasa ini pelanggaran terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI) telah sampai pada tingkat sangat
meresahkan, merugikan dan membahayakan banyak pihak, terutama pemegang hak, negara dan masyarakat;
Bahwa terhadap pelanggaran tersebut, Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) telah mengajukan
permohonan fatwa kepada MUI;
Bahwa oleh karena itu, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang status hukum Islam mengenai HKI, untuk
dijadikan pedoman bagi umat islam dan pihak-pihak yang memerlukannya.

MENGINGAT :
1. Firman Allah SWT tentang larangan memakan harta orang lain secara batil (tanoa hak) dan larangan merugikan
harta maupun hak orang lain, antara lain,
Hai orang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janglah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (QS. Al-Nisa *4+:29).
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan(QS. al Syu`ra*26+:183).
..kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (QS. al-Baqarah[2]:279)

2. Hadis-hadis Nabi berkenaan dengan harta kekayaan, antara lain:
Barang siapa meninggalkan harta (kekayaan), maka (harta itu) untuk ahli warisnya, dan barang siapa meninggalkan
keluarga (miskin), serahkan kepadaku (H.R. Bukhari).
Sesungguhnya darah (jiwa) dan hartamu adalah haram (mulia, dilindungi)(H.R. al-Tirmizi).
Rasulullah saw. Menyampaikan khutbah kepada kami; sabdanya: `Ketahuilah: tidak halal bagi seseorang sedikit pun
dari harta saudaranya kecuali dengan kerelaan hatinya`

3. (H.R. Ahmad). Hadis-hadis tentang larang berbuat zalim, antara lain :
Hai para hamba-Ku! Sungguh Aku telah haramkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu sebagai hal
yang diharamkan diantaramu; maka, janganlah kamu saling menzalimi(H.R Muslim).
Muslim adalah saudara muslim (yang lain); ia tidak boleh menzalimi dan menghinanya..(H.R. Bukhari)

4. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas, dan Malik dari Yahya :
Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan (kerugikan) orang lain.

5. Qawaid fiqh, Bahaya (kerugian) harus dihilangkan.
Menghindarkan mafsadat didahulukan atas mendatangkan maslahat.
Segala sesuatu yang lahir (timbul) dari sesuatu yang haram adalah haram.
Tidak boleh melakukan perbuatan hukum atas (menggunakan) hak milik orang lain tanpa seizinnya.

MEMPERHATIKAN :
1. Keputusan Majma` al-Fiqih al-Islami nomor 43 (5/5) Mu`tamar V tahun 1409 H/1988 M tentang al-Huquq al-
Ma`nawiyyah:
Pertama : Nama dagang, alamat dan mereknya, serta hasil ciptaan (karang-mengarang) dan hasil kreasi adalah hak-
hak khusus yang dimiliki oleh pemiliknya, yang dalam abad moderen hak-hak seperti itu mempunyai nilai ekonomis
yang diakui orang sebagai kekayaan. Oleh karena itu, hak-hak seperti itu tidak boleh dilanggar.
Kedua : Pemilik hak-hak non-material seperti nama dagang, alamat dan mereknya, dan hak cipta mempunyai
kewenangan dengan sejumlah uang dengan syarat terhindar dari berbagai ketidakpastian dan tipuan, seperti halnya
dengan kewenangan seseorang terhadap hak-hak yang bersifat material.
Ketiga : Hak cipta, karang-mengarang dari hak cipta lainnya dilindungi ole syara`. Pemiliknya mempunyai
kewenangan terhadapnya dan tidak boleh dilanggar.

2. Pendapat Ulama tentang HKI, antara lain :Mayoritas ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafi`I dan Hambali
berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orsinil dan manfaat tergolong harta berharga sebagaimana benda
jika boleh dimanfaatkan secara syara` (hukum Islam) (Dr. Fathi al-Duraini, Haqq al-Ibtikar fi al-Fiqh al-Islami al-
Muqaran, [Bairut: Mu`assasah al-Risalah, 1984], h. 20).
Berkenaan dengan hak kepengarangan (haqq al-ta`lif), salah satu hak cipta, Wahbah al-Zuhaili menegaskan :
Berdasarkan hal (bahwa hak kepengarangan adalah hak yang dilindungi oleh syara` *hukum Islam+ atas dasar qaidah
istishlah) tersebut, mencetak ulang atau men-copy buku (tanpa seizing yang sah) dipandang sebagai pelanggaran
atau kejahatan terhadap hak pengarang; dalam arti bahwa perbuatan tersebut adalah kemaksiatan yang
menimbulkan dosa dalam pandangan Syara` dan merupakan pencurian yang mengharuskan ganti rugi terhadap hak
pengarang atas naskah yang dicetak secara melanggar dan zalim, serta menimbulkan kerugian moril yang
menimpanya (Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al_Islami wa Adilllatuhu, [Bairut: Dar al-Fikr al-Mu`ashir, 1998]juz 4, hl
2862).
Pengakuan ulama terhadap hak sebagai peninggalan yang diwarisi : Tirkah (harta peninggalan, harta pusaka) adalah
harta atau hak. (al_Sayyid al-Bakri, I`anah al-Thalibin, j. II, h. 233).

3. Penjelasan dari pihak MIAP yang diwakili oleh Saudara Ibrahim Senen dalam rapat Komisi Fatwa pada tanggal 26
Mei 2005.

4. Berbagai peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tentang HKI beserta seluruh peraturan-peraturan
pelaksanaannya dan perubahan-perubahannya, termasuk namun tidak terbatas pada :
1. Undang-undang nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman;
2. Undang-undang nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang;
3. Undang-undang nomor 31 tehun 2000 tentang Desain Industri
4. Undang-undang nomor 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
5. Undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten
6. Undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang Merek; dan
7. Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.
8. Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang timbul dari hasil olah piker otak
yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia dan diakui oleh Negara berdasarkan
peraturan perundanga-undangan yang berlaku. Oleh karenanya, HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis
hasil dari suatu kreativitas intelektual dari yang bersangkutan sehingga memberikan hak privat baginya untuk
mendaftarkan, dan memperoleh perlindungan atas karya intelektualnya. Sebagai bentuk penghargaan atas karya
kreativitas intelektualnya tersebut Negara memberikan Hak Eksklusif kepada pendaftarannya dan/atau pemiliknya
sebagai Pemegang Hak mempunyai hak untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya atau tanpa hak,
memperdagangkan atau memakai hak tersebut dalam segala bentuk dan cara. Tujuan pengakuan hak ini oleh
Negara adalah setiap orang terpacu untuk menghasilkan kreativitas-kreavitasnya guna kepentingan masyarakat
secara lauas. ([1] Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, halaman3 dan [2] Ahmad Fauzan, S.H., LL.M., Perlindungan
Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Bandung, CV Yrama Widya, 2004, Halaman 5).


3. Berbagai Pelanggaran Hak Cipta Terkait Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Pelanggaran terkait teknologi informasi dan komunikasi umumny terjadi pada piranti lunak (software) komputer.
Berbagai pelanggaran hak cipta tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Membeli software program hasil bajakan.
b. Melakukan instalasi program komputer ke dalam hard disk dengan program hasil bajakan.
c. Penngunaan satu lisensi software pada beberapa komputer tetapi kenyatannya dipkai untuk banyak komputer.
d. Melakukan modifikasi program software tanpa izin.
e. Melakukan penggandaan tanpa izin untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat ekonomi.
Di Indonesia termasuk negara dalam 3 besar primary watch list negara yang rawan pembajakan. Pada masyarakat
Indonesia dengan tataran pemahaman yang sederhana, cukup sulit untuk dapat mengajak mereka memberikan
penghargaan terhadap hak atas kekayan intelektual. Pengorbanan waktu, tenaga pikiran imajinasi, kreatifitas,
emosi dan suasana batin dan keahlian dalam menghasilkan suatu karya belum dapat dipahami masyarakat
sebagai hal yang harus dihargai secara material. Dengan dalih bahwa daya beli masyarakat demikian terbatas,
barang bajakan yang jauh lebih murah dan pasti diminati.
4. Pembajakan software komputer dan hukum bersangkutan

HUKUM
Hukumnya adalah UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NOMOR 19 tahun

2003, UNDANG-UNDANG HAK CIPTA ini melindungi antara lain hak cipta
atas program / piranti lunak komputer, buku pedoman penggunaan program / piranti lunak komputer dan buku-
buku (sejenis) lainnya. Terhitung sejak tanggal 29 Juli 2003, Pemerintah Republik Indonesia mengenai
Perlindungan Hak Cipta, perlindungan ini juga mencakup :
-buku
(sejenis lainnya)

ereka yang bertempat tingal / berkedudukan di Amerika Serikat memiliki hak-
hak ekonomi yang diperoleh dari UNDANGUNDANG HAK CIPTA, atau untuk mana suatu badan hukum (yang
secara langsung atu tidak langsung dikendalikan, atau mayoritas dari saham sahamnya/hak-hak kepemilikkan
lainnya dimiliki, oleh warga negara atau mereka yang bertempat tinggal/berkedudukan di Amerika Serikat)
memiliki hak-hak ekonomi itu ; dan
-buku
(sejenis lainnya) yang pertama kali diterbitkan pertama kali di Amerika Serikat.

Program/piranti lunak komputer buku pedoman pengguanaan atau piranti lunak komputer, dan buku-buku
(sejenis) lainnya yang merupakan perusahaan di Amerika selain dilindungi, oleh badan hukum di Amerika
dilindungi pula oleh UNDANG-UNDANG HAK CIPTA INDONESIA.
2. HUKUMANNYA:
Jika Anda atau perusahaan Anda mlanggar hak cipta pihak lain, Anda dapat dikenakan baik tuntutan pidana
maupun gugatan perdata. Jika Anda atau perusahaan Anda melanggar hak cipta pihak lain, yaitu dengan sengaja
dan tanpa hak produksi, meniru / menyalin, menerbitkan / menyiarkan, memperdagangkan / mengedarkan atau
menjual karya-karya hak cipta pihak lain atau barang-barang hasil pelanggaran hak cipta (produk-produk
bajakan) maka Anda telah melakukan tindak pidana yang dikenakan sanksi-sanksi pidana sebagai berikut:
a. KETENTUAN PIDANA:

Pasal 72
atau pasal 49 ayat 1 dan ayat 2 dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1
bulan dan / atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan / atau paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyard rupiah).
ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
program komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
dan / atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
paling lama 2 (dua) tahun dan / atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
an sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 24 atau pasal 55 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah).

Disamping itu, Anda dan atau persahaan Anda juga dapat dikenakan gugatan perdata dari pemegang atau
pemilik hak cipta itu, yang dapat menuntut ganti rugi dan / atau memohon pengadilan untuk menyita produk-
produk bajakan tersebut dan memerintahkan Anda atau perusahaan Anda menghentikan pelanggaran-
pelanggaran itu.

Anda mungkin juga menyukai