Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH ; TEHNOLOGI PEMBAKARAN (SOLAR SELL)









DISUSUN OLEH :
HJ. FITRIANI P DJ (0001. 06.07. 2012)
ANGKATAN KE VI








MAGISTER TEHNIK KIMIA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN AJARAN 2014-2015


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Cadangan energi fosil dunia yang semakin menipis, pergolakan politik di negara-
negara Timur Tengah yang dikenal sebagai negara produsen minyak bumi, bencana alam
yang terjadi di beberapa belahan dunia dan kurangnya kesadaran masyarakat dunia dalam
menjaga keberlangsungan sumber daya alam telah memicu terjadinya krisis energi dunia
dan meningkatnya harga minyak bumi dan batu bara.
Dalam menghadapi ancaman krisis energi, Indonesia sudah siap dengan regulasi,
yaitu Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang berisi
starategi untuk menjamin keamanan energi di Indonesia. Kebijakan ini telah merumuskan
bauran energi di tahun 2025 yang mengurangi konsumsi energi fosil dan menggantinya
dengan energi baru terbarukan. Energi fosil diproyeksikan berkontribusi hanya 74,2 %
dari total konsumsi energi, dengan penggunaan energi dari bahan bakar minyak hanya
sekitar 29,7 %. Penggunaan energi baru terbarukan pada tahun 2025 diproyeksikan
meningkat menjadi 25 %. Salah satu energi baru terbarukan yang berpotensi besar dalam
pemanfaatan untuk mencapai tujuan tersebut adalah energi surya.













BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Solar Cell (Photovoltaic).
Solar cell atau panel surya adalah alat untuk mengkonversi tenaga
matahari menjadi energi listrik.photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi
untuk mengubah atau mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik
secara langsung. PV biasanya dikemas dalam sebuah unit yang disebut modul.
Dalam sebuah modul surya terdiri dari banyak sel surya yang bisa disusun
secara seri maupun paralel. Sedangkan yang dimaksud dengan surya adalah
sebuah elemen semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya
menjadi energi listrik atas dasar efek fotovoltaik. Solarcell mulai popular
akhir-akhir ini, selain mulai menipisnya cadangan enegi fosil dan isu global
warming. energi yang dihasilkan juga sangat murah karena sumber energi
(matahari) bisa didapatkan secara gratis.
Solar cell dapat dilihat pada Gambar 2.1


Gambar 2.1.Skema solarcell. (Sumber : http://trebuchet-
magazine.com/wp-ntent/uploads/2013/02/solar-cells.jpg)
Sebelumnya pernah dilakukan penelitian semikondukor dengan metode yang sama
namun hanya dapat menghasilkan arus maksimal 50 mA. Melalui penelitian sederhana ini
kami melakukan penelitian lanjutan dengan mengembangkan rangkaian seri dan pararel
dan variasi terhadap jarak antar tembaga hingga dapat mengetahui peluang pemanfaatan
solarcell tembaga ini.

2.2. Prinsip dasar teknologi solarcell (Photovoltaic) dari bahan silicon.
Solar cell merupakan suatu perangkat semi konduktor yang dapat menghasilkan
listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya. Proses penghasilan energi listrik terjadi jika
pemutusan ikatan elektron pada atom-atom yang tersusun dalam Kristal semikonduktor
ketika diberikan sejumlah energy. Salah satu bahan semikonduktor yang biasa digunakan
sebagai sel surya adalah Kristal silicon (Ady Iswanto : 2008



Gambar 2.7. Cara Kerja Solar Cell.
(Sumber : http://energisurya.files.wordpress.com/2007/solar-cell.jpg.
Diakses : 23-04-2013. Jam : 14:10 WIB)



2.2.1. Semikonduktor Tipe P dan Tipe N.



Gambar 2.2. Semikonduktor Tipe-P (Kiri) dan Tipe-N (Kanan).
(Sumber : Ady Iswanto, Staf Divisi Riset 102FM ITB, 2008)
Ketika suatu Kristal silikon ditambahkandengan unsur golongan kelima, misalnya arsen,
maka atom-atom arsen itu akan menempati ruang diantara atom-atom silicon yang
mengakibatkan munculnya electron bebas pada material campuran tersebut. Elektron
bebas tersebut berasal dari kelebihan elektron yang dimiliki oleh arsen terhadap linkungan
sekitarnya, dalam hal ini adalah silicon.
Semikonduktor jenis ini kemudian diberi nama semikonduktor tipe-n. Hal yang
sebaliknya terjadi jika Kristal silicon ditambahkan oleh insur golongan ketiga, misalnya
boron, maka kurangnya electron valensi boron dibandingkan dengan silicon
mengakibatkan munculnya hole yang bermuatan positif pada semikonduktor tersebut.
Semikonduktor ini dinamakan semikonduktor tipe-p. Adanya tambahan pembawa muatan
tersebut mengakibatkan semikonduktor ini akan lebih banyak menghasilkan pembawa
muatan ketika diberikan sejumlah energi tertentu, baik pada semikonduktor tipe-n
maupun tipe-p.
Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka akan terjadi difusi hole dari
tipe-p menuju tipe-n dan difusi electron dari tipe-n menuju tipe-p. Difusi tersebut akan
meninggalkan daerah yang lebih positif pada batas tipe-n dan daerah lebih negative pada
batas tipe-p. Adanya perbedaan muatan pada sambungan p-n disebut dengan daerah
deplesi akan mengakibatkan munculnya medan listrik yang mampu menghentikan laju
difusi selanjutnya. Medan listrik tersebut mengakibatkan munculnya arus drift. Arus drift
yaitu arus yang dihasilkan karena kemunculan medan listrik. Namun arus ini terimbangi
oleh arus difusi sehingga secara keseluruhan tidak ada arus listrik yang mengalir pada
semikonduktor sambungan p-n tersebut (Ady Iswanto : 2008).

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, electron adalah partikel bermuatan yang
mampu dipengaruhi oleh medan listrik. kehadiran medan listrik pada electron dapat
mengakibatkan electron bergerak. Hal inilah yang dilakukan pada solar cell sambungan p-
n, yaitu dengan menghasilkan medan listrik pada sambungan p-n agar electron dapat
mengalir akibat kehadiran medan listrik tersebut.

Ketika junction disinari, photon yang mempunyai 5lectr sama atau lebih besar dari
lebar pita 5lectr5lectron tersebut akan menyebabkan eksitasi electron dari pita valensi ke
pita konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi. Elektron dan hole ini dapat
bergerak dalam material sehingga menghasilkan pasangan 5lectron-hole. Apabila
ditempatkan hambatan pada terminal sel surya, maka 5lectron dari area-n akan kembali ke
area-p sehingga menyebabkan perbedaan potensial dan arus akan mengalir.
(Sumber : http://energisurya.files.wordpress.com)

2.3. Prinsip dasar solarcell (Photovoltaic) dari bahan tembaga.
Photovoltaic berdasarkan bentuk dibagi dua, yaitu photovoltaic padat dan
photovoltaic cair. Photovoltaic cair prinsip kerjanya hampir sama dengan prinsip
elektrovolta, namun perbedaanya tidak adanya reaksi oksidasi dan reduksi secara
bersamaan (redoks) yang terjadi melainkan terjadinya pelepasan elektron saat terjadi
penyinaran oleh cahaya matahari dari pita valensi (keadaan dasar) ke pita konduksi (
keadaan elektron bebas) yang mengakibatkan terjadinya perbedaan potensial dan
akhirnya menimbulkan arus.Pada solarcell cair dari bahan tembaga terdapat dua buah
tembaga yaitu tembaga konduktor dan tembaga semikonduktor. Tembaga semikonduktor
akan menghasilkan muatan elektron negatif jika terkena cahaya matahari, sedangkan
tembaga konduktor akan menghasilkan muatan elektron positif. Karena adanya perbedaan
potensial akhinya akan menimbulkan arus.

2.5.1. Sifat fisik Tembaga.
Pembuatan tembaga dilakukan dalam beberapa tahap. Tembaga terikat secara kimia
di dalam bijih pada bahan yang disebut batu gang. Untuk mengumpulkan bijih-bijh itu
biasanya dilakukan dengan membersihkannya dalam cairan berbuih, di mana di situ
ditiupkan udara. Ikatan tembaga dari bijih yang digiling sampai halus dicampur dengan air
dan zat-zat kimia sehingga menjadi pulp (bubur) pada suatu bejana silinder. Sifat fisik
tembaga bisa dilihat sebagai berikut :
1. Nomor atom : 29.
2. Berat atom : 63,546.
3. Titik lebur : 1.0830C.
4. Titik didih : 2.5670C.
5. Kekuatan Tarik : Mendekati 19.000 psi.

2.5.2. Semikonduktor dari Tembaga (Cu).
Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada
diantara isolator dan konduktor. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai isolator pada
temperature yang sangat rendah, namun pada temperature ruangan bersifat sebagai
konduktor. Bahan semikonduktor yang sering digunakan adalah silicon, germanium dan
gallium arsenide.

Solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari
menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang paling
menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan (sustainable) serta jumlahnya yang
sangat besar. Matahari merupakan sumber energi yang diharapkan dapat mengatasi
permasalahan kebutuhan energi masa depan setelah berbagai sumber energi konvensional
berkurang jumlahnya serta tidak ramah terhadap lingkungan. Total kebutuhan energi yang
berjumlah 10 TW tersebut setara dengan 3 x 10
20
J setiap tahunnya.
Sementara total energi matahari yang sampai di permukaan bumi adalah 2,6 x 10
24
Joule
setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, energi yang bisa dikonversi melalui proses
fotosintesis di seluruh permukaan bumi mencapai 2,8 x 10
21
J setiap tahunnya. Jika kita
lihat jumlah energi yang dibutuhkan dan dibandingkan dengan energi matahari yang tiba di
permukaan bumi, maka sebenarnya dengan menutup 0,05% luas permukaan bumi (total
luas permukaan bumi adalah 5,1 x 108 km2) dengan solar cell yang memiliki efisiensi 20%,
seluruh kebutuhan energi yang ada di bumi sudah dapat terpenuhi.

Kondisi Solar Cell Saat Ini

Jumlah energi yang begitu besar yang dihasilkan dari sinar matahari, membuat solar
cell menjadi alternatif sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan. Solar cell juga
memiliki kelebihan menjadi sumber energi yang praktis mengingat tidak membutuhkan
transmisi karena dapat dipasang secara modular di setiap lokasi yang membutuhkan.

Solar cell tidak memiliki ekses suara seperti pada pembangkit tenaga angin serta
dapat dipasang pada hampir seluruh daerah karena hampir setiap lokasi di belahan dunia
ini menerima sinar matahari. Bandingkan dengan pembangkit air (hydro) yang dapat
dipasang hanya pada daerah-daerah dengana aliran air tertentu. Dengan berbagai
keunggulan ini maka tidak heran jika negara-negara maju berlomba mengembangkan solar
cell agar dapat dihasilkan teknologi pembuatan solar cell yang berharga eknomis.

Hingga saat ini total energi listrik yang dibangkitkan dengan solar cell di seluruh
dunia baru mencapai sekitar 12 GW (bandingkan dengan total penggunaan listrik dunia
sebesar 10 TW). Dari 12 GW tersebut Jerman merupakan negara terbesar yang telah
menginstall solar cell nya yaitu sebesar hampir 5 GW. Meskipun begitu setiap tahunnya
terjadi peningkatan produksi solar cell dimana pada tahun 2008 total produksi solar cell di
seluruh dunia telah mencapai angka 6,22 GW.

Nilai produksi yang terus meningkat ini juga terus diikuti dengan upaya untuk
menurunkan harga solar modul per Watt peaknya. Saat ini harga listrik yang dihasilkan
oleh solar cell sebesar 50 sen $ setiap kWh yang relatif masih sangat tinggi jika
dibandingkan dengan pembangkitan dari sumber lainya seperti dari pembangkit termal
yang hanya sebesar 8 sen $ untuk setiap kWh nya. Berbagai teknologi telah dikembangkan
dalam proses pembuatan solar cell untuk menurunkan harga produksi agar lebih
ekonomis. Jenis-jenis solar cell pun saat ini telah berkembang tidak hanya berbasis pada
kristal semikonduktor silikon tetapi berbagai jenis tipe dari mulai lapisan tipis, organic,
lapisan single dan multi junction hingga yang terbaru jenis dye sensitized solar cell.

Jenis Solar Cell
Cara kerja sel surya adalah dengan memanfaatkan teori cahaya sebagai partikel.
Sebagaimana diketahui bahwa cahaya baik yang tampak maupun yang tidak tampak
memiliki dua buah sifat yaitu dapat sebagai gelombang dan dapat sebagai partikel yang
disebut dengan photon. Penemuan ini pertama kali diungkapkan oleh Einstein pada tahun
1905. Energi yang dipancarkan oleh sebuah cahaya dengan kecepatan c dan panjang
gelombang ? dirumuskan dengan persamaan:E = h.c/ ?
Dengan h adalah konstanta Plancks (6.62 x 10
-34
J.s)
c adalah kecepatan cahaya dalam vakum (3.00 x 10
8
m/s).
Persamaan di atas juga menunjukkan bahwa photon dapat dilihat sebagai sebuah partikel
energi atau sebagai gelombang dengan panjang gelombang dan frekuensi tertentu . Dengan
menggunakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan
terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, cahaya yang datang akan mampu dirubah menjadi
energi listrik.
Hingga saat ini terdapat beberapa jenis solar sel yang berhasil dikembangkan oleh
para peneliti untuk mendapatkan divais solar sel yang memiliki efisiensi yang tinggi atau
untuk mendapatkan divais solar sel yang murah dan mudah dalam pembuatannya.

Tipe pertama yang berhasil dikembangkan adalah jenis wafer (berlapis) silikon kristal
tunggal. Tipe ini dalam perkembangannya mampu menghasilkan efisiensi yang sangat
tinggi. Masalah terbesar yang dihadapi dalam pengembangan silikon kristal tunggal untuk
dapat diproduksi secara komersial adalah harga yang sangat tinggi sehingga membuat
solar sel panel yang dihasilkan menjadi tidak efisien sebagai sumber energi alternatif.
Sebagian besar silikon kristal tunggal komersial memiliki efisiensi pada kisaran 16-17%,
bahkan silikon solar sel hasil produksi SunPower memiliki efisiensi hingga
20%[www.sunpowercorp.com]. Bersama perusahaan Shell Solar, SunPower menjadi
perusahaan yang menguasai pasar silikon kristal tunggal untuk solar sel.

Jenis solar sel yang kedua adalah tipe wafer silikon poli kristal. Saat ini, hampir sebagian
besar panel solar sel yang beredar di pasar komersial berasal dari screen printing jenis
silikon poli cristal ini. Wafer silikon poli kristal dibuat dengan cara membuat lapisan
lapisan tipis dari batang silikon dengan metode wire-sawing. Masing-masing lapisan
memiliki ketebalan sekitar 250?50 micrometer. Jenis solar sel tipe ini memiliki harga
pembuatan yang lebih murah meskipun tingkat efisiensinya lebih rendah jika
dibandingkan dengan silikon kristal tunggal. Perusahaan yang aktif memproduksi tipe
solar sel ini adalah GT Solar, BP, Sharp, dan Kyocera Solar. Divais solar sel ini dalam
perkembangannya telah mampu mencapai usia aktif mencapai 25 tahun

Penelitian agar harga solar sel menjadi lebih murah selanjutnya memunculkan
generasi ketiga dari jenis solar sel ini yaitu tipe solar sel polimer atau disebut juga dengan
solar sel organik dan tipe solar sel foto elektrokimia. Solar sel organik dibuat dari bahan
semikonduktor organik seperti polyphenylene vinylene dan fullerene. pada solar sel
generasi ketiga ini photon yang datang tidak harus menghasilkan pasangan muatan
tersebut melainkan membangkitkan exciton. Exciton inilah yang kemudian berdifusi pada
dua permukaan bahan konduktor (yang biasanya di rekatkan dengan organik
semikonduktor berada di antara dua keping konduktor) untuk menghasilkan pasangan
muatan dan akhirnya menghasilkan efek arus foto (photocurrent). Meskipun solar sel
generasi ketiga ini masih memiliki masalah besar dalam hal efisiensi dan usia aktif sel yang
masih terlalu singkat, solar sel jenis ini akan mampu memberi pengaruh besar dalam
sepuluh tahun ke depan mengingat hargan dan proses pembuatannya yang sangat murah.

Konversi Energi pada Solar Cell
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p dan
n ( p-n junction semiconductor ) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran
electron, aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik.
Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber (penyerap),
meskipu demikian, masimg-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi dari
solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang elektromagnetik
yang secara spectrum. Oleh karena itu absorber disini diharapkan dapat menyerap
sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya matahari.
Lebih detail lagi sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika menimpa
permukaaan bahan solar sel ( absorber ), akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan begitu
saja dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan membebaskan electron dari
ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi
band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan elektron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik.

Untuk membebaskan elektron dari ikatan kovalennya, energi foton ( hc/v ) harus sedikit
lebih besar atau diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada
energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar
sel. Efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar matahari harus
bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan rekombinasi
serta memperbesar konduktivitas dari bahannya.
Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan banyak sel surya. Biasanya
sel-sel surya itu sudah disusun sehingga berbentuk panel, dan dinamakan panel
photovoltaic (PV). PV sebagai sumber daya listrik pertama kali digunakan di satelit.
Kemudian dipikirkan pula PV sebagai sumber energi untuk mobil, sehingga ada mobil
listrik surya. Sekarang, di luar negeri, PV sudah mulai digunakan sebagai atap atau dinding
rumah. Bahkan Sanyo sudah membuat PV yang semi transparan sehingga dapat digunakan
sebagai pengganti kaca jendela.

Lama Usia dari Solar Cell
Sebuah PV system dengan perawatan yang baik dapat bertahan hingga lebih dari 20
tahun. Sebenarnya dengan kondisi dimana sistem solar cell tidak dipindah-pindah dan
terinterkoneksi langsung pada alat listrik, modul solar cell yang melalui fabrikasi yang baik
mampu bertahan hingga 30 tahun. Cara terbaik agar sistem solar cell dapat bertahan lama
serta tetap stabil performansinya (efisiensinya) adalah dengan melakukan pemasangan
dan perawatan yang sesuai serta dalam waktu yang teratur.
Berbagai kasus dalam permasalahan solar cell yang paling banyak dijumpai adalah
dikarenakan buruknya cara pemasangan serta tidak rapinya proses instalasi. Kasus yang
sering dijumpai tersebut antara lain seperti koneksi yang tidak baik, ukuran kabel yang
tidak tepat, ataupun komponen yang tidak sesuai untuk aliran DC. Selain itu juga kesalahan
sering terjadi pada tidak seimbangnya sistem (balance of system , BOS) bagian-bagian yang
dipasang yaitu kontroler, inverter, serta proteksi komponen.
Batere dapat lebih cepat rusak jika diberi beban kerja diluar batas spesifikasinya.
Pada sistem sel surya, batere digunakan dan diberi muatan secara perlahan-lahan bahkan
hingga periode beberapa hari bahkan sati minggu. Kondisi ini berbeda dengan cara kerja
batere yang umumnya langsung diisi segera setelah digunakan, yang menyebabkan batere
pada sistem solar cell dapat lebih cepat rusak jika tidak menggunakan tipe batere yang
sesuai dengan karakteristik ini.

Sistem Pembangkit Listrik Solar Cell
Solar cell merupakan pembangkit yang tidak hanya terdiri dari sistem konversi dari
photon sinar matahari menjadi arus listrik atau yang diebut sebagai modul photo voltaik.
Perlu ada sistem pendukung yang berfungsi menyimpan energi listrik yang dibangkitkan
agar keluarannya dapat lebih stabil dapat digunakan saat tidak ada sinar matahari atau
pada saat malam hari. serta Satu unit sistem pembangkit listrik solar cell terdiri dari
beberapa komponen antara lain adalah:
1. Modul sel surya atau disebut juga panel Photo Voltaik (Panel PV). Modul sel surya
terdiri dari beberapa jenis ada yang berkapasitas 20 Wp, 30 Wp, 50 Wp, 100 Wp.
Modul PV dilihat dari jenisnya dapat berjenis mono kristal, poli kristal, atau
amorphous.
2. Penyimpan energi listrik atau dikenal dengan Aki ( battery ) yang bebas perawatan.
Batere biasanya dapat bertahan 2-3 tahun. Kapasitas batere disesuaikan dengan
kapasitas modul dan besar daya penggunaan listrik yang diinginkan.
3. Pengatur pengisian muatan batere atau disebut dengan kontroler pengisian (solar
charge controller). Komponen ini berfungsi untuk mengatur besarnya arus listrik
yang dihasilkan oleh modul PV agar penyimpanan ke batere sesuai dengan kapasitas
batere.
4. Inverter, merupakan modul untuk mengkonversi listrik searah (dc) menjadi listrik
bolak-balik (ac). Komponen ini digunakan ketika penggunaan listrik yang diinginkan
adalah bolak-balik (ac). Meskipun begitu saat ini sudah banyak terdapat alat-alat
elektronik maupun lampu penerang yang menggunakan tipe arus searah sehingga
beberapa sistem solar cell tidak membutuhkan inverter ini.
5. Kabel (wiring), yang merupakan komponen standar sebagai penghubung tempat
mengalirkan arus listrik.
6. Mounting hardware atau framework, yang merupakan pendukung untuk
menempatkan atau mengatur posisi solar panel agar dapat menerima sinar
matahari dengan baik. Biasanya framework digunakan untuk menempatkan solar
panel pada posisi yang lebih tinggi dari bagian lain yang ada disekitarnya.








BAB III
KESIMPULAN

Pertumbuhan teknologi sel surya di dunia memang menunjukkan harapan akan
solar sel yang murah dengan memiliki efisiensi yang tinggi. Sayangnya sangat sedikit
peneliti di Indonesia yang terlibat dengan hiruk pikuk perkembangan tentang teknologi sel
surya ini. Sudah seharusnya pemerintah secara jeli melihat potensi masa depan Indonesia
yang kaya akan sinar matahari ini dengan mendorong secara nyata penelitian dan
pengembangan industri di bidang energi surya ini.






















REFERENSI


M. Matsumura, Utilization of Solar Cell, Lecture Notes Research Center for Solar Energy
Chemistry, Osaka University 2009.
Smestad, Greg P. , Optoelectronics of Solar Cells. SPIE Press: Washington 2002.
K. West, Solar Cell Beyond Silicon, Riso International Energy Confrence, 2003.
M. Gratzel, Nature 414 (2001) 338.
S.M. Sze, Physics of Semiconductor Devices 2nd edition, Chapter 14, John Wiley and Sons
1981.
Wikipedia encyclopedia, Solar cell, 2005 (http://en.wikipedia.org/wiki/solar_cell)
C. J. Brabec, N.S. Sariciftci, J.C. Hummelen, Advanced Functional Materials, 11 (2001) 15.
B.A. Gregg, J. Phys. Chem. B 107 (2003) 4688.
Brian Yuliarto, Serba-serbi Energi, Penerbit ISTECS 2005.

Anda mungkin juga menyukai