182 671 1 PB
182 671 1 PB
-
=
fh
fh fo
X
2
2
) (
Keterangan:
x
2
=chi-kuadrat
fo =frekuensi yang diobservasi
fh =frekuensi yang diharapkan
(Arikunto, 2010).
Metode yang digunakan untuk
mengukur keeratan hubungan
(asosiasi dan korelasi) adalah
contingency coefficient. C
(singkatan dari contingency)
sangat erat hubungannya dengan
Chi-kuadrat dan dihitung dengan
tabel kontingensi. C ditulis juga
dengan KK, singkatan dari
Koefisien Kontingensi
(Arikunto, 2010).
KK =
2
2
X N
X
+
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012 123
Keterangan:
c =Koefisien kontingensi
N =total banyaknya observasi
x
2
= harga chi-kuadrat yang
diperoleh
(Arikunto, 2010).
Tingkat hubungan variabel
penelitian menurut besarnya
koefisien korelasi:
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan Variabel
Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Sangat Kuat
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Kuat
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Sedang
Antara 0,200 sampai dengan 0,
400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,
200 Sangat Rendah
(Arikunto, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di Rumah
Sakit Umum Daerah Sragen pada bulan
J uni 2012. Berdasarkan data yang
terkumpul dari hasil penelitian tentang
Hubungan Partus Lama dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum pada
primigravida dan multigravida , maka
dapat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi sebagai berikut:
A. Distribusi Frekuensi Partus
Lama
Untuk kejadian partus lama di
RSUD Sragen dapat ditampilkan
dalam tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut:
Tabel 1 Kejadian Partus Lama
Berdasarkan J enis Paritas
J enis paritas Frekuensi Persentase
(%)
Primigravida
Multigravida
J umlah
69
43
112
61,6
38,4
100
Sumber: Data Sekunder Rumah
Sakit Umum Daerah Sragen 2012
Berdasarkan tabel 1 kejadian
partus lama pada primigravida
sebanyak 69 kejadian (61,6%) dan
kejadian partus lama pada
multigravida sebanyak 43 kejadian
(38,4%). J adi dapat disimpulkan
bahwa kejadian partus lama yang
paling banyak terjadi di Rumah
Sakit Umum Daerah Sragen adalah
pada primigravida.
Distribusi Frekuensi Asfiksia
Neonatorum
Sedangkan untuk kasus
asfiksia neonatorum
diklasifikasikan menjadi 2,
adaptasi baik dan bayi asfiksia.
Berikut kejadian asfiksia
neonatorum di Rumah Sakit
Umum Daerah Sragen.
Tabel 2 Klasifikasi Asfiksia
Neonatorum
Klasifikasi Frekuensi Persentas
e (%)
Bayi asfiksia
Vigorous baby
J umlah
20
92
112
17,8
82,2
100
Sumber: Data Sekunder Rumah
Sakit Umum Daerah Sragen 2012
Berdasarkan tabel 2
menunjukkan kejadian asfiksia
sebanyak 20 kejadian (17,8%) dan
vigorous baby sebanyak 92
kejadian (82,2%).
Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa kejadian
yang paling banyak terjadi adalah
vigorous baby yaitu sebanyak 92
kejadian (82,2%).
B. Analisis Hubungan Partus Lama
dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum
Setelah data dari hasil
penelitian terkumpul, selanjutnya
dilakukan pengujian data untuk
menguji Hubungan Partus Lama
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012 124
dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum pada Primigravida
dan Multigravida.
Tabel 3 Tabulasi Silang Partus Lama Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
pada Primigravida dan Multigravida
Partus Lama Bayi Asfiksia (%) Vigorous baby (%)
Primigravida 16 (23,2%) 80 53 (76,8%) 58 69
Multigravida 4 (9,3%) 20 39 (90,7%) 42 43
J umlah 20 100 92 100 112
Sumber: Data Sekunder Rumah Sakit Umum Daerah Sragen 2012
Tabel diatas menunjukkan
dari 112 kasus partus lama
tersebut didapatkan 16 (80%) bayi
asfiksia dari ibu primigravida, 4
(20%) bayi asfiksia dari ibu
multigravida. Sedangkan bayi
yang tidak mengalami asfiksia dari
ibu primigravida adalah 53 (58%)
dan bayi yang tidak mengalami
asfiksia dari ibu multigravida
adalah 39 (42%).
Selanjutnya untuk menguji
signifikansi hubungan partus lama
dengan kejadian asfiksia
neonatorum, dilakukan pengujian
hipotesis dengan rumus chi-
kuadrat dengan taraf signifikansi
5% dan db 1.
Hasil pengujian chi-kuadrat
didapatkan nilai x
2
hitung
=163,55
sehingga dapat disimpulkan bahwa
x
2
hitung
lebih besar x
2
tabel
=
(163,55>3,84). Artinya Ha
diterima dan Ho ditolak, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa
ada hubungan yang signifikan
antara hubungan partus lama
dengan kejadian asfiksia
neonatorum. Dikarenakan x
2
hitung
lebih besar dari x
2
tabel
=
(163,55>3,84). Sedangkan untuk
mengetahui keeratan hubungan
maka dilakukan uji koefisien
kontingensi.
Berdasarkan hasil analisis
koefisien kontingensi di dapatkan
nilai KK =0,77. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara partus lama
dengan kejadian asfiksia
neonatorum. Adapun ukuran
keeratan hubungan (asosiasi atau
korelasi) adalah sebesar 0,77.
Dengan ditemukannya koefisien
kontingensi tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa tingkat
hubungan antar variabel adalah
kuat.
PEMBAHASAN
A. Partus Lama
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi pada bab IV,
menunjukkan bahwa partus lama
mayoritas terjadi pada ibu
primigravida yaitu sebanyak 69
kasus (61,6%). Penyebab partus
lama di Rumah Sakit Umum
Daerah Sragen yaitu ketuban pecah
dini, inersia uteri dan CPD.
Menurut Llewllyn (2002),
pada primigravida insiden partus
lama dua kali lebih besar daripada
multigravida. Faktor-faktor
tambahan terjadinya partus lama
yaitu primigravida, ketuban pecah
dini, analgesi dan anesthesi serta
wanita yang cemas dan ketakutan.
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012 125
Partus lama menimbulkan efek
berbahaya baik bagi ibu maupun
anak. Beratnya cedera terus
meningkat dengan semakin
lamanya proses persalinan; resiko
itu naik dengan cepat setelah
waktu 24 jam. Terdapat kenaikan
pada insidensi atonia uteri,
laserasi, perdarahan, infeksi,
kelelahan ibu dan shock. Angka
kelahiran dengan tindakan yang
tinggi semakin memperburuk
bahaya bagi ibu (Oxorn, 2010).
B. Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan data yang
diperoleh peneliti menunjukkan
bahwa asfiksia neonatorum
mayoritas terjadi dari ibu
primigravida yaitu sebanyak 16
kejadian (80%).
Menurut Kosim (2010),
faktor resiko terjadinya asfiksia
neonatorum yaitu partus lama (>24
jam).
Akibat-akibat asfiksia
neonatorum akan bertambah buruk
apabila penanganan tidak
dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul
(Prawirohardjo, 2005).
C. Hubungan Partus Lama dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum
pada Primigravida dan
Multigravida.
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh harga X
2
hitung
= 163,55
untuk jumlah sampel sebanyak
112, sedangkan untuk X
2
tabel
=
3,84 untuk taraf kesalahan 5% dan
db = 1. Setelah dibandingkan
X
2
hitung
lebih besar dari X
2
tabel
(163,55>3,84). Dengan demikian
Ha diterima dan Ho ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara partus lama
dengan kejadian asfiksia
neonatorum pada primigravida dan
multigravida. Berdasarkan hasil
analisis koefisien kontingensi
didapatkan nilai KK = 0,77,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara
partus lama dengan kejadian
asfiksia neonatorum pada
primigravida dan multigravida.
Adapun ukuran keeratan hubungan
(asosiasi atau korelasi) adalah
sebesar 0,77, dengan
ditemukannya koefisien tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa
tingkat hubungan antar variabel
adalah kuat.
Menurut Oxorn (2010),
semakin lama persalinan, semakin
tinggi morbiditas serta mortalitas
janin dan semakin sering terjadi
keadaan asfiksia neonatorum
akibat partus lama itu sendiri.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan di Rumah
Sakit Umum Daerah Sragen
tentang keterkaitan Hubungan
Partus Lama dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum dapat
diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Partus lama mayoritas terjadi
pada ibu primigravida yaitu
sebanyak 69 kasus (61,6%).
2. Asfiksia neonatorum
mayoritas terjadi pada ibu
primigravida yaitu sebanyak
16 kasus (80%).
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012 126
3. Terdapat hubungan yang
signifikan antara partus lama
dengan kejadian asfiksia
neonatorum pada primigravida
dan multigravida sebesar
163,55. Berdasarkan hasil
analisis koefisien kontingensi
didapatkan nilai KK = 0,77,
yang berarti memiliki keeratan
hubungan yang kuat.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan
diharapkan dapat memberikan
asuhan persalinan yang
bermutu sehingga mampu
mencegah terjadinya partus
lama yang dapat menyebabkan
asfiksia neonatorum.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat
melanjutkan penelitian dengan
sampel yang lebih banyak dan
variabel penelitian yang luas
serta dapat menggali faktor-
faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya
asfiksia neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. J akarta: Rineka Cipta.
Hal 134, 136, 276, 290, 292.
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan
Masa Persalinan. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Hal 2, 4.
Astalina, Ria. R, 2007. Asuhan
Kebidanan.
http://www.scribd.com/doc/140
77783/Asuhan-Kebidanan-. di
akses tanggal 25 J anuari 2012.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode
Penelitian Kebidanan & Tehnik
Analisa Data. J akarta: Salemba
Medika. Hal 86.
, 2009.
Pengantar Ilmu Kesehatan
Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. J akarta: Salemba
Medika. Hal 128.
, 2010. Asuhan
Kebidanan Persalinan.
Yogyakarta: Nuhamedika. Hal
1.
J NPK-KR, 2008. Asuhan Persalinan
Normal. J akarta: Depkes RI.
Hal 37.
Kosim, M. Sholeh, dkk. 2010. Buku
Ajar Neonatologi. J akarta:
Penerbit IDAI. Hal 104, 108.
Llewellyn, dkk. 2002. Dasar-dasar
Obstetri dan Ginekologi.
J akarta: Penerbit Hipokrates.
Hal 168.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk.
2008. Gawat-Darurat Obstetri-
Ginekologi & Obstetri-
Ginekologi Sosial untuk Profesi
Bidan. J akarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal 127.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005.
Metodologi Penelitian
Kesehatan. J akarta: PT Rineka
Cipta.
Nursalam, 2011. Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
J akarata: Salemba Medika.
Oxorn, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan:
Patologi dan Fisiologi
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012 127
Persalinan. Yogyakarta: C.V
Andi Offset. Hal 603.
Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Buku
Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan
Neonatal. J akarta: Yayasan
Bina Pusataka. Hal 101, 187.
, 2002. Ilmu
Kebidanan.
J akarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Hal 180.
, 2010. Ilmu
Kebidanan.
J akarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Hal 564.
Rahmawati, 2011. Survey AKI dan
AKB di Indonesia.
http://dokternews.wordpress.co
hm/2011/05/19/survey-aki-dan-
akb-di-indonesia/. Di akses
tanggal 06 Februari 2012.
Sedarmayanti, dkk, 2011. Metodologi
Penelitian. Bandung: Mandar
Maju. Hal 73.
Suyanto, dkk. 2008. Riset Kebidanan
Metodologi & Aplikasi.
Yogyakarta: Mitra Cendekia
Press.
Taufiqurohman, Mochammad Arief,
2004. Pengantar Metodologi
Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Klaten: CSGF. Hal
8-9, 87, 126.
Wahyuningsih, Mila Damayanti, 2010.
Survey AKI dan AKB di
Indonesia.
http://etd.eprints.ums.ac.id/1487
3/2/BAB_I.pdf. Diakses
tanggal 15 Maret 2012.