Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK

MENDIAGNOSIS PENYAKIT LEPTOSPIROSIS


I Made Setiawan*
Abstrak
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara
tropis dengan kelembaban yang tinggi. Penyakit ini dapat ditemukan di daerah pedesaan maupun
perkotaan. Walapun demikian, penyakit ini sangat jarang dilaporkan. Hal ini mungkin disebabkan penyakit
leptospirosis sulit dideteksi, karena mempunyai gejala klinis mirip dengan penyakit lain seperti influenza,
hepatitis, demam dengue, tuberkulosis, malaria, dll. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu alat diagnostik
canggih yang dapat mendeteksi penyakit secara dini, sehingga penatalaksanaan penderita dapat dilakukan
dengan tepat. Ada berbagai teknik laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit
leptospirosis diantaranya, !" mendeteksi Leptospira secara langsung menggunakan mikroskop lapangan
gelap atau mendeteksi bakteri Leptospira dengan membiakkan# $" mendeteksi gen spesifik Leptospira
menggunakan P%&# '" mendeteksi antibodi terhadap Leptospira secara serologis menggunakan metode
(A), *L+,A, &+A, +HA, dll. ,emua metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. +nformasi ini dapat
berguna untuk para klinisi, peneliti, dan ahli epidemiologi dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan
laboratorium.
-ata kunci. leptospirosis, metode laboratorium, P%&, (A), *L+,A
Pendah!an
eptospirosis adalah penyakit zoonosis
yang sangat penting, dan ditemukan
hampir di seluruh dunia, terutama di
belahan bumi beriklim tropis dan subtropis.
Penyakit ini dapat berkembang menjadi epidemi
di daerah perkotaan maupun pedesaan.
1,2
Leptospirosis disebabkan oleh spirochaeta ter-
masuk genus Leptospira, terdiri lebih dari 250
seroars.
2,!
Pada manusia biasanya terjadi setelah
penderita kontak dengan air tergenang yang
terkontaminasi dengan kencing binatang yang
terin"eksi, atau mempunyai pekerjaan berhubung-
an dengan tanah basah yang terkontaminasi
dengan leptospira.
#
L
$pidemi penyakit leptospirosis pada
manusia di daerah tropis, terutama terjadi pada
musim hujan. %ejala klinis yang timbul sangat
berariasi dari penyakit tanpa gejala sampai gejala
yang sangat berat, seperti panas tinggi, nyeri otot
dan sendi yang sangat hebat, kelainan perna"asan,
hepar, ginjal, sampai terjadi penurunan kesadar-
an.
1,2
%ejala penyakit leptospirosis sering
menyerupai gejala penyakit lain, seperti malaria,
tuberkulosis, hepatitis, demam thypoid, dan
in"eksi parasit lainnya.
5
&leh karena itu, untuk
menegakkan diagnosis pasti dengan hanya
berdasarkan gejala klinis adalah sangat sulit,
sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium
yang cepat, tepat, dengan sensiti"itas dan
spesi"isitas yang tinggi.
'ulisan ini menguraikan metode labo-
ratorium yang digunakan dalam menegakkan
diagnosis penyakit leptospirosis sebagai masukan
untuk klinisi, peneliti, dan epidemiologist.
()umah *akit Penyakit +n"eksi Pro". *ulianti *aroso
##
(edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223
KAJIAN
Ga"bar# Ga"baran E!ektr$n"ikr$sk$% Ser$&ar L. interrogans Ga!r
I'ter$hae"$rrha(iae )an( Berikatan %ada Me"brane *i!ter
+
Strktr,M$r-$!$(i
,amili leptospiraceae termasuk orde
spirochaetales sekarang dibagi menjadi ! genera-
Leptospira, Leptonema dan )umeria .dulu disebut
L. para/.
0
*ebelum tahun 1121 genus Leptospira
dibagi menjadi dua spesies yaitu L. interrogans
merupakan galur patogen, dan L. bifle4a
merupakan galur sapro"it yang diisolasi dari
lingkungan.
!,3
Leptospira adalah spirochaeta yang
berbentuk pegas4coil dengan ukuran garis tengah
0,1 5m dan panjang 0-20 5m. 6adang-kadang
ditemukan jauh lebih panjang. 7mplitudo heliks
mencapai 0,1-0,15 5m dengan panjang gelombang
mencapai 0,5 5m. *alah satu atau kedua ujung sel
melengkung dengan sudut yang berla8anan.
9empunyai dua "ilamen aksial dengan insersi
polar terletak dalam ruang periplasma. *truktur
protein "lagella sangat komplek.
!,0
Pen(a"bi!an Sa"%e! S%esi"en
*aat pengambilan sampel sangat tergantung
pada "ase in"eksi penyakit. Leptospira biasanya
berada di dalam peredaran darah penderita kira-
kira 10 hari setelah terjadi in"eksi. Leptospira juga
ditemukan pada cairan tubuh yang lain seperti,
urine, cairan serebrospinal, beberapa hari sesudah
serangan penyakit, dan pada saat bersamaan juga
dia masuk ke organ dalam penderita. 'iter
antibodi yang dapat dideteksi kira-kira 5-10 hari
sesudah serangan penyakit, kadang-kadang lebih
lama bila penderita sudah mendapat pengobatan
antibiotika.
2
:enis sampel yang sering digunakan
adalah-
2
1. ;arah yang diambil 10 hari pertama sakit yang
dicampur heparin .untuk mencegah pembeku-
an/ digunakan untuk pemeriksaan biakan.
;arah untuk biakan sebaiknya diambil tidak
lebih 10 hari sesudah serangan penyakit,
karena Leptospira sudah menghilang dari
peredaran darah. *ampel untuk biakan harus
disimpan dan diangkut dalam suhu ambien,
karena temperatur yang rendah dapat merusak
Leptospira patogen.
2. ;arah beku atau serum. *ampel ini sebaiknya
diambil dua kali dengan selang 8aktu beberapa
hari, yaitu saat serangan penyakit dan sesudah
terjadinya serokonersi.
!. <rine untuk biakan. Leptospira umumnya
cepat mati bila tercampur dengan urine. <rine
yang akan digunakan untuk biakan mempunyai
nilai tinggi, bila diperoleh dalam keadaan
bersih. <rine diinokulasi ke dalam media
biakan dalam 8aktu tidak lebih dari 2 jam
sesudah pengambilan. 9asa hidup Leptospira
di dalam urine yang asam dapat diperpanjang
dengan menetralisasi urine tersebut.
#. *ampel postmortem .sesudah meninggal/.
Pengambilan sampel ini adalah sangat penting
dan diusahakan untuk mengambil dari berbagai
organ dalam, termasuk otak, cairan sere-
#5
(edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223
brospinal, cairan mata, paru, ginjal, hati,
jantung, dan darah yang berada di dalam
jantung untuk pemeriksaan serologis. *ampel
postmortem harus diambil secepat mungkin
secara aseptik. *ampel yang sudah diambil
harus segera diinokulasi ke dalam medium
biakan, dan harus disimpan dan diangkut pada
suhu =#
o
>. 'erjadinya autolisis sel pada suhu
=#
o
> dan penurunan p? harus dicegah, dan
jangan ditaruh pada suhu yang rendah.
5. *ampel cairan serebrospinal dan dialisat
digunakan untuk biakan.
Pe"eriksaan Lab$rat$ri"
Pemeriksaan laboratorium sangat perlu
untuk menegakkan diagnosis penyakit lepto-
spirosis secara dini dengan cepat dan tepat.
9an"aat pemeriksaan laboratorium adalah-
2
1. 9emastikan diagnosis leptospirosis, karena
penyakit ini secara klinis sangat sulit dibeda-
kan dengan penyakit lain.
2. 9enentukan jenis seroar-serogrup penyebab
in"eksi, yang dapat digunakan untuk
mengetahui sumber penularan.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
pada penderita leptospirosis dapat dibagi menjadi
pemeriksaan laboratorium yang bersi"at umum
dan pemeriksaan laboratorium spesi"ik.
.# Pe"eriksaan Lab$rat$ri" K!inik U""
Pemeriksaan laboratorium klinik umum
memberikan hasil berbeda antara leptospirosis
yang ringan dan berat. ?asil pemeriksaan
laboratorium penderita dengan gejala leptospirosis
berat memperlihatkan kelainan hasil laboratorium
yang sangat jelas.
.#a# /asi! Pe"eriksaan Lab$rat$ri" Pada
Kass )an( Rin(an
?asil pemeriksaan darah tepi penderita
leptospirosis ringan, ditemukan laju endap darah
meningkat, jumlah lekosit tidak jelas, kadang-
kadang di ba8ah nilai normal, normal, atau
sedikit meningkat. ?asil tes "ungsi hati ditemukan
sedikit peningkatan aminotrans"erase, bilirubin,
dan alkalinphospatase, sedangkan secara klinis
ikterus tidak tampak dengan jelas.
10
?asil
pemeriksaan urine ditemukan proteinuria, pyuria,
dan sering ditemukan hamaturia mikroskopik.
:uga ditemukan adanya hialin dan granular cast
pada minggu pertama sakit.
!
.#b# /asi! Pe"eriksaan Lab$rat$ri" %ada
Kass )an( San(at Berat
Pemeriksaan darah tepi tampak leukositosis
dengan pergeseran ke arah kiri, dan trombosito-
peni berat. ;ari tes "ungsi ginjal ditemukan
gangguan "ungsi ginjal ditandai dengan
peningkatan kadar kreatinin plasma. 'ingkat
azotemia terjadi berariasi tergantung beratnya
penyakit.
1,10
'es "ungsi hati pada leptospirosis
berat umumnya memperlihatkan peningkatan
kadar bilirubin darah cukup bermakna dengan
sedikit peningkatan kadar alkalin phospatase.
Peningkatan bilirubin umumnya tidak sesuai
dengan nilai tes "ungsi hati yang lain.
11
. ?asil
pemeriksaan pungsi lumbal terutama ditemukan
sel lim"osit, kadar protein normal atau sedikit
meningkat, sementara kadar glukose normal. Pada
penderita dengan ikterus berat, cairan sere-
brospinal tampak @antochrom. 6elainan cairan
serebrospinal tampak jelas pada minggu ke-2
sakit, dan pleositosis pada cairan serebrospinal
dapat terjadi sampai berminggu-minggu.
!
Perubahan alami yang tidak spesi"ik ini
hanya dapat dipakai untuk menduga adanya
in"eksi leptospirosis. <ntuk memastikan
diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan mikro-
biologi spesi"ik.

0# Pe"eriksaan !ab$rat$ri" s%esi-ik
0#a# Pe"eriksaan Bakteri
0#a#.# Pe"eriksaan bakteri se'ara !an(sn(
den(an "ikr$sk$%
?asil pemeriksaan ini dapat digunakan
menegakkan diagnosis leptospirosis secara pasti.
Leptospira dari spesimen klinik dilihat secara
langsung menggunakan mikroskop lapangan gelap
atau menggunakan mikroskop cahaya setelah
preparat dicat dengan pe8arnaan yang sesuai.
7gar bakteri tampak pada mikroskop lapangan
gelap diperlukan 10
#
Leptospira4ml, dengan
harapan setiap lapangan pandang tampak satu sel.
!
7gar pemeriksaan mikroskopis berhasil,
sampel darah diambil dalam 0 hari sesudah timbul
gejala, jika lebih Leptospira sulit ditemukan. :uga
#0
(edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223
sangat sulit menemukan Leptospira pada cairan
serebrospinal, karena jumlah bakteri sangat
sedikit. Pemeriksaan ini sering memberikan hasil
yang keliru, karena adanya "ibrin atau protein
yang kelihatan bergerak dan ber8arna coklat
.Bro5nian motion/, sehingga spesi"isitasnya
rendah.
!,12
Leptospira tampak sebagai organisme
bergerak cepat, berbentuk spiral pegas yang kurus,
umumnya ditemukan dalam biakan, darah, dan
urine.
2
;ari hasil penelitian, sensiti"itas pemeriksa-
an mikroskop lapangan gelap #0,2A dan
spesi"isitas 01,5A, dengan nilai ramal positi"
55,2A dan nilai ramal negati" #0,0A. Bilai rata-
rata positi" pada penderita dengan pemeriksaan
biakan positi" cukup rendah yaitu #0A.
12
Calaupun pemeriksaan ini merupakan tes yang
cepat, tetapi tidak disarankan digunakan sebagai
prosedur tes tunggal untuk mendiagnosis
leptospirosis.
2

6euntungan pemeriksaan ini-
2
dapat
digunakan untuk mengamati Leptospira dalam
biakan, terutama bila bakteri dalam jumlah
banyak, dan untuk mengamati aglutinasi pada
pemeriksaan 97'. 6elemahannya, memerlukan
tenaga ahli berpengalaman. Dila jumlah bakteri
sedikit, Leptospira sulit ditemukan.
2

*ensiti"itas pemeriksaan ini dapat ditingkat-
kan dengan memberikan pe8arnaan. 9etode
pe8arnaan yang sering dipakai immuno6
fluorescence. 'eknik ini dapat dilakukan untuk
pemeriksaan urine, darah, dan tanah. ;i samping
itu, Leptospira dapat juga di8arnai dengan
immunoperoksidase, sering digunakan untuk
pemeriksaan sampel darah dan urine. Pe8arnaan
histologis yang paling sering digunakan untuk
memperlihatkan Leptospira adalah pe8arnaan
perak dan pe8arnaan Carthin-*tarry.
!,2
0#a#0# Is$!asi Bakteri /id%
*pesimen dari penderita dibiakkan pada
media untuk memperbanyak bakteri. 9etode ini
membutuhkan 8aktu cukup lama, sangat mahal,
dan memerlukan tenaga ahli berpengalaman, dan
sensiti"itasnya rendah. Diakan bakteri memerlu-
kan media yang komplek dan rumit, yang harus
mengandung perangsang pertumbuhan dan
antibiotika untuk menekan pertumbuhan
kontaminan. 9asa pertumbuhan bakteri cukup
panjang yaitu 0-2 jam4siklus, sehingga tidak
mungkin dipakai mendiagnosis lepotospirosis
secara dini.
1!
+n"eksi Leptospira pada binatang dan
manusia diperkirakan terjadi sangat singkat.
Diasanya bakteri ditemukan di dalam darah
selama 2 hari dari pertama sakit. &leh karena itu,
darah diambil secepat mungkin. Pemberian
antibiotika dapat mempengaruhi keberhasilan
isolasi bakteri. >airan serebrospinal untuk biakan
harus diambil pada minggu pertama sakit. *ampel
urine diambil pada minggu kedua sakit. 9asa
hidup Leptospira dalam urine sangat terbatas.
<rine harus cepat diproses dengan sentri"ugasi,
sedimen yang diperoleh diresuspensi ke dalam
phosphate buffer salin-PD* .untuk menetralisasi
p?/, kemudian diinokulasi ke dalam medium dan
diinkubasi pada temperatur 22
o
-!0
o
> diamati
setiap minggu. *ekarang sudah tersedia sistem
biakan yang dijual secara komersial.
1#
0#a#+# Deteksi Anti(en Bakteri
7da berbagai metode untuk mendeteksi
antigen Leptospira d antaranya, teknik radio6
immunoassay .)+7/, enzyme6linked immuno6
sorbent assay .$L+*7/, dan chemiluminescent
immunoassay. ;eteksi antigen Leptospira pada
spesimen klinik lebih sensiti" dan spesi"ik
dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskop
lapangan gelap. Deberapa teknik ini telah
diealuasi, misalnya, metode )+7 dapat men-
deteksi 10
#
sampai 10
5
Leptospira4ml, metode
$L+*7 dapat mendeteksi 10
5
Leptospira4ml. )+7
lebih sensiti" dibandingkan pemeriksaan langsung
dengan mikroskop lapangan gelap, tetapi kurang
sensiti" dibandingkan biakan, terutama untuk
pemeriksaan urine. 9etode chemiluminescent
immunoassay memberi hasil tidak berbeda dengan
$L+*7.
!
Derdasarkan hasil penelitian, pemeriksaan
antigen Leptospira dalam urine penderita dengan
metode dot-$L+*7 menggunakan antobodi
monoklonal L;5 dan L$1 memberi hasil positi"
berturut-turut 35A, 22,1A, 13,2A, 13,2A dan
100A bila sampel urine secara berurutan diambil
pada hari ke 1, 2, !, 3, dan 1# pera8atan. ?asil
penelitian ini cukup kuat untuk dapat diterapkan
dalam mendeteksi antigen di dalam urine.
1!
Leptospira yang sudah diisolasi juga dapat
dideteksi menggunakan metode absorbsi aglutinin
silang. ;engan memiliki panel antibodi
#3 (edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223
monoklonal, maka laboratorium yang mampu
melakukan tes aglutinasi mikroskopis, dapat
mengidenti"ikasi isolat dalam 8aktu relati" lebih
cepat. 9etode molekuler seperti polymerase
chain reaction .P>)/, restriction fragment length
polymorphisms .),LP/ juga dapat dipakai
mendeteksi Leptospira.
!,2
;i samping itu, seroar
atau serogup juga dapat ditentukan dari isolat
Leptospira yang diperoleh.
2
0#b# Pe"eriksaan Ser$!$(is
*ebagian besar kasus leptospirosis di-
diagnosis dengan tes serologi. 7ntibodi dapat
dideteksi di dalam darah 5-3 hari sesudah
munculnya gejala. 7da banyak metode serologis
yang dapat digunakan, dan yang dianggap paling
baik sampai saat ini adalah microscopic
agglutination test .97'/.
0#b#.# Mi'r$s'$%i' A(!tinati$n Test 1MAT2
(icroscopic aglutination test .97'/
adalah tes untuk menentukan antibodi aglutinasi
di dalam serum penderita. >ara melakukan tes
adalah, serum penderita direaksikan dengan
suspensi antigen seroar Leptospira hidup atau
mati. *etelah diinkubasi, reaksi antigen-antibodi
diperiksa di ba8ah mikroskop lapangan gelap
untuk melihat aglutinasi. Eang dipakai batas akhir
.end point/ pengenceran adalah pengenceran
serum tertinggi yang memperlihatkan 50A
aglutinasi.
2
9etode ini dipakai sebagai metode
re"erensi untuk mengembangkan teknik lain
dengan membandingkan sensiti"itas, spesi"isitas,
dan akurasi. 97' sering mengalami beberapa
kendala terutama di negara yang sedang
berkembang, karena memerlukan banyak jenis
seroar dan tenaga ahli yang berpengalaman.
1!
9etode 97' sangat rumit terutama saat
penga8asan, pelaksanaan, dan penilaian hasil.
*eluruh biakan seroar hidup harus dipelihara
dengan baik. Perlakuan terhadap tes menggunakan
Leptospira hidup maupun mati harus sama.
9emelihara biakan Leptospira di dalam
laboratorium cukup berbahaya bagi para petugas.
;i samping itu, sering terjadi kontaminasi silang
antara seroar, sehingga perlu dilakukan eri"ikasi
seroar secara berkala.
!,2
Pemeriksaan 97' memerlukan antigen
seroar Leptospira yang banyak beredar di suatu
8ilayah.
!,2
*eroar yang sering digunakan adalah
Leptospira +nterrogens yaitu, Australis,
Autumnalis, Bata7iae, %anicola, %openhageni,
8rippotyphosa, Hebdomadis, dan Pomona.
Leptospira bifle4a adalah seroar Patoe.
1
9aksud
penggunaan banyak jenis antigen, agar dapat
mendeteksi in"eksi seroar yang tidak umum,
yang sebelumnya tidak pernah terdeteksi.
!,2
*ampai saat ini, seroar Leptospira yang beredar
di +ndonesia belum seluruhnya diketahui secara
pasti. &leh karena itu, diperlukan penelitian untuk
mengetahui seluruh seroar yang beredar di
+ndonesia, sehingga antigen yang digunakan
sesuai dengan seroar yang beredar, untuk
memperoleh hasil 97' yang lebih tepat dan
menghindari hasil negati" palsu.
<ntuk mengatasi kesulitan 97' dengan
antigen hidup, maka digunakan antigen mati.
7ntigen mati umumnya menghasilkan titer
antibodi sedikit lebih rendah, dan reaksi silang
lebih sering terjadi. 7glutinasi antigen mati
kualitasnya berbeda dengan antigen hidup. 7kan
tetapi, untuk laboratorium yang tidak memiliki
tenaga ahli, maka antigen ini merupakan alternati"
yang cukup baik.
!
Pada tubuh penderita biasanya muncul
antibodi aglutinasi terhadap seroar yang
mengin"eksi. *ering ditemukan antibodi yang
bereaksi silang dengan seroar lain, terutama
ditemukan pada "ase dini penyakit. Pada minggu
pertama, reaksi heterologous seroar lain terjadi
lebih kuat dibanding reaksi homologous seroar
yang mengin"eksi. 6adang-kadang ditemukan
reaksi heterologous positi", sementara reaksi
homologous masih negati". ,enomena ini disebut
reaksi parado4ical. 'iter antibodi reaksi silang
cendrung menurun relati" lebih cepat sampai
beberapa bulan, sementara antibodi spesi"ik
serogrup dan spesi"ik seroar tetap ada dalam
8aktu lama sampai bertahun-tahun.
2
?al ini
disebabkan karena penderita sudah mempunyai
antibodi terhadap serogrup Leptospira lain
sebelum terkena in"eksi serogrup Leptospira yang
baru.
!

<ntuk diagnosis, diperlukan sepasang
serum. 7danya peningkatan titer empat kali lipat
dari sepasang serum dapat memastikan diagnosis
tanpa memperhatikan jarak 8aktu pengambilan di
antara kedua sampel. :arak pengambilan antara
sampel pertama dan kedua sangat tergantung pada
8aktu antara munculnya gejala dan penampilan
#2 (edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223
gejala penyakit yang berat pada penderita. :ika
gejala penyakit leptospirosis sangat jelas, maka
jarak !-5 hari sudah dapat mendeteksi
peningkatan titer. <ntuk penderita dengan
perjalanan penyakit kurang jelas atau jika
munculnya gejala tidak diketahui, maka jarak
pengambilan sampel pertama dan kedua antara
10-1# hari. :arang serokonersi tidak terjadi
dengan jarak 8aktu tersebut. *elang 8aktu antara
sampel pertama dan kedua sebaiknya lebih lama.
Pemeriksaan serologis menggunakan 97'
kurang sensiti" terutama untuk pemeriksaan
spesimen yang diambil pada permulaan "ase akut,
sehingga tidak dapat digunakan menentukan
diagnosis pada penderita berat yang meninggal
sebelum terjadinya serokonersi.
!
+n"eksi Leptospira akut sangat sulit
didiagnosis dengan pemeriksaan sampel tunggal,
karena titer antibodi penderita dipengaruhi oleh
tingkat paparan yang terjadi di dalam populasi dan
seroprealensi. &leh karena itu, menurut
communicable disease controle .>;>/, yang
dianggap kasus mungkin .probable/ adalah
penderita yang memiliki titer antibodi F200
dengan gejala klinis yang sesuai. Penilaian ini
dapat diterapkan di negara dengan paparan
Leptospira yang jarang, sedangkan untuk negara
tropis dengan tingkat paparan Leptospira yang
tinggi, maka titer tunggal adalah F200, tetapi
untuk lebih pasti disarankan titer F1.000.
!
97' juga merupakan tes yang cukup baik
untuk serosurei epidemiologi, karena dapat juga
dipakai pemeriksaan pada binatang, dan antigen
yang dipakai dapat ditambah atau dikurangi sesuai
dengan kebutuhan. Diasanya sebagai bukti
mendapat paparan sebelumnya adalah titer F100.
15
97' dapat memberikan gambaran umum tentang
serogrup yang ada dalam populasi.
1!
6arena pemeriksaan 97' sangat komplek,
maka dikembangkan sistem pemeriksaan antibodi
Leptospira yang cepat. 7da berbagai metode
serodiagnostik untuk leptospirosis. Deberapa di
antaranya sudah tersedia secara komersial. 'es
yang paling sering digunakan sebagai pengganti
97' adalah tes enzyme6linked immunosorbent
assay .$L+*7/.
10
0#b#0# En3)"e4!inked i""n$s$rbent assa)
1ELISA2
'es $L+*7 sangat popular dan bahan yang
diperlukan untuk pemeriksaan sudah tersedia
secara komersial dengan antigen yang diproduksi
sendiri .in house/. <ntuk mendeteksi +g9
umumnya digunakan antigen spesi"ik genus yang
bereaksi secara luas, teknik ini kadang-kadang
juga digunakan untuk mendeteksi antibodi +g%.
7danya antibodi +g9 merupakan pertanda adanya
in"eksi baru Leptospira, atau in"eksi yang terjadi
beberapa minggu terakhir.
2

'est $L+*7 cukup sensiti" untuk
mendeteksi Leptospira dengan cepat pada "ase
akut, dan lebih sensiti" dibandingkan dengan
97'.
1
'es ini dapat mendeteksi antibodi +g9
yang muncul pada minggu pertama sakit,
sehingga cukup e"ekti" untuk mendiagnosis
penyakit. $L+*7 dapat juga digunakan untuk
mendeteksi antibodi +g9 dalam cairan
serebrospinal, salia dan urine. ?arus diingat
bah8a, antibodi klas +g9 kadang-kadang masih
dapat dideteksi sampai bertahun-tahun, sehingga
titer positi" .cut6off point/ harus ditentukan dengan
dasar pertimbangan yang sama seperti 97'. 'es
$L+*7 spesi"ik genus cendrung memberikan
reaksi positi" lebih dini dibandingkan dengan
97'. $L+*7 biasanya hanya mendeteksi antibodi
yang bereaksi dengan antigen spesi"ik genus yang
sangat luas, sehingga tidak dapat menentukan
seroar atau serogrup penyebab.
2
9etode $L+*7 telah banyak dimodi"ikasi,
misalnya, ;ot-$L+*7 spesi"ik +g9 dikembangkan
menggunakan antigen Leptospira polialen yang
diteteskan di atas kertas "ilter selulose sumur
mikrotiter. ;engan metode ini, jumlah reagen
yang dibutuhkan sedikit. ;i samping untuk
mendeteksi +g9, metode ini dimodi"ikasi untuk
mendeteksi +g% dan +g7. 9ipstick assay telah
digunakan secara luas di beberapa negara. ;ari
hasil pemeriksaan sampel darah yang diambil
pada "ase akut, tes ini memberikan sensiti"itas
00,1A, dan bila sampel darah diambil pada "ase
konalesen sensiti"itasnya meningkat menjadi
23,#A.
13
;ari hasil penelitian ternyata sensiti"itas
+g9-$L+*7 dan +g9-dipstick komersial untuk
mendeteksi leptospirosis akut adalah 21,0-12A
dan spesi"isitasnya 10-12,3A dengan nilai ramal
positi" 23,0-10A dan nilai ramal negati" 10,3-
12A. Pemeriksaan dot immunoblot dengan
menggunakan conjugate koloid emas dapat
memberikan hasil pemeriksaan dalam 8aktu !0
menit.
!,12

#1 (edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223
0#b#+# Tes ser$!$(is !ain
'es macroscopic slide agglutination sudah
pernah dilakukan pada binatang dan manusia.
*ering digunakan untuk penapisan serum manusia
atau binatang, tetapi sering memberikan hasil
positi" palsu.
11
:uga dapat digunakan sel darah merah yang
disensitisasi, bila ditambahkan komplemen akan
mengalami hemolitik. ;i samping itu, juga dapat
dilakukan pemeriksaan hemaglutinasi. Pemeriksa-
an ini dapat mendeteksi antibodi +g9 dan +g%.
!
Pemeriksaan indirect hemagglutination
.+?7/ dikembangkan oleh communicable disease
control .>;>/, mempunyai sensiti"itas 12A,
spesi"isitas 15A, dan dengan nilai ramal negati"
12A, bila dibandingkan dengan 97'. 9etode ini
tersedia secara komersial. *ensiti"itas +?7 pada
populasi yang endemi Leptospira memberikan
hasil yang sangat berariasi.
10,20,21
'es aglutinasi mikrokapsul menggunakan
polimer sintetik sebagai pengganti sel darah
merah telah diealuasi secara luas di :epang dan
>hina, ternyata lebih sensiti" dibandingkan
dengan 97' atau $L+*7-+g9 untuk pemeriksaan
"ase akut, tetapi gagal mendeteksi in"eksi yang
disebabkan oleh banyak seroar.
!
Pemeriksaan aglutinasi late@ sederhana
.simple late4 agglutination assay/ mempunyai
sensiti"itas 22,!A dan spesi"isitas 1#,0A.
Pemeriksaan ini sangat mudah dilakukan dan
tidak memerlukan keahlian dan peralatan khusus.
)eagen mempunyai masa hidup lama, 8alaupun
pada temperatur lingkungan daerah tropis.
2!
'eknik lain adalah immunofluorescence, )+7,
counterimmunoelectroforesis dan immuno assay
tetes tebal, tetapi jarang digunakan.

+# Pe"eriksaan M$!ek!er
;B7 Leptospira dapat dideteksi meng-
gunakan metode dot6blotting dan hybridisasi.
Probe rekombinan yang spesi"ik untuk seroar
patogen sudah dibuat dari seroar lai. Probe
spesi"ik untuk seroar hardjobo7is juga sudah
dikembangkan dan digunakan untuk mendeteksi
Leptospira dari urine sapi. 7gar dapat mendeteksi,
probe yang dilabel dengan
!2
P membutuhkan 10
!
Leptospira, sedangkan jumlah Leptospira yang
dapat dideteksi oleh P>) jauh lebih rendah,
sehingga sekarang teknik probe sudah tidak
digunakan lagi.
!

+#a# Tekn$!$(i P5R
Polymerase chain reaction .P>)/ adalah
metode ampli"ikasi segmen ;B7 Leptospira yang
terdapat di dalam sampel klinik. :adi, adanya
Leptospira dipastikan dengan menemukan segmen
;B7 Leptospira yang spesi"ik. 9etode ini sangat
berguna untuk mendiagnosis leptospirosis ter-
utama pada "ase permulaan penyakit. 7lat ini
dapat mendeteksi Leptospira beberapa hari setelah
munculnya gejala penyakit. 7kan tetapi, alat ini
belum tersedia secara luas terutama di negara
yang sedang berkembang.
2!
<ntuk mendeteksi ;B7 Leptospira,
teknologi P>) membutuhkan sepasang primer
dengan sasaran gen spesi"ik, seperti gen r)B7
10* dan 2!*, atau elemen pengulangan. ;i
samping itu, ada juga yang disusun dari pustaka
genom. <mumnya teknologi ini sangat jarang
dipakai untuk memeriksa spesimen klinik.
!
;ari hasil penelitian penderita yang sudah
didiagnosis leptospirosis secara pasti, ternyata
yang menunjukkan hasil biakan positi" sekitar
#2A, sementara P>) 02A, sedangkan pemeriksa-
an serologis 13A. Pada keadaan tertentu
pemeriksaan P>) lebih menguntungkan. *ebagai
contoh, pemeriksaan ini dapat memberikan hasil
positi" pada 2 penderita yang meninggal sebelum
terjadi serokonersi, dan juga memberi hasil
positi" pada 12A penderita seronegati" pada
permulaan "ase akut.
!

9erien dkk. .1112/ membuat sepasang
primer yang dapat mengampli"ikasi "ragmen yang
panjangnya !!1 pasang basa dari gen rrs .r)B7
10*/ Leptospira patogen dan non-patogen dengan
harapan agar dapat mendeteksi seluruh seroar
patogen.
2#
%raekamp dkk. .111!/ membuat
primer %1 dan %2.
25
Primer ini mempunyai
50
(edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223
kelemahan yaitu tidak dapat mengampli"ikasi
seroar L. kirschneri. 6edua pasang primer ini
sudah digunakan secara luas untuk studi klinik.
6eterbatasan P>) adalah tidak mampu
untuk mendeteksi jenis seroar yang mengin"eksi.
Calaupun demikian P>) berman"aat untuk
epidemiologi dan kesehatan masyarakat. 7gar
lebih berman"aat, maka hasil yang diperoleh
dicerna dengan enzim endonuclease restriksi,
kemudian amplicon yang diperoleh disikuens
langsung, atau dianalisis dengan metode
kon"ormasi untai tunggal.
20
6euntungan pemeriksaan P>) adalah, bila
bakteri ada maka diagnosis dapat dipastikan
dengan cepat terutama pada "ase dini penyakit
sebelum titer antibodi dapat dideteksi. 6e-
lemahannya, memerlukan peralatan dan tenaga
ahli yang khusus. ;isamping itu, P>) dapat
memberikan hasil positi" palsu, apabila ter-
kontaminasi oleh ;B7 asing. ;ia juga dapat
memberi hasil negati" palsu, karena spesimen
klinik yang diperiksa sering mengandung inhibitor
seperti heparin dan saponin.
2

+#b# Pe"etaan "$!ek!er
9etode yang digunakan adalah mencerna
;B7 kromosom menggunakan restriction
endonuclease .)$7/, restriction fragment length
polymorphism .),LP/, ribotyping, pulsed6field
gel electrophoresis .P,%$/ dari hasil P>).
9etode-metode ini dapat digunakan untuk
mendeteksi berbagai seroar.
!
Kesi"%!an
7da berbagai metode tes laboratorium yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit
leptospirosis pada manusia. <ntuk mendeteksi
Leptospira dapat dilakukan dengan membiakkan
pada medium yang sudah tersedia, atau dengan
melihat bakteri secara langsung pada spesimen
klinik menggunakan mikroskop lapangan gelap.
*aat ini pemakaian P>) untuk mendeteksi gen
Leptospira menggunakan sepasang primer juga
sudah banyak berkembang. ;iagnosis dapat juga
ditegakkan dengan cara pemeriksaan serologis
untuk mendeteksi antibodi yang timbul sebagai
akibat leptospirosis, misalnya dengan 97',
$L+*7, )+7, +?7 dll. 9asing-masing dari tes ini
mempunyai keunggulan dan kelemahan. <ntuk
itu, maka para klinisi, ahli epidemiologi, dan
peneliti hendaknya memahami keunggulan dan
kelemahan dari masing-masing tes ini, sehingga
dapat mengealusi hasil tes yang diperoleh
dengan baik dan benar.
U'a%an Teri"a Kasih
6ami mengucapkan banyak terima kasih
kepada seluruh de8an redaksi 9edia Penelitian
dan Pengembangan 6esehatan yang telah memuat
tulisan ini.
Da-tar Pstaka6
1. Dharad8aj ), Dal 79, :oshi *7, 6agal 7,
Pol **, %arad %, et al. 7n <rban outbreak o"
leptospirosis in 9umbai, +ndia. :pn.: +n"ect
;is 2002G 55-11#-110.
2. 6o 7+, )eis 9%, ;ourado >9), :ohnson
C;, )oley LC, and the *alador
Leptospirosis *tudy %roup. <rban epidemic
o" seere leptospirosis in Drazil. Lancet
1111G !5#-220-225.
!. Leett PB, Dranch *L, Chitington ><,
$d8ards >B, and Pa@ton ?. '8o methods
"or rapid diagnosis o" acute leptospirosis.
>lin ;iagn Lab +mmunol 2001G 2- !#1-!51.
#. )omeo $>, Dernardo >>9, Easuda P9.
?uman leptospitosis- 7 t8enty-nine year
serological study in *aulo Paulon Drazil. )es
+nst 9ed trop * Paulo 200!G #5.5/-3#5-3#2
5. >hu 69, )athinam ), Bamperumalsamy,
and ;ean ;. +denti"ication o" leptospira
spesies in the pathogenesis o" ueitis and
determination o" clinical ocular
characteristics in *outh +ndia. : +n"ect ;is
1112G 133-1!1#-21.
0. Plank ) and ;ean ;. &erie8 o" the
epidemiology, microbiology, and
pathogenesis o" leptospira spp. +n humans.
9icrobes and +n"ect 2000G 2- 1205-1230.
3. ,ontaine %7.- >anine leptospirosis---;o 8e
hae a problemH : Ietmic 2000G 113- 11-2#.
2. C?&. Leptospirosis- %uidance "or diagnosis,
sureillance and control. +nternational
leptospirosis society. 200!.
1. 9arutto P>,, Bascimento >9), Beto :$,
9arotto 9*, 7ndrade L, *ztajnbok :, et al.
7cute lung injury in leptospirosis- >linical
51
(edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223
and laboratory "eaturer, outcome, and "actors
associated 8ith mortality. >lin +n"ec ;is
1111G 21- 1501-!.
10. 9artin $9, Destard DI, 9arJuez )L, and
%onzalez 77- >ase report- Lung
inolement in leptospirosis. 7rch
Dronconeumol 2000G #2.#/-202-#
11. 'reejo )', )igau-Peres :%, 7sh"ord ;7,
9c>lure $9, %onzalez >:, 7mador ::, et al.
$pidemic leptospirosis associated 8ith
pulmonary hemorrhage---Bicaragua, 1115. :
+n" ;is 1112G 132-1#53-0!.
12. Iijayachari P.- $aluation o" darkground
microscopy as a rapid diagnosis procedure in
leptospirosis. +ndian : 9ed )es 2001G
11#-5#-52.
1!. *aengjaruk P, >haicumpa C, Catt %,
Dunyaraksyotin %, Cuthiekanun I,
'apchaisri P, et al. ;iagnosis o" human
leptospirosis by monoclonal antribodi-based
antigen detection in urine. : >lin 9icrobiol
2002G #0-#20-#21.
1#. Palmer 9,, Kocho8ski C:. *urial o"
leptospires in commercial blood culture
systems reisited. : >lin Pathol 2000G 5!-
31!-31#.
15. Leett PB.- <se"ulness o" serologic analysis
as a predictor o" the in"ecting seroar in
patients 8ith seere leptospirosis. 7clin in"ec
;is 200!G !0- ##3-#52.
10. Dajani 9;, 7sh"ord ;7, Dragg *L, Cood
>C, 7ye ', *piegel )7, et al. $aluation o"
"our commercially aailable rapid serologic
test "or diagnosis o" leptospirosis. : >lin
9ecrobiol 200!G #1-20!-201.
13. *mith ?L, 7nanyina EI, >hershsky 7,
;ancel L, Lai-7-,at, ),9, >hee ?;, et al.
+nternational multicenter ealuation o" the
clinical utility o" a dipstick assay "or
detection o" leptospira-spesi"ic immuno-
globulin 9 antibodies in human. : >lin
9icrobiol 1111G !3-210#-2101.
12. Leett PB and Dranch *L. $aluation o" t8o
enzyme linked immunosorbent assay
methods "or detection o" immunoglobulin 9
antibodies in acut leptospirosis. 7m : 'rop
9ed ?yg 2002G 00- 3#5-3#2.
11. Drandao 7P, >amargo $;, da *ila $;,
*ila 9I and 7brao )I. 9acroscopic
agglutination test "or rapid diagnosis o"
human leptospirosis. : >lin 9icrobiol 1112G
!0- !1!2-!1#2.
20. Leett PB and Chittington ><. $aluation
o" the indirect hemagglutination assay "or
diagnosis o" acute leptospirosis. : >lin
9icrobiol 1112G !0- 11-1#.
21. $""ler PI, ;omen ?E, Dragg *L, 7ye ', and
*asaki ;9. $aluation o" the indirect
hemagglutination assay "or diagnosis o" acute
leptospirosis in ?a8aii. : >lin 9icrobiol
2000G !2- 1021-102#.
22. *mith ?l, an der ?oorn 97C%, %oris
9%7, %ussenhoen %>, Eersin >, *asaki
;9, et al. *imple late@ agglutination assay
"or rapid serodiagnosis o" human
leptospirosis. : >lin 9icrobiol 2000G
!2-1232-1235.
2!. Eersin >, Doet P, 9erien ,, Cong ',
Pano8sky :, and Perolat P. ?uman
leptospirosis in the *eychelles .+ndian
&cean/- a populatioan-based study. 7m :
'rop 9ed ?yg 1112G 51- 1!!-1#0.
2#. 9erien ,, 7mouriau@ P, Perolat P, and
%irons +*. Polymerase chain reaction "or
detection o" leptospira spp. +n clinical
samples. : >lin 9icrobiol 1112G !0- 2211-
222#.
25. %raekamp >, an de 6emp ?, ,ranzen 9,
>arrington ;%, *choone %L, Ian $ys
%::9, et al. ;etection o" seen species
pathogenic leptospires by P>) using t8o sets
o" primers. : %en 9icrobiol 111!G 1!1- 1011-
1300.
20. Batarajaseeniasan 6, Prabhu B,
*elanayaki 6, )aja ***, and )atnam *.
?uman Leptospirosis in $rode, *outh +ndia-
*erology, isolation, and characterization o"
the isolates by randomly ampli"ied
polymorphic ;B7 .)7P;/ "ingerprinting.
:pn : +n"ect ;is 200#G 53- 11!-113.
52
(edia Litbang -esehatan /olume 0/+++ 1omor ! )ahun $223

Anda mungkin juga menyukai