Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. MEDIS

1. Pengertian

Anemia
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1
mm
3
darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml darah (Ngastia,
1997 ; 398)
Anemia adalah berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah batas nilai-nilai
yang dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838)

Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik autoimun (AHA) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu
anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit
sendiri sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006). Dan
sebagian referensi ada yang menyebutkan anemia hemolitik autoimun ini merupkan
suatu kelainandimana terdapat antibody terhadp sel -sel eritrosit sehingga umur
eritrosit memendek (Sudoyo.et all.,2006).
Hemolisis adalah kerusakan sel darah merah pada sirkulasi sebelum 120 hari (umur
eritrosit normal). Hemolisis mungkin asymptomatic, tapi bila eritropoesis tidak
dapat mengimbangi kecepatan rusaknya sel darah merah dapat terjadi anemia.
(Gurpreet, 2004)
Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) adalah suatu kondisi dimana imunoglobulin
atau komponen dari sistem komplemen terikat pada antigen permukaan sel darah
merah dan menyebabkan pengrusakan sel darah merah melalui Sistem Retikulo
Endotelial (SRE). Antibodi yang khas pada AIHA antara lain IgG, IgM atau IgA dan
bekerja pada suhu yang berbeda-beda. (Lanfredini, 2007)
Umur Laki laki Perempuan
12 18 thn.
18 48 thn.
13 16 gr %
13,5 17,5 gr %
12 16 gr %
12 16 gr %

2

2. Klasifikasi
Anemia Hemolitik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Tabel 1):
Tabel 1. Klasifikasi Anemia Hemolitik Imun
Anemia Hemolitik Auto Omun (AIHA)
A. AIHA tipe hangat
1. Idiopatik
2. Sekunder (karena cll, limfoma, SLE)
B. AIHA tipe dingin
1. Idiopatik
2. Sekunder (infeksi mycoplasma, mononucleosis, virus, keganasan
limforetikuler)
C. Paroxysmal Cold hemoglobinuri
1. Idiopatik
2. Sekunder (viral dan sifilis)
D. AIHA Atipik
1. AIHA tes antiglobulin negatif
2. AIHA kombinasi tipe hangat dan dingin

a. Anemia Hemolitik Autoimun Tipe Hangat
Sekitar 70% kasus AIHA memiliki tipe hangat, di mana autoantibodi bereaksi
secara optimal pada susu 30
0
C. Kurang lebih 50% pasien AIHA tipe hangat
disertai penyakit lain.
b. Anemia Hemolitik Imun Tipe Dingin
Terjadinya hemolisis diperantai antibody dingin yaitu agkutinin dingin dan
antibody Donath-landstainer. Kelainana ini secara karekteristik memiliki
agglutinin dingin IgM monoklonal. Pada umumnya agglutinin tipe dingin ini
terdapat pada titer yang sangat rendah, dan titer ini akan meningkat pesat pada
fase penyembuhan infeksi. Aglutinin tipe dingin akan berikatan dengan sel
darah merah dan terjadi lisis langsung dan fagositosis.
c. Paroxysmal Cold Hemoglobinuri
Ini adalah bentuk anemia hemolitik yang jarang dijumpai, hemolisis terjadi
secara massif dan berulang setelah terpapar suhu dingin. Dahulu penyakit ini
sering ditemukan, karena berkaitan dengan penyakit sifilis. Pada kondisi ekstrim
autoantibody Donath-Landsteiner dan protein komplemen berikatan pada sel
darah merah. Pada saat suhu kembali 37
0
C. terjadilah lisis karena propagasi
pada protein-protein komplemen yang lain.
3

3. Anatomi Fisiologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat penyusun darah diproduksi,
termasuk sumsusm tulang dan nodus limfa. Darah dan organ khusus yang berbeda
dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Darah dalanm suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit. Peraanannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi
dalam tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap
organisme sebagai suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darahnya sendiri.
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah
putih (leukosit), dan pecahan sel yang disebut trombosit.
a. Sumsum tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian tengah rongga
tulang panjang. Sumsum merupakan 4 % sampai 5 % berat badan total,sehingga
merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah atau
kuning. Sumsum merah merupakan tempat diproduksi sel darah merah aktif dan
merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang sumsum kuning,
tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah
b. Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit dalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah
tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam
perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar
yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh
yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah
adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan
mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-
molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem,
masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan
pertukaran gas yang sangat sempurna.
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium
pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum
tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah
yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikular.
Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam
4

pematangan, retikulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang
matang.
c. Leukost (sel darah putih ).
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit
ini sebagian di bentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit
limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah
dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh untuk di
gunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan di
transpor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan
serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap bahan
infeksius yang mungkin ada.
Ada 6 macam sel darah putih yang secara normal di temukan dalam darah.
Keenam sel tersebut ialah netrofil polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir,
basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang sel plasma. Selain
itu terdapat juga sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe
ketujuh sel darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yakni megakariosit.
Ketiga tipe dari sel, yaitu sel polimorfonuklir, seluruhnya mempunyai gambaran
granular, karena alasan itu mereka disrbut granulosit atau dalam terminologi
klinis disebut poli karena intinya multipel.
Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang
terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama
limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun.
d. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 m, yang terdapat
pada sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami disintegrasi cepat dan
mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000 dan 450.000 per mm darah,
tergantung jumlah yang dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan
kerusakan. Dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang disebut
megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh trombopotein.
Trombosit berperan penting dalam mengotrol pendarahan. Apabila terjadi
pendarahan cedera vascular, trombosit mengumpul pada pada tempat edera
tersebut. Subtansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya
menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan membentuk tambalan atau
5

sumbatan, yang sementara menghentikan pendarahan. Subtansi lain dilepaskan
dari trombosit untuk mengaktifasi factor pembekuan dalam plasma darah.
e. Plasma darah
Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan yang tersisa dinamakan
plasma darah. Plasma darah mengandung ion, protein, dan zat lain. Apabila
plasma dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum
mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, keuali kandungan fibrinogen
dan beberapa factor pembekuan.
Protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan globulin. Globulin tersusun
atas fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilhat dari laboratorium yang
dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing kelompok disusun oleh protein
tertentu.
Gama globulin, yang tersusun terutama oleh anti bodi, dinamakan
immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma. Protein
plasma penting dalam fraksi alfa dan beta adalah globulin transpor dan nfaktor
pembekuan yang dibentuk di hati. Globulin transpor membawa berbagai zat
dalam bentuk terikat sepanjang sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin,
membawa tiroksin, dan transferin membawa besi. Faktor pembekuan, termasuk
fibrinogen, tetap dalam keadaan tidak aktif dalam plasma darah sampai diaktifasi
pada reaksi pada tahap-tahap pembekuan.
Albumin terutama penting untuk pemeliharaan volume cairan dalam system
vaskuler. Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin, sehingga
keberadaannya dalam plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga cairan
dalam rongga vaskuler. Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas
mengikat berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi
sebagai protein transpor untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan,
diantara zat lainnya.

4. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, fungsi imun yang abnormal dapat menyebabkan tubuh
menyerang sel darah merah yang normal. Beberapa penyebab tidak normalnya system
imun antara lain:
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik
& faktor ekstrinsik.
6

a. Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel
eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Gangguan struktur dinding eritrosit
a) Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh kelainan
membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini berlangsung ringan
sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala anemianya lebih menyolok
daripada dengan ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa sebaliknya.
Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis
aplastik. Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang
telah lama menderita kelainan ini. Pada 40-80% penderita sferositosis
ditemukan kolelitiasis.
b) Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong).
Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20%
saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel.
Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang
ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat
mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.
c) A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan
umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan bentuk
eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada
dinding sel.
2) Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya
pada panmielopatia tipe fanconi.
Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:
a) Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
b) Defisiensi Glutation reduktas
c) Defisiensi Glutation
d) Defisiensi Piruvatkinase
7

e) Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
f) Defisiensi difosfogliserat mutase
g) Defisiensi Heksokinase
h) Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase

3) Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya
(95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya konsentrasi HbF akan
menurun, sehingga pada umur satu tahun telah mencapai keadaan yang
normal
Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin
ini, yaitu:
a. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin
abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain
b. Gangguan jumblah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal
talasemia

b. Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
1) Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
2) Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang
dibentuk oleh tubuh sendiri.
3) Infeksi, plasmodium, boriella


5. Patofisiologi
Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh turun-temurun
dan gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur adalah beragam dan
dapat disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik cacat, abnormal hemoglobin,
eritrosit enzimatik cacat, kekebalan penghancuran eritrosit, mekanis cedera, dan
hypersplenism.Hemolisis dikaitkan dengan pelepasan hemoglobin dan asam laktat
dehidrogenase (LDH). Peningkatan bilirubin tidak langsung dan urobilinogen berasal
dari hemoglobin dilepaskan.
8

Seorang pasien dengan hemolisis ringan mungkin memiliki tingkat hemoglobin
normal jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan eritrosit. Atau, pasien
dengan hemolisis ringan mungkin mengalami anemia ditandai jika sumsum tulang
mereka produksi eritrosit transiently dimatikan oleh virus (Parvovirus B19) atau
infeksi lain, mengakibatkan kehancuran yang tidak dikompensasi eritrosit (aplastic
krisis hemolitik, di mana penurunan eritrosit terjadi di pasien dengan hemolisis
berkelanjutan). Kelainan bentuk tulang tengkorak dan dapat terjadi dengan ditandai
kenaikan hematopoiesis, perluasan tulang pada masa bayi, dan gangguan anak usia
dini seperti anemia sel sabit atau talasemia.
a. Mekanisme pemecahan eritrosit ektravaskular
Terjadi dalam sel makrofag dan sistem retikuloendotelial terutama di organ hati,
limpa/pankreas dan sumsum tulang. Pemecahan eritrosit terjadi di dalam sel
organ-organ tersebut karena organ-organ tersebut mengandung enzim heme
oxygenase yang berfungsi sebagai enzim pemecah.
Eritrosit yang lisis akibat kerusakan membran, gangguan pembentukan
hemoglobin dan gangguan metabolisme ini, akan dipecah menjadi globin dan
heme. Globin akan disimpan sebagai cadangan, sedang heme akan dipecah lagi
menjadi besi dan protoforfirin. Besi disimpan sebagai cadangan. Protoforpirin
akan terurai menjadi gas CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah berikatan
dengan albumin akan membentuk bilirubin indirect (bilirubin I). Bilirubin indirect
yang terkonjugasi di organ hati menjadi bilirubin direct (bilirubin II). Bilirubin
direct diekresikan (disalurkan) ke empedu sehingga meningkatkan
sterkobilinogen (mempengaruhi warna feses) dan urobilinogen (mempengaruhi
warna urin/air seni).
b. Mekanisme pemecahan eritrosit intravaskular
Terjadi dalam sirkulasi darah. Eritrosit yang lisis melepaskan HB bebas ke dalam
plasma. Haptoglobin dan hemopektin mengikat HB bebas tersebut ke sistem
retikuloendotelial untuk dibersihkan. Dalam kondisi hemolisis berat, jumlah
haptoglobin dan hemopektin mengalami penurunan, akibatnya Hemoglobin bebas
beredar dalam darah (hemoglobinemia). Pemecahan eritrosit yang berlebihan
akan membuat hemoglobin dilepaskan ke dalam plasma. Jumlah hemoglobin
yang tidak terakomodasi seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah itulah yang
menyebabkan hemoglobinemia.
9

Hemoglobin juga dapat melewati glomelurus ginjal sehingga terjadi
hemoglobinuria. Hemoglobin yang terdapat di tubulus ginjal akan diserap oleh
sel-sel epitel, sedang kandungan besi yang terdapat di dalamnya akan disimpan
dalam bentuk hemosiderin. Jika epitel ini mengalami deskuamasi akan terjadi
hemosiderinuria (hemosiderin hanyut bersama air seni). Hemosiderinuria
merupakan tanda hemolisis intravaskular kronis.
Berkurangnya jumlah eritrosit diperifer juga memicu ginjal mengeluarkan
eritropoetin untuk merangsang eritropoesis di sumsum tulang. Hal ini
menyebabkan terjadinya peningkatan retikulosit (sel eritrosit muda di paksa
matang) sehingga mengakibatkan polikromasia.






















10


11

6. Manifestasi Klinis
Kadang kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba dan berat, menyebabkan krisis
hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai dengan:
1) Demam
2) Mengigil
3) Nyeri punggung dan lambung
4) Perasaan melayang
5) Penurunan tekanan darah yang berarti

Berdasarkan Tipenya :
a. Anemia hemolitik aotuimun tipe hangat:
Biasanya gejala anemia ini terjadi perlahan-lahan, ikterik, demam, dan ada yang
disertai nyeri abdomen, limpa biasanya membesar, sehingga bagian perut atas
sebelah kiri bisa terasa nyeri atau tidak nyaman dan juga bisa
dijumpai splenomegali pada anemia hemolitik autoimun tipe hangat. Urin
berwarna gelap karena terjadi hemoglobinuri. Pada AHA paling tebanyak terjadi
yakni idiopatik splenomegali tarjadi pada50-60%, iketrik terjadi pada 40%,
hepatomegali 30% pasien san limfadenopati pada 25% pasien. Hanya 25% pasien
tidak disertai pembesaran organ dan limfonodi.
b. Anemia hemolitik aotoimun tipe dingin:
Pada tipe dingin ini sering terjadi aglutinasi pada suhu dingin.Hemolisis berjalan
kronik. Anemia ini biasanya ringan dengan Hb: 9-12 g/dl. Sering juga terjadi
akrosinosis dan splenomegali. Pada cuaca dingin akan
menimbulkan meningkatnya penghancuran sel darah merah, memperburuk nyeri
sendi dan bisa menyebabkan kelelahan dan sianosis (tampak kebiruan) pada
tangan dan lengan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
1) Bilirubin serum meningkat
2) Urin meningkat, urin kuning pekat
3) Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam
b. Gambaran peningkatan produksi eritrosit
1) Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital
12

2) hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang
c. Gambaran rusaknya eritrosit:
1) Morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom
mikrositer, target cell, sickle cell, sferosit.
2) Fragilitas osmosis, otohemolisis
3) Umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan labeling crom.
persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit.
semakin cepat penurunan aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit
d. Gambaran darah tepi menunjukkan adanya proses hemolitik berupa sferositosis,
polikromasi maupun poikilositosis, sel eritrosit berinti, retikulositopeni pada
awal anemia.
e. Kadar hemoglobin 3-9 g/dL, jumlah leukosit bervariasi disertai gambaran sel
muda (metamielosit, mielosit dan promielosit), kadang disertai trombositopeni.
f. Gambaran sumsum tulang menunjukkan hiperplasi sel eritropoitik normoblastik.
g. Kadar bilirubin indirek meningkat.
h. Pemeriksaan Direct Antiglobulin Test (DAT) atau lebih dikenal dengan Direct
Coombs test menunjukkan adanya antibodi permukaan / komplemen
permukaan sel eritrosit. Pada pemeriksaan ini terjadi reaksi aglutinasi sel
eritrosit pasien dengan reagen anti IgG menunjukkan permukaan sel eritrosit
mengandung IgG (DAT positif).


Direct Coombs' Test.




13

Pemeriksaan Penunjang
a. Penurunan kadar HB<1g/dl dalam satu minggu tanpa diimbangi dengan proses
eritropoesis yang normal
b. Penurunan masa hidup eritrosit <120 hari. Pemeriksaan terbaik dengan labeling
crom. Persentasi aktivitas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit.
Semakin cepat penurunan aktivitas crom maka semakin pendek umur eritrosit
c. Hemoglobinuria (urin berwarna merah kecoklatan atau merah kehitaman)
d. Hemosiderinuria diketahui dengan pemeriksaan pengecatan biru prusia pada air
seni
e. Hemoglobinemia, terlihat pada plasma yang berwarna merah terang
f. Peningkatan katabolisme heme, biasanya terlihat dari peningkatan bilirubin serum
g. Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital (menghitung sel darah merah
muda)
h. Sterkobilinogen feses meningkat, pigmen feses berwarna kehitaman
i. Terjadi hiperplasia eritropoesis sumsum tulang

8. Penatalaksanaan / Pengobatan
Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan perawatan
khusus. Penderita dengan anemia hemolitik autoimun IgG atau IgM ringan kadang
tidak memerlukan pengobatan spesifik, tetapi kondisi lain di mana terdapat ancaman
jiwa akibat hemolitik yang berat memerlukan pengobatan yang intensif.
Tujuan pengobatan adalah mengembalikan nilai-nilai hematologis normal,
mengurangi proses hemolitik dan menghilangkan gejala dengan efek samping
minimal.

a. Terapi transfusi
1) Hindari transfusi kecuali jika benar-benar diperlukan, tetapi mereka mungkin
penting bagi pasien dengan angina atau cardiopulmonary terancam status.
2) Administer dikemas sel darah merah perlahan-lahan untuk menghindari stres
jantung.
3) Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis (misalnya,
talasemia atau kelainan sel sabit) dapat diobati dengan terapi khelasi.
Tinjauan sistematis baru-baru ini dibandingkan besi lisan chelator
14

deferasirox dengan lisan dan chelator deferiprone parenteral tradisional agen,
deferoxamine.

b. Menghentikan obat
1) Discontinue penisilin dan agen-agen lain yang dapat menyebabkan
hemolisis kekebalan tubuh dan obat oksidan seperti obat sulfa
2) Obat yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan adalah sebagai
berikut (lihat Referensi untuk daftar lebih lengkap) :
a) Penisilin
b) Sefalotin
c) Ampicillin
d) Methicillin
e) Kina
f) Quinidine
3) Kortikosteroid
Penderita dengan anemia hemolitik autoimun karena IgG mempunyai
respon yang baik terhadap pemberian steroid dengan dosis 2-
10mg/kgBB/hari. Bila proses hemolitik menurun dengan disertai
peningkatan kadar Hb (monitor kadar Hb dan retikulosit), maka dosis
kortikosteroid diturunkan secara bertahap.
Pemberian kortikosteroid jangak panjang perlu mendapat pengawasan
terhadap efek samping, dengan monitor kadar elektrolit, peningkatan
nafsu makan, kenaikan berat badan, gangguan tumbuh kembang, serta
risiko terhadap infeksi.

c. Splenektomi dapat menjadi pilihan pertama pengobatan dalam beberapa jenis
anemia hemolitik, seperti spherocytosis turun-temurun. Diimunisasi terhadap
infeksi dengan organisme dikemas, seperti Haemophilus influenzae dan
Streptococcus pneumoniae, sejauh sebelum prosedur mungkin.
1) Dalam kasus lain, seperti di AIHA, splenektomi dianjurkan bila langkah-
langkah lain telah gagal.
2) Splenektomi biasanya tidak dianjurkan dalam gangguan hemolitik seperti
anemia hemolitik agglutinin dingin.
15

3) Diimunisasi terhadap infeksi dengan organisme dikemas, seperti
Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae, sejauh sebelum
prosedur mungkin.
d. Gammaglobulin intravena
Pemberian gammaglobulin intravena dengan dosis 2g/kgBB pada penderita
anemia hemolitik autoimun dapat diberikan bersama-sama dengan
kortikosteroid.
e. Plasmafaresis untuk pengobatan anemia hemolitik autoimun yang disebabkan
oleh IgG kurang efektif bila dibandingkan dengan hemolitik yang disebabkan
oleh IgM meskipun sifatnya hanya sementara
f. Penanganan gawat darurat:
Atasi syok, pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, perbaiki fungsi
ginjal. Jika terjadi penurunan hemoglobin berat perlu diberi diberi transfusi
namun dengan pengawasan ketat. Transfusi yang diberikan berupa washed red
cell untuk mengurangi beban antibodi. Selain itu juga diberi steroid parenteral
dosis tinggi atau hiperimun untuk menekan aktivitas makrofag.
g. Terapi suportif-simptomatik:
Bertujuan untuk menekan proses hemolisis terutama dilimfa dengan jalan
splenektomi (operasi pengangkatan limfa). Selain itu perlu juga diberi asam
folat 0,15-0,3mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik.
h. Terapi kausal:
Mengobati penyebab dari hemolisis, namun biasanya penyakit ini idiopatik
(tidak diketahui penyebabnya) dan herediter (bawaan) sehingga sulit untuk
ditangani. Pada thalasemia, transplantasi sumsum tulang bisa dilakukan.

9. Terapi Pencegahan
a. Anemia hemolitik autoimun tipe hangat:
Setelah diagnosis di tegakkan ada beberapa cara untuk mengobati penyakit ini,
jika penyebab penyakit di ketahui yang pertama harus dilakukan
adalah menyingkirkan penyebab yang mendasari contohnya SLE. Pemakaian
obat seperti methyldopa dan fludarabin harus dihentikan.
Apabila penyebabnya belum diketahui, maka pengobatan pilihan selanjutnya
adalah dengan pemberian kortikosteroid terutama prednisolon awalnya secara
intravena selanjutnya secara oral dengan dosis 60-100 mg/hr. Dosis ini sebagai
16

dosis awal untuk orang dewasa dan selanjutnya harus dikurangi sedikit demi
sedikit. Jika dijumpai ada kelainan Hb maka dosis obat diteruskan selama 2
mingggu sampai Hb stabil.Steroid ini mempunyai fungsi memblok magrofag dan
menurunkan sitesis antibody.
Selain prednisolon dapat juga diberikan metilprednisolon pemberian dosis
disesuaikan. Pasien yang tidak berespon setelah pemberian prednisone atau
gagal mempertahankan kadar Hb dalam waktu 2-3 minggu, maka pengangkatan
limfa (splenoktomi) dapat di pertimbangkan. Splenoktomi ini bertujuan agar
limfa berhenti menghancurkan sel darah merah yang terbungkus
oleh autoantibody.
Pengangkatan limfa diketahui berhasil mengendalikan pada sekitar 50%
penderita.Jika pengobatan ini gagal, diberikan obat yang menekan
system kekebalan.Obat imunosupresif lain dapat digunakan diantaranya:
Azatioprin50- 200 mg/hari, siklofosfamid50-150 mg/hari (60 mg/m2),
klorambusil, dan siklosporin. Terapi lain yakni pemberian danazol 600-800
mg/hari, biasanya danazol dipakai bersama0sama steroid. Jika ditemui anemia
berat yang mengancam fungsi jantung dapat dilakukan tranfusi.
Transfusi darah dapat menyebabkan masalah pada penderita karena bank darah
mengalami kesulitan dalam menemukan darah yang tidak bereaksi
terhadap antibody.Transfusinya sendiri dapat merangsang pembentukan lebih
banyak lagi antibody.Maka, darah yang ditranfusi harus tidak mengandung
antigen yang sesuai dengan penderita.Kemudian pada keadaan gawat dapat
diberikan immunoglobulin dosis tinggi. Transfusi biasanya dilakukan apabila Hb
< 7 g/dl.
b. Anemia hemolitik autoimun tipe dingin:
Dan terapi pada anemia hemolitik autoimun tipe dingin yakni
dengan menghindari udar dingin , mengobati penyakit dasar, kadang-kadang
diperlukan splenektomi. Bisa juga gdengan memberi kortikosteroid tetapi
kortikosteroid ini tidak efektif.Pemberian khlorambusil dapat memberikan hasil
pada beberapa kasus. Dan juga bisa diberikan prednisone dan splenektomi tetapi
pemberian obat ini tidak efektif atau tidak banyak membantu penyembuhan pada
penyakit ini. Dan bisa juga dengan pemberian klorambusil 2-4 mg/hari,
plasmaferesis untuk mengurangi antibody IgM secara teoritis bisa mengurangi
hemolisis, namun secara praktik hal ini sukar dilakukan
17

10. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata :
a) Nama : -
b) Umur : wanita usia 12-35 th)
c) Jenis kelamin : (sering terjadi pada perempuan)
d) Alamat : _
e) Pendidikan : (pengetahuan tentang nutrisi)
f) Nomo reg :

2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
- Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan
pengobatan seperti anti kanker,analgetik dll
- Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar
ionisasi yang besar
- Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung as. Folat,Fe dan Vit
12
.
- Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi
- Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat
b) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan/kegagalan genetik yang
berasal dari orang tua yang sama-sama trait sel sabit
c) Riwayat kesehatan sekarang
- Klien terlihat keletihan dan lemah
- Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi
- Mengeluh nyeri mulut dan lidah
3) Kebutuhan dasar
a) Pola aktivitas sehari-hari
- Keletihan,malaise,kelemahan
- Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja
b) Sirkulasi
- Palpitasi,takikardia,mur mur sistolik,kulit dan membran mukosa (
konjungtiva,mulut,farink dan bibir) pucat
18

- Sklera : biru atau putih seperti mutiara
- Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan
vasokonstriksi (kompensasi)
- Kuku : mudah patah,berbentuk seperti sendok
- Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur
c) Eliminasi
Diare dan penurunan haluaran urin
d) Integritas ego
Depresi,ansietas,takut dan mudah tersinggung
e) Makanan dan cairan
- Penurunan nafsu makan
- Mual dan muntah
- Penurunan BB
- Distensi abdomen dan penurunan bising usus
- Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan
f) Higiene
Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi
g) Neurosensori
- Sakit kepala,pusing,vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi
- Penurunan penglihatan
- Gelisah dan kelemahan
h) Nyeri atau kenyamanan
Nyeri abdomen samar dan sakit kepala
i) Pernafasan
Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea,ortopnea, dan dispnea)
j) Keamanan
Gangguan penglihatan,jatuh,demam dan infeksi
k) Seksualitas
- Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia/amenore)
- Hilang libido
- Impoten
4) Pemeriksaan diagnostik
a) Jumlah darah lengakap (JDL) : Hb dan Ht menurun
b) Jumlah eritrosit menurun
19

c) Bilirubin serum ( tak tergonjugasi) : meningkat
d) Tes schilling : penurunan ekskresi Vit
12
di urin
e) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urin dan feses

b. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun,
mual
3) Konstipasi b.d penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek
samping terapi obat.
4) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan, kelemahan fisik.
5) Kurang pengetahuan, b/d kurang mengingat, salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.

20

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi
jaringan b/d penurunan
komponen seluler yang
diperlukan untuk
pengiriman oksigen.
Setelah di lakukan asuhan
keperawatan selama 3 X
24 dapat memenuhi
kebutuhan oksigen dengan
Kriteria hasil:
DS : pusing, lemas,
menggigil, nyeri punggung
dan lambung, serta sesak
nafas dan mudah lelah saat
beraktivitas.
DO : -
Keadaan umum
TD : 120/80 mmHg
Suhu 36,50 C 370 C
Jumlah Eritrosit 5000 -
9000 sel/mm3
a. Awasi tanda vital kaji
pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
b. Tinggikan kepala tempat
tidur sesuai toleransi.


c. Kolaborasi pengawasan
hasil pemeriksaan
laboraturium.
d. Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
e. Berikan transufi darah
sesuai indikasi
a. Memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu
menetukan kebutuhan intervensi.
b. Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan :
kontraindikasi bila ada hipotensi.
c. Mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
d. Memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan.

e. Meningkatkan jumlah sel darah
merah
2. Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d
nafsu makan menurun,
mual.
Setelah di lakukan asuhan
keperawatan selama 3 X 24
jam dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi sesuai
a. Kaji riwayat nutrisi,
termasuk makan yang
disukai
b. Observasi dan catat
a. Mengidentifikasi defisiensi,
memudahkan intervensi
b. Mengawasi masukkan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi
21

dengan kebutuhan tubuh
dengan Kriteria hasil:

DS : mengatakan tidak ada
nafsu makan, mual, dan
muntah
DO : -
Keadaan umum membaik
dapat menghabiskan porsi
makan yang diberikan
Mengalami peningkatan
BB
masukkan makanan pasien
c. Timbang berat badan
setiap hari

d. Berikan makan sedikit
dengan frekuensi sering
dan atau makan diantara
waktu makan
e. Observasi dan catat
kejadian mual/muntah,
flatus dan dan gejala lain
yang berhubungan
f. Kolaborasi pada ahli gizi
untuk rencana diet.

makanan
c. Mengawasi penurunan berat
badan atau efektivitas intervensi
nutrisi
d. Menurunkan kelemahan,
meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster

e. Gejala GI dapat menunjukkan
efek anemia (hipoksia) pada
organ.

f. Membantu dalam rencana diet
untuk memenuhi kebutuhan
individual
3. Konstipasi b.d
penurunan masukan diet;
perubahan proses
pencernaan; efek
samping terapi obat.

Setelah di lakukan tindakan
asuhan kep selama 3 X 24
jam, membuat/kembali pola
normal dari fungsi usus
dengan Kriteria hasil :

a. Observasi warna feses,
konsistensi, frekuensi dan
jumlah
b. Awasi intake dan output
(makanan dan cairan).

a. Membantu mengidentifikasi
penyebab /factor pemberat dan
intervensi yang tepat.
b. Dapat mengidentifikasi dehidrasi,
kehilangan berlebihan atau alat
dalam mengidentifikasi defisiensi
22

DS : lambung nya nyeri
DO : Urine pekat dan feses
hitam,Auskultasi terdengar
bunyi usus menurun.
mengatakan lambungnya
tidak nyeri lagi
Warna urine normal, dan
warna feses normal serta
konsistensi yang normal
Bunyi usus normal.

c. Dorong masukkan cairan
2500-3000 ml/hari dalam
toleransi jantung

d. Kolaborasi ahli gizi untuk
diet seimbang dengan
tinggi serat dan bulk.




e. Berikan pelembek feses,
laksatif sesuai indikasi.
Pantau keefektifan.
(kolaborasi).
diet
c. Membantu dalam memperbaiki
konsistensi feses bila konstipasi.
Akan membantu memperthankan
status hidrasi pada diare
d. Serat menahan enzim pencernaan
dan mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus
intestinal dan dengan demikian
menghasilkan bulk, yang bekerja
sebagai perangsang untuk
defekasi.
e. Mempermudah defekasi bila
konstipasi terjadi.


4. Intoleransi aktifitas b.d
ketidakseimbangan
antara suplai oksigen
(pengiriman) dan
kebutuhan, kelemahan
Setelah di lakukan tindakan
asuhan kep selama 3 X 24
jam, diharapkan pasien tidak
lagi mengalami kelemahan
dengan Kriteria hasil :
a. Kaji kemampuan ADL
pasien.
b. Observasi tanda-tanda
vital sebelum dan sesudah
aktivitas.
a. Mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan
b. Manifestasi kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat
23

fisik.


DS : mengeluhkan pusing,
lemas, serta sesak nafas dan
mudah lelah saat
beraktivitas.
DO : -:
dapat beraktivitas dengan
normal.
TD : 120/80 mmHg

c. Rencanakan kemajuan
aktivitas dengan pasien,
termasuk aktivitas yang
pasien pandang perlu.
Tingkatkan tingkat
aktivitas sesuai toleransi.
d. Gunakan teknik
menghemat energi,


ke jaringan
c. Meningkatkan aktivitas secara
bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/stamina
tanpa kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa terkontrol.

d. Mendorong pasien melakukan
banyak aktivitas dengan
membatasi penyimpangan energi
dan mencegah kelemahan.
5. Kurang pengetahuan b/d
kurang mengingat, salah
interpretasi
informasi, tidak
mengenal sumber
informasi.


Setelah di lakukan tindakan
asuhan kep selama 3 X 24
jam, diharapkan pasien tidak
lagi mengalami kelemahan
dengan Kriteria hasil :
DS : mengatakan bahwa
awalnya dia mengira kalau
dia hanya kelelahan bekerja
dan jadwal makan tidak
teratur, tapi lama kelamaan
a. Berikan informasi tentang
anemia spesifik.
Diskusikan kenyataan
bahwa terapi tergantung
pada tipe dan beratnya
anemia.
b. Tinjau tujuan dan
persiapan untuk
pemeriksaan diagnostic

a. Memberikan dasar pengetahuan
sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat. Menurunkan
ansietas dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program terapi

b. Ansietas / ketakutan tentang
ketidaktahuan meningkatkan
stress, selanjutnya meningkatkan
beban jantung. Pengetahuan
24

penyakitnya bertamabah
parah.
DO : -
Pasien menyatakan
pemahamannya proses
penyakit dan
penatalaksanaan penyakit.
Mengidentifikasi factor
penyebab.
Melakukan tiindakan
yang perlu/perubahan pola
hidup.

c. Kaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga tentang
penyakitn

d. Berikan penjelasan pada
klien tentang penyakitnya
dan kondisinya sekarang.

e. Minta klien dan keluarga
mengulangi kembali
tentang materi yang telah
diberikan
menurunkan ansietas.
c. Megetahui seberapa jauh
pengalaman dan pengetahuan
klien dan keluarga tentang
penyakitnya
d. Dengan mengetahui penyakit dan
kondisinya sekarang, klien akan
tenang dan mengurangi rasa
cemas
e. Mengetahui seberapa jauh
pemahaman klien dan keluarga
serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan
25

BAB II
PENGELOLAAN KASUS


Mahasiswa/NIM : I Putu Agus Indra Saputra
Tanggal : 16 juli 2012
Jam : 09.00

A. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. Mr
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gedangsari, Gunungkidul
Status : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl. masuk RS : IMC = 28 juni 2012
: Ruang J = 29 juni 2012
No. RM : 01022xxx
Ruang : J / Kamar 1
Diagnosis kerja/medis : AIHA dengan Ca Servik Ileus

b. Keluarga / Penanggungjawab
Nama : Ny.Ls
Umur : 35 tahun
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : klenteng , Gunungkidul


26


B. Riwayat Kesehatan Pasien
1. Kesehatan Pasien :
a. Keluhan utama saat dikaji
Pasien mengatakan badan terasa lemas dan pusing skala 7
b. Keluhan tambahan saat dikaji
Badan terasa lemas Mual + , muntah + , Perut kembung serta BAB darah dan
berlendir.
c. Alasan utama masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan badan terasa lemas Mual + , muntah + , terakhir kentu
selasa sore ( tgl 26 juni 2012 ) , perut kembung dan BAB darah bercampur
dengan lendir.
d. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengatakan sejak 2 hari yang lalu perut terasa sakit, tidak kentut sejak
sabtu sore ( tgl 26 juni 2012 ), perut kembung dan BAB darah, kemudian
keluarga membawa pasien ke puskesmas setempat. Karena sakit yang tidak
kunjung reda maka keluarga segera membawa pasien ke RS Bethesda pada. Di
RS Bethesda pasien dibawa ke IGD dan di IGD Pasien dilakukan periksa
pemeriksaan PDL + LED, GDS, ureum/ creatinin, SGOT/ SGPT, TD= 140/ 90
mmHg, Nadi= 91 x/ menit, Respirasi= 24 x/ menit, Suhu: 39,5C, BB=50 kg,
TB=169 cm, ECG, Thorax foto. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien
dianjurkan untu rawat inap di IMC dan di IMC pasien dilakukan tindakan
pemasangan infus RL 20 tetes ditangan sebelah kanan dan pemberian obat
ketese 25 mg, Diynone 125 mg vit k3 10mg serta pemasangan NGT. Setelah
menginap diruang IMC selama 2 hari, pasien disarankan menjalani perawatan
diruang J kamar 1.
e. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien mengatakan kira-kira 1 tahun yang lalu pernah dirawat di Rs. Bethesda
dengan penyakit polip servik dan telah menjalani operasi pengangkatan uterus
serta curet servik.
f. Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat dan makanan.



27


C. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Nutrisi-Metabolik
a. Sebelum sakit :
1) Frekuensi makan : 2 kali dalam 1 hari.
2) Jenis makanan/diet : Nasi, tempe, tahu, daging ayam.
3) Porsi yang dihabiskan : 1 piring.
4) Makanan yang disukai : Semua suka
5) Makanan pantang : Tidak ada.
6) Makanan tambahan/vitamin : Buahan-buahan
7) Kebiasaan makan : Di rumah.
8) Nafsu makan : Baik.
Alasan makan adalah untuk memenuhi tenaga karena pekerjaan yang
berat.
9) Banyaknya minum dalam sehari : 6-7 Gelas (600cc / 24 jam).
10) Jenis minuman : Air putih dan teh manis.
11) Minuman yang disukai : Teh manis.
12) Minuman pantang : Tidak ada.
13) Perubahan BB 6 bulan Terakhir : Bulan Desember turun 3 kg

b. Selama sakit
1) Jenis makanan : susu dengan campuran sirup.
2) Frekuensi makan : 3 kali.
3) Porsi makan yang dihabiskan : 200 cc susu dan sirup.
4) Banyaknya minum dalam sehari : kira-kira 100 cc.
5) Jenis minuman : air putih
6) Keluhan :
a) Tidak bisa merasakan makanan karna memakai NGT
b) Pengetahuan tentang zat gisi dan kegunaan makanan bagi tubuh adalah
gizi dan kegunan makan memberikan tenaga bagi tubuh.




28


2. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
1) Buang air besar (BAB)
a) Frekuensi : 1 kali dalam 3 hari.
b) Waktu : Tidak tentu.
c) Warna : Coklat khas feses dan kadang hitam.
d) Konsistensi : Lembek dan kadang keras.
e) Posisi waktu BAB : Jongkok.
f) Penghantar untuk BAB : Tidak ada.
g) Bau : Khas Feses (amoniak).
h) Keluhan lain : Tidak ada.
2) Buang air kecil (BAK)
a) Frekuensi : 3 kali dalam sehari.
b) Jumlah : Kira-kira 200cc
c) Warna : Kuning khas urine.
d) Bau : Khas urine (pesing).
e) Keluhan : Tidak ada.

b. Selama sakit
1) Buang air besar (BAB)
a) Frekuensi : Pasien mengatakan sejak masuk ruang
J, BAB kira-kira 2 kali dalam 3 hari.
b) Waktu : Tidak tentu
c) Warna : Hitam bercampur lendir darah.
d) Posisi : Tidur
e) Keluhan : Klien mengatakan tidak puas saat BAB
karena yang keluar hanya sedikit.
2) Buang air kecil (BAK) Dower cateter.
a) Jumlah : 400cc.
b) Warna : Kuning khas urine.
c) Bau : Seperti obat.
d) Keluhan : Tidak ada.


29


3. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur
a. Sebelum sakit
1) Keadaan aktifitas sehari-hari
a) Kebiasaan olahraga\
Pasien mengatakan tidak pernah olah raga.
b) Lingkungan rumah
Pasien mengatakan lingkungan baik dan banyak pepohonan.
c) Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari sepeda.
d) Aktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Memasak
Belanja
Merapikan rumah

Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total

2) Kebutuhan tidur
(1) Jumlah tidur dalam sehari : 9 Jam
(2) Tidur siang (berapa kali) : 1 x 2 jam.
(3) Tidur malam : 1 x 7 jam.
(4) Tidak ada kebiasaan pengantar tidur dan pasien tidur sendiri.
(5) Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur selimut, bantal.
30


(6) Tidak ada keluhan dalam hal tidur .
3) Kebutuhan istirahat
(1) Saat waktu luang pasien beristirahat.
(2) Lama istirahat 1-2 jam.
(3) Klien menyediakan waktu pada waktu siang hari untuk istirahat.

b. Selama sakit
1) Keadaan aktifitas tergantung sebagian
Kemampuan
Perawatan Diri
0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di TT
Berpindah
Ambulasi/ROM
Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total

2) Kebutuhan Tidur
a) Jumlah tidur dalam sehari : 9 jam
b) Tidur siang : 1-2 jam.
c) Tidur malam : 7-8 jam
d) Tidak menggunakan penghantar tidur.

3) Kebutuhan Istirahat
a) Pasien tidak terganggu dengan suasana lingkungan yang baru.
b) Pasien tidak tergangu dengan alat-alat medic ysng dipakai di tubuh.

31


4. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)
a) Kebersihan kulit
Pasien mandi 2X sehari yaitu dipagi dan malam hari , saat mandi
menggunakan sabun.
b) Kebersihan rambut
Kebiasaan membersihkan rambut dengan shampoo.
c. Kebersihan telinga
1) Pasien jarang membersihkan telingga.
2) Pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
d. Kebersihan mata
Setiap mandi pasien membersihkan mata.
e. Kebersihan mulut
1) Pasien membersihkan gigi setiap mandi.
2) Pasien menggunakan pasta gigi saat membersihkan gigi.
f. Kebersihan kuku
Pasien memotong kuku ketika sudah panjang dan tidak mengunakan cat kuku.

5. Pola Pemeliharaan Kesehatan
a. Penggunaan tembakau
Pasien mengatakan tidak memakai tembakau.
b. NAPZA
Pasien mengatakan tidak mengunakan NAPZA.
c. Alkohol
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi alcohol.
d. Intelektual
Pasien mengerti bahwa dirinya sedang sakit.

6. Pola Reproduksi-Seksualitas
Pasien sudah berkeluarga dan memiliki 3 orang anak dan semua anak telah
berkeluarga.

7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
a. Keadaan mental
Saat dilakukan pengkajian pasien dalam keadaan sadar penuh.
32


b. Berbicara
Pasien berbicara dengan pelan.
c. Bahasa yang dikuasai
Pasien berbicara dalam bahasa Indonesia dan jawa
d. Kemampuan membaca
Pasien kurang dapat membaca.
e. Kemampuan berkomunikasi
Pasien kurang dapat berkomunikasi dengan baik.
f. Kemampuan memahami informasi
Pasien dapat memahami informasi dengan baik.
g. Tingkat ansietas
Sedang karena saat dilakukan pengkajian pasien kurang senang, tidak begitu
terbuka dan hanya terpaku melihat keatas.
h. Pendengaran
Pendengaran pasien masih baik dan saat ini tidak mengunakan alat bantu
pedengaran.
i. Penglihatan
Pasien tidak mengunakan alat bantu penglihatan.

8. Pola Konsep Diri
a. Identitas diri
Pasien dapat menyebutkan nama, alamat rumah dan usia.
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang kerumah.
c. Harga diri
Pasien senang bila dijenguk oleh keluarga dan anak-anaknya.
d. Gambaran diri
Pasien optimis cepat sembuh.

9. Pola Koping
a. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dibantu oleh keluarga.
b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah
Pasien berbagi masalah dengan kerabat anak-anaknya jika ada masalah.
33


10. Pola Peran-Berhubungan
a. Status pekerjaan:
Saat ini pasien sedang bekerja.
b. Jenis pekerjaan pasien ibu rumah tangga
c. Pasien tidak berkecimpung dalam kelompok masyarakat.
d. Sistem pendukung
Pasien selalu mendapat dukungan dari anak-anaknya dan tetangganya. Selama
sakit anak yang terakir selalu menunggu di bangsal.
e. Kesulitan dalam keluarga
Pasien tidak memiliki kesulitan dan masalah dalam keluarga.
f. Selama sakit
Selama sakit pasien tetap memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
sanak saudaranya.

11. Pola Nilai dan Keyakinan
a. Sebelum sakit
1) Agama : Islam
2) Larangan agama : Tidak ada
3) Kegiatan keagamaan : Pasien jarang beribadah.

b. Selama sakit
Selama di Rumah sakit, kegiatan keagamaan tidak terlaksana

D. Pengkajian Fisik
1. Pengukuran TB : 149 cm.
2. Pengukuran BB : 45 kg.
3. Pengukuran Vital Sign :
a. Tekanan darah :130/90 mmHg, di ukur di nadi bracialis bagian
humeri sinistra dengan posisi pasien supine.
b. Nadi : 80 x/mnt, diukur di radialis sinistra dengan
kualitas nadi teraba sedang.
c. Suhu : 37,8
0
C, di ukur di aksila dextra.
d. Respirasi : 20 x/mnt, dengan tipe pernapasan vesikuler.

34


4. Tingkat Kesadaran : Composmentis.
GCS : 15 E = 4 V = 5 M = 6
5. Keadaan Umum :
Pasien tampak tenang, pasien bedrest total, susah dalam bergerak, tangan kanan
pasien terpasang infuse RL 20 tetes dan pada hidung terpasang selang NGT dan
terpasang dower cateter pada genital.
6. Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala
Bentuk kepala ovale, tidak berketombe, Pertumbuhan rambut tidak lebat dan
warna sudah putih ( beruban ), ekspresi wajah menahan nyeri.
b. Mata
1) Sklera : Putih
2) Kojungtiva : Pucat.
3) Pupil : Isokor
4) Reflek terhadap cahaya mata kanan : Positif, TIO kanan-kiri sama dan klien
tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
c. Telinga
Bentuk simetris, Telinga tampak bersih, tidak lesi dan masa, membran timpani
utuh, fungsi pendengaran masi baik.
d. Hidung
Septum berada ditengah, tidak ada benda asing dsn hidung masi berfungsi
dengan baik, klien masi bisa membaui makanan.
e. Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil (T1), warna lidah pucat, gigi
utuh, dan kemampuan bicara klien jelas.
f. Leher
Tidak ada pembesaaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
g. Dada
1) Inspeksi
Warna dada kecoklatan, Bentuk dada kanan/kiri simetris, Ada retraksi
dada, dan tidak ada kelainan bentuk dada.
2) Palpasi
Tidak terdapat masa, dada simetris waktu bernafas, tidak terdapat nyeri
tekan, pengembangan dada kanan dan kiri sama, Pernafasan dalam.
35


3) Perkusi
Suara paru perkusi sonor dan Bunyi dullness pada jantung
4) Auskultasi
Tidak terdapat bunyi tambahan, tidak terdapat murmur dan ronchi,
Terdengar bunyi jantung 1 dan 2
h. Punggung
Tidak ditemukan adanya kelainan tulang belakang, seperti kifosis, lordosis,
meupun skoliosis, warna kulit di punggung coklat, Tidak ada tanda-tanda
dekubitus.
i. Abdomen
1) Inspeksi
Warna kulit abdomen sawo matang, tidak terdapat bekas luka/ umbilicus
ditengah dan bersih
2) Auskultasi
Vasculer sound terdengar, Frekuensi peristaltik 9x/menit intensitas pendek.
3) Palpasi
Tidak ada masa, perut distensi dan terdapat nyeri tekan di semua area perut.
4) Perkusi
Terdengar Suara timpani.
j. Anus dan Rektum
Tidak terdapat luka atau infeksi.
k. Genetalia
Terpasang selang kateter dan tidak terdapat infeksi atau gangguan kelamin.
l. Ekstermitas
1) Atas
a) Agggota gerak atas lengkap dan berkeringat.
b) Terpasang infus RL 20 tetes/menit di tangan kanan.
c) Tidak terdapat kelainan jari seperti syndactili maupun polidactili.
d) Kekuatan otot : tangan kanan dan kiri = 3 : 3

2) Bawah
a) Anggota gerak bawah lengkap.
b) Terdapat varises.
c) Kekuatan otot : Kaki kanan dan kiri = 3 : 3
36


E. Rencana Pulang
1. Pasien ingin tinggal di tempat tinggalnya bersama dengan keluarganya.
2. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya : Rumah Sakit
3. Kendaraaan yang digunakan saat pulang : Mobil
4. Antisipasi masalah perawatan diri :
Pasien mengatakan bisa merawat diriya sendiri. Apabila tidak, pasien akan
meminta bantuan keluarga dan anak-anaknya.
5. Bantuan yang diperlukan setelah pulang : Keluarga

F. Diagostik Test
1. Radiologi
- Pro peritonel fat (+)
- Distribusi udara usus relative merata, fluating.
- Fekal material tidak prominan.
- Tampak air fluid level.
- Tampak ground glass appearance
- Tak tampak air free
- Renal out linie samar, kontur tak tegas.
- Psoas linea samar
- Tak tervisualisasi lesi opak pada proyeksi tr uropoetik.
Kesan :
Materioismus dengan asites dan pre ileus

2. Pemeriksaan EKG
- Tanggal : 26 Juni 2012
- Heart rate : 116 bpm
- PR int : 132 ms
- QRS dur : 68 ms
- QT-QTc : 294/405 ms
- P-R-T axes : 44 52 5




37


3. Usg Abdomen
Tgl pemeriksaan : 28 juni 2012
Hasil pemeriksaan :
- Hepar dan lien yang besar dan bentuknya normal disertai dengan
parenkim yang homogen dan echogenites yang normal, terutama tak
telihat lesi-lesi patologis lainnya.
- Ren bilateral menunjukkan ukuran dan echogenites yang normal, struktur
antomis, cortex, medulla dan sinus baik dengan posisi yang normal serta
system pleucocalices yang normal dan tidak melebar. VK RD: 8.24 x 4.22
cm RS: 8.62 x 4.24 cm.
- Vesika urinaria terisi cairan minimal dengan balon kateter.
- Pancreas menunjukkan besar dan bentuk yang normal dan bentuk yang
normal disertai echogenitas yang baik dan homogen.
Kesan:
Sonoanatomi: peritonitis dengan tanda ileus paralitik
Tak tampak kelinan di hepar, lien pancreas, VF, Ren dan bilateral
Apoendix tak tervisualisasi.

4. Laboratorium
Pemeriksan darah tanggal 7 juli 2012
Pemeriksaan darah Hasil Satuan Harga normal
Hemoglobil L 11.9 Gr/dl 13,5-17,5
Leukosit 6.59 Ribu/mmk 4.50-11.00
Hitung jenis
Eosinofil 0.2 % 0.0- 5.0
Basofil 0.6 % 0.0- 2.0
Segmen 79.2 % 47.0-80.0
Limfosit L 9.1 % 13.0-40.0
Monosit 10.9 % 2.0-11.0
Hematokrit L 34.3 % 41.0-53.0
Eritrosit L 3.68 Juta/mmk 4.50-53.0
RDW H 20.30 % 11.60-14.80
MCV 93.20 Fl 92.00-121.00
38


MCH 32.30 Pg 31.00-37.00
MCHC 34.30 G/dL 29.00-36.00
Trombosit L 55 Ribu 140-440
MPV H 12.30 fL 4.00-11.00
PDW 16.7 fL
Golongan darah A


Pemeriksan darah tanggal 13 juli 2012
Pemeriksaan darah Hasil Satuan Harga normal
Hemoglobil L 10.9 Gr/dl 13,5-17,5
Leukosit 6.95 Ribu/mmk 4.50-11.00
Hitung jenis
Eosinofil 0.2 % 0.0- 5.0
Basofil 0.6 % 0.0- 2.0
Segmen 79.2 % 47.0-80.0
Limfosit L 9.1 % 13.0-40.0
Monosit 10.9 % 2.0-11.0
Hematokrit L 32.4 % 41.0-53.0
Eritrosit L 3.68 Juta/mmk 4.50-53.0
RDW H 20.30 % 11.60-14.80
MCV 93.20 Fl 92.00-121.00
MCH 32.30 Pg 31.00-37.00
MCHC 34.30 G/dL 29.00-36.00
Trombosit L 124 Ribu 140-440
MPV H 11.00 fL 4.00-11.00
PDW 16.7 fL
Golongan darah A





39


Pemeriksan darah tanggal 13 juli 2012
Pemeriksaan darah Hasil Satuan Harga normal
Hemoglobil L 10.8 Gr/dl 13,5-17,5
Leukosit 5.42 Ribu/mmk 4.50-11.00
Hitung jenis
Eosinofil 1.5 % 0.0- 5.0
Basofil 0.2 % 0.0- 2.0
Segmen 75.2 % 47.0-80.0
Limfosit L 11.4 % 13.0-40.0
Monosit 10.9 % 2.0-11.0
Hematokrit L 31.7 % 41.0-53.0
Eritrosit L 3.32 Juta/mmk 4.50-53.0
RDW H 19.40 % 11.60-14.80
MCV 95.50 Fl 92.00-121.00
MCH 32.50 Pg 31.00-37.00
MCHC 34.10 G/dL 29.00-36.00
Trombosit L 112 Ribu 140-440
MPV H 11.00 fL 4.00-11.00
PDW 12.5 fL
Golongan darah A

5. Telah menjalani transpusi darah sebanyak 6 x pada :
a. Tgl 5 juli 2012 : 240 cc
b. Tgl 6 juli 2012 : 244 cc
c. Tgl 1 juli 2012 : 50 cc
d. Tgl 1 juli 2012 : 50 cc
e. Tgl 1 juli 2012 : 50 cc
f. Tgl 1 juli 2012 : 50 cc





40


7. Program Pengobatan (dengan analisis obatnya)
a. Pasien bedres total (Posisi supine).
b. Diit pasien susu dan sirup lewat selang NGT.
c. Cairan infuse RL 20 tpm.
d. Obat.
Obat non parenteral
1) Dicynone 125 mg
2) Plagyl 1x6 mg
Obat parenteral
a. Ocid 1x1 mg
b. Ceftazidim 1 gr 2x1
c. tizos 1x1 mg
d. adona 1x10 mg

41


G. Analisis obat
No. Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi Kep.
a.


Dycinone Perdarahan efusi, pengobatan
internal (perdarahan pada
percernaan, mimisan), dan
pengobatan kerapuhan pembuluh
kapiler.
- Adakalanya mual, sakit
kepala, kemerahan pada
kulit
Perhatikan
kontraindikasi dan efek
samping obat.

b. Plagyl Amibiasis, Giardiasi, Lambliasis Hipersensitifitas
terhadap nistamin,
tubercolosa pada
membran mukosa dan
kondisi virus tertentu.
Rasa tidak enak pada
mulut, mengantuk,
pusing, sakit kepala,
warna urin pekat/gelap.
Perhatikan
kontraindikasi dan efek
samping obat
b. Ozid

Tuka duodenal, ulkus lambung
dan refluks esofagitis
Hipersebsifitas untuk
omeorazole-
Pusing , apatis, sakit
kepala, takikardia,
mual, muntah-
Perhatikan
kontraindikasi dan efek
samping obat.-
c Ceftazidim Untuk infeksi infeksi berat
sebagai berikut : infeksi yang
disebabkan oleh organisme yang
peka terhadap Ceftrazidime:
Penderita yang
hipersensitif terhadap
antibiotika
sefalosporint.
Rekasi-reaksi
anafilaktik
(bronkopasme dan atau
hipotensi),
Perhatikan
kontraindikasi dan efek
samping obat.
42



meningitis, pneumonia,
broncopneumonia, empiema,
peritonitis, abses intra
abdominal, artritis septik, abses
ginjal.
gastrointestinal (nausea,
nyeri abdominal, thrust
atau kolitis (sangat
jarang).
d Tizos Septikemia (keracunan darah
oleh bakteri atau zat zat yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut.
Riwayat syok dan
riwayat hipersensitifitas
terhadap lidokain atau
terhadap anastesi local
type anilid.
Hipersensitifitas (jika
terjadi, hentikan
pengobatan), gangguan
saluran pencernaan,
devisiensi vitamin.
Perhatikan
kontraindikasi dan efek
samping obat.
e. Adona Kecenderungan perdarahan
akibat menurunnya resistensi
kapiler dan meningkatnya
permebelitas kapiler, perdarahan
tidak normal sebelum dan
sesudah operasi disebabkan
penurunan resistensi
Hypersensitivitas Adakalnya terjadi
kehilangan nafsu
makan, reaksi
hypersensitivitas
-
43


H. Analisis Data
Nama pasien : Ny. M
Ruang : J
Umur : 55 th
No RM : 01022XXX
No. Data Masalah Penyebab
1. DS: Pasien mengatakan demam dan
sedikit mual
DO :- S =38
o
C
- Pasien pucat kulit kering dan
teraba panas.

Hipertermi Penyakit (AIHA)
2. DS: Pasien mengatakan mual,
nafsu makan berkurang
DO :- Pasien dipuasakan
- Terpasang infuse ditanagn
kanan pasien 20 tpm

Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakmampuan
menelan makanan
3. DS: Pasien mengatakan mual,
lemas, letih dan mudah lelah
saat beraktivitas
DO :- Terpasang infuse ditanagn
kanan pasien 20 tpm
- TD : 140/90 mmHg
- RR : 22x/Menit
- N : 100x/Menit
Intoleransi aktivitas Kelemahan fisik
4. DS: Pasien mengatakan badan
terasa lemas
DO :- kebutuhan mandi, BAB dan
BAK klien dibantu keluarga
- Pasien pucat kulit kering dan
teraba panas.

Defisit perawatan diri
(mandi dan
eliminasi).
Kelemahan
44


I. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa keperawatan
1. Hypertermi berhubungan dengan Penyakit (AIHA) ditandai dengan:
DO :
- Suhu pasien =38
o
C
- Pasien pucat kulit kering dan teraba panas.
- Pasien minum 100cc/ hari
DS:
- Pasien mengatakan kepalanya sakit,
- Pasien mengatakan demam dan sedikit mual
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan fisik ditandai dengan:
DS: - Pasien mengatakan mual, nafsu makan berkurang
- Pasien mengatakan perutnya sakit
- Klien mengatakan bibirnya terasa pahit
DO :- Pasien dipuasakan
- Nafsu makan berkurang
- Konjungtiva pucat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik ditandai dengan:
DS: Pasien mengatakan mual, lemas, letih dan mudah lelah saat beraktivitas
DO :- TD : 140/90 mmHg
- RR : 22x/Menit
- N : 100x/Menit
- Posisi berhati-hati, ADL dibantu,
4. Defisit perawatan diri (mandi dan eliminasi) berhubungan dengan
Kelemahan ditandai dengan:
DS: - Pasien mengatakan masi terasa lemas
- Pasien mengatakan ingin dimandikan perawat saja
DO :- Gerakan tangan masi lemas, lambat
- Pasien pucat kulit kering dan teraba panas.
- Ketidakmampuan membasuh tubuh mandiri
Tanggal : 16 juli 2012 jam 09.00 TT :

45


J. Nursing Care Plan
Nama : Ny.Mr
Ruang : J/ Kamar 1
No RM : 01022XXX
No Diagnose Hasil dan kriteria Tindakan keperawatan
Intervensi rasional



1.
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

Hypertermi berhubungan
dengan Penyakit (AIHA)
ditandai dengan:
DO :
- Suhu pasien =38
o
C
- Pasien pucat kulit kering
dan teraba panas.
- Pasien minum 100cc/ hari
DS:
- Pasien mengatakan
kepalanya sakit,
Pasien mengatakan demam
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam diharapkan klien tidak
menunjukan tanda-tanda
Hypertermi
Kriteria hasil :
- Suhu pasien 36-37
o
C
- Nadi dan pernafasan
dalam batas normal
- Kulit tidak teraba kering
dan panas.
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

1. Monitor suhu tubuh klien
sesering mungkin

2. Observasi TTV


3. Jaga suhu lingkungan bagi
pasien, dan berikan
kompres dingin bila perlu
4. Mandikan klien minimal 2x
sehari.

Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

1. Mengetahui jika ada
peningkatan atau penurun
suhu
2. Mengetahui
pemkembangan kesehatan
pasien
3. Memberikan lingkungana
nyaman bagi klien

4. Menjaga suhu tubuh klien
dan mengurangi panas
yang berlebih
46


dan sedikit mual 5. Kolborasi dalam pemberian
obat penurun panas

5. Pemberian obat guna
mempercepat kesembuhan
klien



2.
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kelemahan fisik ditandai
dengan:
DS: - Pasien mengatakan
mual, nafsu makan
berkurang
- Pasien mengatakan
perutnya sakit
- Klien mengatakan
bibirnya terasa pahit
DO :- Pasien dipuasakan
- Nafsu makan
berkurang
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat teratasi
ditandai dengan:
- Pasien tidak lemas
- KU baik
- Klien dapat
menghabisakan porsi
makan yang disediakan
- Pasien mengatakan
nafsu makan meningkat
- Klien mengalami
peningkatan BB
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

1. Kaji riwayat nutrisi,
termasuk makan yang
disukai
2. Observasi dan catat
masukan makanan pasien


3. Observasi/catat kejadian
mual muntah , flatus dan
gejala lain yang
berhubungan
4. Berikan dan bantu hygiene
mulut klien , baik sebelum
dan sesudah makan.
5. Kolaborasi : berikan obat
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

1. Mengidetifikasi difisiensi,
memudahkan intervensi

2. Mengawasi masukan
kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi
makanan
3. Gejala GI dapat
menunjukan efek anemia
(Hipoksia) pada organ.

4. Meningkatkan nafsu
makan dan pemasukan
oral
5. Kebutuhan pengganti
47


Konjungtiva pucat sesuai indikasi

tergantung pada type
anemia



3.
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
Kelemahan fisik ditandai
dengan:
DS: Pasien mengatakan
mual, lemas, letih dan
mudah lelah saat
beraktivitas
DO :- TD : 140/90 mmHg
- RR : 22x/Menit
- N : 100x/Menit
Posisi berhati-hati, ADL
dibantu,
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien
dapat kembali beraktivitas
seperti biasa sendiri
dengan kriteria:
- Menunjukan kemajuan
beraktivitas mandiri
- RR : 12-21 X/Menit
- TD : 120/80X/Menit
Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

1. Kaji kemampuan ADL
klien dalam beraktivitas

2. Observasi TTV sebelum
dan sesudah melakukan
aktivitas

3. Berikan lingkungan yang
tenang, batasi pengunjung,
dan kurangi aktivitas yang
berlebih.
4. Tingkatkan aktivitas sesuai
kemampuan klien, dan
segera hentikan jika klien
lelah.

Tanggal 16 Juli 2012
Jam 09.00

1. Mengetahui sejauh mana
klien mampu terlibat
dalam perawatan diri
2. Manifestasi dari upaya
jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen
yang adekuat ke jaringan
3. Meningkatkan waktu
istirahat klien untuk
menurunkan pemakaian
tenaga berlebih
4. Meningkatkan kemadirian
klien sesuai dengan
kemampuan
48


4. Defisit perawatan diri (mandi
dan eliminasi) berhubungan
dengan Kelemahan ditandai
dengan:
DS: - Pasien mengatakan
masi terasa lemas
- Pasien mengatakan
ingin dimandikan
perawat saja
DO :- Gerakan tangan masi
lemas, lambat
- Pasien pucat kulit
kering dan teraba
panas.
- Ketidakmampuan
membasuh tubuh
mandiri
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan pasien
dapat merawat dirinya
sendiri dengan kriteria:
1. Terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan
diri secar bertahap
2. Melakukan aktivitas
perawatan diri dalam
tingkat kemampuannya
3. Brpartisivasi dalam
merawat dirinya
sebatas kemampuan

1. Kaji tingkat kemandirian
klien dalam merawat diri

2. Bantu klien dalam
melakukan aktivitas sehari-
hari
3. Libatkan klien dalam
pemenuhan hygiene-nya
4. Kolaborasi dengan tis
medisdalam upaya
pemulihan kondisi klien
1. Untuk mengetahui tingkat
kemandirian klien dalam
merawat diri
2. Mengurangi lelah karena
aktivitas berlebih

3. Membantu klien dalam
merawat diri secara
bertahap
4. Program terapi fisik yang
sesuai dengan klien.
49

K. Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Ib.Mr
Ruangan : J/1
No RM : 01022XXX
No Diagnosa Tanggal /
Waktu
Perkembangan Paraf
1. DX. I 16 Juli 2012
Jam
08.30




08.30




12.30


I. :
1. Mengkaji keadaan umum pasien : KU
baik, CM, terpasang infuse 20 Tpm
ditangan kanan
2. Mengukur tanda-tanda vital.
N : 100 X/Menit, R: 18x/menit, TD :
140/90 Mmhg. S : 38 C
3. Memandikan klien 2x sehari.
4. Memberikan obat injeksi parenteral
a. Ceftazidim 1 gr 2x1
b. Tizos 1x1 mg
c. Adona 1x10 mg
E :
DS: - Pasien mengatakan demam
DO: - suhu badan klien 38 C

2. DX. I 18 Juli 2012
Jam
14.30




15.00



16.20
S :
1. Klien mengatakan badannya tidak lagi
demam
2. Klien mengatakan mulutnya terasa
pahit
3. Klien mengatakan kepalanya sedikit
pusing jika mencoba duduk
O :- suhu badan klien 36,2 C
- TD : 140/90 Mmhg.
- Kulit pasien tidak lagi kering
- Pasien minum 200cc /hari
A : - pasien tidak demam

50





19.40

- Suhu turun menjadi 36,2C
P : - lanjutkan intervensi
I : -
E :- DS: pasien mengatakan merasa sehat
DO : suhu badan 36,2 C
3. DX. I 19 Juli 2012
Jam
14.30


15.00



16.20



19.40
S :
1. Klien mengatakan sudah tidak dmam
2. Klien mengatakan sudah lebih
nyaman dari sebelumnya
O :- suhu badan klien 36,5 C
- TD : 120/80 Mmhg.
- Kulit pasien terlihat lebih nyaman dan
bisa tidur nyenyak
A : - sakit kepala sudah tidak ada
P : - Hentikan intervensi
I : -
E :- DS: pasien mengatakan merasa lebih
sehat
- DO : suhu badan 36,5 C

1. DX.II 16 Juli 2012
Jam
08.30




08.30



12.30

I. :
1. Mengkaji keadaan umum pasien
2. Memberikan diet sesuai program dokter
3. Memberikan obat sesuai program
a. Ozid 1x1 secara IV
b. Plagyl 1x6 mg sesudah makan (oral)
E :
DS: - Pasien mengatakan dipuasakan
DO: - pasien terbaring lemas, terpasang
infus Rl 20 Tpm ditangan kanan
- Mukosa bibir kering


51


2. DX.II 18 juli 2012
Jam
14.30



15.00





16.20





19.40

S : - Pasien mengatakan bibirnya pahit
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
O : - Mengukur TTV :
N : 84 X/Menit,
R: 20x/menit,
TD : 120/80 Mmhg.
S : 36 C
- Klien minum 100 cc/hari
A : - nutrisi belum terpenuhi
P : - lanjutkan intervensi
I : - memberikan diet sesuai program dokter
- Basahi bibir klien
- Bantu oral hygiene klien
- Memberikan obat :
Plagyl 1x6 (oral)
Dycinone 125 mg (IV)
Adona 1x10 mg (IV)
E : DS : Pasien mengatakan tidak haus..
DO : Mukosa bibir masih kering

3. DX II 19 juli 2012
Jam
14.30




15.00




16.20

S : - Pasien mengatakan mulai nafsu makan
- Pasien mengatakan merasa lebih baik
dari sebelumnya
O : - Klien minum 200ml susu
- Makan habis 5 sendok puding
- Klien minum 200 cc/hari
- BC : 100cc
A : - nutrisi belum terpenuhi
P : - lanjutkan intervensi
- Mengkaji pola makan klien
- Observasi mual muntah
- Jaga kebersihan mulut klien

52






19.40
I : - mengobservasi KU
- Memberikan diet sesuai program dokter
- Memberikan obat :
Ceftazidin 2x1
Tizos 1x1
E : DS : Pasien mengatakan sudah tidak haus..
DO : Mukosa bibir sudah tidak kering
Mulut bersih
4. DX. II 20 juli 2012
Jam
07.30




09.00


11.20


13.40


S : - Pasien mengatakan nafsu makan baik
- Pasien mengatakan tidak mual lagi
O : - Klien minum 200 ml susu
- Makan habis 2 sendok makan dan
sepotong pepaya
- Urin 200 cc/hari
- Infuse lancar
A : - masalah terpenuhi
P : - lepas infuse jam 09. 30
- Intervensi stop
I : -
E : DS : Pasien mengatakan merasa sehat
DO : BC : 450 cc

1. DX III 16 juli 2012
Jam
08.30




09.30



I. :
1. Memberikan posisi yang nyaman bagi
pasien
2. Mengajarkan ROM pasif pada pasien
3. Membantu memenuhi kebutuhan klien
E :
DS:-Pasien mengatakan belum kuat
beraktivitas
DO: - pasien terbaring lemas, terpsang

53






13.30


infus Rl 20 Tpm ditangan kanan
- Pasien mengatakan pusing saat
duduk
- TTV klien :
N : 84 X/Menit,
R : 20 x/menit,
TD : 110/70 Mmhg.
S : 36 C
2. DX.III 18 juli 2012
Jam
14.30

15.00




16.20



19.40

S : - Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
O : - Klien terlihat masi lemas
- Klien mulai mempraktekan ROM aktif
A : - masalah belum teratasi
P : - lanjutkan intervensi
I : - suport klien dalam melakukan aktivitas
mandiri
- Bantu klien memenuhi kebutuhannya
Bantu kebutuhan mandi klien
E :DS : Pasien mengatakan sudah bisa makan
sendiri
DO : - klien mulai makan sendiri
- Porsi habis 4 sendok makan +
sepotong pepaya

3. DX III 19 juli 2012
Jam
14.30


15.00



16.20

S : - Pasien mengatakan bisa makan sendiri
O : - porsi habis seperempat dari yang
disediakan
- Klien bersemangat memenuhi
kebutuhannya secara mandiri
A : - masalah teratasi
P : - Stop intervensi
I : -
E :DS : Pasien mengatakan tidak sabar ingin

54


19.40

pulang
DO : - klien sudah beraktivitas mandiri
1. DX. IV 16 Juli 2012
Jam
08.30




09.30


13.30

I. :
1. Bantu kebutuhan mandi pasien
2. Libatkan klien dalam pemenuhan
kebutuhannya
3. Libatkan keluarga dalam merawat klien
E :
DS:-Pasien mengatakan ingin dimandikan
perawat
DO: - pasien terbaring lemas,belum bisa
mandi sendiri

2. DX. IV 18 juli 2012
Jam
14.30

15.00




16.20



19.40

S : - Pasien mengatakan ingin dimandikan
anaknya saja
O : - Klien mulai mencoba memenuhi
kebutuhan dirinya dibantu sang anak
- Ost mandi, klien tampak segar
A : - masalah kebutuhan mandi belum teratasi
P : - lanjutkan intervensi
I : - Bantu kebutuhan mandi klien
- Libatkan klien dalam pemenuhan
kebutuhannya
- Libatkan keluarga dalam merawat klien
E :DS : klien mengucapkan terimakasih pada
perawat
DO : - klien masi belum bisa memenuhi
kebutuhan mandinya

3. DX. IV 19 juli 2012
Jam
14.30


S : - Pasien mengatakan ingin dimandikan
anaknya
O : - Klien mulai mencoba memenuhi

55


15.00





19.40
kebutuhan secara mandiri
- Ost mandi, klien tampak segar
A : - masalah kebutuhan mandi teratasi
P : - intervensi stop
I : -
E :DS : klien mengatakan sudah bisa mandiri
DO : - klien terlihat bersemangat memenuhi
kebutuhan dirinya






















56

BAB III
PEMBAHASAN


Dari hasil Asuhan Keperawatan pada Ny. M di Ruang J kamar 1 antara teori dan praktek
tidak terlalu jauh berbeda. Pengkajian hingga evaluasi dari teori hampir semua sama dengan
praktek yang dilakukan dilapangan.

A. Pengkajian
Dari data yang dikumpulkan selama pengkajian yang diambil dari :
1. Pemeriksaan Fisik
2. Observasi
3. Wawancara
4. Study Rekam Medis

Pengkajian secara praktek pada kasus tidak jauh berbeda dengan pengkajian secara
teori, penulis menggunakan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bagian-bagian
yang fokus saja, karena kondisi pasien yang masih lemah, perawat mengobservasi
keadaan pasien, wawancara dengan keluarga passien, namun terkadang pasien tidak
dapat memberikan informasi tentang apa yang dia rasakan dan dia alami, dan penulis
menggunakan rekam medis untuk mendapatkan data-data untuk melengkapi
kelengkapan pengkajian.


B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil Asuhan keperawatan selama 4 hari di Ruang J tentang ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN PADA Ny. M DENGAN KASUS AIHA DI RUANG J RS
Bethesda Yogyakarta yaitu :
1. Hypertermi berhubungan dengan Penyakit (AIHA)
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan fisik
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik
4. Defisit perawatan diri (mandi dan eliminasi) berhubungan dengan Kelemahan
57


Dari 4 Diagnosa tersebut diambil ke Empat diagnosa sebagai prioritas yang muncul
dari data subjectif dan data obyektif pasien dan dijadikan sebagai diagnosa keperawatan
pada kasus pasien Fraktur.

1. Hypertermi berhubungan dengan Penyakit (AIHA)
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan fisik
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik
4. Defisit perawatan diri (mandi dan eliminasi) berhubungan dengan Kelemahan

C. Rencana Tindakan
Perencanaan keperawatan merupakan kegiatan keperawatan yang ditulis oleh perawat
dari keempat diagnosa. Adapun tahapan dalam menentukan rencana tindakan yaitu
terdiri dari ONEC ( observasi, nursing, edukasi, dan kolaborasi ), setiap tindakan
mengacu pada perencanaan sehingga diharapkan setiap masalah dapat diatassi sesuai
dengan harapan. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan 4 hari pada tanggal
16 - 20 juli 2012. Dalam memenuhi kebutuhan pasien ini tidak terlepas dari semua data
yang didapatkan pada saat pengkajian yang telah dilakukan, serta rumusan diagnosa
yang telah disusun sehingga dapat memberikan acuan terhadap pemenuhan asuhan
keperawatan pada pasien, serta dapat mempercepat poses kesemuhan penyakit pasien.

D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan meliputi evaluasi proses, yang dilakukan dengan
mengumpulkan data perkembangan pasien dan perubahan kondisi pasien, juga
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dillakukan tindakan keperawatan
dengan menggunakan kriteria evaluasi, pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam
rencana keperawatan. Pada evaluasi proses semua diagnosa keperawatan yang sudah
ditetapkan sudah teratasi. Dokumentasi keperawatan pada kasus ini dilakukan setelah
beberapa tindakan karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mendokumentasikan setelah selesai melakukan tindakan keperawatan, karena banyak
intervensi yang harus diberikan segera diberikan pada pasien tepat pada waktunya.
Adapun faktor penunjang dalam memberikan asuhan keperawatan.
1. Respon dan kerjasama yang baik dari pasien dan keluarga pasien.
2. Saran yang menunjang dalam melaksanakan intervensi yang ada.
58


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Penulis mendapati klien kelolaan dengan diagnosa medis
Frktur Femus Sinistra. Dari pengkajian yang dilakukan, kemudian penulis merumuskan
diagnosa keperawatan, intervensi, perencanaan, dan evaluasi.

B. Saran
Berdasarkan hasil praktek, maka ada beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien.
1. Bagi pasien
Penanganan yang segera diperlukan untuk meminimalkan komplikasi yang terjadi
pada pasien.
2. Untuk Ruang J
a. Menindaklanjuti rencana keperawatan yang belum teratasi dengan baik.
b. Lebih sering mengadakan komunikasi dengan pasien atau keluarga pasien
untuk membantu kesembuhan passien.
3. Untuk STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Tetap mempertahankan RS Bethesda terutama Ruang J sebagai lahan praktik
klinik dan menambah lahan praktik klinik atau ruang lainnya yang berada pada
RS Bethesda agar mahasiswa dapat mengenal berbagai macam penyakit dan
menerapkan proses asuhan keperawatan yang sesuai, agar mahasiswa praktikan
dapat lebih mengenal mengenai dunia keperawatan dan lebih pedui dengan
sesama terlebih pada pasien.

59




DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo W. Aru, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed 5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.
p.1152-1159, 1379-1389.
2. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC. Jakarta
3. Mansjoer Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Ed 3. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. p. 550-552
4. Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
5. Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :
EGC
6. Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai