com/2008/12/pengembangan-profesionalisme-guru-
yang.html
Mulyati said...
Mulyati said...
Mulyati said...
Sertifikasi guru memang membawa angin segar bagi guru. Tapi kok
sayang hanya dengan portofolio yang menurut saya ‘kayak nyusun PAK
untuk kenaikan pangkat” hanya bedanya ini tidak periodik tapi selama
jadi guru. Lantas peningkatan profesionalismenya dari mana ya kalau
cuma ngumpulin berkas. Apalagi, (tanpa menyepelekan guru-guru
yang punya integritas dan kejujuran) di lapangan banyak guru
kecurangan-kecurangan yang dilakukan guru (terobos sana terobos sini
agar lebih dulu, pemalsuan dokumen (karya ilmiah, sertifikat). Tapi
anehnya mereka kok ya lolos sertifikasi. Bahkan yang sekarang muncul
setelah tunjangan turun adalah konflik sesama guru. Di daerah banyak
kasus guru yang sudah lolos sertifikasi kinerjanya tidak lebih baik dari
yang belum sertifikasi, sehingga menimbulkan rasa “meri” sesame
guru.
Suatu keberuntungan saya dan teman-teman mendapat kesempatan
mengikuti Program Sertifikasi di UNY lewat jalur pendidikan, sehingga
ketemu Dosen-dosen yang inovatif (seperti Pak Marsigit). Dengan
kuliah selama ini saya sebagai guru merasa ternyata saya ‘belum
inovatif’ (apalagi kalau hanya dengan portofolio). Menurut saya
sertifikasi guru memang harus melalui pendidikan profesi seperti ini
biar ada peningkatan profesionalisme secara nyata. Tapi sayangnya
menurut informasi dari Ditjen Propendik ketika saya LKG di Bogor (28
Nov – 3 Des 2008) Program Sertifikasi Jalur Pendidikan ini dipastikan
tahun depan dihentikan. Padahal melalui program ini sebenarnya saya
sebagai guru merasakan sangat besar manfaatnya dan dampaknya
terhadap cara berpikir saya. Kasihan ya teman-teman guru-guru muda
yang sudah lama menunggu-nunggu.
O ya sekedar informasi buat rekan-rekan guru yang ingin tahu lebih
banyak informasi tentang Penghargaan dan Perlindungan Guru
(Harlindung) atau secara khusus sertifikasi silahkan kunjungi
www.ditpropen.net atau e-mail:harlindung_jkt@yahoo.co.id.
Terimakasih.
Dalam perjalanan pada hari Senin, 8 Des 2008 saya duduk berselang 2
kursi pada suatu Bus dengan seorang pria paruh baya yang dari topik
pembicaraannya saya yakin beliau berprofesi sebagai seorang kepala
sekolah. Saya beberapa kali mendengar pernyataan dari beliau
sebagai berikut "Seorang pendidik yang bisa disebut sebagai guru
adalah pendidik yang lulus sertifikasi". Penulis sebagai pendengar
merasa terpanggil untuk merenungkannya, sehingga ada beberapa
pertanyaan dalam benak yang mengharapkan tanggapan dari bapak:
Sertifikasi Guru Memang jadi harapan semua guru akhir-akhir ini, tapi
sayang sebagian guru kurang memaknai arti sertifikasi ini, mereka
beranggapan kalau sudah disertifikasi maka sejahteralah mereka?Apa
benar begitu? Kalau kita cermati tulisan Pak Marsigit, ternyata
sungguh berat untuk jadi seorang guru yang prefesional,bukan hanya
sekedar mengajar, mendidik dan melatih peserta didik saja, banyak
hal yang seharus kita lakukan sebagaimana tulisan Pak Marsigit.
Semoga dengan adanya tulisan Bapak kami guru-guru yang sedang
menenempuh Sertifikasi Jalur pendidikan dapat merealisasikan
harapan dan keinginan pemerintah dan juga harapan guru-guru di
Indonesia.
MATHSUGIYANTA said...
betul sekali apa yang ditulis dalam artikel ini, bahwa seorang guru
harus profesional. salah satu syarat yang ditetapkan oleh pemerintah
melalui sertifikasi guru, tetapi sayang salah satu program sertifikasi
yang ditawarkan melalui pengumpulan berkas, kan tidak ada bedanya
dengan pengajuan PAK, menurut saya memang yang saat ini cocok ya
melalui pendidikan, karena dengan pendidikan akan membuka
wawasan terkini tentang pendidikan sehingga guru lebih kreatif dan
inovatif yang selanjutnya akan menjadikan pencerahan bagi dunia
pendidikan.
selamat berjuang teman-temanku di pendidikan sertifikasi UNY serta
terima kasih dosen-dosen yang membimbing kami semoga pendidikan
kita akan lebih baik. AMIN
Sukandar said...
totokprasetyono said...