Anda di halaman 1dari 13

http://pbmmatmarsigit.blogspot.

com/2008/12/pengembangan-profesionalisme-guru-
yang.html

Pengembangan Profesionalisme Guru Yang Berkelanjutan


Pengembangan Profesionalisme Guru Yang Berkelanjutan
Berdasarkan: PP No 19 Tahun 2005; UU No 14 Tahun 2005; Permendiknas No 16
Tahun 2007; Permendiknas No 18 Tahun 2007
Oleh: Tim Bintek Direktorat SMP
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Peraturan Menteri
Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, maka
diperlukan rambu-rambu bimbingan teknis bagi guru untuk pengembangan
profesionalisme yang berkelanjutan.
Akhir-akhir ini banyak pihak menyatakan bahwa kualitas guru kita rendah,
kesejahteraan yang diterima guru kurang memadai, dan diskriminasi status guru.
Apakah pekerjaan yang disandang guru suatu profesi? Padahal guru mengemban
tugas sebagaimana dinyatakan dalam pasal 39 Ayat 1 UUSPN Tahun 2003 bahwa:
”Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan”. Ayat 2. ”Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran,melakukan pembimbingan dan pelatihan........”
Guru di lapangan dewasa ini juga banyak yang kurang aktif dan kreatif dalam
inovasi pendidikan, pengembangan kurikulum dan silabus. Dengan demikian perlu
dilakukan pengembangan profesi secara terus-menerus atau pengembangan profesi
secara berkelanjutan.
B. Pengertian Profesi Kependidikan
1. Pengertian Secara Umum
a. Profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan
keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan inteltualitas (Volmer &
Mills, 1966, Cully, 1969).
b. Profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi
dan training, bertujuan menciptakan ketrampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi,
sehingga ketrampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi oleh orang lain, dan
dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa bayaran,
upah, dan gaji (Sagala, 2000).
2. Syarat-Syarat Guru Profesional
a. Guru harus memiliki berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, menjaga kode etik guru .
b. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan
mendalami keahliannya.
c. Guru profesional harus rajin membaca literatur.
3. Guru Profesional Sebagai Komunikator dan Fasilitator
Di dalam kelas guru berperan sebagai komunikator dan guru sebagai fasilitator
memiliki peran memfasilitasi siswa untuk belajar secara maksimal dengan
menggunakan berbagai strategi/metode, media, dan sumber belajar. Dalam proses
pembelajaran siswa sebagai titik sentral belajar, siswa yang lebih aktif, mencari
dan memecahkan permasalahan belajar, dan guru membantu kesulitam siswa yang
mendapat hambatan, kesulitan dalam memahami, dan memcahkan permasalahan.
4. Cakupan Pengembangan Profesi
Cakupan pengembangan profesi guru mencakup empat bidang, yaitu:
a. kompetensi pedagogik
b. kompetensi kepribadian
c. kompetensi sosial
d. kompetensi profesional.
Keempat kemampuan itu menjadi tolok ukur profesionalisme guru, dan apabila
salah satu komponen atau sub-komponen kurang/tidak sesuai dengan kebutuhan
lapangan, maka perlu dilakukan pengembangan profesi.
II. STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU
(Permendiknas No 16 Tahun 2007)
A. Kualifikasi Akademik Guru
1. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs
Guru pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan, minimum D-IV atau sarjana S1 program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.
2. Kualifikasi Akademik guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi
akademik yang dipersyaratkan untuk diangkat sebagai guru dalam bidang khusus
yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan diperguruan tinggi dapat
diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi
seorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakuakan oleh perguruan tinggi yang
diberi wewenang untuk melaksanakannya.
B. Standar Kompetensi Guru
Standar kompentensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi
utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dikembankan
menjadi kompetensi guru mata pelajaran pada SMP/MTs
Kompetensi inti guru (SMP/MTs)
Kompetensi Pedagogik, mencakup:
1. menguasai karakteristik peserta didik dan aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
2. menguasai teori belajar dan priinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
4. menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
6. memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
7. berkomunikasi secara efektif, emperik, dan santun dengan peserta didik.
8. menyelenggarakan penilaian dan evaluasi, proses dan hasil belajar.
9. memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. melakukan tindakan reflektif untuk kepentingan kualitas pebelajaran
Kompetensi Kepribadian
1. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
2. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
3. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
4. menunjukkan etos keja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri.
5. menjunjung tingi profesi guru.
Kompetensi Sosial, mencakup:
1. bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskrimintif, karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondoisi fisdik, latar belakang keluarga,
dan status ekonomi,
2. bekomunikasi secara efektif empati, dan satun dengan sesama penddidik,
tebnaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3. beradaptasi ditempat tugas di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
4. berkomunikasi dengan komuniats profesi sendiri, dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi Profesional
1. menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan, yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif, termasuk di dalamnya melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) untuk peningkatan keprofesionalan (termasuk guru mata pelajaran). PTK
lebih bermanfaat untuk meningkatkan profesi guru dan waktu pelaksanaannya
relatif cepat dibanding dengan penelitian konvensional.
5. memanfaatkan teknologi informasi untuk mengenbangkan diri.
III. Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan
(Permendiknas No 18 Tahun 2007)
Pasal 1
(1) sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberisn sertifikat pendidik
dalam jabatan.
(2) sertifikasi sebagaimana dimaksud apada ayat (1) dapat diikuti oleh guru dalam
jabatan yang telah memliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau D-IV
(3) sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional.
Pasal 2
(1) Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk
memperoleh serrtifikat pendidik.
(2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk
penilaian portofolio.
(3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud apad ayat (2) merupakan
pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian, terhadap
kumpulan dokumen yang dideskripsikan :
a. kualifikasi akademik;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. pengalaman mengajar;
d. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;
e. penilaian dari atasan dan pengawas;
f. prestasi akademik;
g. karya pengembangan profesi;
h. keikutsertaan dalam forum ilmiah.
i. Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial; dan
j. Penhargaan yang relevandenganh bidang pendidikan.
(4) Guru dalam jabatan yang lulus penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) mendapat sertifikat pendidik.
(5) Guru dalam jabatan yang tidak lulus penilaian portofolio dapat:
a. melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengapi dokumen portofolio agar
mencapai nilai lulus;
b. mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri dengan ujian;
Sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi penyelenggara
sertifikasi.
(6) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf (b) mencakup kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
(7) Guru dalam jabatan yang lulus pendidikan dan latihan profesi guru
sebagaimana dimaksud apada ayat (5) huruf (b) mendapat sertifikat pendidik.
(8) Guru dalam jabatan yang belum lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru
sebagaimana dimaksud ayat (5) huruf (b) diberi kesempatan untuk mengulang ujian
materi pendidikan dan pelatihan yang belum lulus.
Pasal 6
(1) Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh pemerintah Daerah yang telah
memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan
Nasional, dan melaksanakan beban keja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap
muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali
gaji pokok yang dibayarkan melalui Dana Alokasi Umum terhitung mulai bulan
Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh ssertifikat pendidik.
(2) Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah yang telah memiliki
sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Depatemen Pendidikan Nasional, dan
melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu
minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang
dibayarkan melalui APBN terhitung mulai bulan Januari pada tahun berikutnya,
setelah memperoleh sertifikat pendidik.
(3) Guru Non Pegawai Negeri Sipil, yang diangkat oleh badan hukum penyelenggara
pendidikan yang telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari
Departemen Pendidikan Nasional, dan melaksanakan sekurang-kurangnya 24 jam
tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik setara
dengan satu kali gaji pokok guru PNS yang dibayarkan melalui Dana Dekonsentrasi
terhitung mulai bulan Januari pada tahun berikutnya, setelah memperoleh
sertifikat pendidik.
(4) Guru yang melaksanakan beban kerja diluar ketentuan sebagaimana dimaksud
apada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) memperoleh tunjangan profesi setelah
mendapat persetujuan tetulis dari Menteri Pendidikan Nasional atau Pejabat yang
ditunjuk
(7) Guru yang terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi guru pada tahun 2006 dan
telah memiliki sertifikat pendidik dan nomor registrasi guru dari Departemen
Pendidikan Nasional sebelum Oktober 2007 memperoleh tunjangan profesi pendidik
terhitung mulai 1 Oktober 2007.
IV. Cara Pengembangan Profesionalisme Guru
Pengembangan profesionalisme guru diarahkan untuk penguatan kompetensi guru
berdasarkan standar kompetensi guru, (pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional). Cara pengembangan profesi dapat dilakukan melalui (antara lain):
a. forum MGMP
b. semnar/workshop
c. penerbitan majalah ilmiah
d. lesson study
e. pelatihan
f. studi lanjut
Keempat kompetensi tersebut (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional)
perlu dilakukan secara terus-menerus atau berkelanjutan agar profesionelisme
guru terus meningkat.
Bila dalam pelaksanaan pengembangan profesi tersebut menghadapi kendala,
diperlukan adanya pendampingan atau advokasi (Perlindungan Hukum) agar para
guru mendapatkan kemudahan untuk mengembangkan profesinya.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 7:19 PM
14 comments:

Mulyati said...

This post has been removed by the author.

December 10, 2008 10:04 PM

Mulyati said...

This post has been removed by the author.

December 10, 2008 10:14 PM

Mulyati said...

Sertifikasi guru memang membawa angin segar bagi guru. Tapi kok
sayang hanya dengan portofolio yang menurut saya ‘kayak nyusun PAK
untuk kenaikan pangkat” hanya bedanya ini tidak periodik tapi selama
jadi guru. Lantas peningkatan profesionalismenya dari mana ya kalau
cuma ngumpulin berkas. Apalagi, (tanpa menyepelekan guru-guru
yang punya integritas dan kejujuran) di lapangan banyak guru
kecurangan-kecurangan yang dilakukan guru (terobos sana terobos sini
agar lebih dulu, pemalsuan dokumen (karya ilmiah, sertifikat). Tapi
anehnya mereka kok ya lolos sertifikasi. Bahkan yang sekarang muncul
setelah tunjangan turun adalah konflik sesama guru. Di daerah banyak
kasus guru yang sudah lolos sertifikasi kinerjanya tidak lebih baik dari
yang belum sertifikasi, sehingga menimbulkan rasa “meri” sesame
guru.
Suatu keberuntungan saya dan teman-teman mendapat kesempatan
mengikuti Program Sertifikasi di UNY lewat jalur pendidikan, sehingga
ketemu Dosen-dosen yang inovatif (seperti Pak Marsigit). Dengan
kuliah selama ini saya sebagai guru merasa ternyata saya ‘belum
inovatif’ (apalagi kalau hanya dengan portofolio). Menurut saya
sertifikasi guru memang harus melalui pendidikan profesi seperti ini
biar ada peningkatan profesionalisme secara nyata. Tapi sayangnya
menurut informasi dari Ditjen Propendik ketika saya LKG di Bogor (28
Nov – 3 Des 2008) Program Sertifikasi Jalur Pendidikan ini dipastikan
tahun depan dihentikan. Padahal melalui program ini sebenarnya saya
sebagai guru merasakan sangat besar manfaatnya dan dampaknya
terhadap cara berpikir saya. Kasihan ya teman-teman guru-guru muda
yang sudah lama menunggu-nunggu.
O ya sekedar informasi buat rekan-rekan guru yang ingin tahu lebih
banyak informasi tentang Penghargaan dan Perlindungan Guru
(Harlindung) atau secara khusus sertifikasi silahkan kunjungi
www.ditpropen.net atau e-mail:harlindung_jkt@yahoo.co.id.
Terimakasih.

December 10, 2008 10:35 PM

JB-Darmayasa (08709251022) said...

Topik ini sungguh menarik untuk didiskusikan.


Penulis yang terhormat, terkait dengan profesionalisme guru dan
pengembangannya dilihat dari Undang-ndang dan Peraturan
Pemerintah yang mengaturnya, saya memiliki pengalaman sebagai
berikut:

Dalam perjalanan pada hari Senin, 8 Des 2008 saya duduk berselang 2
kursi pada suatu Bus dengan seorang pria paruh baya yang dari topik
pembicaraannya saya yakin beliau berprofesi sebagai seorang kepala
sekolah. Saya beberapa kali mendengar pernyataan dari beliau
sebagai berikut "Seorang pendidik yang bisa disebut sebagai guru
adalah pendidik yang lulus sertifikasi". Penulis sebagai pendengar
merasa terpanggil untuk merenungkannya, sehingga ada beberapa
pertanyaan dalam benak yang mengharapkan tanggapan dari bapak:

1.Logiskah/adilkah jika kita mengklaim hanya pendidik (pendidik


tingkat sekolah)yang lulus sertifikasi layak disebut "guru"??
2. Jika dikaji dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan pada suatu
sekolah, apakah semakin banyak guru yang lulus sertifikasi dalam satu
sekolah mempengaruhi tingkat mutu sekolah bersangkutan?
Terima Kasih. (Jero)

December 10, 2008 11:09 PM


IWAN SUMANTRI said...

Sertifikasi Guru Memang jadi harapan semua guru akhir-akhir ini, tapi
sayang sebagian guru kurang memaknai arti sertifikasi ini, mereka
beranggapan kalau sudah disertifikasi maka sejahteralah mereka?Apa
benar begitu? Kalau kita cermati tulisan Pak Marsigit, ternyata
sungguh berat untuk jadi seorang guru yang prefesional,bukan hanya
sekedar mengajar, mendidik dan melatih peserta didik saja, banyak
hal yang seharus kita lakukan sebagaimana tulisan Pak Marsigit.
Semoga dengan adanya tulisan Bapak kami guru-guru yang sedang
menenempuh Sertifikasi Jalur pendidikan dapat merealisasikan
harapan dan keinginan pemerintah dan juga harapan guru-guru di
Indonesia.

December 12, 2008 8:01 AM

Dr. Marsigit, M.A said...

Di undang yang lainnya untuk memberikan kontribusi pemikiran yang


konstruktif. (Dr. Marsigit)

December 12, 2008 7:23 PM

MATHSUGIYANTA said...

Sertifikasi guru banyak ditunggu-tunggu oleh sebagian besar Guru di


Indonesia, namun dalam kenyataannya yeng mereka tunggu-tunggu
adalah TUNJANGAN PROFESI tanpa melihat pada diri Guru itu sendiri
"Apakah ia sudah pantas menjadi seorang guru yang profesional?"
Walhasil dalam memperjuangkan diri agar bisa mendapatkan sertifikat
profesional dilakuakn dengan berbagai macam cara dalam menyusun
PORTOFOLIO,ada cara halal namun ada juga cara yang kurang halal.
Kami masih menemukan beberapa teman yang sudah mendapat
sertifikat kinerja tidak berubah/masih sama seperti sebelum
mendapat sertifikat pendidik profesional, mereka beranggapan
silahkan yang belum sertifikasi banyak jam mengajarnya, ikuti semua
seminar-seminar agar bisa LULUS kalau mendapat urutan Portofolio.
Kami berpendapat sebenarnya GURU PROFESIONAL itu ada pada
nurani guru yang bersangkutan. Untuk menjadi guru profesional tidak
bisa dengan cara INSTAN namun perlu proses dan perjuangan.
Idealnya untuk menjadi guru yang profesional, apalagi untuk Guru-
Guru yang masa kerjanya masih sedikit dengan cara PENDIDIKAN
SERTIFIKASI GURU. Kami seorang mahasiswa Pendidikan Sertifikasi
Guru Matematika di UNY merasakan banyak ilmu dan pengalaman
yang diperoleh selama kuliah. Untuk ke depan Universitas segera
membuka Program Pendidikan Profesi Guru dengan biaya yang
terjangkau sehingga Guru-Guru muda dapat mengikuti meski dengan
biaya sendiri.

December 12, 2008 7:59 PM

Teguh Waluyo said...

Benar seperti apa yang disampaikan Bu Mulyati. Portofolio guru ‘kayak


nyusun PAK untuk kenaikan pangkat”, dan banyak kecurangan. Terus
di mana peningkatan profesionalismenya?
Lebih parah lagi kalau kecurangan itu sepertinya sudah melembaga,
seperti ada semacam mafia pencurangan dokumen portofolio. Saya
berkata begitu karena ada indikasi pengelolaan oleh organisasi
sekolah, bahkan meluas ke dinas pendidikan.
Bukti-bukti fisik yang sudah hilang dapat digantikan dengan
keterangan dari kepala sekolah. Ini disalah gunakan oleh guru, dengan
minta keterangan pada kepala sekolah, padahal belum tentu guru
tersebut melakukannya.
Semoga pihak yang terkait segera menyadari, dan segera
memperbaikinya. Sehingga peningkatan mutu guru berjalan seperti
apa yang diharapkan

December 14, 2008 7:47 PM

Agus supranto,S.Pd said...

Sertifikasi guru memang salah-satu bentuk usaha untuk meningkatkan


kinerja guru. tetapi apapun namanya yang jelas semua itu kembali
kepada pribadi guru masing-masing. Sertifikasi guru dengan portofolio
? sayakurang setuju sebenarnya dengan hal ini,terkait dengan hal-hal
yang tidak terpuji di lapangan. Sertifikasi dengan jalur pendidikan ?
hal ini mungkin yang lebih tepat,karena melalui pendidikan inilah di
sana guru-guru dapat di uji dan di ketahui seberapa jauh
profesionalisme mereka ? .... diteruskan.!
December 15, 2008 4:59 PM

enjoy matematika said...

profesional guru memang menjadi hal yang penting dalam pendidikan,


namun melihat kenyataan dilapangan, ternyata masih banyak guru
yang jauh dari kategori guru yang profesional, termasuk di daerah
saya. Guru di daerah saya masih banyak yang menggunakan metode
mengajar konvensional dan tidak begitu mempunyai keinginan untuk
melakukan inovasi, karena menurut mereka melakukan inovasi itu
membutuhkan kemampuan dan tenaga serta biaya yang tidak sedikit.
sementara untuk sertifikasi guru, ternyata banyak guru yang tergiur
dengan masalah itu, sampai kadang melakukan hal-hal yang
melanggar kode etik guru.
Menurut saya, tulisan bapak tentang pengembangan profesionalisme
guru ini menjadi suatu masukan, ilmu dan pelajaran yang penting bagi
para guru, mahasiswa dan penabaca yang mengunjungi blogger bapak.
Terimakasih pak.......... (by: atiaturrahmaniah)

December 16, 2008 9:30 AM

Tri Mulyono Edi Saputro said...

betul sekali apa yang ditulis dalam artikel ini, bahwa seorang guru
harus profesional. salah satu syarat yang ditetapkan oleh pemerintah
melalui sertifikasi guru, tetapi sayang salah satu program sertifikasi
yang ditawarkan melalui pengumpulan berkas, kan tidak ada bedanya
dengan pengajuan PAK, menurut saya memang yang saat ini cocok ya
melalui pendidikan, karena dengan pendidikan akan membuka
wawasan terkini tentang pendidikan sehingga guru lebih kreatif dan
inovatif yang selanjutnya akan menjadikan pencerahan bagi dunia
pendidikan.
selamat berjuang teman-temanku di pendidikan sertifikasi UNY serta
terima kasih dosen-dosen yang membimbing kami semoga pendidikan
kita akan lebih baik. AMIN

December 17, 2008 11:48 AM

Dr. Marsigit, M.A said...


Selamat buat Bapak dan Ibu yang telah memberi komentarnya semua.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah, kedepan kita bisa
memberikan sumbang sih yang bagaimana terhadap kemajuan
pendidikan (matematika)?. Sudah saatnya bagi kita semua yang
berkesempatan mendapat peluang untuk menunjukkan kinerja, bahwa
apa yang kita kerjakan selama ini memang sesuai dengan harapan
semua. Jika secara hakekat kita bisa menunjukkan kinerja yang lebih
baik, maka dengan sendirinya hasil ataupun perubahan akan datang
juga. Namun semuanya memang memerlukan perjuangan tanpa kenal
lelah. Terangnya pikiran dan kesadaran barulah awal dari perjuangan
itu. Langkah selanjutnya adalah dengan menambah bekal
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman, kita perlu melibatkan
diri pada aspek inovasi pembelajaran matematika. Lebih dari itu,
bahkan kita perlu bekerjasama agar kolega kita juga melakukan hal
yang demikian. Kesadaran, sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman pada akhirnya juga perlu dipromosikan agar kita dapat
bergaul dan hidup ditengah-tengah bangsa lain di dunia secara
terhormat dan bermartabat. Kehormatan dan martabat tidak perlu
dikejar, tetapi akan datang dengan sendirinya manakala kita mampu
menunjukkan kinerja dan bermanfaat bagi orang lain (pada level
global). Selamat berjuang (Dosen: Dr. Marsigit)

December 21, 2008 2:26 PM

Sukandar said...

Mengenai materi persiapan pembelajaran matematika yang harus


dilakukan oleh guru yang telah pak Marsigit postingkan, kami akan
berusaha untuk mengimplementasikan dikegiatan pembelajaran yang
sebenarnya sepulang dari Yogya dan terima kasih atas info sumber-
sumber belajar matematika. dengan adanya blog ini pak saya jadi
sering buka-buka internet, tetapi kantongnya jadi tipis karna saya
menggunakan kartu CDMA yang pulsa lumayan mahal.

December 21, 2008 10:30 PM

totokprasetyono said...

Bagi guru yang sudah terima tunjangan profesi, ya harus profesional


yang berkelanjutan. Tetapi yang masih GTT (Guru tidak Tetap), Guru
Wiyata Bhakti, Guru Honorer. Sangat susah untuk mengembangkan
profesinya, karena penghasilannya paling-paling sekitar 100-500rb.
Untuk makan saja pas-pasan, mana sempat mengembangkan profesi
guru. Kepriben niki.......

December 31, 2008 9:36 AM

Anda mungkin juga menyukai