Anda di halaman 1dari 7

I.

Tipe Demam pada Demam Tifoid


Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-
rata antara 10-14 hari. Gejaa kinis demam tifoid sangat ber!ariasi, dari
gejaa kinis "ang ringan dan tidak memerukan pera#atan khusus sampai
dengan berat sehingga harus di ra#at. $ariasi gejaa ini disebabkan faktor
gaur %amonea, status nutrisi, dan imunoogik pejamu serta ama sakit
dirumahn"a &%oedarmo dkk, '01().
%emua pasien demam tifoid seau menderita demam pada a#a
pen"akit. Demam pada pasien dengan pen"akit tifoid sampai hari ke-4
bersifat remiten, dengan poa seperti anak tangga &step ladder), sesudah hari
ke-5 atau paing ambat akhir minggu pertama poa demam berbentuk
kontinu. Pada era pemakaian antibiotik beum seperti saat ini, penampian
demam pada kasus demam tifoid mempun"ai istiah khusus "aitu step-ladder
temperature chart. Step-ladder temperature chart "ang ditandai dengan
demam timbu insidious, kemudian naik se*ara bertahap tiap harin"a dan
men*apai titik tertinggi pada akhir minggu pertama, seteah itu demam akan
bertahan tinggi dan pada minggu ke-4 demam turun perahan se*ara isis,
ke*uai apabia terjadi fokus infeksi seperti koesistitis, abses jaringan unak
maka demam akan menetap. Pada saat demam sudah tinggi, pada kasus
demam tifoid dapat disertai gejaa sistem saraf pusat, seperti kesadaran
berkabut atau deirium atau obtundasi, atau penurunan kesadaran muai apatis
hingga koma &%oedarmo dkk, '01(+ ,emenkes -I, '01().
Gejaa sistemik ain "ang men"ertai timbun"a demam adaah n"eri
kepaa, maaise, anoreksia, nausea, miagia, n"eri perut, dan radang
tenggorokan. Gejaa gastrointestina pada kasus demam tifoid sangat
ber!ariasi. Pasien dapat mengeuh diare, obstipasi, atau obstipasi kemudian
disusu episode diare, pada sebagian pasein idah tampak kotor dengan bagian
putih ditengan sedangkan tepi dan ujungn"a kemerahan. .an"ak dijumpai
gejaa meteorismus. Pada anak Indonesia ebih ban"ak dijumpai hepatomegai
dibandingkan spenomegai &%oedarmo dkk, '01().
,eterangan/
- Demam remiten merupakan demam dengan !ariasi norma ebar 0112,
tetapi suhu terendah tidak men*apai suhu norma, ditemukan pada demam
tifoid fase a#a dan berbagai pen"akit !irus.
- Demam kontinu merupakan demam dengan !ariasi diurna di antara 1,0-
1,513 &0,55-0,4' 12). Daam keompok ini, demam meiputi pen"akit
pneumonia tipe obar, infeksi kuman Gram-negatif, riketsia, demam tifoid,
gangguan sistem saraf pusat, tuaremia, dan maaria fa*iparum &%oedarmo
dkk, '01').
%umber/
,ementrian ,esehatan -I. '01(. %istematika Pedoman Pengendaian Pen"akit
Demam Tifoid. 5akarta/ Direktorat 5endera Pengendaian Pen"akit dan
Pen"ehatan 6ingkungan ,ementrian ,esehatan -I.
%oedarmo %P, Gama 7, 7adinegoro %-, %atari 7I. '01'. Demam Tifoid, daam/
.uku 8jar Infeksi 9 Pediatri Tropis. :disi '. 5akarta/ Ikatan Dokter 8nak
Indonesia. 7a. ((4-(4;.
II. -uam pada Demam Tifoid
-uam pada demam tifoid disebut rose spot. Rose spot, merupakan suatu
ruam makuopapuar "ang ber#arna merah dengan ukuran 1-5 mm, sering
kai dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas, dan punggung pada
orang kuit putih, tidak pernah diaporkan ditemukan pada anak Indonesia.
-uam ini mun*u pada hari ke <-10 dan bertahan seama '-( hari &%oedarmo
dkk, '01().
Rose spot ditemukan pada sekitar '5= kasus dan ruam suit terihat
pada anak dengan kuit hitam. Pada keadaan tidak ditemukann"a tanda-tanda
okais, stadium a#a dari pen"akit ini suit dibedakan dengan pen"akit
endemis ainn"a sepert maaria dan demam dengue &,iegman et al., '004).

Gambar. 8. Rose spot pada pasien dengan demam tifoid. .. %ekeompok ke*i dari
rose spot biasan"a berokasi di abdomen &,iegman et al., '004).
%umber/
,iegman ->, .ehrman -:, 5enson 7., %tanton .3. '004. ?eson Te@tbook of
Pediatri*s. 14
th
ed. Phiadephia/ %aunders :se!ier.
%oedarmo %P, Gama 7, 7adinegoro %-, %atari 7I. '01'. Demam Tifoid, daam/
.uku 8jar Infeksi 9 Pediatri Tropis. :disi '. 5akarta/ Ikatan Dokter 8nak
Indonesia. 7a. ((4-(4;.
III. Pemeriksaan %eroogi Ig> dan IgG pada Demam .erdarah Dengue
>etode pemeriksaan aboratorium untuk mengkonfirmasi infeksi !irus
dengue dapat meiputi deteksi dari !irus, asam nukeat !irus, antigen atau
antibodi, atau kombinasi dari teknik-teknik tersebut. %eteah onset dari
pen"akit, !irus dapat terdeteksi pada serum, pasma, se-se daam sirkuasi
darah, dan jaringan ainn"a pada hari ke 4-5. %eama stadium a#a dari
pen"akit, isoasi !irus, deteksi asam nukeat dan antigen dapat digunakan
untuk diagnosis dari pen"akit. Pada akhir fase akut dari infeksi, pemeriksaan
seroogi merupakan metode "ang dapat dipiih untuk menegakkan diagnosis
&A7B, '00;).
-espon antibodi terhadap infeksi tergantung pada status imun dari host.
,etika infeksi dengue terjadi pada orang "ang beum pernah terinfeksi oeh
fa!i!irus sebeumn"a atau beum pernah mendapatkan imunisasi dengan
!aksin fa!i!irus &yellow fever, Japanese encephalitis, tick-borne
encephalitis), maka pada pasien akan terbentuk respon antibodi primer "ang
dikarakteristikkan dengan peningkatan ambat dari antobodi spesifik.
8ntibodi Ig> merupakan imungobuin "ang paing pertama mun*u. %eteah
satu minggu tubuh terinfeksi !irus dengue, terjadi !iremia "ang diikuti oeh
pembentukan Ig>-antidengue &%oedarmo dkk, '01(). 8ntibodi ini terdeteksi
pada 50= pasien pada hari ke (-5 seteah onset pen"akit, meningkat menjadi
40= pada hari ke-5 dan ;;= pada hari ke-10. Pun*ak e!e Ig> ter*apai pada
dua minggu seteah onset dari gejaa dan mengaami penurun biasan"a hingga
men*apai e!e "ang tidak terdeteksi seteah '-( buan. %erum anti-dengue
IgG biasan"a akan terdeteksi pada titer "ang rendah pada akhir minggu
pertama dari pen"akit, dan meningkat se*ara perahan seteahn"a, IgG serum
akan tetap terdeteksi seteah beberapa buan, dan juga mungkin seumur hidup
&A7B, '00;).
%edangkan, pada infeksi dengue sekunder &infeksi dengue pada
seseorang "ang sebeumn"a pernah terinfeksi oeh !irus dengue, atau teah
mendapatkan !aksinasi fa!i!irus non-dengue), titer antibodi akan meningkat
se*ara *epat dan bereaksi se*ara uas terhadap ban"ak tipe dari fa!i!irus.
Isotipe imunogobuin "ang dominan adaah IgG "ang akan terdeteksi pada
e!e "ang tinggi, #aaupun daam fase akut, dan menetap seama 10 buan.
6e!e Ig> pada stadium kon!aesen a#a se*ara signifikan ebih rendah pada
infeksi sekunder dibandingkan pada infeksi primer dan bahkan dapat tidak
terdeteksi pada beberapa kasus. Cntuk membedakan antara infeksi dengue
"ang primer ataupun sekunder, rasio antibodi Ig>DIgG saat ini ebih sering
digunakan dibandingkan dengan tes hemagutinasi inhibisi &A7B, '00;).
Gambar. Perjaanan Pen"akit Infeksi Dengue
Gambar. Aaktu rata-rata dari infeksi !irus dengue primer dan sekunder serta
metode diagnosis "ang dapat digunakan untuk mendeteksi pen"akit
&A7B, '00;)
%umber/
%oedarmo %P, Gama 7, 7adinegoro %-, %atari 7I. '01'. Demam Tifoid, daam/
.uku 8jar Infeksi 9 Pediatri Tropis. :disi '. 5akarta/ Ikatan Dokter 8nak
Indonesia. 7a. ((4-(4;.
Aord 7eath BrganiEation. '00;. Dengue Guideines 3or Diagnosis, Treatment,
Pre!ention 8nd 2ontro. Aord 7eath BrganiEation.

Anda mungkin juga menyukai