II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Performansi keselamatan dan kesehatan kerja yang buruk dari suatu
perusahaan dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Hal ini
berhubungan dengan hilangnya hari kerja yang menimbulkan kompensasi secara
ekonomi karena turunnya produktivitas perusahaan dan dikeluarkannya biaya total
kecelakaan, termasuk didalamnya biaya perawatan, pengobatan, biaya pelatihan
bagi tenaga kerja pengganti, dan sebagainya. Selain itu, rendahnya keselamatan
dan kesehatan kerja juga dapat memperburuk citra perusahaan di kalangan
masyarakat dan pasaran hasil produksi. Oleh karena itu, upaya pemeliharaan dan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja memegang peranan penting berkaitan
dengan kepentingan produksi dan produktivitas perusahaan. Keselamatan dan
kesehatan memiliki cakupan yang berbeda. Keselamatan menekankan pada situasi
penyebab kecelakaan sedangkan kesehatan menekankan pada kondisi penyebab
penyakit (Goetsch, 1993).
2.1.1 Keselamatan Kerja
Keselamatan dapat didefinisikan sebagai kondisi bebas dari risiko yang
dapat mengakibatkan cidera (ISO/IEC Guide 2). Sedangkan kecelakaan kerja
merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tidak direncanakan, dan tidak
diharapkan dimana terjadi aksi dan reaksi antara objek, bahan, atau material
dengan manusia sehingga menimbulkan cidera (Heinrich, 1980). Dengan
demikian, upaya pencegahan kecelakaan kerja memberikan dampak secara
langsung terhadap keberhasilan peningkatan keselamatan kerja. Menurut OHSAS
18001 (1999), kecelakaan dapat terjadi dalam tiga bentuk, yakni incident, near
miss accident dan accident. Incident merupakan kejadian yang dapat
menimbulkan kecelakaan atau memiliki potensi mengarah kepada suatu
kecelakaan. Near miss accident merupakan kejadian yang tidak menghasilkan
sakit, cidera, atau kerusakan tetapi memiliki potensi untuk menyebabkan hal
Tinjauan Pustaka
II - 2
II - 3
II - 4
II - 5
II - 6
II - 7
II - 8
II - 9
II - 10
II - 11
II - 12
II - 13
II - 14
II - 15
II - 16
II - 17
II - 18
II - 19
diperoleh jika skor risiko yang dihasilkan bernilai dibawah 90 (Fine, 1980).
Sedangkan berdasarkan metode RSC zona ini adalah jika skor risiko yang
dihasilkan bernilai lebih kecil dari 10 (Queensland University of Australia, 2000;
NSCA,1997).
2.5 Job Safety Analysis (JSA)
Job Safety Analysis (atau dikenal juga dengan Job Hazard Analysis)
adalah sebuah teknik pencegahan kecelakaan yang digunakan sebagai
penghubung perkembangan dari instruksi keselamatan kerja; sistem keselamatan
kerja; dan pelatihan keselamatan kerja. Teknik JSA telah berkembang dari teknik
studi kerja yang dikenal dengan metode studi dan pengukuran kerja. Metode studi
dari kerekayasaan teknik ini bertujuan untuk meningkatkan metode produksi.
Dalam hal ini JSA menggunakan sebuah teknik yang dikenal sebagai prinsip
SREDIM:
Select/Pilih (bagian pekerjaan yang dipelajari)
Record/Rekam (bagaimana pekerjaan dilakukan)
Examine/Uji (situasi penuh)
Develop/Kembangkan (metode terbaik untuk melakukan pekerjaan tersebut)
Install/Menerapkan (metode ini dimasukkan ke dalam operasi perusahaan)
Maintain/ Pelihara (ini menjelaskan metode dan mengukur metode)
Pengukuran kerja digunakan untuk memilah-milah pekerjaan ke dalam
bagian kecil/komponen sehingga dapat membuat pekerjaan manusia lebih efektif.
JSA menggunakan prinsip SREDIM namun pengukuran risiko-risiko yang ada
(lebih baik dari isi pekerjaan) dalam setiap bagian/komponen dari pekerjaan harus
selalu ditinjau ulang. Dari pengujian yang detail ini sebuah metode yang aman
dapat dibuat untuk mendeskripsikan setiap tahap pekerjaan sehingga dapat
dikembangkan.
Langkah-langkah dasar untuk melakukan JSA adalah :
1. Pilih jenis pekerjaan yang dianalisis (SELECT)
2. Deskripsikan jenis pekerjaan tersebut ke dalam bagian-bagian spesifik dan
mendetail dalam sebuah susunan kronologis yang teratur atau langkah-langkah
melakukan pekerjaan tersebut. (RECORD)
Tinjauan Pustaka
II - 20
3. Amati dan uji secara kritis setiap komponen-komponen dari jenis pekerjaan
tersebut untuk menentukan risiko kecelakaan (EXAMINE)
4. Kembangkan kontrol pengukuran untuk mengeliminasi atau mengurangi
risiko kecelakaan yang mungkin timbul (DEVELOP)
5. Formulasikan sistem yang aman dan tertulis dari pekerjaan dan instruksi
keselamatan kerja untuk pekerjaan tersebut.(INSTALL)
6. Tinjau kembali sistem yang aman dari jenis pekerjaan tersebut dan
keselamatan kerjanya.
2.6 Aplikasi Kontrol
Dalam tahap ini, hal yang dilakukan adalah pemilihan tindakan kontrol
dan aplikasi tindakan kontrol dalam kerja. Hal-hal yang dilakukan adalah:
1. Pengembangan prosedur kerja
Manager, supervisi, dan pekerja bertanggung jawab akan pengembangan
prosedur kerja tersebut.
2. Komunikasi antarbagian
Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi untuk melaksanakan tindakan
pengontrolan.
3. Pelatihan dan pemberian instruksi.
4. Pengawasan akan penerapan langkah kontrol.
5. Pemeliharaan agar kontrol dapat berjalan dengan baik.
2.7 Monitor
Tahap ini merupakan tahapan terakhir yang harus dilakukan dalam
pengelolaan dan pengendalian risiko. Pada tahap ini dilakukan monitor dan
pengecekan ulang akan keefektivan tindakan kontrol dan pengendalian bahaya
yang telah dipilih. Apabila timbul potensi bahaya baru akibat tindakan kontrol
yang diterapkan, maka pihak manajemen secara berkala harus meninjau ulang
kebijakan SMK3 yang diterapkan sehingga komitmen penyempurnaan yang
berkelanjutan dapat dilakukan.