Anda di halaman 1dari 15

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.Karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah yang bertemakan Deteksi Penyulit dan Komplikas Kehamilan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Aminah
W SPd, M.Kes selaku dosen asuhan kebidanan kehamilan yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini serta teman-teman kelompok yang telah aktif berpartisipasi.
Penulis sadar bahwa dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca yang telah membaca
makalah ini kiranya dapat memberikan sumbangsihnya berupa kritik dan sarannya demi
kesempurnaan makalah ini.



Jakarta, Maret 2014



Penulis



2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI...................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan Penulisan 3
C. Rumusan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hipertensi dalam Kehamilan.......................................................... 6
B. Sebab Terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan .......................................... 7
C. Pencegahan Penyakit Hipertensi dalam Kehamilan ................................... 10
D. Pengobatan Penyakit Hipertensi dalam Kehamilan ..................................... 10
E. Pengertian Hiperemisis Gravidum ............................................................... 11
F. Penyebab Hiperemisis Gravidum..11
G. Tingkat dan Gejala Hiperemisis Gravidum...11
H. Penanganan Hiperemisis Gravidum...12

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA.....15






3



BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang

Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi dalam kehamilan
berarti tekanan darah meningkat saat hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada trimester
ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal
ini jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah
sebelum hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat
hamil.
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk
Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari
waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya
hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat,
merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir
sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat
dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non
infeksi. Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis
kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala
sebelumnya. Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target
seperti otak, jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifer, dan retina.
Hipertensi pada kehamilan bisa saja terjadi pada wanita manapun. Namun hal
ini tentu tidak semua mengalaminya. Tergantung bagaimana kondisi si calon ibu itu
sendiri. Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi, tekanan yang
diakibatkan dari aliran darah yang dipompa oleh jantung, mengalir cepat sehingga
menekan dan merusak dinding arteri pada pembuluh darah. Kondisi demikian jika
tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis
4

140/90 mmHg. Oleh karena itu wanita hamil perlu menjaga kondisi kesehatannya
dengan baik agar saat proses kelahiran dapat berjalan dengan selamat.
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 80% primi gravida dan 40 60%
multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung
yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4
bulan. Pekerjaan sehari hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan
fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.

I.II Tujuan
a. Menambah wawasan pengetahuan dan konsep keilmuan hipertensi dalam kehamilan
b. Dapat mengetahui secara dini penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan
c. Untuk mengetahui penyebab hiperemesis gravidarum
d. Untuk mengetahui gejala hiperemesis gravidarum

I.III Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi dari hipertensi itu?
2. Apakah penyebab hipertensi dalam kehamilan?
3. Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan ?
4. Apakah definisi dari hiperemesis gravidarum?
5. Apa penyebab hiperemesis gravidarum?
5

6. Apa saja tingkatan dan gejala hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana penanganan hiperemesis gravidarum?





























6


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Hipertensi Dalam Kahamilan
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya tekanan
yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara
kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka
kematian seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu
apabila tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastoliknya lebih besar
dari 120 mmHg.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga
setiap diagnosa hipertensi harus bersifat spiesifik usia. Pada umumnya, tekanan yang
dianggap optimal adalah < 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk
tekanan diastolik, sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah > 140 mmHg
untuk sistolik dan 90 mmHg untuk diastolik.
Hipertensi merupakan tekanan darah yang dipompa jantung, mengalir cepat
sehingga menekan dinding arteri dalam pembuluh darah. Umumnya hipertensi jika
pada pemeriksaan: tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik
yang biasa ditulis 140/90 mmHg
Hipertensi karena kehamilan yaitu hipertensi yang tejadi karena atau pada saat
kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi
tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non
medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat
dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelohan
hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik
di pusat maupun di daerah.
7

Klasifikasi hipertensi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the
National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy tahun 2011 ialah:
1. Hipertensi kronik
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali di diagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu
dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan .

2. Preeklampsia eklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan atau
koma.

3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.

4. Hipertensi gestasional
Adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan persalinan atau kehamilan dengan tanda-
tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.


2.2. Sebab Terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan
Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi
tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang
banyak dianut adalah :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
8

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot
arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative
mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga
aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a) Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan
terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, dengan akibat plasenta mengalami
iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
(disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima
electron atau atom/molekul yang mempunyai electron yang tidak berpasangan. Salah
satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya
produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang
dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu
hipertensi dalam kehamian disebut toxaemia. Radikal hidroksil akan merusak
membrane sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida
lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak
nucleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang
bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
b) Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya
peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal vitamin E pada hipertensi
dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relative tinggi. Perksidan lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis
ini akan beredar diseuruh tubuh daam aliran darah dan akan merusak membran sel
endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak,
karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak
9

asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan
radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.



c) Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel
endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur
sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.
Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke
dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak,
dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi.

4. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasopresor pada
hipert ensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan
kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah
dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai
prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
5. Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan
dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah
dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia beberapa
waktu sebelum pecahnya Perang Dunia ke II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang
cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi dalam
10

kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud
minyak hati halibut dapat mengurangi risiko preeclampsia.
6. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal,
jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga msih
dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana
ada preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga produksi debris apoptosis
dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya
pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif kan sangat
meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofobls juga makin meningkat. Keadaan ini
menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi juh lebih besar,
dibanding reaksi inflamsi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan
mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula,
sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala pada
preeklampsia pada ibu.


2.3 Pencegahan Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan
Pencegahan kejadian hipertensi dalam kehamilan secara umum agar
menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah kearah gaya hidup
sehat,tidak terlalu banyak fikiran,mengatur diet pola makan seperti rendah garam
rendah kolesterol,dan lemak jenuh,meningkatkan komsumsi buah dan sayuran, tidak
mengkomsumsi alkohol dan rokok, Lakukan kontrol rutin terhadap kehamilan ibu dan
ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter

2.4 Pengobatan Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan
Apabila ibu hamil mengalami hipertensi maka dilakukan beberapa pemeriksaan
yaitu wawancara (anamnesa)kemudian dilakukan pemeriksaan fisik,pemeriksaan
laboratorium,pengobatan nonfarmakologik, mengurangi berat badan bila berlebihan
,membatasi alcohol dan menghentikan rokok, menghentikan mengkomsumsi kopi yang
11

berlebihan,berolahraga ringan, mengurangi asupan natrium,mempertahankan asupan
kalsium dan magnesium adekuat perbanyak unsure kalium tidak stress dan istrahat
yang cukup. Dianjurkan minum obat yang tidak banyak efek samping misalnya jenis
obat hydralazin yang efektif untuk hipertensi dalam kehamilan, cara kerja obat ini
langsung pada pembulu darah.

2.5 Pengertian Hiperemesis gravidum
Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang berlebihan sehingga mengganggu
aktivitas ibu hamil. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan antara umur
kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik akan
menyebabkan dehidrasi, komplikasi bahkan kematian ibu dan janin.

2.6 Penyebab Hiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum pasti. Faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan :
a) Sering pada primigravida, molahidatidosa, diabetes, dan kehamilan ganda. Disini
dianggap meningkatnya kadar HCG sebagai faktor.
b) Faktor organic, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolic.
c) Faktor psikologi : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
kepada kehamilan dan persalinan.
d) Faktor endokrin lainnya : hipertiroid dan diabetes.
2.7 Tingkatan dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, yaitu :
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
3. Hiperemesis gravidarum tingkat III
Hiperemesis gravidarum tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti: lemah, nafsu makan
menurun; berat badan menurun; nyeri epigastrium; penurunan tekanan darah sistolik;
lidah kering; turgor kulit kurang; dan mata cekung.
12

Hiperemesis gravidarum tingkat II
Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual muntah hebat;
keadaan umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah kering dan kotor; suhu badan
meningkat (dehidrasi); mata cekung dan ikterik ringan; oliguria dan konstipasi; nafas
bau aseton dan aseton dalam urin.
Hiperemesis gravidarum tingkat III
Hiperemesis gravidarum tingkat III mempunyai gejala seperti: keadaan umum jelek;
mual muntah berhenti; kesadaran menurun (somnolen hingga koma); nadi kecil, cepat
dan halus; suhu badan meningkat; dehidrasi hebat; tekanan darah turun sekali; ikterus
dan terjadi komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus, diplopia, perubahan
mental).

2.8 Penanganan Hiperemesis Gravidarum
1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kehamilan muda yang disertai dengan
emesis gravidarum.
2. Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari tempat tidur agar terjadi adaptasi aliran
darah menuju susunan saraf pusat.
3. Nasehatkan tentang diet ibu hamil: makan porsi sedikit tapi sering, menghindari makanan
yang merangsang muntah.
4. Pemberian obat-obatan ringan seperti: sedatif, vitamin, anti emetik, anti histamine.
5. Dukungan psikologis berupa: menghilangkan rasa takut, mengurangi pekerjaan,
menghilangkan masalah dan konflik.
6. Perawatan di rumah sakit meliputi: isolasi sampai mual muntah berkurang, penambahan
cairan (glukosa 5% 2-3 liter dalam 24 jam, pemberian kalium dan vitamin apabila
diperlukan), terminasi kehamilan apabila kondisi memburuk.
7. Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis urin, kultur urin, darah rutin, fungsi hati
(SGOT, SGPT, alkaline fostase), pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH), Na, Cl, K,
glukosa, kreatinin, asam urat serta USG untuk menghindari kehamilan mola.





13

BAB III
KESIMPULAN
a) Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah yang dipompa jantung, mengalir cepat
sehingga menekan dinding arteri dalam pembuluh darah. Umumnya hipertensi jika
pada pemeriksaan: tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik
yang biasa ditulis 140/90 mmHg
Hipertensi karena kehamilan yaitu hipertensi yang tejadi karena atau pada saat
kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu.
Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi
tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang
banyak dianut adalah :
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Teori inflamasi
Teori defisiensi gizi
Teori adaptasi kardiovaskular
Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pencegahan kejadian hipertensi dalam kehamilan menghindari tekanan darah
tinggi adalah dengan mengubah kearah gaya hidup sehat pengobatan penyakit
hipertensi dalam kehamilan dianjurkan minum obat yang tidak banyak efek samping
misalnya jenis obat hydralazin yang efektif untuk hipertensi dalam kehamilan, cara kerja
obat ini langsung pada pembuluh darah.
b) Hiperemisis
Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang berlebihan
sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada
awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Penyebab hiperemesis
gravidarum belum pasti, diduga karena faktor hormonal, neurologis, metabolik,
14

psikologis, keracunan, faktor endokrin, paritas, riwayat kehamilan mola dan kembar.
Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, yaitu :
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
3. Hiperemesis gravidarum tingkat III
Penanganan Hiperemesis Gravidarum dilakukan dengan komunikasi, pemberian
informasi dan edukasi (KIE) tentang kehamilan muda kepada pasien.

SARAN
Dari makalah diatas kami berharap agar makalah ini bermanfaat dan memberikan
dampak positif bagi para pembaca. Semoga setelah membaca makalah ini pembaca
dapat lebih banyak mengetahui tentang hipertensi dalam kehamilan serta cara cara
menghindari hipertensi tersebut.
















15

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. Obstetri Fisiologi Dan Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai