Anda di halaman 1dari 6

ARSITEKTUR JAWA | ASTYA JAYANTI K.

S I0211012

Teori Arsitektur Ekologi Pada Studi Lapangan Rumah
Tradisional Jawa
di Desa Pojok, Nogosari, Boyolali

TEORI ARSITEKTUR EKOLOGI

Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Heinz Frick dan FX. Bambang
Suskiyatno, Dasar-dasar Eko-arsitektur, 1998). Selanjutnya pada bab 2 dijelaskan
mengenai perencanaan eko-arsitektur yang terdriri dari empat sub bab penjelasan.
Salah satunya adalah sub bab 2.4. Alam sebagai pola perencanaan. Struktur-struktur
alam selalu terbentuk sebagai peredaran alam. Sebuah rumah adalah buatan manusia;
walau demikian menurut paham orang Jawa rumah dianggap sebagai wahyu.
Kemudian dijelaskan mengenai poin-poinnya dari alam sebagai pola perencanaan,
yaitu sebagai berikut:
1. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
2. Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit
penggunaan energi.
3. Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).
4. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan penggunaan material
yang masih dapat digunakan di masa depan.
5. Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi (listrik, air) dan limbah
(air limbah, sampah).
6. Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan
perumahan.
7. Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke bangunan.
8. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-harinya.
9. Menggunakan teknologi sederhana (intermediate technology), teknologi
alternatif atau teknologi lunak

Pembahasan Arstektur Ekologi pada Bangunan Jawa di Lokasi Studi Lapangan
Bangunan Jawa merupakan representasi dari pengalaman masyarakat Jawa
berdasarkan pengamatan terhadap lingkungan. Secara tradisional, masyarakat Jawa
merancang sebuah bangunan sebagai simbolisasi dari jagad atau alam semesta.
Masyarakat Jawa mendesain sebuah bangunan sebagai representasi dari makrokosmos
dan mikrokosmos, dimana makrokosmosnya adalah lingkungan alam, sedangkan
mikrokosmosnya adalah arsitektur sebagai ruang tempat hidup yang merupakan
gambaran makrokosmos yang tak terhingga.
Dasar-dasar pemikiran arsitektur eokologis lain yang menonjol pada
bangunan tradisional Jawa yang dikunjungi adalah adanya kerja sama antara
manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak. Dapat
dipahami bahwa rumah Jawa sangat bergantung dengan alam di mana
materialnya sendiri berasal dari alam dan untuk penghidupan sehari-hari
penghuni rumah Jawa ini mengandalkan hasil alam. Oleh karenannya penghuni
rumah tetap melestarikan alam sekitar demi memenuhi kebutuhannya sehari-
hari.

G
a
m
b
a
r

1
.
R
u
m
a
h

Jawa yang dikelilingi oleh tanaman produktif yang hasilnya bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari
sumber: dokumen pribadi

Penerapan Pola Perancangan Eko-Arsitektur
Kesesuaian rumah Jawa yang dikunjungi dengan lingkungan alam setempat
sangat terlihat. Dari segi visual dapat dengan mudah dilihat bahwa rumah
seolah-olah menyatu dengan lingkungan sekitar karena warna yang muncul
dari material yang digunakan. Rumah dominan menggunakan material alami
seperti kayu dan bambu yang berasal dari desa setempat. Saat ini material
bambu merupakan material masa depan di mana bambu memiliki struktur yang
kuat, fleksible dan mudah ditanam. Sesuai dengan pola rancangan arsitekur
ekologi, di mana dapat memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan
penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa depan.
Gambar 2. Material yang digunakan berupa material alami. Untuk atap menggunakan genteng
tanah liat model lama dengan usuk kayu dan reng bambu. Kolom penyangga atap juga terbuat
dari kayu dan lantai ruang luar masih berupa tanah dan batu.
sumber: dokumentasi pribadi

Rumah Jawa umumnya dibangun dengan sistem gotong royong, dimana
masyarakat setempat bahu-membahu membangun rumah untuk warganya.
Penghunipun ikut secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan
pemeliharaan rumah. Ba ngunanpun dirancang dengan akses yang mudah dari dan
ke bangunan.







Gambar 3. Kemudahan akses menuju rumah dan keluar dari
rumah. Penghuni dapat menuju ke kawasan rumah dengan
mudah karena rumah berada di pinggir jalan.
sumber: dokumentasi pribadi
Sistem penghawaan dan pencahayaan pada rumah Jawa berdasarkan prinsip
perancangan arsitektur Jawa sebenarnya sangat ekologis. Rumah berorientasi ke
arah timur laut (cenderung ke utara), dimana sudah sesuai dengan arsitektur jawa
yang berorientasi ke utara/selatan. Selain itu biasanya rumah berada di tengah site.
Menurut Lippsmeier (1994), posisi bangunan yang baik adalah berada di tengah
lahan. Hal ini terkait dengan angin demi kelancaran sirkulasi udara di dalam
bangunan. Selain itu bentuk menurut penelitian, bentuk atap rumah Jawa juga
dapat mengalirkan udara dengan baik.
Gambar 4. Analisis termal pada rumah Jawa. Untuk rumah Jawa yang diamati, bentuk
atapnya adalah dara gepak.
sumber: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/view/16548
Selain penghawaan, pencahayaan pada srsitektur Jawa menjadi hal yang penting.
Rumah Jawa biasanya tidak memiliki plafon. Cahaya dari luar memasuki ruangan
melalui genteng-genteng transparan dan celah-celah pada dinding.


Gambar 5. Rumah keong dan atap-atap transparan dapat menjadi akses cahaya memasuki ruang.
Sela antara atap dan dinding serta pemilihan material dinding berupa gedek juga membuat cahaya
masuk ke dalam rumah
sumber: dokumentasi pribadi
Jika dilihat interior rumah hnya, maka akan terlihat bahawa peralatan elektronik
sangatlah minim sehingga tidak banyak mengonsumsi energi listrik. Penghuni
rumah dan masyarakat setempat juga berperan dalam pemeliharaan sumber
lingkungan
Gambar 6. Kehadiran alat elektronik minim sehingga hemat listrik listrik.
sumber: dokumentasi pribadi
seperti air, tanah dan udara. Hal ini dapat dirasakan dari udara yang masih sangat
sejuk dan belum banyak polusi. Tanahpun tergolong subur dengan banyaknya
tanaman yang tumbuh. Penghuni rumah juga dapat memetik hasil dari tanaman di
sekitar untuk kebutuhan sehari-hari baik untuk konsumsi, pakan ternak maupun
kayu bakar untuk pawon.
Gambar 7. Tanaman produktif seperti singkong, pisang, mangga, kelapa, dll di sekeliling
rumah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kayu-kayu
bekas/daun kelapa kering juga dapat dimanfaatkan untuk membuat api di pawon.
sumber: dokumentasi pribadi
A. Kesimpulan
Teori arsitektur yang diterapkan pada rumah Jawa yang diamati adalah arsitektur
ekologi. Dari segi dasar pemikiran eko-arsitektur, rumah jawa memanfaatkan
pengalaman manusia dalam mengamati lingkungan, ditunjukkan dengan
representasi rumah jawa terhadap alam semesta. Selain itu terdapat kerja sama
antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.
Penghuni rumah melestarikan alam karena alam juga sumber penghidupan mereka.
Dari sudut pandang pola perancangan eko-arsitektur, hal yang diterapkan pada
rumah Jawa yang diamati adalah sebagai berikut:


1. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat, terlihat dari keselarasan visual
rumah dengan material alami dengan lingkungannya
2. Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara), dapat dirasakan dari
masih bersihnya udara dan air. Serta pemanfaatan angin dan cahaya matahari
untuk menghawaan dan pencahayaan alami.
3. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan penggunaan material
yang masih dapat digunakan di masa depan berupa material bambu.
4. Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi (listrik, air), terlihat
dari jumlah peralatan elektronik yang minim
5. Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan
pemeliharaan perumahan, di mana warga juga ikut bergotong royong
membangun rumah.
6. Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke bangunan.
7. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-harinya,
yaitu dengan menanam tanaman produktif dan memanfaatkan kayu bekas
untuk kehidupan sehari-hari.


Referensi
Jurnal ilmiah PENGARUH BENTUK ATAP BANGUNAN TRADISIONAl DI JAWA
TENGAH UNTUK PENINGKATAN KENYAMANA TERMAL BANGUNAN (Sebuah
pencarian model arsitektur tropis untuk aplikasi desain arsitektur) oleh L.M.F.
Purwanto, 2006.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/view/16548 (diakses 3 Juni 2014)
Skripsi PRINSIP TERMAL RUMAH TRADISIONAL JAWA SEBAGAI DASAR
PERANCANGAN PERUMAHAN SEDERHANA (Objek Kajian: Perumahan Sederhana
di Kota Malang)oleh Najiyyatul Ummah, 2009.
http://download1081.mediafire.com/im295eyxeepg/7g49dejumldy09c/Skripsi+Teknik+A
rsitektur+1-5+2.rar (diakses 3 Juni 2014)

Blog
http://sigitwijionoarchitects.blogspot.com/2012/04/arsitektur-ekologi-eco-
architecture.html (diakses 3 Juni 2014)

Anda mungkin juga menyukai