Perbandingan
Ayatullah Ja’far Subhani, penulis, peneliti dan ustad besar di Hauzah Ilmiah
Qum, dalam hal ini mengatakan: Poin yang memisahkan teori kedaulatan
rakyat di Barat dengan kedaulatan rakyat di Islam, ialah bahwa Barat
menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada rakyat tanpa syarat apapun
yang mengikat mereka. Sementara itu, menurut Islam, pemerintahan ada di
tangan Tuhan. Tetapi manusia bisa menentukan nasib mereka dalam
kerangka undang-undang seperti yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Oleh karena itu, tujuan sistem pemerintahan Islam ialah kebahagiaan dunia
dan akhirat. Karena itu dalam ajarannya, Islam menunjukkan jalan benar
untuk mencapai kebahagiaan. Dengan kata lain, berbeda dengan Barat,
meskipun menjunjung tinggi slogan demokrasi dan kedaulatan rakyat, Islam
tidak melepaskan masyarakat begitu saja, tetapi tetap menekankan supaya
mereka menjalani kehidupan yang baik. Sementara itu, demokrasi ala Barat
yang menyingkirkan agama dari kehidupan masyarakat, telah membuka jalan
bagi meningkatnya kebobrokan moral, diskriminasi politik, ekonomi dan
sosial. Karena dalam sistem ini, yang mendasari sebuah pemerintahan
adalah keinginan mayoritas manusia, meskipun mereka mengambil
keputusan yang bertentangan dengan kepentingan dan kemaslahatan umat
manusia sendiri.
Kesimpulan umum yang dapat kita ambil adalah bahwa pemerintahan Islam
merupakan perpaduan pemerintahan Tuhan dan kedaulatan rakyat untuk
mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia. Berbeda dengan sistem
politik Barat, pemerintahan Islam berlandaskan kepada aturan yang telah
ditetapkan dan dalam kerangka undang-undang yang Islami. Sistem
pemerintahan Islam disebut Ilahi sebab mengajak masyarakat untuk bergerak
dalam kerangka hukum-hukum Tuhan. Dan di sisi lain, sistem pemerintahan
ini demokratis sebab memperhatikan tuntutan dan kepentingan rakyat.
Dengan cara ini, dalam sistem Islam tidak ada pertentangan antara
pemerintahan Tuhan dan kedaulatan rakyat, malah bisa dikata saling
melengkapi. Ayatullah Subhani dalam menjelaskan perkara ini menyinggung
bahwa Tuhan telah menciptakan segala sesuatu termasuk manusia. Karena
itu, Dialah yang berhak dan berkuasa atas ciptaan-Nya. Namun, Tuhan
menyerahkan hak menentukan nasib kepada manusia dalam kerangka yang
telah Dia tetapkan.
Poin lain ialah pemerintah Islam tidak memaksakan islamisasi ke atas rakyat,
tetapi dengan kebebasan untuk membuat pilihan seperti yang telah
dikaruniakan Tuhan, mereka menentukan sistem pemerintahan dalam
kerangka hukum Ilahi. Demikian juga jika di sebuah negara di mana rakyat
tidak menginginkan pemerintahan Islam, maka pemerintahan tersebut tidak
akan terbentuk.
Tetapi dalam sistem Islam, penanggung jawab sejak dari awal dipastikan
akan melaksanakan tanggungjawab syar’i dan Ilahinya. Selain dari itu,
selepas dilantik, pemerintah bertanggungjawab di hadapan Tuhan dan rakyat,
sehingga dia akan melaksanakan tanggungjawabnya sebaik mungkin. Karena
pemerintahan adalah amanat yang dititipkan oleh rakyat kepada mereka.
Imam Ali as berkata kepada para gubernurnya: “Berperilaku baiklah kepada
rakyat dan berusahalah untuk memenuhi keperluan dan tuntutan mereka.
Sebenarnya kalian yang memimpin adalah pemegang amanah rakyat dan
wakil dari umat Islam.”
Dengan demikian, rakyat dalam ajaran Islam, memiliki kedudukan yang tinggi.
Mereka adalah pemilih sistem pemerintahan dan para pemimpinnya.
Masyarakat bisa secara langsung atau melalui wakil mereka, dapat memecat
para pemimpin yang tidak layak. Kesimpulannya, peran rakyat dalam sistem
Islam lebih kuat, lebih banyak dan lebih memastikan dari peran yang
disuguhkan oleh teori demokrasi ala Barat. Selain dari itu, kebahagiaan dan
kesejahteraan dunia dan akhirat masyakarat menempati peringkat awal
dalam tujuan sistem pemerintahan Islam. Dalam hal ini, undang-undang dan
ajaran Islam merupakan bimbingan berharga yang tidak akan keliru dalam
menuntun umat manusia ke arah kebaikan dan kesejahteraan.