Anda di halaman 1dari 3

Kedudukan Masyarakat dalam Pandangan Islam dan Barat, Sebuah

Perbandingan

Pengasas, pengikut ideologi, para pemimpin dan teoretikus berbagai sistem


politik, khususnya pada zaman ini semuanya mengklaim diri sebagai pihak
yang memperjuangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi masyakarat. Oleh
sebab itu, untuk mengetahui hakikat sebenarnya dari  masalah ini, kita perlu
meneliti kedudukan dan peran masyarakat dalam sebuah pemerintahan. Saat
ini, selepas keruntuhan ideologi komunisme, kita dapat melihat dua sistem
politik yang berbeda di dunia yang mengaku menjunjung tinggi peran
masyarakat, yaitu sistem politik Islam dan Barat. Dengan meneliti secara
cermat, kita akan dapat menyimpulkan sistem politik dan ajaran mana yang
jujur dalam klaim mereka yang memang benar-benar mencita-citakan
kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.

Dalam kedua sistem pemerintahan Islam dan Barat, disinggung mengenai


kekuasaan masyakarat untuk menentukan nasib mereka. Secara realitanya
rakyat mempunyai hak untuk menentukan pemerintahan mereka atau jika
terjadi penyimpangan, rakyat berhak untuk meminta penguasa mundur.
Tetapi dalam Islam selain dasar kekuasaan rakyat, dasar penting lain ialah
masalah kebahagiaan dan kebaikan umat manusia. Dengan kekuasaannya
untuk menentukan nasib sendiri, umat manusia tidak akan mencapai
kebahagiaan. Sebab, bisa saja mereka melakukan kesalahan ketika
menentukan jalan kebaikannya atau mungkin orang lain menyeret mereka ke
jalan penyimpangan. Karenanya, dalam pemikiran Islam setiap pemerintahan
hanya bisa diterima jika membuka jalan bagi peningkatan dan perbaikan
masyarakat demi mencapai kebahagiaan yang sebenarnya.

Ayatullah Ja’far Subhani, penulis, peneliti dan ustad besar di Hauzah Ilmiah
Qum, dalam hal ini mengatakan: Poin yang memisahkan teori kedaulatan
rakyat di Barat dengan kedaulatan rakyat di Islam, ialah bahwa Barat
menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada rakyat tanpa syarat apapun
yang mengikat mereka. Sementara itu, menurut Islam, pemerintahan ada di
tangan Tuhan. Tetapi manusia bisa menentukan nasib mereka dalam
kerangka undang-undang seperti yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Oleh karena itu, tujuan sistem pemerintahan Islam ialah kebahagiaan dunia
dan akhirat. Karena itu dalam ajarannya, Islam menunjukkan jalan benar
untuk mencapai kebahagiaan. Dengan kata lain, berbeda dengan Barat,
meskipun menjunjung tinggi slogan demokrasi dan kedaulatan rakyat, Islam
tidak melepaskan masyarakat begitu saja, tetapi tetap menekankan supaya
mereka menjalani kehidupan yang baik. Sementara itu, demokrasi ala Barat
yang menyingkirkan agama dari kehidupan masyarakat, telah membuka jalan
bagi meningkatnya kebobrokan moral, diskriminasi politik, ekonomi dan
sosial. Karena dalam sistem ini, yang mendasari sebuah pemerintahan
adalah keinginan mayoritas manusia, meskipun mereka mengambil
keputusan yang bertentangan dengan kepentingan dan kemaslahatan umat
manusia sendiri.
Kesimpulan umum yang dapat kita ambil adalah bahwa pemerintahan Islam
merupakan perpaduan pemerintahan Tuhan dan kedaulatan rakyat untuk
mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia. Berbeda dengan sistem
politik Barat, pemerintahan Islam berlandaskan kepada aturan yang telah
ditetapkan dan dalam kerangka undang-undang yang Islami. Sistem
pemerintahan Islam disebut Ilahi sebab mengajak masyarakat untuk bergerak
dalam kerangka hukum-hukum Tuhan. Dan di sisi lain, sistem pemerintahan
ini demokratis sebab memperhatikan tuntutan dan kepentingan rakyat.
Dengan cara ini, dalam sistem Islam tidak ada pertentangan antara
pemerintahan Tuhan dan kedaulatan rakyat, malah bisa dikata saling
melengkapi. Ayatullah Subhani dalam menjelaskan perkara ini menyinggung
bahwa Tuhan telah menciptakan segala sesuatu termasuk manusia. Karena
itu, Dialah  yang berhak dan berkuasa atas ciptaan-Nya. Namun, Tuhan
menyerahkan hak menentukan nasib kepada manusia dalam kerangka yang
telah Dia tetapkan.

Poin lain ialah pemerintah Islam tidak memaksakan islamisasi ke atas rakyat,
tetapi dengan kebebasan untuk membuat pilihan seperti yang telah
dikaruniakan Tuhan, mereka menentukan sistem pemerintahan dalam
kerangka hukum Ilahi. Demikian juga jika di sebuah negara di mana rakyat
tidak menginginkan pemerintahan Islam, maka pemerintahan tersebut tidak
akan terbentuk.

Rakyat tidak saja memainkan peran dalam memilih sistem pemerintahan


Islam, tetapi juga dalam menentukan penguasa dan pemimpin. Ketika
pemerintahan, undang-undang dan ajaran Islam berkuasa, maka pemimpin
harus mengenal masalah politik dan sosial, selain juga menguasai hukum-
hukum Islam. Selain dari itu pemimpin Islam haruslah seorang yang bertakwa
dan adil. Alasannya adalah karena dia harus memimpin pemerintahan menuju
kebahagiaan dan kesejahteraan. Syahid Ayatullah Murtadha Muttahari,
pemikir besar Islam, mengenai hubungan rakyat dan pemerintah Islam
dengan menyinggung kata-kata Imam Ali AS dalam Nahjul Balaghah,
berkesimpulan sbb:

“Pemimpin dan penguasa adalah pemegang amanat yang bertanggungjawab


kepada rakyat. Jika kita hendak menyebutkan siapakah yang bertugas
melayani, harus kita katakan bahwa pemerintahlah yang harus melayani
masyarakat. Masyarakat tidak berada di bawah kekuasaan dan bukan
pelayan pemerintah.”

Pemilihan sistem pemerintahan dan penanggung jawab dalam pemerintahan


Islam, dilakukan oleh rakyat. Tetapi pemilihan ini berbeda dengan pemilihan
yang dilakukan dalam sistem Barat. Di barat calon-calon pemimpin bisa
menggunakan segala macam cara termasuk yang tidak legal untuk mencapai
kekuasaan. Dalam sistem ini, kekuasaan berada dalam tangan para
pemegang modal, tanpa menaruh banyak perhatian kepada keadilan dan
kemaslahatan masyarakat. Fakta yang ada saat ini menunjukkan bahwa
meski mendapatkan penentangan opini umum dunia dan kebanyakan negara,
Washington yang berambisi menguasai sumber-sumber energi Irak dan
berupaya melindungi kepentingan kartel-kartel minyak Amerika, tetap
bersikeras untuk melancarkan perang terhadap Irak.

Tetapi dalam sistem Islam, penanggung jawab sejak dari awal dipastikan
akan melaksanakan tanggungjawab syar’i dan Ilahinya. Selain dari itu,
selepas dilantik, pemerintah bertanggungjawab di hadapan Tuhan dan rakyat,
sehingga dia akan melaksanakan tanggungjawabnya sebaik mungkin. Karena
pemerintahan adalah amanat yang dititipkan oleh rakyat kepada mereka.
Imam Ali as berkata kepada para gubernurnya: “Berperilaku baiklah kepada
rakyat dan berusahalah untuk memenuhi keperluan dan tuntutan mereka.
Sebenarnya kalian yang memimpin adalah pemegang amanah rakyat dan
wakil dari umat Islam.”

Dalam kriteria semacam ini, tanggungjawab dan tugas pemimpin dalam


sistem pemerintahan Islam adalah lebih berat jika dibandingkan dengan
sistem yang ada di Barat. Ayatullah Khamenei, rahbar atau pemimpin besar
revolusi Islam, menentang keras pemimpin yang memperoleh suara rakyat
namun tidak bekerja untuk mereka. Beliau mengatakan: “Selepas pemilihan,
tibalah giliran kedua yaitu pertanggung-jawaban.” Dalam pandangan Islam,
para penguasa bertanggungjawab di hadapan semua rakyat dan seluruh
anggota masyarakat diberi hak mempertanyakan atau bahkan mengkritik
mereka. Hal itulah yang telah terjadi di zaman pemerintahan Nabi Muhammad
SAW dan Ali AS. Pada dasarnya, menurut sistem pemerintahan Islam, kritik
membangun terhadap pemerintahan ini adalah salah satu hak rakyat. Karena
kritikan yang benar terhadap pemimpin menyebabkan kejelasan kekurangan
yang dengan memperbaikinya akan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat.

Imam Khomeini ra mengenai hak kritik rakyat terhadap para pemimpin


berkata: Seluruh rakyat, memiliki hak secara langsung mempertanyakan dan
mengkritik pemimpinnya. Sebaliknya, sang pemimpin harus memberikan
jawaban yang memuaskan. Jika tidak demikian, pemimpin yang merasa tidak
menjalankan tugas kepemimpinan islaminya harus mengundurkan diri dari
posisi yang didudukinya. 

Dengan demikian, rakyat dalam ajaran Islam, memiliki kedudukan yang tinggi.
Mereka adalah pemilih sistem pemerintahan dan para pemimpinnya.
Masyarakat bisa secara langsung atau melalui wakil mereka, dapat memecat
para pemimpin yang tidak layak. Kesimpulannya, peran rakyat dalam sistem
Islam lebih kuat, lebih banyak dan lebih memastikan dari peran yang
disuguhkan oleh teori demokrasi ala Barat. Selain dari itu, kebahagiaan dan
kesejahteraan dunia dan akhirat masyakarat menempati peringkat awal
dalam tujuan sistem pemerintahan Islam. Dalam hal ini, undang-undang dan
ajaran Islam merupakan bimbingan berharga yang tidak akan keliru dalam
menuntun umat manusia ke arah kebaikan dan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai