Anda di halaman 1dari 25

Universitas Batam

Fakultas Kedokteran

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRATEGI KOPING
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SUNGAI PANCUR
KECAMATAN SUNGAI BEDUK KOTA BATAM

Muhammad Sulfikar Darwis
Fakultas Kedokteran Universitas Batam, Batam



ABSTRACT


This reaserch aimed to determine the factors associated with coping strategies
in patient with diabetes mellitus. Quantity of the subjects are 29 people. The research
sampling technique in total sampling is taken based on data of patients who came for
treatment at the Pukesmas Sungai Pancur in 2012. Criteria for the study sample is :
(1) Diabetes Mellitus patient at Puskesmas Sungai Pancur Kecamatan Sungai
Beduk(2) Able to read and write (3) Mental health (4) Able to hear. Research used in
this instrument is a questionnaire in the form of positive questions based Coping
Strategies Scale Survey in accordance with the theory of Lazarus and Folkman
(1984). The results obtained in this research the respondents were middle aged adults
(41-60 years old) as much as 72.4%, late aged adult (> 60 years) of 17.2% and early
aged adult (21-40 years) of 10.4 %. In personality obtained of 75.9% type A
personality and the personality type B 24.1%. While 96.6% had high aptitude and
skills that have low of 3.4%. In the social support gained 69.0% had high social
support and low social support at 31.0%. Furthermore, the adaptive coping strategies
obtained for 51.7% and the use of maladaptive coping strategies as much as 48.3%. It
can be concluded that there is a relationship between age, individual personality,
skills and social support to coping strategies in people with diabetes mellitus.


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya faktor-faktor yang
berhubungan dengan strategi koping pada penderita diabetes melitus. Jumlah subjek
29 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling
yang diambil berdasarkan data pasien yang datang berobat di Puskesmas Sungai
Pancur tahun 2012. Kriteria untuk sampel penelitian yaitu (1) Pasien DM yang ada di
Puskesmas Sungai Pancur Kecamatan Sungai Beduk (2) Dapat membaca dan menulis
(3) Sehat jiwa (4) Mampu mendengar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan positif berdasarkan Scale Survey
Strategies Coping yang sesuai dengan teori Lazarus dan Folkman (1984). Adapun
hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu responden yang berumur dewasa tengah
(41-60 th) sebanyak 72,4 %, dewasa akhir (>60 th) sebesar 17,2% dan dewasa awal
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

(21-40 th) sebesar 10,4 %. Pada kepribadian didapat sebesar 75,9 %
berkepribadian tipe A dan yang berkepribadian tipe B 24,1 %. Sedangkan 96,6 %
mempunyai kecakapan tinggi dan yang memiliki kecakapan rendah sebesar 3,4 %.
Pada dukungan sosial didapat 69,0 % mempunyai dukungan sosial tinggi dan
dukungan sosial rendah sebesar 31,0 %. Selanjutnya pada strategi koping adaptif
diperoleh sebesar 51,7 % dan yang menggunakan strategi koping maladaptif
sebanyak 48,3 %. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur, kepribadian
individu, kecakapan dan dukungan social dengan strategi koping pada penderita
diabetes melitus.


PENDAHULUAN
Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuria, polidipsi
dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia kronik. Bila
diabetes melitus tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, protein dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular
meningkat. Hiperglikemia timbul akibat berkurangya insulin sehingga glukosa dan
tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar dan metabolismenya
terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolism sempurna menjadi CO
2
dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira
30-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut
terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel hingga energy terutama diperoleh
dari metabolism protein dan lemak.

Penyakit diabetes melitus merupakan suatu keadaan yang memberikan rasa
kekhawatiran bagi seseorang saat didiagnosa dokter adalah terkena diabetes melitus
atau kencing manis. Sebagian besar penderita diabetes melitus yang putus asa karena
penyakitnya. Seseorang yang kehilangan sebagian anggota tubuh maka akan
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

mengalami trauma karena merasa dirinya tidak sempurna. Khususnya bagi pria
yang masih berusia produktif, ia akan kehilangan jati dirinya sebagai seorang pria.

Penyakit diabetes melitus banyak menarik perhatian karena prevalensinya yang
semakin meningkat. Terdapat 350 juta penderita diabetes melitus di dunia pada
tahun 2011. Diperkirakan jumlah penderita diabetes melitus di dunia akan mencapai
479 juta jiwa pada tahun 2017. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organisation) memperkirakan jumlah penyandang diabetes di Indonesia akan
melonjak drastis. Bila di tahun 2000 jumlah penyandangnya baru sekitar 8,4 juta,
diprediksi meningkat menjadi 21,3 juta di tahun 2030. Diperkirakan prevalensi
penyakit diabetes melitus di Indonesia menurut penelitian berkisar 1,5 2,3 % dari
penduduk diatas usia 15 tahun.

Berdasarkan data dari Puskesmas Sungai Pancur pada tahun 2011 jumlah
penderita diabetes melitus sebanyak 20 orang dan pada tahun 2012 penderita
diabetes melitus sebanyak 24 orang. Jumlah itu merupakan gabungan dari rawat
inap dan rawat jalan sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan penderita
diabetes melitus. Rata-rata penderita diabetes melitus tersebut adalah usia 45-54
tahun. Puskesmas Sungai Pancur merupakan Puskesmas yang memiliki pelayanan
yang bersifat komprehensif baik rawat jalan maupun rawat inap bagi semua jenis
penyakit yang ada di Puskesmas tersebut. Diabetes melitus merupakan penyakit
kronis yang tidak dapat disembuhkan sehingga dapat menimbulkan masalah.

Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

Penyakit diabetes melitus dapat menimbulkan dampak masalah yang sangat
kompleks dan luas. Masalah yang ditimbulkan bukan hanya dilihat dari segi medis
saja, tetapi bisa meluas sampai kepada masalah ekonomi, sosial budaya, keamanan,
dan ketahanan sosial (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008). Dampak
terhadap psikologi dapat berupa marah, cemas, depresi, ketakutan, rasa bersalah
atau rasa malu. Selain itu juga berdampak bagi tubuh yang berupa metabolik
kontrol yang jelek.

Masalah yang timbul akibat diabetes melitus tersebut membutuhkan penyusuaian diri
karena dapat mengganggu kesimbangan. Jika tidak dapat dikendalikan dengan baik,
maka akan muncul gangguan badan atau jiwa. Masalah yang dialami eleh penderita
diabetes melitus akan mendorong penderita tersebut untuk melakukan adaptasi
dengan cara mengatasi masalah yang muncul dengan menggunakan strategi mecahan
masalah atau mekanisme koping.

Koping didefinisikan pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengatur tuntutan
internal maupun eksternal dari situasi yang menekan.

Koping dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, kepribadian individu,
kecakapan, dan dukungan sosial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Prambandani (2005) mengatakan bahwa faktor-faktor tersebut mampu mengatasi
masalah pada penderita. Tetapi terkadang hal ini kurang di perhatikan
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

penderita, maka hal ini bisa dijadikan dasar bagi penderita untuk menyesuaikan diri
dalam menghadapi masalah.

TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan strategi koping penderita
diabetes melitus.

METODE PENELITIAN
Subjek penelitian
Subjek penilitian ini adalah seluruh penderita diabetes melitus yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Pancur Kecamatan Sungai Beduk Kota
Batam. Jumlah penderita diabetes melitus di Puskesmas Sungai Pancur
sebanyak 29 orang pada tahun 2012-2013.

Instrumen penilitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam
bentuk pertanyaan positif berdasarkan scale survey strategies coping yang sesuai
dengan teori Lazarus dan Folkman (1984). Jumlah kuesioner sebanyak 36 pertanyaan,
yang akan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu bagian A berisi 4 pertanyaan
yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis pekerjaan. Bagian B berisi
12 pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping. Bagian C
berisi 15 pertanyaan positif dan 5 pertanyaan negatif tentang strategi koping penderita
diabetes melitus.
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

Pengumpulan dan analisis data
Penulis mengumpulkan data untuk mendapatkan data dengan kuesioner yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Adapun langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1) Setelah mendapatkan ijin dari fakultas dan dari tempat penelitian, maka peniliti
menitipkan kuesioner pada dokter yang jaga pada saat itu.
2) Peneliti mendatangi rumah responden untuk membagikan kuesioner
3) Peneliti melakukan pendekatan kepada responden, memperkenalkan diri, dan
menjelaskan maksud serta tujuan kepada responden.
4) Jika responden setuju maka peneliti memberikan lembar persetujuan dan
mempersiapkan untuk membaca kemudian tanda tangan.
5) Peneliti memberikan kuesioner kepada responden kemudian menjelaskan cara
pengisiannya.
6) Mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan.
7) Kuesioner yang telah diisi, kemudian diperiksa kelengkapannya dan ditarik lagi
oleh peniliti.
8) Peneliti datang ke Puskesmas untuk mengambil kuesioner yang telah terisi.

Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang sebelumnya
telah diuji validitanya dengan teknik kolerasi product Moment, dan reabilitas
kuesioner dengan menggunakan teknik Alfa Cronbach. Kuesioner dalam
penelitian ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden. Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

dan responden, pertanyaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
strategi koping, dan pertanyaan tentang strategi koping.
Etika penilitian
Penilitian ini telah disetujui oleh Kepala Puskesmas Sungai Pancur Kota Batam.

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 januari sampai 17 februari 2013 pada 29
responden di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk.

Karakteristik Umur Responden
Tabel 4.1. Distribusi penderita diabetes melitus berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan pekerjaan di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk
(N=29).





Hasil penelitian ini dapat diketahui pada tabel 4.1. bahwa jumlah responden yang
berumur dewasa tengah lebih banyak dibanding dengan umur dewasa awal dan
dewasa lanjut: dengan jumlah proporsi dewasa awal sebanyak 3 orang (10,4%),
dewasa tengah sebesar 21 orang (72,4%), dan dewasa lanjut sebanyak 5 orang
No Karakteristik Umur Frekuensi (n) Prosentase (%)
1 Dewasa awal (21-40) tahun 3 10,3
2 Dewasa tengah (41-60) tahun 21 72,4
3 Dewasa akhir (>60) tahun 5 17,2
Total 29 100,0
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

(17,2%).

Kepribadian individu responden
Tabel 4.2. Distribusi Penderita Diabetes Melitus berdasarkan Kepribadian individu di
Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29).

No Kepribadian individu Frekuensi (n) Prosentase (%)
1 Tipe A 22 75,9
2 Tipe B 7 24,1
Total 29 100,0

Berdasarkan tabel 4.2. diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai
kepribadian tipe A dengan artian memliki jenis kepribadian individu bersifat
kompetitif dan agresif. Jumlah responden yang berkepribadian tipe A sebanyak 22
orang (75,9%) dan Responden yang berkepribadian tipe B sebanyak 7 orang
(24,1%).

Kecakapan responden
Tabel 4.3. Distribusi Penderita Diabetes Melitus berdasarkan Tingkat kecakapan di
Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29).

No Kecakapan Frekuensi (n) Prosentase (%)
1 Rendah 1 3,4
2 Tinggi 28 96,6
Total 29 100,0

Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

Gambaran hasil data yang terlihat pada tabel 4.3. diketahui bahwa dari sebagian
besar responden mempunyai kecakapan tinggi dengan artian mampu
menyelesaikan masalah secara terencana, dengan proporsi responden yang
mempunyai kecakapan tinggi sebanyak 28 orang (96,6%) dan responden yang
mempunyai kecakapan rendah sebanyak 1 orang (3,4%). Hal ini berarti kecakapan
tinggi lebih besar dari pada kecakapan rendah.

Dukungan Sosial responden
Tabel 4.4. Distribusi Penderita Diabetes Melitus berdasarkan tingkat dukungan
sosial responden di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29).

No Dukungan sosial Frekuensi (n) Prosentase (%)
1 Rendah 9 31,0
2 Tinggi 20 69,0
Total 29 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tabel 4.4. sebagian besar mempunyai
dukungan sosial tinggi dengan artian hubungan antara keluarga, teman, tim
kesehatan, atasan dan sebagainya sangat baik. Responden yang mempunyai
dukungan sosial tinggi frekuensinya sebanyak 20 orang (69,0%) dan responden yang
mempunyai dukungan sosial rendah sebanyak 9 orang (31,0%).

Strategi Koping
Tabel 4.5. Distribusi Penderita Diabetes Melitus berdasarkan Strategi Koping di
Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29).
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran


No Strategi Koping Frekuensi (n) Prosentase (%)
1 Maladaptif 13 44,8
2 Adaptif 16 55,2
Total 29 100,0

Setelah dilakukan penelitian dapat diketahui pada table 4.5. bahwa responden yang
menggunakan strategi koping adaptif lebih banyak dari pada responden yang
menggunakan strategi koping maladaptif. Ini menandakan bahwa sebagian besar
responden mampu mengatasi masalah yang muncul baik dari dalam maupun dari
luar. Responden yang menggunakan strategi koping adaptif sebanyak 16 orang
(55,2%) dan responden yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 13
orang (44,8%).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan strategi koping
Tabel 4.6. Hubungan antara umur, kepribadian, kecakapan, dukungan sosial dengan
strategi koping di Puskesmas Sungai Pancur Kecamatan Sungai Beduk (N=29)

Variabel Strategi Koping Correlation
Maladaptif Adaptif Nilai r Nilai
p
(n) / % (n) / %
Umur
Dewasa awal (21-40) thn

1

2
0,519** 0,004
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

(33,3) (66,7)
Dewasa tengah (41-60) thn 9
(42,9)
12
(57,1)

Dewasa lanjut (>60) thn 3
(60,0)
2
(40,0)

Total 13 16
Kepribadian Individu
Tipe A

9
(40,9)

13
(59,1)
0,508** 0,005
Tipe B 4
(57,1)
3
(42,9)

Total 13 16
Kecakapan
Rendah

1
(100)

0
(0)
0,210 0,275
Tinggi 12
(42,9)
16
(57,1)

Total 13 16
Dukungan Sosial
Rendah

6
(66,7)

3
(33,3)
0,744** 0,000
Tinggi 7 13
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

*p < 0,05, dan **p < 0,01

Pada penelitian ini digunakan uji korelasi Pearson Product Moment yaitu pada
hubungan antara umur, kepribadian, kecakapan dan dukungan sosial terhadap
strategi koping.

Pada hasil uji Pearson Product Moment didapatkan ada hubungan antara umur
dengan strategi koping dilihat pada tabel 4.6. didapat r = 0,519 dan p = 0,004 (p
< 0.05). Dengan proporsi responden yang berumur dewasa awal dengan koping
maladaptif sebanyak 1 orang (33,3%) dan adaftif sebanyak 2 orang (66,7%),
responden dengan umur dewasa tengah yang menggunakan strategi koping
maladaptif sebanyak 9 orang (42,9%) dan adaptif sebanyak 12orang (57,1) dan
responden yang berumur dewasa lanjut yang menggunakan strategi koping
maladaptif sebanyak 3 orang (60,0%) dan adaptif sebanyak 2 orang (40,0%).

Sedangkan pada kepribadian individu didapatkan hasil ada hubungan antara
kepribadian individu dengan strategi koping. Dengan nilai r = 0,508 dan p = 0,005
(p < 0,05). Jumlah responden yang berkepribadian tipe A yang menggunakan
strategi koping maladaptif sebanyak 9 orang (40,9%) dan adaptif sebanyak 13
orang (59,1%). Sedangkan responden yang berkepribadian tipe B yang
menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 4 orang (57,1%) dan adaptif
(35,0) (65,0)
Total 13 16
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

sebanyak 3 orang (42,9%).

Setelah dilakukan uji Pearson Product Moment diperoleh hasil tidak ada hubungan
antara kecakapan dengan strategi koping. Dengan nilai r = 0,210 dan p = 0,275
(p > 0,05). Sebagian besar responden mempunyai kecakapan tinggi yaitu proporsi
responden yang kecakapannya rendah menggunakan strategi koping maldaptif
sebanyak 1 orang (100%), responden yang kecakapannya tinggi menggunakan
strategi koping maladaptif sebanyak 12 orang (42,9%), dan responden yang
menggunakan strategi koping adaptif sebesar 16 orang (57,1%).

Sedangkan pada dukungan sosial didapatkan hasil adanya hubungan antara
dukungan sosial dengan strategi koping dengan nilai r = 0,744 dan p = 0,000 (p <
0,05). Jumlah responden dengan dukungan sosial rendah yang menggunakan
strategi koping maladaptif sebanyak 6 orang (66,7%), dan adaptif sebanyak 3
orang (33,3%). Sedangkan jumlah responden dengan dukungan sosial tinggi yang
menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 7 orang (35,0%) dan responden
yang menggunakan strategi koping adaptif sebesar 13 orang (65,0%).





Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

PEMBAHASAN

Umur
Secara umum dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar penderita
diabetes melitus berumur dewasa tengah (4160 th) sebesar 72,4 %. Sedangkan
pada umur dewasa awal (2140 th) sebesar 10,4 %, dan pada umur dewasa akhir
sebesar 17,2 ( > 61 th). Menurut Askandar (1994) diabetes melitus sering terjadi
pada usia lebih dari 40 tahun. Pada tingkat umur tersebut fungsi alat tubuh
mengalami kemunduran, selain itu juga terdapat faktor obesitas, aktifitas yang
berkurang, obat-obatan, genetik dan adanya penyakit-penyakit lain yang terdapat
bersamaan pada usia lanjut akan mempermudah seseorang tersebut terkena
diabetes melitus.

Kepribadian Individu
Penelitian ini menunjukkan dari 29 responden sebagian besar memiliki kepribadian
tipe A sebanyak 75,9 %. Kepribadian tipe A pada penderita diabetes melitus yaitu
suatu tipe yang besifat kompetitif dan agresif, kepribadian tersebut muncul karena
responden mampu menghadapi masalah dengan penuh semangat. Penelitian ini
sesuai dengan pendapat Friediabetes melitusan dan Rosenman dalam buku
Abraham C (1997) yang mengatakan bahwa seseorang dengan kepribadian tipe A
itu bersifat kompetitif dan agresif, sebaliknya pada kepribadian tipe B yang
bersifat lamban dalam merespon masalah
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

.
Kepribadian pada penderita diabetes melitus adalah bersifat kompetitif, agresif dan
cekatan dalam menghadapi masalah.

Kecakapan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh jumlah responden yang kecakapannnya
tinggi lebih besar dari pada responden yang kecakapannya rendah. Responden yang
mempunyai kecakapan tinggi sebesar 96,6 % dan yang mempunyai kecakapan
rendah sebesar 3,4 %. Kecakapan yang tinggi tersebut disebabkan karena penderita
diabetes melitus sudah banyak mendapatkan pengalaman tentang pengelolan
diabetes melitus. Dengan pengalaman tersebut penderita mampu merencanakan
penyelesaian masalah dengan baik

Hasil ini sesuai dengan penelitiannya Atik Kadaryati yang menyatakan bahwa
kecakapan yang tinggi itu akan mampu menetapkan prioritas masalah, identifikasi
respon perasaan, pikiran dan perilaku terhadap masalah, memperhatikan semua
kemungkinan penyelesaian, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian setiap
tindakan, dan memiliki penyelesain yang terbaik

Dukungan sosial
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penderita diabetes melitus mempunyai
dukungan sosial tinggi sebesar 69,0 %. Dukungan sosial itu diperoleh karena
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

penderita diabetes melitus yang tinggal di daerah pinggiran kota, sehingga
penderita dekat dengan orang disekitarnya. Selain itu penderita juga mempunyai
sumber koping yang baik, bersifat terbuka terhadap orang lain sehingga banyak
orang yang memberikan dukungan terhadap dirinya.
Hal ini sesuai pendapat Wiscar dan Sandra bahwa dukungan sosial bersumber dari
dukungan emosi dimana seseorang merasa dicintai, dukungan harga diri berupa
pengakuan dari orang lain akan kemampuan yang dimiliki, dan perasaan yang
dimiliki dalam sebuah kelompok.

Hubungan antara umur dengan strategi koping
Berdasarkan hasil uji dengan metode Pearson Product Moment didapatkan
hasil ada hubungan antara umur dengan strategi koping pada penderita diabetes
melitus dengan nilai r sebesar 0,519 dan p 0,004 (p<0,05). Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Arifin (2005) yang
menyatakan ada hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan pada
penderita gagal ginjal, dengan nilai X
2
= 6,724 dan p= 0.010 (p < 0,05).

Umur dengan strategi koping mempunyai arah hubungan yang positif. Nur Arifin
(dalam penelitiannya tentang tingkat kecemasan menyatakan bahwa pada umur
dewasa muda terdapat 87,6 % pasien mengalami tingkat kecemasan berat. Hal
ini disebabkan karena penderita yang harus menjalani terapi hemodialisa yang
membutuhkan biaya cukup banyak dan waktu yang tidak diketahui sampai
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

kapan pengobatan itu berakhir.

Sedangkan dalam penelitian ini didapatkan semua penderita diabetes melitus pada
usia dewasa awal lebih banyak menggunakan strategi koping adaptif dari pada
maladaptif. Cara tersebut digunakan penderita karena penderita belum semuanya
banyak mendapatkan pengalaman tentang penanganan masalah diabetes melitus,
sehingga penderita masih ada menggunakan strategi koping yang maladaptif.

Namun penelitian ini berbada dengan penelitian yang dilakukan oleh Parjiem yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan antra umur dengan strategi koping pada
orang tua anak penderita Leukemia, dengan nilai X
2
= 2.318 dan p= 0.350.
Tidak adanya hubungan antara umur dengan strategi koping dikarenakan adanya
pengalaman yang sama pernah menghadapi anak yang harus menjalani terapi
hemodialisa, sehingga orang tua sudah siap dengan segala resiko yang akan terjadi.
Oleh karena itu orang tua cenderung melakukan strategi koping konstruktif. Tetapi
ada orang tua yang mengatakan bahwa terapi hemodialisa merupakan pengalaman
yang pertama kali, sehingga orang tua cenderung melakukan strategi koping
destruktif karena tidak mampu menyelesaikan stresor yang dihadapi, maka akan
terjadi masalah yang berkepanjangan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Parjiem
(disebabkan karena tempat penelitian yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Sungai Pancur yang mayoritas penderita tinggal di pinggiran kota.
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Parjiem dilakukan di Yayasan Leukimia
di Semarang yang respondennya bertempal tinggal didaerah yang berbeda-beda.

Hubungan antara kepribadian individu dengan strategi koping
Berdasarkan analisis dengan metode Pearson Product Moment penelitian ini
didapat ada hubungan antara kepribadian individu dengan strategi koping dengan
nilai r = 0,508 dan p = 0,005 (p < 0,05). Hasil ini sesuai dengan pendapat
Friediabetes melitusan dan Rosenman pada tahun 1974 dalam buku Abraham C
(1997) yang menyatakan bahwa kepribadian akan mempengaruhi seseorang dalam
menyelesaikan masalah. Dalam buku itu menyatakan bahwa kepribadian individu
dengan strategi koping mempunyai arah hubungan yang positif. Pada penelitian ini
responden yang berkepribadian jenis A sebagian besar mempunyai strategi koping
adaptif, hal ini terjadi karena responden mempunyai sifat kompetitif dan merasa
terlibat dalam suatu persaingan untuk mencapai lebih dalam waktu yang singkat,
hal ini terbukti dengan jumlah responden sebesar 59,1 % menggunakan koping
adaptif. Sebaliknya dengan tipe B yang menunjukkan sikap tidak kompetitif, tidak
begitu memperdulikan waktu dan lamban dalam merespon suatu masalah, dalam
penelitian ini terdapat 57,1 % responden yang menggunakan koping maladaptif.

Hubungan antara kecakapan dengan strategi koping
Setelah dilakukan uji Pearson Product Moment diketahui tidak ada hubungan antara
kecakapan dengan strategi koping, nilai r = 0,210 dan p = 0,275 (p > 0,05).
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atik Kadaryati
(2005) yang menyatakan menyelesaikan masalah secara terencana merupakan
koping yang tepat.

Pada penelitian ini responden yang menggunakan Kecakapan tinggi dengan koping
adaptif sebesar 57,1 %. Hal ini disebabkan karena penderita diabetes melitus yang
sudah banyak mendapatkan pengalaman namun tidak dapat
menginterpretasikannya. Pada penelitian Atik Kadaryati yang mempunyai
kecakapan tinggi dengan strategi koping adaptif sebanyak 55,5%, hal ini disebabkan
karena responden mampu menetapkan prioritas masalah, identifikasi respon
perasaan, pikiran dan perilaku terhadap masalah, memperhatikan semua
kemungkinan penyelesaian, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian tiap
tindakan, dan memilih penyelesaian yang terbaik

Hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping
Berdasarkan hasil analisa dengan metode Pearson Product Moment didapat ada
hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping dengan nilai r = 0,744
dan p = 0,000 (p < 0,05). Penelitian sesuai derngan penelitian Suhartini (2005)
yang menyatakan ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat ketaatan
pasien diabetes melitus menjalankan diet diabetes melitus, dengan nilai X
2
= 6,434
dan p = 0,011 (p < 0,05).

Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

Dalam penelitian Suhartini tentang dukungan sosial itu terjadi karena adanya
dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan
penghargaan. Hal ini disebabkan karena responden yang mempunyai sifat terbuka
terhadap orang lain. Oleh karena itu responden mendapatkan support dari orang di
sekitarnya.

Hasil dalam penelitian ini diperoleh sebagian besar responden mempunyai
dukungan sosial tinggi menggunakan strategi koping adaptif. hal ini terjadi karena
dukungan tersebut mampu menekan tingkat stresor yang muncul. tetapi ada
beberapa responden yang mempunyai dukungan sosial rendah mampu menggunakan
strategi koping yang adaptif. Hal ini terjadi karena responden mempunyai sumber
koping yang baik.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Suhartini disebabkan karena jenis
penyakitnya yang sama, yaitu sama-sama penyakit diabetes melitus sehingga
karakter orangnya cederung sama.

KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan pada 29 responden pederita diabetes melitus di
Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk dapat diambil kesimpulan
bahwa:
a. Responden yang berumur dewasa tengah (41-60 th) sebanyak 72,4 %, dewasa
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

akhir (>60 th) sebesar 17,2% dan dewasa awal (21-40 th) sebesar 10,4 %.
b. Responden yang memiiliki kepribadian tipe A didapat sebesar 75,9 % dan yang
berkepribadian tipe B 24,1 %.
c. Responden yang mempunyai kecakapan tinggi sebesar 96,6 % dan yang
memiliki kecakapan rendah sebesar 3,4 %.
d. Responden yang mempunyai dukungan sosial tinggi didapat 69,0% dan
dukungan sosial rendah sebesar 31,0 %.
e. Responden yang menggunakan strategi koping adaptif diperoleh sebesar 55,2%
dan yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 44,8%.
f. Ada hubungan signifikan antara umur, kepribadian individu, dukungan sosial
dengan strategi koping pada penderita diabetes melitus masing -masing secara
berurutan dengan nilai p = 0,004, 0,005, 0,000.

SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis maka penulis memberikan saran-saran
yaitu:
1. Bagi Responden Berkepribadian Individu Tipe B
Perlu menciptakan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah dengan penuh
semangat agar terciptanya sifat yang kompetitif dan agresif.
2. Bagi Responden Yang Kecakapannya Rendah
Perlu memiliki penyelesaian yang terbaik, mampu menetapkan prioritas masalah,
identifikasi respon perasaan, pikiran dan perilaku terhadap masalah.
3. Bagi Responden Yang Dukungan Sosialnya Rendah
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

Perlu menciptakan sifat yang terbuka terhadap orang lain sehingga banyak
orang yang akan memberikan dukungan terhadap dirinya.
4. Bagi Puskesmas
Meningkatkan penyuluhan kepada penderita diabetes mellitus agar tetap
mempertahankan strategi koping yang adaptif.

UCAPAN TERIMAKASIH
Kami menyampaikan terimakasih kepada masyarakat Sungai Pancur, yang telah
bersedia menjadi subjek penelitian ini. Ucapan terimakasih juga peniliti sampaikan
kepada Kepala Puskesmas Sungai Pancur yang telah memberi ijin kepada peneliti
untuk mengambil data.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham. C. (1997). Psikososial untuk perawat. Alih bahasa Leoni Sall
Maitimu. Jakarta: EGC.
2. Atik Kadaryati. (2005). Strategi koping pasien karsinoma stadium I dan
stadium II dibeberapa rumah sakit.
3. Barry, P.D. (1996). Psychososial nursing:care of pysically ill patients and their
families 3
rd
edition, New York: Lippincoott revem Pubiseers.
4. Brouwer M.A.W. (1984). Kepribadian dan Perubahannya. Jakarta: Gramedia.
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

5. Cancer Bacups Cancer Support Services. (2003). Coping with depresion and
cabcer. http// www. Cancerbacup. org. uk
6. Chaims Douglas. (2007). Diabetes dan penurunan kualitas hidup. http//www.
Ikkc.or.id.
7. Departemen Tenaga kerja. (2006). Hiperkes dan keselamatan kerja. Pusat
hiperkes dan keselamatan kerja badan perencanaan dan pengembangan tenaga
kerja Republik Indonesia.
8. Hadjono Suprapto. (2002). Mewarnai gambar pada anak.Jakarta: FKUI
9. Lazarus.Ricard.S.& Folkman. (1964). Stress, apprasial, and coping. New York:
Spinger Publishing Company.
10. Marimis,W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya,
2005.
11. Mc. Cartney, dkk. (1994). Psychososial issue in the care of gynecologic cancer
patiens.
12. National Safety Council. T.c. Gilchrest. (2004). Manajemen stress alih
bahasa Widyastutik. Jakarta: EGC.
13. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
14. Nur Arifin (2000). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan
pasien gagal ginjal terminal selama menjalani terapi hemodialisis di bidang
pelayanan kesehatan RSU tidar kota Magelang.
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

15. Parjiem. (2006). Hubungan antara karakteristik orang tua dengan strategi
koping yang digunakan orang tua anak leukemia di yayasan hematologi
yasmia Semarang Jawa Tengah. Skripsi (tidak diterbitkan).
16. PERKENI. (2006). Konsesus pengelolan DM di Indonesia.Jakarta.
17. Pilletry. (1999). Adolle child health nursing, care of child and family.
Philadelphia: Lippinchott.
18. Purnamasari Dyah. (2009). Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus : buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta
19. Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Edisi
8).Jakarta:EGC.
20. Soegondo Sidartawan. (2009). Farmakoterapi pada pengendalian glikemia
diabetes mellitus tipe 2: buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta
21. Stuart dan Sundeen. (1998). Buku saku keperawatan jiwa edisi 3 alih
bahasa Achir Yani.s. Jakarta: EGC.
22. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:
Alfabeta.
23. Suhartini (2005). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan ketaatan
pasien DM dalam menjlankan diet DM di wilayah kerja Puskesmas Gemuh
Kendal.
24. Suherman, Suharti. K. 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi
Dan Terapi, Fakultas Kedokteran UI Edisi 5. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 485.
Universitas Batam
Fakultas Kedokteran

25. Taylor dan Carol. (2009). Fundamental of nursing; the Art and science of
nursing care3
rd
edition. Philadelphia: Lippinchott.
26. Tjokroprawiro. Askandar. (1994). Simposium national diabetes & lipid.
Surabaya: FK UNAIR
27. Waspadji, S. (2007). Diabetes Melitus: Mekanisme dasar dan pengelolaanya
yang rasional. Dalam Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
28. WHO. Programmes and projects. Diabetes Action Online. Defining diabetes.
Dikutip 3 December 2010. Dapat di akses di : http://www. who. int /
diabetesactiononline / diabetes / en /

Anda mungkin juga menyukai