Hal-hal di bawah ini perlu menjadi perhatian sebelum membaca tulisan ini. Pemahaman diperlukan agar pembaca dan penulis mempunyai gambaran yang sama dalam membaca angka yang disampaikan. Hal yang dimaksud adalah : 1. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari beberapa tulisan yaitu : Hasil Survey hingga Awal Juni 2014, Hasil Survey hingga Awal Juni 2014, Update 09-Jun-2014 dan Hasil Survey hingga Awal Juni 2014, Pola Data. , 2. Data Hasil Survey diambil dari beberapa Lembaga Survey dan telah dipublikasikan secara resmi. Hasil Survey yang dimaksud adalah hasil dari Lembaga Survey : LSI, PDB, Populis, Cyrus, LEN, SSSG, Indo Barometer, Pool Tracking dan Litbang Kompas. 3. Melakukan Analisa Deskriftif, belum dilakukan Uji-Statistika (Inferensial). Data Hasil Survey (poin-2) ditabulasikan dalam sebuah tabel dan mix-tabel dari beberapa Hasil Survey. Tabel-1, Tabel Forecast Items LSI, PDB Populis , Cyrus, LEN SSSG LSI, Baromete r LSI, Pool Trackin g Litbang Kompa s Forecas t Jokowi- JK 33,81 46,63 42,65 48,70 46,75 42,30 44,46 Prabowo -Hatta 24,63 41,43 28,35 36,70 39,90 35,30 33,31 Tidak Tahu 41,55 11,53 29,00 14,60 13,35 22,40 22,23 *Golput 0,00 0,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 **Tdk Jelas 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 TOTAL 100,0 0 100,00 100,0 0 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel-1, Tabel Forecast dibangun dengan memperhatikan Trend dari beberapa Hasil Survey (lihat tulisan Hasil Survey hingga Awal Juni 2014) dan Pola Data (lihat tulisan Hasil Survey hingga Awal Juni 2014, Pola Data). Metoda hitung Forecast (sesuatu belum terjadi) Pilpres 2014 dengan memperhatikan dua hal yaitu : 1. Pengaruh kelompok Tidak Tahu (mengambang, swing-voter) mempengaruhi hasil perolehan suara Kandidat Pasangan Nomer-1 ataupun Nomer-2 (lihat tulisan Hasil Survey hingga Awal Juni 2014, Update 09-Jun-2014). 2. Dengan referensi Pemilihan Presiden sebelumnya selalu terdapat kelompok tidak-memilih. (Sumber Koran Sindo 14-Juni-2014 : Pilpres I 2004 19,71%, Pilpres II 2009 22,56%, Pilpres 2009 27,45%, Pileg 2014 24,89%). Prakiraan (Forecast) hasil-akhir Pemilihan Presiden 2014 adalah : Pasangan Nomer-1 sebesar 33,31% Pasangan Nomer-2 sebesar 44,46 % Kelompok Tidak-Tahu sebesar 22,23 % @post 28-Juni-2014
Hubungan Preferensi Presiden Jawa terhadap Tingkat Partisipasi Dalam Pemilihan Presiden 2009 (Voting Behavior dalam Pemilihan Presiden 2009 di Propin A. Latar Belakang Pemilu menjadi satu hal yang sangat wajar dalam menjalankan proses demokratisasi di Indonesia. Dalam hal ini pemilihan presiden (pilpres) secara langsung pada akhirnya menarik untuk dipelajari bagaimana kemudian masyarakat mempunyai kecenderungan terhadap referensi dan preferensi pilihan politiknya. Di sisi lain, tingkat partisipasi dalam pemilahan umum menjadi satu topic yang selalu menarik untuk dikaji-diklarifikasi dari setiap factor yang melatarbelakanginya. Di titik inilah preferensi politik dalam memilih presiden perlu kita lihat relevansinya terhadap motiviasi seseorang (voter) untuk memberikan hak suaranya dalam pemilihan umumdalam hal ini adalah pemilihan presiden 2009 di Indonesia. Dalam memberikan pilihan politik pada pemilihan umum khususnya pemilihan presiden, patut jikam kita menduga bahwa factor kedaerahan menjadi salah satu pertimbangan dalam memberikan hak pilih pada sebuah pemilihan umum. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang ditulisakan oleh Ramlan Soerbakti bahwa perilaku memilih mempunyai keterkaitan yang erat dengan tindakan- tindakan dan sikap dari warga Negara (yang mempunyai hak pilih) untuk membuat keputusan apakah akan ikut memilih ataupun tidak ikut memilih dalam pemilu. Artinya sikap terhadap seorang tokoh dari daerahnya menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan pilihan. Seymour Martin Lipset pun mengatakan bahwa di Amerika Serikat, minoritas negro cenderung lebih memilih Partai Demokrat dibandingkan dengan pendudukn kulit putih dari kelas yang berpendapatan yang sama. Memang, di internal kelompok Negro statsu ekonomi kurang berperan dalam menentukan perbedaan dalam pemilihan. Contoh yang lain ditemukan di Asia . Maka, dalam konteks Indonesia khususnya Jogja, sebuah nilai kesukuan sedikit banyak mempunyai probabilitas sebagai factor yang mempengaruhi perilaku memilih bagi masyarakat. Karena status ekonomi sebagaimana dikatakan Lipset kurang berperan dalam menentukan perilaku memilih masyarakat, hal ini dapat kita katakana bahwa ada status lain yang mungkin mempengaruhi perilaku memilih seperti etnisitas/ kesukuan atau agama.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan elaborasi dari latar belakang penulisan makalah ini, rumusan masalah yang menjadi dasar memulai penelitian ini adalah: Apakah sikap pemilih terhadap statemen presiden harus dari Jawa mempengaruhi tingkat partisipasi dalam pemilihan presiden 2009?, yang dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut: 1. Apakah pemilih yang sepakat dengan presiden harus dari Jawa akan tetap menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden 2009? 2. Dan apakah pemilih apakah pemilih yang tidak sepakat dengan statement presiden harus dari Jawa juga akan menggunakan hal pilihnya dalam pemilihan presiden 2009?
C. Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan antara lain: a. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara preferensi politik presiden harus dari suku Jawa terhadap tingkat partisipasi dalam pemilihan presiden 2009 yang dilihat dari keinginannya untuk memberikan hak pilihnya sebagai pemiliha dan warga Negara. b. Membedah kembali perilaku pemilih khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mempunyai relevansi terhadap kultur Jawa yang melekat dalam masyarakatnya.
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Sebagai riset penyeimbang terhadap maraknya lembaga survey yang tengah menjamur menyediakan menu-menu proyek terhadap partai politik maupun kandidat presiden dalam bursa pemilu 2009 b. Dengan membangun logika kesukuan dengan motivasi untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum, maka secara akademis tulisan ini akan menambah kajian dalam focus studi perilaku memilih. c. Secara praksis, mampu memetakan kembali pola perilaku masyarakat DIY terhadap proses demokratisasi di Indonesia.
E. Kerangka Teori Pada dasarnya penelitian ini mengambil dan menghubungkan dua perspektif sekaligus. Yang pertama, adalah perspektif sosiologi masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat Jawa. Dan yang kedua adalah perilaku memilih dalam pemilihan umum yang memang kemunculan kajian ini adalah adanya factor-faktor di luar preferensi politik yang dapat mempengaruhi sikap pilihan politik. Sehingga, menjadi lazim untuk mengelaborasi lebih dalam beberapa konsepsi (kepemimpinan, penokohan, pengkultusan) dan karakter dalam masyarakat Jawa Karakter Kepemimpinan Orang Jawa Yang dimaksud orang Jawa oleh Magnis-Susebno adalah orang yang bahasa ibunya bahasa Jawa dan merupakan penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa. Berdasarkan golongan sosial, orang Jawa dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: a. Wong cilik (orang kecil) terdiri dari petani dan yang berpendapatan rendah. b. Kaum Priyayi terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual c. Kaum Ningrat gaya hidupnya tidak jauh dari kaum priyayi. Pada dasarnya orang Jawa memiliki dasar kehidupan yaitu untuk hidup dalam harmonitas, mempunyai tenggang rasa, toleran, dan menghindari perselisihan inter-personal. Mereka biasanya hidup secara berdampingan dan mementingkan kepentingan bersama, sedangkan kepentingan individu kerap kali dikesampingkan. Orang Jawa juga memiliki rasa hormat kepada orang yang memiliki posisi lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Begitu pula dengan karakter kepemimpinan yang berasal dari Jawa, yaitu kalem, kharismatik, dan berwibawa. Misalnya saja beberapa pemimpin Indonesia yang terdahulu, yaitu Bung Karno, Soeharto, dan SBY juga mencerminkan karakter di atas. Karakter kepemimpinan orang Jawa juga nampak dari adanya penggunaan symbol-simbol tertentu, misalnya pada jaman dulu menggunakan alat yang disebut dengan keris. Penggunaan symbol-simbol tersebut saat ini sudah tidak lagi dipakai oleh para pemimpin dari Jawa.
Perilaku Memilih (Voting Behavior) Dalam kaitannya dengan konteks perilaku memilih, Ramlan Soerbakti menyebutkan bahwa perilaku memilih terkait erat dengan serangkaian tindakan dari warga Negara untuk membuat keputusan ikut memilih ataupun tidak dalam Pemilu, dan kalaupun turut memilih akan memilih partai mana, atau kandidat siapa. Perilaku pemilih juga merupakan suatu sikap politik dari warga Negara yang dipengaruhi oleh beberapa aspek misalnya calon tertentu, partai tertentu, maupun presiden tertentu. Menurut Mochtar Masoed dan Collin Mac Andrew, perilaku memilih merupakan bentuk dari partisipasi kolektif konvensional dari warga negara karena dilakukan secara serentak dan dilakukan untuk mempengaruhi penguasa. Dengan ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan pemilu maka masyarakat telah menggunakan salah satu haknya sebagai warga Negara dan berkontribusi dalam membangun Negara yang demokratis. Ada beberapa pendekatan yang dipakai oleh para ilmuwan politik untuk menjelaskan konsep tentang perilaku pemilih : pertaman, adalah pendekatan Psikologis, pendekatan ini lebih mengarah kepada aspek psikologis seseorang. Artinya, seorang pemilih bisa memiliki kedekatan emosional dengan calon atau kandidat pemimpin. Kedekatan emosional ini dipengaruhi oleh adanya kepercayaan yang tinggi terhadap partai politik (parpol) ataupun calon itu sendiri yang mewakili parpol. Kedua adalah pendekatan sosiologis, dimana pendekatan ini lebih menyoroti tentang hal-hal di luar diri pemilih yang mempengaruhi perilaku pemilih. Faktor-faktor tersebut adalah pendidikan, pekerjaan, kondisi masyarakat dan lingkungan sekitar temapt tinggal, dan lain-lain. Dan yang terakhir adalah pendekatan ekonomis , yang mana pendekatan ini menekankan kepada keuntungan atau hasil yang diharapkan apabila calon yang dipilihnya tersebut memenangkan pemiliha umum. Sehingga dalam konteks penelitian ini, pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis menjadi relevan untuk membangun logika relasi antara preferansi presiden dari suku jawa dengan motivasi memilih dalam pemilihan presiden. Dalam konteks demokrasi prosedural di sini, figur termasuk identifikasi asal dan latar belakang figur menjadi signifikan untuk membangun paradigma perilaku memilih. Berbeda dengan pemilihan legeslatif yang memberi bobot lebih banyak pada loyalitas kader dan basis ideologi selain juga plarform partai yang ditawarkan.
F. Hipotesa Dari rumusan masalah diatas, maka hipotesa untuk penelitian ini adalah Bahwa terjadi hubungan antara preferensi pemilih presiden harus dari (suku) Jawa terhadap tingkat partisipasi dalam pemilihan presiden 2009.
G. Metode Penelitian G.a. Jenis Penelitian Survey Pilpres 2009 ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang menggunakan rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistic atau dengan cara lain dari kuantifikasi untuk mengukur variable penelitiannya. Dan jenis metode yang digunakan adalah metode survey yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi sehingga ditemukan keterkaitan antara variable-variabelnya. Penelitian dapat digolongkan menjadi beberapa macam. Berdasarkan atas sifat-sifat masalah tersebut, jenis penelitian dapat digolongkan sebagai penelitian histories, deskriptif, perkembangan, kasus dan penelitian lapangan, korelasional, kausal komparatif, eksperimental sungguhan, eksperimental semu, dan tindakan. Dan jenis penelitian dalam hal ini adalah penelitian korelasional (correlational research) karena ingin meyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu factor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih factor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
G.b. Populasi dan Sampling Populasi di sini bisa mengacu pada konseptualisasi dari Saifuddin Azwar dikatakan bahwa populasi didefinisikan sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitia, kelompok subyek ini harus memiliki ciri-ciri atau kerakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dengan subyek yang lain . Sedangkan samplelebih lanjut dia katakanadalah sebagian dati populasi. Atau Herbert dan Bruce mengatakannya sebagai a representative group . Karena sampel merupakan perwakilan dari populasi yang paling tidak dapat mewakili karakter-karakter atau ciri-ciri dari populasi. Penelitian Survey bertujuan untuk memperoleh deskripsi objektif mengenai keadaan populasi , sehingga pembatasan populasi dan cara penentuan sample (sampling) menjadi sangat penting dalam penelitian survey. Sehingga dalam penulisan ini kita mengambil provinsi Daerah Istimewa Yogakarta sebagai lokasi sampel (sample area), dan menjadi sangat jelas bahwa populasi kita adalah masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih atau voters. Sedangkan jenis sampling yang kita pakai adalah stratified proportional random sampling atau pengambilan sample secara acak proporsional terstratifikasi. Artinya di sini adalah kita mengambil sample dari populasi yang ada berdasarkan strata atau tingkat pendidikannya. Yang kita kategorikan dalam 3 tingkat: SD/ SMP/ Sederajat, tingkat SMA/Sederajat, dan tingkat Perguruan Tinggi/ Sederajat. Dengan sebaran merata di empat kabupaten dan satu kota madya meliputi: Sleman, Kulon Progo, Bantul, Gungung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Dimana di masing-masing kecamatan dari ke lima kabupaten/ kota tersebut kita ambil 3 desa/kelurahan yang dapat dilihat dalam Lampiran 2.
G.c. Variabel dan Definisi Operasional Variable yang diteliti kami bedakan kedalam dua kategori, pertama adalah variable bebas (independent) dan variable terikat/ tidak bebas (dependent). Dalam hal ini, Preferensi Presiden Jawa adalah variable independent/ bebas yang kemudian kita beri symbol Y. Sedangkan partisipasi dalam pemiliha presiden adalah varibel dependent/ terikat, yang kemudian kita beri symbol sebagai X. Adapun definisi operasional dari masing-masing variable adalah sebagai berikut: 1. Preferensi Presiden Jawa sebagai variable bebas yang kemudian kita beri symbol Y didefinisikan sebagai sikap pemilih/ voters terhadap presiden yang berasal dari suku Jawa, hal ini termasuk kecenderungannya untuk sepakat maupun tidak sepakat. Yang kemudian kita lihat dengan memilah tiga sikap pemilih terhadap isu Presiden harus dari Jawa ini, pertama adalah orang yang menyepakatinya atau mendukungnya, kedua adalah pemilih yang tidak tahu/ tidak mengambil sikap, dan ketiga adalah pemilih yang mengatakan bahwa presiden tidak harus Jawa. 2. Sedangkan Partisipasi dalam Pemilihan Presiden sebagai variable terikat yang kemudian kita beri symbol X dimaksudkan bahwa sikap dari pemilih dalam memposisikan dirinya dalam pemilihan presiden, artinya apakah dia akan memberikan hak suaranya atau tidak memberikan hak suaranya dalam pemilihan presiden 2009. Jadi partisipasi di sini adalah merujuk pada sikap pemilih untuk memberikan hak suaranya dalam pemilihan presiden 2009.
G.d. Instrument Penelitian Instrumen penelitian merupakan segala sesuatu yang dipakai oleh peneliti untuk memebantu mendapatkan informasi atau data dari responden. Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel- variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian. Pada dasarnya instrumen dapat dibagi menjadi dua macam yakni tes dan non-tes. Yang termasuk kelompok tes, misalnya tes prestasi belajar, tes inteligensi, tes bakat; sedangkan yang termasuk non-tes misalnya pedoman wawancara, angket atau kuesioner, pedoman observasi, daftar cocok (check list), skala sikap, skala penilaian, dan sebagainya. Instrumen penelitian bertujuan untuk alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden dan sebagai alat mengorganisasi wawancara. Instrument yang dipakai pada penelitian kali ini adalah kuesioner, alat tulis, dan alat rekam.
G.e. Pengumpulan data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan metode kuesioner (angket) dan interview (wawancara). Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangakian pertanyaan mengenai sesuatu maslah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memeproleh data, angket disebarkan kepada responden terutama pada penelitian survey. Tujuan dilakukan angket atau kuesioner adalah memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak. Mengenai prosedurnya, angket tersebut diberikan secara langsung kepada responden untuk dijawab. Metode kedua yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan metode wawancara. Wawnacara itu sendiri berarti proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi dan keterangan yang dibutuhkan. Tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi dan bukan untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.
G.f. Analisis data Yang dimaksud dalam analisa data disini adalah dengan menggunakan apa data yang sudah didapat akan dianalisa sehingga menghasilkan penerjemahan data untuk melihat narasi hasil dari penelitian survey, yang menjadi pintu masuk untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakuakan. Sebagaimana dikatakan oleh Sofian Effendi dan Masri S bahwa analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan . Adapun bentuk analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis korelasi dan analisis regresi. Analisis korelasi akan menunjukkan ada tidaknya hubungan antara variable X dan Y. Termasuk kuat lemahnya hubungan apabila hasil tabulasi statistic menunjukkan adanya korelasi antarvariable. Yang dalam hal ini, adalah akan menjawab pertanyaan apakah orang yang menginginkan presiden harus dari Jawa atau bentuk negasinya, orang yang memperbolehkan presiden dari suku manapun (tidak harus dari Jawa), mempunyai hubungan dengan keinginan dia memberikan hak pilihnya dalam pemilihan presiden 2009. Sedangkan analisis regresi adalah melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh analisis korelasi, yaitu akan menunjukkan ada tidaknya pengaruh antara variable independent/ bebas terhadap variable dependent/ terikat.
G.g. Skema/ Tahap/ Alur Penelitian Mengacu pada standar penelitian dengan metode servei yang dielaborasi oleh Singarimbun dan Sofian Effendi yang menyatakan bahwa setidaknya adalah 7 langkah yang ditempuh dalam penelitian survey : 1. merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survai, 2. menentukan konspe dan hipotesa serta menggali kepustakaan. Adakalanya hipotesa tidak diperlukan seperti pada penelitian operasional. 3. pengambilan sampel. 4. pembuatan kuesioner. 5. pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara. 6. pengolahan data. 7. analisa laporan. Maka penelitian ini pun sudah mencakup langkah-langkah menurut yang telah digariskan tersebut.
H. Temuan Temuan di sini berari bahwa kita akan mendeskripsikan hasil dari penelitian tanpa kemudian menganalisis dan menginterpretasi lebih jauh dari hasil yang ditampilkan. Sehingga lebih jauh akan mengelaborasi dara statistic yang memang dapat kita narasikan secara popular. Maka dalam bab ini kita akan menampilkan sekaligus menjelaskan empat macam jenis tabulasi statistic yang meliputi tabulasi frekuensi, tabulasi crosstab, tabulasi korelasi, dan tabulasi regresi. Berikut ini adalah tampilan dan penjelasannya:
Tabel.1. Responden berdasarkan kabupaten/kota dan prosentasinya Kabupaten/ Kota Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Kota Yogyakarta 144 13.2 13.2 13.2 Sleman 309 28.4 28.4 41.7 Bantul 276 25.4 25.4 67.1 Gunung Kidul 225 20.7 20.7 87.8 Kulon Progo 133 12.2 12.2 100.0 Total 1087 100.0 100.0
Berdasarkan Tabel.1. tersebut di atas, menjadi jelas bahwa data yang masuk adalah terdapat 1087 yang mengartikan bahwa telah dilakukan survey terhadap 1087 responden di seluruh DIY berdasarkan proporsional prosentase sebagaimana dijelaskan dalam sub-bab populasi dan sample diatas.
Tabel.2. Hasil survey berdasarkan item variable bebas dan variable terikat. Ikut memilih di Pilpres Presiden mendatang harus orang Jawa? N Valid 1082 1083 Missing 5 4
Sudah mulai nampak dari Tabel.2. tersebut di atas. Pertama, table tersebut mengatakan bawa variable bebas diwakili oleh item pertanyaan Presiden Mendatang Harus Orang Jawa, sedangkan variable terikat diwakili oleh item pernyataan Ikut memili di Pilpres. Sedangkan penjelasan dari Tabel.2. di atas adalah bahwa angka 1082 dalam kolom Ikut memilih di Pilpres merupakan responden yang memberikan pilihan opsi dari pernyataan tersebut, bukan responden yang memilih opsi memilih sajauntuk hal ini akan dijelaskan dalam Tabel.3. sedangkan angka lima dalam kolom yang sama adala jumlah responden yang tidak memberikan pilihan opsi dalam pernyataan tersebut. Hal ini juga berlaku sama pada kolom Presiden mendatang harus orang Jawa, data missing 4 adalah responden yang tidak memilih semua opsi yang ditawarkan dalam pertanyaan dalam kuesioner. Tabel.3. Hasil dara dari pernyataan Apakah Anda akan ikut memilih dalam Pilpres 2009? Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Memilih 1047 96.3 96.8 96.8 Tidak memilih 35 3.2 3.2 100.0 Total 1082 99.5 100.0 Missing System 5 .5 Total 1087 100.0
Dari Tabel.3. di atas menjelaskan lebih spesifik sebaran responden dalam memberikan pilihan untuk pertanyaan Apakah Anda Akan Ikut dalam Pilres 2009? sebagai manifestasi dari variable terikat. Dimana terdapat dua opsi, memilih dan tidan memilih. Bahwa sangat terlihat dari 1082 yang memberikan pilihan pada pertanyaan ini, terdapat 96,3% atau setara dengan 1047 responden memberikan opsinya pada memilih, artinya bisa dikatakan bahwa warga DIY mempunyai tingkat partisipasi dalam pemilihan presiden lebih dari 90% yakni 96,3%. Sedangkan di sisi lain hanya ada 3,2% atau setara dengan 35 responden yang menyatakan dirinya tidak akan memilih atau dengan kata lain tidak menggunakan hak pilihnya dalam pilpres 2009. Dan missing atau ada 0,5% atau setara dengan 5 responden yang tidak menjawabnya.
Tabel.4. Presiden mendatang harus dari Jawa? Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya 330 30.4 30.5 30.5 Tidak tahu 80 7.4 7.4 37.9 Tidak 673 61.9 62.1 100.0 Total 1083 99.6 100.0 Missing System 4 .4 Total 1087 100.0
Tidak jauh berbeda dengan table.3, pada Tabel.4 tersebut merupakan penjabaran dari pilihan responden yang memberikan pilihan pada pertanyaan Apakah presiden mendatang harus dari Jawa? sebagai manifestasi dari variable preferensi presiden Jawa yang menjadi variable bebas dalam penulisan penelitian ini. Yang membedakannya dengan tabulasi variable terikat atau variable X adalah dalam table ini, terdapat tiga opsi yang sebelumnya pada table Apakah ikut memilih hanya terdapat dua opsi, ketiga opsi ini adalah ya, tidak tahu, dan tidak. Dimana dari 1083 responden yang memberikan pilihan pada pertanyaan initerdapat 4 missing atau ada 4 responden yang tidak memberikan pilihannya dalam variable ini dari total responden berdasarkan jumlah kuesioner terdapat 61,9 % atau setara dengan 673 responden yang menyatakan bahwa presiden tidak harus dari Jawasebagai negasi dari jawaban pertanyaan saya tidak sepakat presiden harus dari orang Jawa. Di sisi lain terdapat 30,4 % atau setara dengan jumlah responden sebesar 330 yang menyatakan ya atau sepakat bahwa presiden harus berasalah dari orang (suku) Jawa. Dan ternyata terdapat 7,4 % atau setara dengan 80 responden yang menyatakan dirinya tidak tahu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sehinggan dari sini, dapat kita katakana bahwa banyak dari masyarakat DIY yang relative mayoritas adalah orang Jawa tidak mempermasalahkan bahwa presiden dari luar orang Jawa dengan menjawab tidak (sepakat) bahwa presiden harus dari orang Jawa, karena menunjukkan angka lebih dari 60 % dari tiga opsi yang adaakan berbeda jika hanya ada dua opsi, maka nilai 60 % sulit dianggap sebagai kebanyakan masyarakat DIY.
Table.5. Cross tabulation Ikut memilih di Pilpres*Presiden harus orang Jawa Presiden mendatang harus orang Jawa? Total Ya Tidak tahu Tidak Ikut memilih di Pilpres Memilih 328 67 649 1044 Tidak memilih 2 11 21 34 Total 330 78 670 1078
Table.5 di atas menunjukkan table cross tabulation atau sering disingkat menjadi crosstab yang berfungsi untuk mencari irisan antara variable X maupun variable Y. Dari table tersebut dapat kita terjemahkan bahwa dari 1044 total responden yang menyatakan dirinya akan ikut memilih dalam pemilihan presiden 2009, terdapat 328 orang yang sepakat bahwa presiden harus berasal dari orang Jawa, 67 orang menyatakan ketidak tahuannya mengenai persoalan tersebut, dan terdapat 694 responden yang menyatakan bahwa presiden mendatang tidaklah harus dari orang Jawa.
Analisis Korelasi Berikut ini adalah hasil tabulasi statistic dari analisis korelasi bivarite menggunakan uji Pearson correlation.
Tabel.6. Korelasi variable Ikut memilih di Pilpres Presiden mendatang harus orang Jawa? Ikut memilih di Pilpres Pearson Correlation 1 .048 Sig. (2-tailed) . .113 N 1082 1078 Presiden mendatang harus orang Jawa? Pearson Correlation .048 1 Sig. (2-tailed) .113 . N 1078 1083
Masuk dalam Tabel.6 ini akan mulai kita lihat tingkat validitas terhadap data-data yang masuk dan kita cari relasi-relasi variablenya, dimana dalam table ini akan menunjukkan ada tidaknya hubungan atau korelasi antara variable X dengan variable Y. namun, sebelum lebih jauh menjelaskan dan membaca hasil tabulasi tersebut, perlu kiranya kita menjelaskan beberapa hukum dan formula dalam menerjemahkan table korelasi tersebut. Dalam table tersebut kita menggunakan uji Pearson atau Pearsin Correlation atau dapat juga disebut Korelasi Moment Product untuk mengetahui tingkat hubungan yang terjadi antarkeduavariabel (dependent dan independent). Sedangkan tingkatan tersebut mempunyai formula bahwa Korelasi diukur dengan suatu koefisien (r) yang mengindikasikan seberapa banyak relasi antar dua variabel. Daerah nilai yang mungkin adalah +1.00 sampai -1.00. Dengan +1.00 menyatakan hubungan yang sangat erat, sedangkan -1.00 menyatakan hubungan negatif yang erat . Oleh karena itu, berikut kami tampilkan panduan untuk melihat nilai atau derajat korelasi tersebut, untuk (+) atau (-) :
0.80 sampai 1.00 Berarti Korelasi sangat tinggi 0.60 sampai 0.79 Berarti Korelasi tinggi 0.40 sampai 0.59 Berarti Korelasi moderat 0.20 sampai 0.39 Berarti Korelasi rendah 0.01 samapi 0.19 Berarti Korelasi sangat rendah
Dan perlu diperhatikan dalam melihat tabulasi korelasi adalah bahwa table tersebut tidak hendak mengatakan sebuah mekanisme hubungan sebab-akibat, tetapi hanya sampai pada menjawab adakah hubungan antarvariabel dan kalaupun ada, sejauh mana hubungan itu dapat terjadidengan menggunakan acuan nilai korelasi sebagaiman penjabaran diatas. Maka tabulasi korelasi di atas dipat kita baca sebagai berikut, bahwa dalam lajur pearson correlation menunjukkan angka .048 atau 0,048, dalam pertemuan lajur Ikut Memiliha di Pilpres dan Presiden mendatang harus dari orang Jawa?. Hal ini berarti bahwa hubungan antara preferensi memilih presiden dari orang Jawa dengan keingina untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pikpres 2009 sangat lemah, jauh dari angka 1 sebagai nilai korelasi tertinggi. Atau jika kita prosentasikan nilai korelasi tersebut hanyalah sebesar 4,8 %, jauh dari nilai 100%.
Analisis Regresi Berikut ini adalah tabulasi hasil statistic dari analisis regresi linier sederhana. Tebel.7. Regresi variable Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.010 .015 69.428 .000 Presiden mendatang harus orang Jawa? .009 .006 .048 1.585 .113
Berbeda dengan tabulasi korelasi, tabulasi regresi akan mengatakan bahwa kemungkina terjadi hubungan mempengaruhi antara variable X dan variable Y sebagai variable independent dan variable dependent. Dan memang dalam dalam hal ini, dengan hanya melibatkan dua variable saja adalah bentuk yang paling sederhana dalam analisis regresi, sehingga kemudian disebut dengan regresi sederhana. Dan dalam penelitian ini kami menggunakan bentuk regresi nilai sederhan dimana hubungan fungsional antara variable independen Y dan variable dependen X adalah berbentuk linier, yang kemudian dapat diformulasikan secara matematis sebagai berikut :
Formulasi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut, bahwa koefisien b pada X yang disebut koefisien regresi menunjukkan tingkat ketergantungan Y pada X. Sehingga jika b = 0, maka Y tidak tergantun pada X. Oleh karena penjelasan di atas, kita dapat langsung memasukkan angka-angka data dalam tabulasi regresi tersebut diatas.
Y: adalah variable independen yang berarti Presiden harus dari orang Jawa X: adalah variable dependen yang berarti ikut memilih dalam Pilpres 2009 Sehingga, Karena X mempunyai dua opsi yaitu memilih dan tidak memilih, maka Jika X = 1 berarti perwakilan data nominal dari opsi memilih Jika X = 2 berarti perwakilan data nominal dati opsi tidak memilih Dimana, a = 1,010 sebagai nilai konstan sebagaimana dilihat dalam Table.7 di atas b = 0,009 sebagai nilai koefisien Maka berlaku formulasi fungsi sebagai berikut,
X = 1 Y= 1,010+0,009 . 1 y= 1,019 X = 2 Y= 1,010+0,009 . 2 y= 1,028
Sehingga konklusi dari analisis regresi linier sederhana adalah bahwa semua angka hasil dari y adalah mendekati 1, sehingga kecenderungan presiden harus dari Jawa tidak mempengaruhi partisipasi memilih. Karena 1 adalah manifestasi dari pernyataan ya, maka akan tetap memilih dalam pilpres, yang berarti tetap menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden, walaupun dia sepakat ataupun tidak sepakat dengan pernyataan presiden harus dari orang Jawa.
I. Analisis
Hasil yang menunjukkan hampir tidak adanya hubungan antara variable X sebagai variable terikat/dependen dari pernyataan Ikut memiliha dalam pilpres 2009 dengan variable Y sebagai variable bebas/independen dari pernyataan Presiden harus dari orang Jawa, sebenarnya sudah terlihat dalam penampakan cross tabulation. Dimana terjadi tumbukan responden yang paling besar antara responden yang memilih (menggunakan hak pilihnya dalam pilpres 2009) dengan responden yang tidak sepakat bahwa presiden harus dari orang Jawa, yakni sebesar 649 responden. Dan dipertegas dengan hasil-hasil analisis dan pembacaan dari regresi dan korelasi. Hal ini menunjukkan adalah proses pendewasaan dalam masyarakat khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta, yang semakin berpikir rasional dalam menentukan pilihan presidennya. Paradigm suku Jawa adalah suku yang harus memimpin Indonesia telah diruntuhkan dengan hasil penelitian ini. Sebagaimana yang dijelaskan panjang lebar oleh Purwadi , yang dari kerajaan Mataram lama bahkan sampai pada pasca reformasi saat ini, tradisi pemimpin daerah (DIY) berasal dari Jawa (raja) menjadi hal yang sulit dihindarkan. Bahkan tesis Lipset yang mengatakan bahwa kebanyakan Negara Asia cenderung menggunakan pertimangan di luar status ekonomi seperti agama dan kesukuan dalam menentukan atau memilih kandidat atau pilihan politiknya, belum mampu menjawab realitas empiric dari hasil reset ini. Sehingga hal ini dapat kita baca bahwa perilaku memilih cenderung mempunyai dinamika dalam setiap zaman konteks politiknya. Temuan yang dihasilkan Lipset sekitar tiga decade yang lalu perlu untuk diklarifikasi dalam mengkaji voting behavior yang senantiasa dinamis. Akhir kata, hasil penelitian ini menjadi satu wawasan baru bahwa dalam konstelasi politik yang terus bergerak luas dan global, identitas diri voters belum tentu menjadi satu hal yang berpengaruh signifikan.
Kesimpulan Dari elaborasi hasi penelitian, konseptualisasi teori, dan juga analisis hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kata simpul sebagia berikut: 1. Terjadi hubungan yang sangat lemah mendekati tidak adanya hubungan antara orang yang mempunyai preferensi terhadap presiden harus dari orang (suku) Jawa dengan keinginannya untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden. Sehingga walaupun seorang pemilih menginginkan presiden Indonesia adalah orang dari suku Jawa, ketika tidak ada opsi tersebut, orang tersebut sangat mungkin akan tetap menggunakan hak pilihnya. 2. Sehingga dari sini, telah terjadi rasionalisasi perilaku memilih dalam masyarakat Jogja (DIY) yang notabene adalah masyarakat Jawa, dari yang pada rentetan sejarah sosialnya terlatih dalam tradisi pemimpin turun-temurun dalam raja-raja Jawa. Menjadi masyarakat yang cenderung menggunaka pertimbangan-pertimbangan kompetensi, pengalaman, track record, dan lain-lain dari pada mengkultuskan pertimbangan kesukuan dalam memilih seorang kandidat presiden.
Daftar Pustaka
A.Bone, Hugh dan Austin Ranney. 1963. Politics And Voters. Newyork: Mc Graw-Hill Book Company. Anderson, M.Grace. Voting Behaviour and the Ethnic-Religious Variable: A Study of a Federal Election in Hamilton, Ontario. The Canadian Journal of Economics and Political Science / Revue canadienne d'Economique et de Science politique, Vol. 32, No. 1 (Feb., 1966), pp. 27-37 (article consists of 11 pages). http://www.jstor.org/stable/139946 Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Penerbit Rineka Cipta. Benton, Allyson Lucinda. 2005. Paper prepared for presentation at the 2005 American Political Science Associations Annual Meeting, Washington, DC, 1 4 September, 2005 Budi, Arya. 2008. Metode Survei Sebagai Pemenuhan Bukti Empiris Ilmu Pengetahuan Dalam Mencari Kebenaran. Tugas Ilmiah Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial. Harianto, Tedi. Aplikasi Statistika dalam Penelitian Kuantitatif. Diakses pada Rabu 17 Juni 2009. pukul 13.05 WIB. http://www.ptik.polri.go.id/materi/MODUL-8b.pdf. Held, David. 2007. Models of Democracy (Edisi Indonesia, III). Jakarta: Akbar Tandjung Institute. Labovitz, Sanford dan Robert Hagedorn, Metode Riset Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta Pusat, 1982. Lipset, Seymour Martin. 2007. Political Man: Basis Sosial Tentang Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Masoed, Mochtar dan Collin Mac Andrew. 1991 Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Narbuko, Cholid. Abu Achmadi. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : BUMI AKSARA. Nawawi, Hadari dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1992. Purwadi. 2007. History of Java: Local Wisdom Description Since Ancient Mataram to Contempory Era. Yogyakarta: Penerbit Tanah Air. Rifai, Afif. Penelitian Kuantitatif. Dalam dakwah.uin-suka.ac.id/file_ilmiah/AFIF- LANGKAHPENELITIAN.rtf. Diunduh pada tanggal 15 Juni 2009. Singarimbun, Masri Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,1984. Soerbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta. LP3ES. W. Gulo, Metodeologi Penelitian,Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002.
Dokumen Serupa dengan Forecast Hasil Akhir Pilpres