Materi Sejarah
Materi Sejarah
c. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatannya
terus
d. Semua utang pemerintah Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris
Kapitulasi Tuntang ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty.
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, 11-8-1811 raja muda ( Viceroy ) Lord Minto yang
berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford rafless sebagai wakil gubernur di jawa
dan bawahannya, ( Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi,dan Kalimantan Selatan ).
6. Pemerintah Hindia Belanda 1816-1942
Pemerintahan kolektif itu mempunyai tugas utamanya menormalisasikan keadaan lama (Inggris)
ke alam baru (Belanda). Masa peralihan hanya berlangsung dari tahun 1816-1819.
7. Masa Pemerintahan Van den Bosch dan Penerapan System Tanam Paksa
Pada tahun 1830-1870
Pengertian Cultuur Stelsel sebenarnya adalah kewajiban kepada rakyat (Jawa) untuk menanam
tanaman ekspor yang laku di jual di Eropa. Menurut Van den Bosch, cultuur stelsel didasarkan
atas hokum adat bahwa barang siapa yang berkuasa di sutau daerah, ia memiliki tanah dan
penduduknya .
A. Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
1. Di Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon.
2. Terjadinya Perang Kemerdekaan Belgia yang di akhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda
tahun 1830.
3. Terjadi Perang Dipenogoro ( 1825-1830 ) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal
bagi Belanda.
4. Kas Negara kosong dan utang yang di tanggung Belanda cukup berat.
5. Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6. Kegagalan usaha mempraktikan gagasan Liberal ( 1816-1830 ) dalam mengeksploitasi tanah
jajahan.
Van den Bosc sebagai pengusul dari Cultuur Stelsel, kemudian di angkat sebagai Gubernur
Jendral Hindia Belanda.
B. Aturan-aturan Tanam Paksa
1. Persetujuan akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian ari tanahnya
untuk penanaman tanaman Ekspor yang dapat di jual di pasaran Eropa.
2. Tanah pertanian tersebut tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang di miliki
penduduk desa.
3. Pekerjaan yang di perlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan
untuk menanam tanaman padi.
4. Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
5. Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda.
Di dalam praktiknya seringkali menyimpang dari ketentuan-ketentuan pokok sehingga rakyat
banyak dirugikan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain :
1. Dilakukan dengan cara paksaan.
2. Luas tanah harus disediakan penduduk melebihi ketentuan.
1. Desentralisasi Pemerintahan
Sebelum tahun 1900 pemerintahan di Nusantara dilakukan secara sentralisasi.
Seluruh jalannya pemerintahan ditentukan oleh menteri jajahan dan pusat
pemerintahan yang ada di negeri Belanda.
2. Irigasi
Sarana yang sangat vital bagi pertanian adalah sarana irigasi ( pengairan ). Pada
tahun 1885 pemerintahan telah membangun secara besarbesaran bangunan irigasi
di Brantas dan Demak.
3. Emigrasi ( Transmigrasi )
Penduduk jawa dan madura yang pada tahun 1865 berjumla 14 juta meningkat dua
kali lipat pada tahun 1900.
4. Edukasi
Pda mulanya kolonial belanda membentuk dua macam sekolah untuk rakyat
pribumi, yaitu sekolah kelas I dan sekolah kelas II.
5. Bidang Hukum dan Pengadilan
Berdasarkan peraturan pemerintah tahun 1854 dan peraturan hindia belanda tahun
1925, bidang hukum dan peradilan hindia di Belanda dibagi atas dua bagian, yaitu
pengadilan Gubernemen dan pengadilan Pribumi.
C. Kegagalan Politik Etis
Kegagalan politik etis tersebut tampak dalam kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Sejak pelaksanaan sistem ekonomi liberal, Belanda mendapatkan keuntungan yang
besar, tinkat kesejahteraan rakyat Pribumi tetap rendah.
2. Hanya sebagian kecil kaum Pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan
yang baik dalam masyarakat kolonial, yaitu golongan pegawai negeri.
3. Pegawai negeri dari golongan Pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga
dominasi bangsa belanda tetap sangat besar.
B. Perkembangan Ekonomi dan Demografi di Indonesia pada Masa Kolonial
1. Pertumbuhan penduduk Indonesia pada abad ke-19 dan Awal Abad ke-20
Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, wilayah di Nusantara dapat dibagi
atas 3 kelompok yaitu :
a. Kelompok berpenduduk padat.
b. Kelompok berpenduduk sedang.
c. Kelompok berpenduduk jarang.
2. Mobilitas Penduduk Indonesia pada Abad ke-20
A. Migrasi Intern
Berarti perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain
dalam satu pulau baik secara individu maupun kelompok.
B. Migrasi Ekstern
Berarti perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya baik
secara berkelompok maupun sendiri.
C. Kepadatan Penduduk dan Gejala Sosial-Ekonomi
Rata-rata kepadatan penduduk Indonesia hanya 31,9 jiwa per
kilometer persegi akan tetapi di Pulau Jawa saja tingkat kepadatannya
adalah 316,1 jiwa per kilometer persegi.Sedangkan di luar Jawa
hanya 10,7 jiwa per kilometer persegi. Antara tahun 1928 dan 1938
dengan Perang Jawa. Perang ini berlangsung dari tahun 1825-1830B. Perlawanan Bangsa
Indonesia Menentang Dominasi Asing
Perlawanan Sebelum Tahun 1800
Sultan Baabullah Menentang Portugis (Ternate)
Bangkitnya rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baabullah menentang
Portugis, disebabkan karena tindakan bangsa Portugis yang sudah melampui
batas. Terlebih lagi seteleh kaki tangan bangsa Portugis menikam Sultan
Hairun hingga tewas, ketika memasuki benteng untuk merayakan perjanjian
perdamaian yang disepakatinya.
Dipati Unus Menyerang Portugis di Malaka
Serangan kerajaan Demak ke Malaka dipimin oleh Dipati Unus (Putra Raden
Patah) merupakan bukti kecemasan terhadap Portugis.
Panglima Fatahillah Menduduki Jawa Barat
Keeratan hubungan antara kerajaan Pajajaran dengan dengan bangsa Portugis
membuat kerajaan Demak ingin menggagalkan hubungan itu. Kerajaan Demak
mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah.
Sultan Iskandar Muda Menyerang Portugis
Sebelum Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, wilayah bagian utara
Sumatera menjadi bagian dari kekuasaan Malaka. Kerena rasa kekawatiran
rakyat Malaka tehadap kegiatan-kegiatan Portugis, oleh karena itu kerajaan
Aceh di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda mengirim pasukan untuk
menyerang Portugis di Malaka, namun serangan itu mengalami kegagalan.
Sultan Agung Menyerang Belanda di Batavia
Sultan Agung raja terbesar Kerajaan Mataram, mempunyai cita-cita untuk
menjadikan wilayah pulau Jawa sebagai daerah kakuasaan yang berundangundang di bawah panji Kerajaan Mataram. Untuk mencapai cita-citanya itu,
Sultan Agung harus dapat mengusir VOC dari Batavia.
Sultan Ageng Tirtayasa Menentang Belanda
Sultan Haji, anak angkat Sultan Ageng Tirtayasa ingin mengembalikantahta
Kerajaan Banten ke tangannya, untuk itu Sultan Haji meminta bantuan VOC di
Batavia. Atas batuan VOC, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan
dibawa ke Batavia. Sultan Haji berhasil menduduki tahta Kerajaan Banten
yang sebagian wilayahnya diambil alih oleh VOC.
Sultan Hassanudin Menentang Belanda
Untuk memperkuat kekuasaan dagangnya, Sultan Hassanudin menduduki
Sumbawa, sehingga jalur pelayaran perdagangan dapat dikuasainya.
Penguasaan yang dilakukan Sultan Hassanudin itu dianggap sebagai perintah
oleh Belanda dalam aktivitas perdagangannya
Akhir Perang Diponegoro
Dengan tertangkapnya Pengeran Diponegoro, maka berakhirlah Perang
Diponegoro dengan Belanda. Belanda mengakui bahwa Perang
Diponegoro merupakan perang yang paling hebat, karena pihak Belanda
banyak mengeluarkan biaya perang.