Anda di halaman 1dari 9

A.

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DI INDONESIA PADA ABAD KE-19


DAN ABAD KE-20
1. Kedatangan Belanda ke Indonesia Sampai Terbentuknya VOC
a. Latar Belakang Kedatangan Belanda
Pada mulanya pedagang pedagang Belanda yang berpusat di Rotterdam membeli rempahrempah dari Lisabon, Portugis. Pada tahun 1580 Raja Philip dari Spanyol naik tahta. Ia berhasil
mempersatukan Spanyol dan Portugis. Akibatnya, Belanda tidak dapat lagi mengambil rempahrempah dari Lisabon yang sedang di kuasai Spanyol. Hal itulah yang mendorong Belan mulai
mengadakan penjelajahan samudra untuk mendapatkan daerah asal rempah rempah.
b. Perjalanan Belanda ke Indonesia
Pada tahun 1594 Claudius berhasil menemukan kunci rahasia pelayaran ke Timur jauh. Cludius
kemudian menyusun peta yang disebut India Barat dan India Timur. Pada tahun 1595 usaha
Belanda makin maju dalam mendapatkan peta ke Asia. Seorang Belanda bernama Linscoten
berhasil menemukan tempat-tempat di pulau Jawa yang dari tangan Portugis dan banyak
menghasilkan rempah-rempah untuk diperdagangkan. Peta yang dibuat oleh Linscoten diberi
nama interario yang artinya keadaan di dalam atau situasi di Indonesia.
Pada bulan April 1595, Cornelis de Houtman dan Dekeyzer dengan 4 buah kapal memimpin
pelayaran menuju nusantara. Pelayaran tersebut menempuh rute Belanda Pantai Barat Afrika
Tanjung Harapan Samudera Hindia Selat Sunda Banten. Pada bulan Juni 1596 pelayaran
yang dipimpinoleh de Houtman berhasil berlabuh di Banten. Pada tanggal 28 November 1598
rombongan baru dari negeri Belanda di pimpin oleh Jacob Van Neck dan Wybrecht Van
Waerwyck.
c. Terbentuknya VOC
Atas prakarsa dari 2 tokoh Belanda, yaitu Pangeran Maurits dan Johan Van Olden Barnevelt,
pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang
besar yang diberi nama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) / persekutuan maskapai
perdagangan Hindia Timur. Voc terdiri dari 17 orang dan membuka kantor pertamanya di Banten
yang dikepalai oleh Francois Wittrt. Tujuan dibentuk VOC adalah
1. Menghindari persaingan tidak sehat diantara sesame pedagang Belanda untuk keuntungan
maksimal.
2. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol. VOC
memiliki satu kelebihan, yaitu tata kerja yang rapi dan terkontrol dalam sebuah organisasi yang
kuat.
2. Kebijakan Pemerintah Kolonial dan System Birokrasi Pemerintahan VOC di Indonesia
(sebelum abad ke 19)
a. Politik Perdagangan dan Kebijakan Pemerintah VOC Pusat-pusat perdagangan yang
berhasil dikuasai VOC antara lain Malaka (1641), Padang (1662), Makasar (1667), dan
Banten (1684). Peraturan yang ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli perdagangan
antara lain sebagai berikut :
1. Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi
2. Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam.
Beberapa Gubernur VOC yang dianggap berhasil dalam mengembangkan usaha dagang dan
kolonisasi VOC di Nusantara antara lain :
1. Jan Pieterszoon Coen (1679-1629)
Ia dikenal sebagai peletak dasar imperialisme Belanda
di Nusantara.

2. Antonio Van Diemen (1636-1645)


Ia berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Malaka pada tahun 1641.
3. Joan Maetsycker (1653-1678)
Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan VOC ke Semarang, Padang, dan Manado.
4. Cornelis Speelman (1681-1684)
Ia menghadapi perlawanan bersenjata walaupun tdak berhasil mengalahkan Sultan Hasanuddin
dari Makassar, Trunojoyo di Mataram, dan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten.
b. System Birokrasi VOC
Guna memerintah wilayah Nusantara yang sudah dikuasai, VOC mengangkat seorang Gubernur
Jenderal yang dibantu oleh 4 orang anggoita yang disebut Raad Van Indie (Dewan India). Dalam
melaksanakan pemerintahan, VOC menerapkan system pemerintahan tidak langsung (indirect
rule) dengan memanfaatkan system feodalisme. Ciri khas feodalisme adalah ketaatan mutlak dari
lapisan bawahan kepada atasannya.Materi Sejarah Kelas XI IPS
c. Kemunduran VOC
Kemunduran VOC terjadi sejak awal abad ke 18 disebabkan oleh :
1. Banyaknya korupsi
2. Biaya perang yang besar
3. Persaingan dengan kongsi dagang lain
4. Utang VOC yang besar
5. Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usaha VOC mundur
6. Berkembangnya Liberalisme
7. Anggaran pegawai terlalu besar
8. Pendudukan Prancis atas BelandaVOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799
3. Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.
Pada tahun 1795, Prati Patriot Belanda yang anti Raja, atas bantuan Prancis berhasil merebut
kekuasaan dan membentuk pemerintahan baru yang disebut Republik Bataaf dan dipimpin oleh
Napoleon Bonaparte.
4. Masa Peerintahan Herman W. Daendles.
Pada tahun 1806, Prancis (Napoleon) membubarkan Republic Bataaf dan membentuk Koninkrijk
Holland atau kerajaan Belanda. Napoleon membutuhkan orang yang kuat dan berpengalaman
militer untuk mempertahankan jajahannya di Nusantara dan mengangkat Herman Willem
Daendles sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara.
5. Penjajahan Inggris di Indonesia 1811-1816
Sejak tahun 1806 Inggris berusaha melemahkan kekuasaan Belanda di
Nusantara. Pada tahun 1810 dan serangan yang menentukan terjadi pada tahun 1811,
sejak itu Indonesia secara resmi dikuasai EIC (East India Company).
Latar belakang pendudukan Inggris adalah :
a. Continental stelsel yang diterapkan oleh Napoleon di Eropa (1806)
b. Nusantara yang praktis dikuasai Prancis (Belanda-Perancis)
Isi dari Kapitulasi Tuntang adalah :
a. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris
b. Semua tentang Belanda menjadi tawanan Inggris

c. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatannya
terus
d. Semua utang pemerintah Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris
Kapitulasi Tuntang ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty.
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, 11-8-1811 raja muda ( Viceroy ) Lord Minto yang
berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford rafless sebagai wakil gubernur di jawa
dan bawahannya, ( Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi,dan Kalimantan Selatan ).
6. Pemerintah Hindia Belanda 1816-1942
Pemerintahan kolektif itu mempunyai tugas utamanya menormalisasikan keadaan lama (Inggris)
ke alam baru (Belanda). Masa peralihan hanya berlangsung dari tahun 1816-1819.
7. Masa Pemerintahan Van den Bosch dan Penerapan System Tanam Paksa
Pada tahun 1830-1870
Pengertian Cultuur Stelsel sebenarnya adalah kewajiban kepada rakyat (Jawa) untuk menanam
tanaman ekspor yang laku di jual di Eropa. Menurut Van den Bosch, cultuur stelsel didasarkan
atas hokum adat bahwa barang siapa yang berkuasa di sutau daerah, ia memiliki tanah dan
penduduknya .
A. Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
1. Di Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon.
2. Terjadinya Perang Kemerdekaan Belgia yang di akhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda
tahun 1830.
3. Terjadi Perang Dipenogoro ( 1825-1830 ) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal
bagi Belanda.
4. Kas Negara kosong dan utang yang di tanggung Belanda cukup berat.
5. Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6. Kegagalan usaha mempraktikan gagasan Liberal ( 1816-1830 ) dalam mengeksploitasi tanah
jajahan.
Van den Bosc sebagai pengusul dari Cultuur Stelsel, kemudian di angkat sebagai Gubernur
Jendral Hindia Belanda.
B. Aturan-aturan Tanam Paksa
1. Persetujuan akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian ari tanahnya
untuk penanaman tanaman Ekspor yang dapat di jual di pasaran Eropa.
2. Tanah pertanian tersebut tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang di miliki
penduduk desa.
3. Pekerjaan yang di perlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan
untuk menanam tanaman padi.
4. Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
5. Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda.
Di dalam praktiknya seringkali menyimpang dari ketentuan-ketentuan pokok sehingga rakyat
banyak dirugikan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain :
1. Dilakukan dengan cara paksaan.
2. Luas tanah harus disediakan penduduk melebihi ketentuan.

3. Pengerjaannya jauh lebih sama.


4. Pajak tanah masih tetap dikenakan.
5. Petani tidak mendapat kelebihan hasil panen.
Agar para bupati dan kepala desa menunaikan tugasnya dengan baik, pemerintah kolonial
memberikan perangsang yang di sebut Cultuur Procenten.Cultuur Procenten adalah bonus dalam
persentasi tertentu yang diberikan kepada para pegawai Belanda, para bupati, dan kepala desa
apabial hasil produksi di suatu wilayah mencapai atau melampaui target yang dibebankan.
C. Akibat-Akibat Tanam Paksa
1. Bagi Belanda
a. Meningkatnya hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa.
b. Perusahaan pelayaran Belanda yang semula kembang kempis,pada masa tanam paksa
mendapat keuntungan yang besar.
c. Pabrik-pabrik gula kemudian juga dikembangkanoleh penguasa Belanda.
2. Bagi Indonesia
a. Kemiskinan dan penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan.
b. Beban pajak yang berat.
c. Pertanian, khususnya padi, banyak mengalami kegagalan panen.
d. Jumlah penduduk Indonesia menurun.
e. Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi ekspor
D. Reaksi terhadap Tanam Paksa
Tanam paksa telah menimbulkan rekasi dari beberapa kalangan.Antara lain
sebagai berikut :
1. Rakyat Indonesia
2. Kaum Pengusaha ( kapitalis )
3. Kaum Humanis Belanda
a. Baron van Hoevell
b. Eduard Douwes Dekker
8. Politik Ekonomi Liberal Kolonial Sejak Tahun 1870
A. Latar Belakang
Politik ekonomi liberal kolonial dilatar belakangi oleh :
1. Pelaksanaan system tanam paksa telah menimbulkan penderitaan rakyat
Pribumi.
2. Berkembangnya paham liberalisme sebagai akibat dari Evolusi Perancis dan
Evolusi Industri.
3. Kemenangan partai Liberal dalam Parlemen Belanda yang mendesak
Pemerintah Belanda menerapkan system Ekonomi Liberal di Negeri
Jajahannya ( Indonesia ).
4. Adanya Traktat Sumatera pada tahun 1871 yang memberikan kebebasan dari
Belanda untuk meluaskan wilayahnya ke Aceh.
Pelaksanaan Politik Ekonomi Liberal itu dilandasi dengan beberapa peraturan :
1. RR atau Undang-undang tentang tata cara pemerintahan di Indonesia.
2. Peraturan tentang pembendaharaan Negara India-Belanda.
3. Undang-undang Gula ( Suiker Wet ).
4. Agrische Beskuit yang mengatur lebih rinci tentang Agraria.
B. Pelaksanaan Sistem Politik Ekonomi Liberal

Atas dikeluarkannya Undang-Undang Agraris tahun 1870, Indonesia memasuki


zaman penjajahan baru. Setelah 1870 di Indonesia diterapkan imperialisme modern.
Sejak tahun 1870 telah diterapkan Opendeur Politiek, yaitu politik pintu terbuka
terhadap modal-modal swasta asing.
Hal-hal apakah
pemerintah Raffles
di Nusantara
cenderung
mendapat
tanggapan positif
dari para raja dan rakyat setempat ?
C. Perkembangan Perdagangan
Penerapan sistem ekonomi lberal di Indonesia pada tahun 1870. Pada tahun 1869
pembukaan Terusan Suez turut memperlancar hubungan perdagangan Asia-Eropa.
Pemerintah kolonial melakukan
impor mesin-mesin dan
perlengkapan modern sehingga
produksi perkebunan dan pabrik
gula meningkat. Perluasan produksi
tanaman ekspor dan impor barangbarang konsumsi dari negeri Eropa mengakibatkan perdagangan internasional
semakin ramai di Nusantara.
D. Akibat Sistem Politik Liberal Kolonial
Pelaksanaan politik liberal membawa akibat sebagai berikut :
1. Bagi Belanda
Memberikan keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta
Belanda dan pemerintah kolonial Belanda.
Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri
Belanda.
Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
2. Bagi Rakyat Indonesia
Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk.
Adanya krisis perkebunan.
Menurunnya konsumsi bahan makanan.
Menurunnya usaha kerajinan rakyat.
Pengangkutan dengan gerobak.
Rakyat menderita karena masih menerapkan kerja rodi.
9. Politik Etis
A. Latar Belakang
Latar belakang munculnya politik etis sebagai berikut :
1. Sistem tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia.
2. Sistem ekonomi liberal tidak memperbaiki kesejahteraan rakyat.
3. Belanda melakukan penekanan dan penindasan terhadap rakyat.
4. Rakyat kehilangan tanahnya.
5. Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri.
B. Pelaksanaan Politik Etis

1. Desentralisasi Pemerintahan
Sebelum tahun 1900 pemerintahan di Nusantara dilakukan secara sentralisasi.
Seluruh jalannya pemerintahan ditentukan oleh menteri jajahan dan pusat
pemerintahan yang ada di negeri Belanda.
2. Irigasi
Sarana yang sangat vital bagi pertanian adalah sarana irigasi ( pengairan ). Pada
tahun 1885 pemerintahan telah membangun secara besarbesaran bangunan irigasi
di Brantas dan Demak.
3. Emigrasi ( Transmigrasi )
Penduduk jawa dan madura yang pada tahun 1865 berjumla 14 juta meningkat dua
kali lipat pada tahun 1900.
4. Edukasi
Pda mulanya kolonial belanda membentuk dua macam sekolah untuk rakyat
pribumi, yaitu sekolah kelas I dan sekolah kelas II.
5. Bidang Hukum dan Pengadilan
Berdasarkan peraturan pemerintah tahun 1854 dan peraturan hindia belanda tahun
1925, bidang hukum dan peradilan hindia di Belanda dibagi atas dua bagian, yaitu
pengadilan Gubernemen dan pengadilan Pribumi.
C. Kegagalan Politik Etis
Kegagalan politik etis tersebut tampak dalam kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Sejak pelaksanaan sistem ekonomi liberal, Belanda mendapatkan keuntungan yang
besar, tinkat kesejahteraan rakyat Pribumi tetap rendah.
2. Hanya sebagian kecil kaum Pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan
yang baik dalam masyarakat kolonial, yaitu golongan pegawai negeri.
3. Pegawai negeri dari golongan Pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga
dominasi bangsa belanda tetap sangat besar.
B. Perkembangan Ekonomi dan Demografi di Indonesia pada Masa Kolonial
1. Pertumbuhan penduduk Indonesia pada abad ke-19 dan Awal Abad ke-20
Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, wilayah di Nusantara dapat dibagi
atas 3 kelompok yaitu :
a. Kelompok berpenduduk padat.
b. Kelompok berpenduduk sedang.
c. Kelompok berpenduduk jarang.
2. Mobilitas Penduduk Indonesia pada Abad ke-20
A. Migrasi Intern
Berarti perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain
dalam satu pulau baik secara individu maupun kelompok.
B. Migrasi Ekstern
Berarti perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya baik
secara berkelompok maupun sendiri.
C. Kepadatan Penduduk dan Gejala Sosial-Ekonomi
Rata-rata kepadatan penduduk Indonesia hanya 31,9 jiwa per
kilometer persegi akan tetapi di Pulau Jawa saja tingkat kepadatannya
adalah 316,1 jiwa per kilometer persegi.Sedangkan di luar Jawa
hanya 10,7 jiwa per kilometer persegi. Antara tahun 1928 dan 1938

diperkirakan perluasan areal persawahan sebesar 4%, sedangkan


kenaikan jumlah penduduk sekitar 17%.
Dampak lain dari penyempitan kepemilikan tanah adalah
meningkatnya kaum buruh tani yang tidak memiliki tanah.
C. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonial
1. Perubahan Struktur Sosial
a. Golongan Eropa dan yang mempersamakan terdiri dari :
1. Bangsa Belanda dan keturunannya.
2. Bangsa Eropa lainnya
3. Orang-orang Bangsa lain yang telah dipersamakan dengan
Eropa karena kekayaan.
b. Golongan Timur Asing
c. Golongan pribumi yaitu bangsa Indonesia asli.
2. Perluasan Pengajaran dan Mobilitas Sosial
Mobilitas geografi adalah perpindahan tempat tinggal yang terwujud dalam
migrasi ekstern maupun migrasi intern dan urbanisasi. Perluasan pengajaran
baik dalam bidang ilmu dapat menarik perhatian rakyat.Kemudian dianggap
sebagai alat untuk dapat memasuki tingkatan hidup baru.
3. Kebijakan Pemerintahan Kolonial dalam Bidang Keagamaan
Snouck Hurgronje yang telah mempelajari islam secara merata tiba di
Nusantara pada tahun 1889.Sejak saat itu politik terhadap islam atas nasihatnya
mulai didasrakan pada fakta-fakta.Walaupun demikian bebrapa pejabat seperti
Snouck Hurgronje menyarankan agar sarekat islam diakui pendirinya kaerena
mereka berpandangan bahwa keberadaan sarekat islam merupakan kebangkitan
suatu bangsa.
4. Kedudukan dan Peranan Perempuan
Gagasan tentang kemajuan kaum perempuan itu juga muncul pada diri R.A
Kartini (1879-1904). Gagasan tersebut
dituangkan dalam surat pribadinya.
Dalam tulisannya tersebut ia
mengemukakan bahwa kehidupan
wanita sunda melalui 3 periode :
a. Masa kanak-kanak
b. Masa kehidupan patuh
c. Masa penuh pengaruh
Fase berikutnya dari gerakan wanita
Indonesia diwakili dengan berdirinya
sebuah perkumpulan Putri Mardika.

Materi Sejarah Kelas XI IPS


Created by Aries Eka Prasetya, S.Pd, M.Si
HISTORY EDUCATION http ://ariesgoblog.wordpress.com/
5
Perlawanan sesudah Tahun 1800

Perlawanan Rakyat Maluku


Perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh rakyat di daerah Maluku
mendapat dukungan dari berbagai kalangan seperti :
Perlawanan Sultan Nuku (Tidore) (1797-1885)
Dalam usaha mengusir Belanda, Sultan Nuku berhasil membina angkatan
perang dengan inti kekuatannya adalah armada yang terdiri 200 buah kapal
perang dan 6000 orang pasukan.
Perlawanan Kapitan Pattimura
Dengan kegigihan rakyat Maluku di bawah pimpinan Kapitan Pattimura,
akhirnya Benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat. Namun, pada akhirnya
Kapitan Pattimura bersama beberapa orang temannya tertangkap dalam suatu
pertempuran. Pada tanggal 16 Desember 1817 Kapitan Pattimura dan kawan
seperjuangannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan.
Perang Padri
Pada mulanya gerakan Perang Padri adalah suatu gerakan untuk memurnikan
ajaran agama Islam di wilayah Sumatera Barat.
Sebab-sebab Perang Padri
Menurut ajaran Islam, masalah kekerabatan yang berhubungan dengan
warisan sebenarnya harus bersifat patrilineal, sedangkan yang berlaku di
Minagkabau adalah Matrilineal.
Jalannya Perang Padri
Menurut cerita rakyat setempat, raja diundang oleh Tuanku Pasaman ke
Kota Tengah untuk diajak berunding. Tuanku Pasaman adalah seorang
tokoh kaum Padri yang beraliran Radikal.
Perang Diponegoro
Golongan rakyat-rakyat jelata sangat membenci tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh bangsa Belanda, maka dari itu rakyat-rakyat jelata sangat
mengaharapkan kedatangan seorang atu Adil yang dapat memimpin mereka
dalam menghadapi Belanda.. dan beliau adalah Pangeran Diponegoro.
Latar Belakang Perang Diponegoro
Sebab-sebab Umum
Kekuasaan Raja Mataram semakin kecil dan kewibawaannya mulai
merosot.
Kaum bangsawan merasa dikurangi penghasilannya, karena daerah-
daerah yang dulu dibagi-bagikan kepada para bangsawan, kini
diambil oleh pemerintah Belanda.
Rakyat yang mempunyai beban seperti kerja rodi, pajak tanah dan
sebagainya merasa tertindas.
Sebab-sebab Khusus
Sebab-sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro adalah pembuatan
jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegal Rejo.
Jalannya Perang Diponegoro
Pangeran Diponegoro (1785-1855) seorang putra bangsawan yang
menentang kesewenang-wenangan Belanda. Ia bersama dengan para
pengikutnya mengobarkan Perang Diponegoro atau biasa disebut juga

dengan Perang Jawa. Perang ini berlangsung dari tahun 1825-1830B. Perlawanan Bangsa
Indonesia Menentang Dominasi Asing
Perlawanan Sebelum Tahun 1800
Sultan Baabullah Menentang Portugis (Ternate)
Bangkitnya rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baabullah menentang
Portugis, disebabkan karena tindakan bangsa Portugis yang sudah melampui
batas. Terlebih lagi seteleh kaki tangan bangsa Portugis menikam Sultan
Hairun hingga tewas, ketika memasuki benteng untuk merayakan perjanjian
perdamaian yang disepakatinya.
Dipati Unus Menyerang Portugis di Malaka
Serangan kerajaan Demak ke Malaka dipimin oleh Dipati Unus (Putra Raden
Patah) merupakan bukti kecemasan terhadap Portugis.
Panglima Fatahillah Menduduki Jawa Barat
Keeratan hubungan antara kerajaan Pajajaran dengan dengan bangsa Portugis
membuat kerajaan Demak ingin menggagalkan hubungan itu. Kerajaan Demak
mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah.
Sultan Iskandar Muda Menyerang Portugis
Sebelum Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, wilayah bagian utara
Sumatera menjadi bagian dari kekuasaan Malaka. Kerena rasa kekawatiran
rakyat Malaka tehadap kegiatan-kegiatan Portugis, oleh karena itu kerajaan
Aceh di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda mengirim pasukan untuk
menyerang Portugis di Malaka, namun serangan itu mengalami kegagalan.
Sultan Agung Menyerang Belanda di Batavia
Sultan Agung raja terbesar Kerajaan Mataram, mempunyai cita-cita untuk
menjadikan wilayah pulau Jawa sebagai daerah kakuasaan yang berundangundang di bawah panji Kerajaan Mataram. Untuk mencapai cita-citanya itu,
Sultan Agung harus dapat mengusir VOC dari Batavia.
Sultan Ageng Tirtayasa Menentang Belanda
Sultan Haji, anak angkat Sultan Ageng Tirtayasa ingin mengembalikantahta
Kerajaan Banten ke tangannya, untuk itu Sultan Haji meminta bantuan VOC di
Batavia. Atas batuan VOC, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan
dibawa ke Batavia. Sultan Haji berhasil menduduki tahta Kerajaan Banten
yang sebagian wilayahnya diambil alih oleh VOC.
Sultan Hassanudin Menentang Belanda
Untuk memperkuat kekuasaan dagangnya, Sultan Hassanudin menduduki
Sumbawa, sehingga jalur pelayaran perdagangan dapat dikuasainya.
Penguasaan yang dilakukan Sultan Hassanudin itu dianggap sebagai perintah
oleh Belanda dalam aktivitas perdagangannya
Akhir Perang Diponegoro
Dengan tertangkapnya Pengeran Diponegoro, maka berakhirlah Perang
Diponegoro dengan Belanda. Belanda mengakui bahwa Perang
Diponegoro merupakan perang yang paling hebat, karena pihak Belanda
banyak mengeluarkan biaya perang.

Anda mungkin juga menyukai