ukan oleh kadar sel mast awal yang muncul di area bersangkutan setelah mengamati seluruh spesimen. Lima lapang berurutan (perbesaran 400x) dievaluasi. Puncak hitung ditentukan dari hitung tertinggi pada lima lapang, sedangkan hitung rata-rata ditentukan dari pembagian lima lapang.
Cemas dan depresi Gejala cemas dan depresi dinilai menggunakan Behavioral Assesment System for Children (BASC). BASC adalah kertas kuisiner menilai fungsi psikososial pada anak muda dengan berbagai versi berbeda yang tersedia bagi anak (umur 8-11 tahun), remaja (12-18 tahun), dan orangtua (versi berbeda untuk orangtua anak umur 6-11 tahun dan 12-18 tahun). BASC menunjukkan kriteria dan gagasan validitas, mempunyai konsistensi interanl yang bagus bagi hampir setiap individu, dan secara luas digunakan pada praktek ataupun penelitian. Standarisasi score T untuk cemas dan depresi telah digunakan untuk penelitian dalam waktu kini.
Prosedur Studi panduan adalah single site, case control, single blind. Peserta untuk grup pasien ini direkrut di klinik rumah sakit spesialis dalam evaluasi dan perawatan anak dengan kronik atau rekuren abdominal pain. Peserta untuk grup kontrol direkrut melalui iklan pada rumah sakit yang sama. Ijin partisipasi telah diperoleh untuk memulai prosedur pembelajaran. Studi ini termasuk visit ke rumah sakit gastroenterologi. Setelah mendapat ijin partisipasi, semua peserta telah melengkapi Behavioral Assesment System for Children (BASC) dan kemudian melakukan tes absorbsi gula (SAT) menggunakan larutan laktosa/ manitol/ sukrosa untuk mengevaluasi permeabilitas usus. Peserta mengosongkan kandung kemih untuk memulai SAT dan mencerna 2 ml/kg (maksimum 100 ml) solusi gula. Solusi SAT mengandung 5 gram laktulosa, 2 gram manitol, dan 40 gram sukrosa diencerkan dalam air mineral mencapai total volume 100 ml. Peserta tidak boleh makan atau inum dalam waktu 2 jam diikuti pencernaan solusio gula. Kemudian setelah 2 jam peserta dapat mengkonsumsi makanan bebas fruktosa dan diminta mengkonsumsi setidaknya 1 cangkir air tiap jam. Urin dikumpulkan dalam waktu 5 jam mengikuti pemberian laktosa/manitol. Terakhir, untuk peserta grup kontrol, endoskopi dengan biopsi diperoleh dari dudenum untuk evaluasi kemudian. Semua studi menunjukkan prosedur dan penilaian outcome yang dibutakan ke grup penilaian. Protokol studi disetujui oleh Childrens Mercy Kansas City Intutional Review Board.
Ukuran sampel Analisis berdasarkan teori disediakan sampel dengan perkiraan jumlah masing- masing grup 18 akan memenuhi 80% kekuatan untuk mendeteksi perbedaan permeabilitas rata-rata antara 0,015 dan 0,045 dengan anggapan standar deviasi 0,03.
Analisis statistik T test samel independen (2 ekor) digunakan untuk mengevaluasi perbedaan rata- rata rasio laktulosa/ manitol pada grup pasien dibandingkan grup kontrol. pada pasien FD, korelasi koefisien Pearson dihitung dan digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara rasio laktulosa/manitol dan kadar sel mast dan eosinofil, BASC cemas dan depresi skor. SPSS 18.00untuk Window program komputer, SPSS Inc Chicago, IL digunakan untuk melengkapi analisis. Semua analisis digunakan batas signifikansi =o,o5.
Hasil Permeabilitas usus di FD dan kontrol Nilai rata-rata untuk rasio laktulosa/manitol (L/M) tidak membedakan antara FD pasien dengan kontrol (0,0340,1. vs 0,032.01, p=.141) hanya satu pasien FD mempunyai rasio L/M mencapai rata-rata ditambah dua standar deviasi untuk subjek kontrol Permeabilitas usus dan hubungannya dengan kadar sel mas dan eosinofil rata-rata kadar sel mast berkisar dari 7,2 sampai 27,6 sel/hpf (rata-rata 16,0) dan puncak kadar sel mast berkisar dari 8 sampai 34 sel/hpf (rata rata 22,0). Rata-rata eosinofil 7,2 sampai 54,2 sel/hpf dan puncak eosinofil berkisar dari 12 sampai 76 sel/hpf (rata-rata 38,8). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rasio L/M dan sel mast atau kadar eosinofil Permeabilitas usus dan hubungannya dengan cemas dan depresi Nilai rata-rata untuk cemas dan depresi berbeda signifikan antara pasien FD dengan kontrol untuk laporan orangtua (55.811.0 vs 46.410.0, p = .01) tetapi tidak untuk laporan sendiri (51.211.2 vs 44.79.2, p=.06). Nilai rata rata untuk depresi juga berbeda signifikan antara FD pasien dengan kontrol untuk laporan orangtua (51.49.5 vs 44.7 9.0, p=03), tetapi tidak untuk laporan sendiri (47.15.7 vs 44.62.5, p=.09). Terdapat hubungan signifikan antara rasio L/M dan nilai cemas dan depresi berdasarkan laporan orangtua dan sendiri.
Diskusi Pada studi saat ini, FD tidak muncul dihubungkan dengan permeabilitas usus halus yang abnormal. ini kontras dengan penemuan sebelumnya pada perubahan barier mukosa usus di IBS dan FAP. Pendapat bahwa FD lain tidak berhungan dengan perubahan permeabilitas kemungkinan jika terdapat abnormal permeabilitas, pengamatan anatomi berbeda dari FGIDs lainnya. Penjelasan berikutnya kemungkinan bahwa perbedaan anatomi telah dicatat antara FD dan IBS dengan memandang lokasi inflamasi, dismotilitas, sensitivitas visceral. Barier usus sangat diatur oleh faktor imunitas dan permeabilitas yang meningkat telah terlihat pada kondis lain yang berhubungan dengan inflamasi, seperti penyakit Crohn dan Celliac. Mukosa eosinofila telah dilibatka sebagai faktor potensial signifikan di FD. Talley dan kawan-kawan menemukan bahwa FD pada orang dewasa berhubungan dengan peningkatan signifakn di duodenum dibandingkan dengan kontrol. Konsisten dengan ini, grup penelitian kami menemukan mukosa dodenum eosinofila (hitung puncak 20 eosinofilia/hpf) pada 79% anak-anak di bawah endoskopi dengan biopsi mukosa untuk evaluasi FD. FD juga berhubungan dengan peningkatan yang signifikan di antral sel mast pada dewasa. Paling penting, disfungsi barier berhubungan dengan peningkatan ekspresi IL-4 dan penurunan IFN- pada mukosa usus (konsisten dengan respon Th2) Hunubgan potensial antara permeabilitas dan inflamasi usus, dikaitkan dengan kadar sel mast dan eosinofil, juga dieksplor. Bgaimanapun tidak ada hubungan ditemukan, untuk mengindiki bahwa perubahan permeabilitas merupakan mekanisme baik oleh sel mast ataupun eosinofil menyumbang generasi gejala di FD. Bagaimanapun juga kemungkinan inflamasi di FD terbatas oleh segmen cukup pendek traktus gastrointestinal proksimal dan rasio L/M, dipengaruhi oleh permeabilitas melewati seluruh usus halus, mungkin bukan pengukuran yang cukup sensitif. Terdapat nilai pada penilaian ke depan hubungan antara protein struktural dengan permeabilitas, seperti zonulin atau okludin dan kadar sel inflamasi usus halus pasien FD. Terakhir, terdapat peningkatan bukti bahwa stres baik akut atau kronik berefek pada fungsi barier usus. Jalur ini muncul dimediasi oleh pelepasan kortikotropin hormon dengan aktivasi sel mas. Pada studi saat ini, tidaka ada korelasi ditemukan antara permeabilitas dan skor untuk cemas serta depresi. Perubahan barrier mukosa yang diindikasi rasio L/M tidak muncul sebagai mekanisme dimana cemas dan depresi menyumbang generasi gejala pada FD.
Pembatasan Ukuran sampel dipilih pada studi ini dihitung sehingga dapat mendeteksi perbedaan 3 lipat pada rasio L/M. Ini mungkin bahwa perbedaan yang kecil akan relevan secara psikologis dan ukuran sampel terlalu kecil untuk mendeteksi perbedaan. meskipun dievaluasi untuk inflamasi ataupun alergi (kadar eosinofil dan sel mast) pada FD pasien, defisiensi pada masa kini berkaian riwayat alergi tidak ditemukan apada pasien FD ataupun kotrol. Ini mungkin berefek dari alergi makanan dapat meningkatkan kadar eosinofil dan sel mast. Terakhir permeabilitas abnormal pada FD lebih terlokalisir pada duodenum dan tidak terefleksi dengan tes absorbsi gula.
Kesimpulan Peningkatan permeabilitas usus halus tidak muncul menjadi biomarker FD pada anak-anak.bahkan kehadiran kenaikan kadar sel mast, eosinofil, kor cemas dan depresi. Bagaimanapun keterbatasan pada studi ini, pada studi yang mendatang dibutuhkan sampel lebih besar kontrol alergi, dan penilaian fokal kerusakan barier sebelum membuat kesimpulan definitif terkait peran potensial pada disfunsi barier pada patofisiologi FD.