Anda di halaman 1dari 30

1

PENDAHULUAN

AGEING
Proses menua

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut
usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
nenghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapain puncak maupun menurunnya.






2
TEORI-TEORI PROSES MENUA
A. TEORI BIOLOGI
1. TEORI SELULER
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh diprogram untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan
dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang
akan membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan
memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa
pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai
dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada
jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak
atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata
sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami kerusakan dan
akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti.

2. TEORI GENETIK CLOCK
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species tertentu.
Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi
sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,
meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal.
Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan
mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya
manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27 tahun, sapi 20 tahun) Secara
teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan

3
pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-
tindakan tertentu.
Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan wanita 82 tahun
(WHO, 1995)
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal ini Hayflck
(1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.
Untuk membuktikan apakan yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka
dilakukan trasplantasi silang dari nukleus.
Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla replikasi,
kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994)

3. SINTESIS PROTEIN (kolagen dan elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen perotein
dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada
kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. (Tortora &
anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit
yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada sistem muskuloskeletal.

4. KERACUNAN OKSIGEN
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa
mekanisme pertahan diri tertentu.

4
Ketidak mampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel
mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora & anagnostakos, 1990)
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi
dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses ekskresi
zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi
proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik
adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di
semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem
tubuh.

5. SISTEM IMUN
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel
darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan tersebut
sebagi sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun (Goldstein, 1989)
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai jaringan-jaringan
beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak
jaringan.
Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-
macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987)
Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur (Suhana, 1994)

5

Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan, dalam
pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk beradaptasi terhadap
stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit.
(kronik dan akut)

B. TEORI PSIKOLOGIS

1. TEORI PELEPASAN
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses
yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri dari
masyarakat.
2. TEORI AKTIVITAS
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi
dan penyusuauian.

ASPEK PSIKOLOGIS AKIBAT LANJUT USIA
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian yang
umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan
mental yang kurang.
Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam
kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata tidak mendukung
gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda dalam
memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun kondisinya
menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang
substansil atau luas.

6

KEPERIBADIAN, INTELEGENSIA, DAN SIKAP
Meskipon sulit untuk mendefenisikan dan mengukur keperibadian, namun upaya ini tetap
dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami kontroversi,
tes intelegensia dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia
(Cockburn & Smith, 1991). Hal ini tidak diungkapkan secara signifikan dan bahkan mungkin
tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan lansia. Sikapnya tentu berbeda dengan sering
bertentangan dengan sikap generasi yang lebih muda. Semua kelompok lansia sering kali
mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk berubah.
Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap
mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut
terhadap konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu gambaran adaptif pada
penuaan.

BATASAN LANJUT USIA
Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia. :

MENURUT ORGANISASI KESEHATAN DUNIA
Lanjut usia meliputi:
Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun




7
MENURUT Prof. Dr. Ny. SUMIATI AHMAD MOHAMMAD
Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut:
0-1 tahun = masa bayi
1-6 tahun = masa prasekolah
6-10 tahun = masa sekolah
10-20 tahun = masa pubertas
40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)
65 tahun keatas = masa lanjut usia ( senium)

MENURUT Dra. Ny. JOS MASDANI (psikolog UI)
Lanut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat
bagian
Fase iuventus, antara 25 sampai 40 tahun
Fase vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun
Fase prasenium, antara 55 sampai 65 tahun
Fase senium, 65 tahun hingga tutup usia

MENURUT Prof. Dr. KOESMANTO SETYONEGORO
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut;
Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.
Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun
Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
o 70-75 tahun (yaoung old)
o 75-80 tahun (old)
o Lebih dari 80 (very old)

8

MENURUT UU No. 4 Tahun 1965
Dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: seorang dapat dikatakan sebagai jompo atau lanjut
usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain
(sekarang tidak relevan lagi)
MENURUT UU No. 13/Th.1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai
berikut;
BAB 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi:
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga;
Usia biologis;
Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup dan mati
Usia psikologis
Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-
penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.
Usia sosial
Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sebungan dengan usianya.





9
PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
Perubahan-perubahan fisik
I. Sel
1. Lebih sedikit jumlahnya
2. Lebih besar ukurannya
3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
4. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
5. Jumlah sel otak menurun.
6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
7. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
II. Sistem persarafan
1. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap
harinya)
2. Cepatnyan menurun hubungan persarafan
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya dengan ketahanan terhadap dingin.
5. Kurang sensitif terhadap sentuhan


III. Sistem pendengaran
1. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas 60 tahun

10
2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin.
4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa/stres.

IV. Sistem penglihatan
1. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
5. Hilangny daya akomodasi
6. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
7. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

V. Sistem kardiovaskuler
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumut
20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing
mendadak)

11
5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.


VI. Sistem pengtaturan temperatur tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya.
Yang sering ditemui antara lain;
1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35
o

ini akibat
metabolisme yang menurun
2. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

VII. Sistem respirasi
1. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2. Menurunnya aktivitas dari silia
3. Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas
menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas
menurun
4. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5. O
2
pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6. CO
2
pada arteri tidak berganti
7. Kemampuan untuk batuk berkurang
8. Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun
seiring degan bertambahnya usia.


12
VIII. Sistem gastrointestinal
1. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
2. Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah
terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit.
3. Eofagus melebar
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun,
waktu mengosongkan menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
6. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu)
7. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.

IX. Sistem reproduksi
1. Menciutnya ovari dan uterus
2. Atrofi payudara
3. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya
penurunan secara beransur-ansur
4. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan
baik), yaitu;
Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual
Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami

13
5. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.

X. Sistem genito urinaria
1. Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi
atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang
akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun,
proten uria.
2. Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat.
Vesika urinari susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
3. Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
4. Atrofi vulva

XI. Sistem endokrin
1. Produksi hampir semua hormon menurun
2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3. Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya
dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.
4. Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.


XII. Sistem kulit
1. Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak

14
2. Kulit kasar dan bersisik,
3. Mekanisme proteksi kulit menurun
Produksi serum menurun
Gangguan pigmentasi kulit
4. Kulit kepala dan rambut menipis
5. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya

XIII. Sistem muskuloskeletal
1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
2. Kifosis
3. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
4. Persendian membesar dan menjadi pendek
5. Tendon mengerut dan mengalami skelrosis

XIV. Perubahan mental
1. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental
Perubahan fisik, organ perasa
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan
Lingkungan
2. Momory: jangka panjang (*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa
perubahan. Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk
3. Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal.
4. Berkurangnya keterampilan psikomotor.

15

XV. Perubahan psikososial:
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia
Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik
diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani
masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan
lain-lain.
Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek
psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya
bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan
hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma
psikis.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-
faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara
umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan
secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan

16
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga
kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk
mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu
mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara
seimbang.

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti :
1. Gangguan jantung
2. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus
3. Vaginitis
4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
kurang
6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer, serta
7. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
Rasa prejudice atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya

17
Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
Pasangan hidup telah meninggal
Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya
penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial
yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan

18
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan saint
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun
dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, position dan harga diri.
Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur
dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi
akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain
sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak

19
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun
tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,
seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk
pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap
memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat
bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada
hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.

REKAM MEDIK PASIEN DI PANTAI JOMPO (kelompok 1)
Nama : M.Yatim Mahmud
Umur : 81 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Ds.Doe (Ulee Kareng ),1930
Pekerjaan : Tentara Th.1945-1948,Atlet 1952,Tukang bangunan
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sakit pada sendi lutut kaki kanan
RPS : Sakit ini sejak 6 bulan yang lalu dimulai dikaki kanan dan nyeri menjalar
diseluruh tubuh, sering kepanasan dimalam hari,inkontenesia
urin,hipertensi,penglihatan kabur
RPD : Malaria,Muntah Darah,Diare,trauma pada kaki
RPK : Diabetes(-) Hipertensi (-)
RKS : Merokok berhenti sejak th 1980, minum kopi (-),sosial community baik

20
Riwayat Konsumsi Obat : Sejak 6 bulan lalu mengkonsumsi
Triamcinolone,Diclofenac Sodium,Vitamin B
MINIMENTAL STATE EXAM : Gangguan pada alat gerak seperti menulis namun ingatan
masih baik
UP AND DOWN TEST : Gangguan motorik memerlukan bantuan tongkat
AKTIFITAS SEHARI-HARI : Tidak mandiri membutuhkan bantuan
KEADAAN UMUM : Tidak tampak sakit,compos mentis,TD= 140/70 Nadi=
80x/menit

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN DAN KESESUAIAN
DENGAN TEORI (kelompok 1)
A. RIWAYAT PENYAKIT PASIEN YANG DIKUNJUNGI
Tn.Mahmud mempunyai keluhan nyeri pada tulang lutut sebelah kanan yang kemudian
menjalar keseluruh tubuh, sakit telah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. sering kepanasan
dimalam hari,buang air kecil lebih dari 5 kali terlebih pada malam hari,riwayat
hipertensi,penglihatan kabur,beberapa hari yang lalu diare setelah makan-makanan asam,pernah
muntah darah sewaktu muda,riwayat malaria dan trauma pada kaki, Dikeluarga tidak ada
penyakit diabetes atau hipertensi.

B. FAKTOR RESIKO YANG TERDAPAT PADA PASIEN
Faktor resiko oleh karena trauma yang dialami Tn.Mahmud ketika muda menyebabkan
sakit pada sendi lutut. Namun untuk riwayat merokok mungkin berakibat pada paru-paru namun
pasien tidak ada keluhan demikian. Usia lanjut juga sebagai predisposisi terjadinya suatu
penyakit akibat penurunan fungsional tubuh oleh proses menua.

21
C. RIWAYAT PENGOBATAN DAN RESPON PENGOBATAN
Riwayat pemakaian obat telah dijalani selama 6 bulan berikut obat-obatnya :
1. Omenacort ( Triamcinolone 4mg)
Cara kerja obat : triamcinolone mempunyai efek antiinflamasi dan pembentukan glikogen yang
lebih besar dan berkurangnya efek samping retensi garam dalam cairan tubuh.
Indikasi : Penyakit Reumatik ( arthritis reumatoid,arthritis gout akut),penyakit hormon
(insufisiensi adrenokortikal), penyakit kolagen (lupus,acute rhematic carditis), penyakit
kulit,alergi,mata,saluran pernafasan,hematologi,penyakit saluran pencernaan.
Kontraindikasi : pada penderita TB aktif/laten,psikosis akut,infeksi jamur sistemik
Efek samping : ulkus peptik,fraktur spontan,berkeringat,vertigo,sakit kepala,esofagitis ulseratif
dan meningkat jika pemakaian obat jangka panjang.



2. Divoltat ( Diclovenac sodium)
Cara kerja :
Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang merupakan penghambat
siklooksigenase yang kuat dengan efek anti-inflamasi, analgesic dan antipiretik. Obat ini cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh pendek.


22
Indikasi :
Pemberian untuk kondisi peradangan kronik seperti arthritis rheumatoid dan osteoarthritis serta
pengobatan nyeri otot rangka akut.

Efek samping :
Kira-kira 20 % penderita distres saluran cerna,perdarahan saluran cerna dan tukak lambung.

3. Neurodex ( Vit B)
KOMPOSISI : vitamin B1 100mg, Vitamin B6 200mg,vitamin B12 250mcg
Indikasi : anemia,penambah tenaga untuk masa penyembuhan,lelah dan usia lanjut.
Vitamin B12 penting untuk menjaga sistem saraf tetap sehat dan memperlancar produksi DNA.
Vitamin B12 juga membantu mengatur pembentukan sel darah merah dalam tubuh.Manfaat lain
dari vitamin B12 termasuk perannya dalam menjaga dan meningkatkan energi dalam tubuh.

Notebook : selama pengobatan Tn.Mahmud merasakan adanya perbaikan dari gejala namun
perlu dipahami bahwa makanan harus terjaga agar tidak mengalami gangguan pencernaan sebab
pada obat ada efek samping terhadap lambung,sehingga makanan tidak boleh asam,pedas dan
keteraturan dalam makan.

D. MASALAH-MASALAH LAIN TERKAIT SOSIAL,EKONOMI DAN BUDAYA
Tidak ada masalah lain dalam hal ini, hubungan sosial Tn.Mahmud sangat baik.

E. KETERKAITAN HASIL OBSERVASI DENGAN MASALAH PASIEN
Berdasarkan observasi permasalahan yang sangat dirasakan adalah nyeri sendi lutut pada
pasien sehingga untuk berjalan pasien membutuhkan bantuan, nyeri ini dapat diakibatkan oleh
proses penuaan dimana penipisan tulang rawan sendi dan riwayat trauma pada pasien. Namun
untuk kognitif pasien sangat baik.
Pasien megeluh kadang mengalami hipertensi dimana jika proses penuaan Elastisitas
dinding aorta menurun,Katub jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.Kehilangan

23
elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi,Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Namun,setelah dilakukan pemeriksaan oleh kami.kami menemukan Tekanan Darah
140/70 mmHg adalah normal seperti pernyataan Smeltzer tahun 2001 bahwa Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg.
Pada proses berkemih yang sering bias disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :
1. Cuaca
2. Proses penuaan dimana Jumlah nefron berkurang disertai perubahan fungsi tubuler dan
Tekanan dinding atau kapasitas kandung kemih dan tegangan spingter berkurang.
3. Terkait dengan penyakit yang diderita atau konsumsi obat-obatan yang proses berkemih
ini akan membaik jika obat dihentikan atau penyakit akut telah sembuh.
4. Banyaknya intake cairan
Untuk keluhan penglihatan kabur akibat proses penuaan dimana terjadi perubahan
struktur retina, pupil, lensa dan kornea. Retina akan kehilangan sel-selnya. Kemampuan
penglihatan berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa, astigmatisma (tidak terpusatnya
cahaya pada satu titik retina ).
Perubahan pada system penglihatan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :
1)Penurunan kekuatan otot mata untuk berakomodasi.
2)Kulit kelopak mata mengendur, jaringan lunak berkurang, sehingga mata menjadi cekung.
3)Kelopak mata jauh dari permukaan bola mata sehingga mata tampak berair.
4)Selaput mata keruh, pinggir kornea bergaris putih,pupil kecil sehingga penglihatan menjadi
tidak terang.
Pada lansia juga terjadi perubahan kemampuan mencerna sehingga meningkatkan sisa zat
makanan sehingga produksi gas meningkat, motilitas usus dan peristaltik menurun. Sehingga
lansia harus menjaga pola makan dan menghindari makanan pedas dan asam.



24

REKAM MEDIK PASIEN DI PANTAI JOMPO (kelompok 2)
DATA PASIEN (kelompok 2)
Nama : Abu Bakar Ismail
Umur : 82 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Dulu : Pesantren Bireun
Lama di paijo : 2 bulan
Agama : islam
Interaksi social :
- Bagus, sering keluar bilik untuk bermain-main, jalan-jalan.
- Shalat berjamaah di paijo
- Banyak melakukan kegiatan
- Sering di adakan rekreasi
- Sering diadakan penyuluhan dip anti, minimal sekali dalam seminggu
Personal Hygen :
- Mandi ehari tiga kali ( bias di lakukan sendiri )
- Sikat gigi rutin setiap hari
Riwayat aktivitas sehari-hari :
- Makan rutin sehari tiga kali, bias dilakukan sendiri. Sering diberikan sayur-sayuran,
namun mengkonsumsi buah-buahan jarang
- Sering mengkonsumsi kopi dan teh manis di pagi hari
- Sudah tidak merokok semenjak 10 tahun yang lalu
- Bias memakai pakaian sendiri

25
- Tidak sanggup lagi mengangkat barang-barang berat
- Sering susah tidur di malam hari
- BAB dan BAK masih lancer
Keluhan kesehatan :
- Susah berbicara ( sedikit gagap ) sudah semenjak 4 tahun yang lalu
- Mata pasien sebelah kanan kabur, mata sebelah kiri masih bagus karena sudah pernah
dioperasi di Banda Aceh 2 tahun yang lalu
- Mudah lupa semenjak 1 tahun yang lalu
- Menkonsumsi obat generic (captopril ), dan rutin consult ke dokter dua kali dalam
seminggu. Namun, obat tersebut untuk saat ini tidak diizinkan konsumsi lagi oleh
dokter.
- Sesak napas (-)
- Insomnia (-)
- Kepala sering terasa pusing
- Badan gemetar setelah minum kopi
- Merasa kebas sebelah badan yang sisi kiri, mulai dari tangan sampai kaki
- Berjalan kadang-kadang menggunakan tongkat
- Disorientasi waktu dan tempat
Vital sign :
- Tekanan Darah : 140/80mmHg dulu pernah 155mmHg
- Nadi : 62x/menit
Up and Down Test : pasien berjalan sejauh 3 meter lebih dari 10 detik
Keterkaitan hasil wawancara dengan keluhan yang dialami oleh pasien :
- Pasien menderita hipertensi, dengan riwayat minum kop rutin setiap hari
- Pasien sering merasa pusing kemungkina bias disebabkan oleh tekanan darahnya
yang tinggi
- Mata kanan pasien kabur kemungkinan akibat usia yang semakin tua

26
- Hasil up and down test lebih dari 10 detik kemugkinan disebabkan oleh keluhan
pasien yang merasa kebas di bagian tubuhnya sisi kiri mulai tangan sampai kaki,
sehingga pasien kadang-kadang harus dibantu dengan tongkat saat berjalan
- Pasien sering sekali mudah lupa kemungkinan karena usia yang semakin menua
- Terjadi disorientasi waktu dan tempat pada pasien kemungkinan ada kaitan dengan
demensia yang dialami pasien.

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN DAN KESESUAIAN
DENGAN TEORI (kelompok 2)

F. RIWAYAT PENYAKIT PASIEN YANG DIKUNJUNGI
Pasien menderita hipertensi dengan tekanan darah 140/80mmHg, dan dulu pernah
155mmHg. Pasien juga sering mengalami pusing dan gemetar setelah mengkonsumsi kopi tapi
pasien tidak merasa sesak napas dengan hasil pemeriksaan nadinya 62x/menit, masih dalam
batas normal. Pasien sulit dalam berbicara sudah semenjak dari 4 tahun yang lalu. Pasien
mengeluh mata kanannya tidak bisa melihat algi, sedangkan mata kirinya masih bisa melihat
setelah dioperasi 2 tahun yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluh kebas sebelah badan sisi
kirinya, mulai dari tangan sampai ke kaki kirinya. Sehingga pasien kadang-kadang
kesehariannya harus memakai tongkat saat berjalan dan saat dilakukan tes up and down, hasil
yang didapatkan abnormal. Pasien juga mengeluh sering dan mudah lupa semenjak 1 tahun yang
lalu, disorientasi waktu dan tempat, serta juga mengeluh susah tidur di malam hari.
G. RIWAYAT KEBIASAAN PASIEN SEHARI-HARI
Pasien mempunyai riwayat personal hygen yang baik. Pasien rutin mandi tiga kali sehari
dan menggosok gigi juga teratur. Pasien masih bisa melakukan semua aktivitas sendiri seperti
mandi, makan rutin tiga kali dalam sehari, memakai pakaian, ke toilet. Namun, pasien hanya
tidak sanggup lagi mengankat barang-barang yang berat seperti kursi. Pasien tidak ada kendala
dalam buang air besar dan kecil. Pasien sudah tidak merokok sejak sekitar 10 tahun yang lalu.

27
Pasien sering menkonsumsi kopi dan teh manis di pagi hari. Namun, pasien jarang menkonsumsi
buah-buahan, sedangkan sayur ada kadang-kadang.

H. FAKTOR RESIKO YANG TERDAPAT PADA PASIEN
Usia pasien sudah sangat tua, yaitu 82 tahun danSering mengkonsumsi kopi

I. RIWAYAT PENGOBATAN DAN RESPON PENGOBATAN
Pasien mengkonsumsi obat generik, Captopril dan member respon baik terhadap pasien
sehingga pasien menjadi lebih baikan. namun, sekarang obat tersebut sudah tidak diizinkan lagi
untuk dikonsumsi oleh dokter. Pasien pun rutin konsultasi dengan dokter dua minggu sekali.


J. MASALAH-MASALAH LAIN TERKAIT SOSIAL,EKONOMI DAN BUDAYA
Interaksi sosial pasien dengan orang-orang di lingkungan sekitar sangat baik. Pasien
sering keluar untuk jalan-jalan dan bermain serta melakukan banyak kegiatan. Pasien pun sering
shalat berjamaah di panti bersama teman-temannya yang lain. Di panti tersebut pun sering
dilakukan penyuluhan setiap minggunya. Pasien mengaku tidak ada masalah apapun di panti
jompo itu, malah ia merasa lebih nyaman di sana. Pasien memiliki anak di banda aceh dan
kadang-kadang ada di jenguk oleh anaknya. Petugas-petugas di panti jompo itupun sangat peduli
terhadap kesejahteraan hidup pasien. Pasien-pasien di panti juga sering dibawa pergi berpiknik
ke tempat-tempat yang indah sehingga bisa membuat pasien merasa tidak bosan dan suntuk.

K. KETERKAITAN HASIL OBSERVASI DENGAN MASALAH PASIEN
Berdasarkan observasi permasalahan Pasien menderita hipertensi, dengan riwayat minum
kop rutin setiap hari, Pasien sering merasa pusing kemungkina biasA disebabkan oleh tekanan
darahnya yang tinggi, Mata kanan pasien kabur kemungkinan akibat usia yang semakin tua,
Hasil up and down test lebih dari 10 detik kemugkinan disebabkan oleh keluhan pasien yang
merasa kebas di bagian tubuhnya sisi kiri mulai tangan sampai kaki, sehingga pasien kadang-

28
kadang harus dibantu dengan tongkat saat berjalan, Pasien sering sekali mudah lupa
kemungkinan karena usia yang semakin menua
`Terjadi disorientasi waktu dan tempat pada pasien kemungkinan ada kaitan dengan
demensia yang dialami pasien.


EVALUASI
A. Hal-hal positif dan menyenangkan yang didapatkan selama kunjungan
Alhamdullilah semua berjalan baik, disambut baik oleh petugas serta ibu bapak disana dan
sangat kooperatif ketika menjawab anamnesa.
B. Hal-hal negative selama kunjungan
Kami tidak menemukan hal-hal negative ketika kunjungan berlangsung.















29

DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey. Beare, Patricia. 2002. Buku Ajar Keperawaan Gerontik ed. 2. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Gallo, J. Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

Rudolph, Hoffman Rudolph. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 1 Edisi 20. Jakarta:EGC

Mubarak, Wahit Iqbal, SKM, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :
CV. SAGUNG SETO.

Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC.

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.

Smeltzer, S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.

Katzung.2009.Farmakologi Dasar Dan Klinik edisi VI.Jakarta: EGC

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta :EGC



30

Anda mungkin juga menyukai