Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007
Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrin terhadap Laju Disolusi Ketoprofen Sukmadjaja Asyarie, Soendani Noerono S, Revi Yenti Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Indonesia Abstrak: Laju disolusi zat aktif merupakan salah satu faktor penentu dalam proses absorpsi zat aktif dari sediaan yang diberikan secara oral. Cara pembuatan kompleks inklusi padat menentukan jumlah zat aktif yang terinklusi dan mempengaruhi laju disolusi zat aktif. Kompleks inklusi padat ketoprofen--siklodekstrin dibuat dengan cara pengulian, koevaporasi, dan kopresipitasi dengan perbandingan molar ketoprofen--siklodekstrin (1:1). Uji disolusi dilakukan dengan metode dayung pada suhu 37 0,5 O C, kecepatan putaran 50 rpm dengan medium disolusi air pH 7. Kadar ketoprofen ditentukan secara spektrofotometri UV pada panjang gelombang serapan maksimum 250 nm. Jumlah ketoprofen yang terinklusi yang dibuat dengan cara pengulian, koevaporasi dan kopresipitasi berturut-turut adalah 5,3; 54,8 dan 58,7%. Selama 90 menit pengocokan, ketoprofen terdisolusi dari ketoprofen murni, campuran fisik, kompleks inklusi padat yang dibuat dengan cara pengulian, koevaporasi, dan kopresipitasi berturut-turut adalah 16,9; 32,9; 41,0; 89,8; dan 91,8%. Cara koevaporasi dan kopresipitasi menghasilkan kompleks inklusi dengan inklusi ketoprofen lebih banyak dibandingkan dengan cara pengulian. Kompleks inklusi ketoprofen--siklodekstrin hasil cara koevaporasi dan kopresipitasi menunjukkan laju disolusi ketoprofen yang lebih tinggi daripada kompleks inklusi ketoprofen--siklodekstrin hasil cara pengulian. Kata kunci: laju disolusi, pengulian, koevaporasi, dan kopresipitasi 4 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007 Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim Influence of Preparation of Inclusion Complex of Ketoprofen- -Cyclodextrin on Dissolution Rate of Ketoprofen Sukmadjaja Asyarie, Soendani Noerono S, Revi Yenti School of Pharmacy, Bandung Technologycal Institute Abstract: Dissolution rate of active ingredient is one of determinant in course of absorption dosage form which given by oral. Method of preparation inclusion complex of determining amount of inclusion of active ingredient and influent of dissolution rate. Solid inclusion complex prepared with using kneaded method, coevaporated method, and co-precipitation method with ratio of molar ketoprofen--cyclodextrin (1:1). The dissolution test was carried out using the paddle method at a temperature of 37 0,5 o C and 50 rotation per minutes (rpm) in medium of water pH 7. The ketoprofen concentrations were spectrophotometrically determined at absorption maxi- mum 250 nm of ketoprofen. Percentage of complex ketoprofen with kneaded method, co-evapora- tion, and co-precipitation were 5.3, 54.8 and 58.7%, respectively. Percentage of dissolve ketoprofen at 90 minute in solid inclusion complex of ketoprofen--cyclodextrin with kneaded method, co- evaporation, and co-precipitation were 41.0%, 89.8%, and 91.8%, respectively. Co-evaporation and copresipitation method result of inclusion complex of ketoprofen--cyclodextrin by ketoprofen which inclusion of more amount compared to kneaded method. The rate dissolution increased on inclusion complex of ketoprofen--cyclodextrin with coevaporation and copresipitation method than inclusion complex of ketoprofen--cyclodextrin with using kneaded method. Key words: dissolution rate, kneaded, co-precipitation, coevaporation. Pendahuluan Ketersediaan hayati suatu sediaan yang diberikan secara oral tergantung pada beberapa faktor di-antaranya adalah laju disolusi, kelarutan dan laju absorpsi dalam saluran cerna. Obat yang diberikan secara oral, akan dilarutkan dalam media berair di saluran cerna untuk diabsorpsi. Perbaikan kelarutan dan kecepatan disolusi obat yang sukar larut merupakan langkah pertama untuk perbaikan ketersediaan hayati. 1,2 Untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang sukar larut dalam air, dikembangkan kompleks inklusi padat yang akan lebih cepat larut daripada obat itu sendiri sehingga dapat memperbaiki kecepatan disolusi, absorpsi, ketersediaan hayati, dan stabilitas kimia obat. 2 Pada kompleks inklusi, molekul obat sebagai molekul tamu terperangkap di dalam rongga siklodekstrin yang bersifat hidrofobik. Bagian luar siklodekstrin bersifat hidrofilik sehingga mudah larut dalam media air. 3 Kompleks inklusi dibuat dengan metode evaporasi, netralisasi, pengulian, menelan larutan, dan metode penggilingan. 1 Karakterisasi kompleks inklusi dilakukan dengan beberapa metode yaitu dalam keadaan padat adalah termo- analisis, kromatografi lapis tipis dan kertas, spektroskopi infra merah, scanning electron microscopy, dan uji disolusi. Karakteristik kompleks inklusi dalam keadaan larutan adalah spektroskopi UV, spektroskopi fluoresensi, NMR, dan resonansi spin electron 1,2 Ketoprofen adalah suatu derivat asam propionat yang mempunyai kerja farmakologi mirip dengan non steroid anti inflamasi (NSAID). Aktivitas obat menunjukkan anti inflamasi, analgesik dan antipiretik. 4 Absorpsi berlangsung baik di lambung dan waktu paruh plasma sekitar dua jam . Ketoprofen praktis tidak larut dalam air. 5 Untuk penelitian ini digunakan ketoprofen dari Badan POM Republik Indonesia dan -siklodekstrin untuk membuat kompleks inklusi.
(a) (b) C C CH CH 3 C O O O CH20H OH OH O O O CH20H OH O OH O CH20H OH O OH OH OH OH OH OH OH OH OH O O O O O O O CH20H CH20H HOH2C HOH2C H Gambar 1. Struktur Kimia Ketoprofen (a), -Siklodekstrin (b) 1 5 Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007 Ketoprofen merupakan serbuk hablur, putih, tidak berbau dan praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam alkohol, kloroform dan eter. 4 Beta-siklodekstrin terdiri dari tujuh unit glukopiranosa yang dihubungkan oleh ikatan -1,4-glikosida. Beta- siklodekstrin memiliki kelarutan dalam air yang rendah (1,85 g/100ml). Beta-siklodekstrin tidak toksik bila diberikan secara oral dan terutama digunakan dalam formulasi tablet dan kapsul. Dalam formulasi tablet, -siklodekstrin dapat digunakan pada granulasi basah dan cetak langsung. Beta- siklodekstrin cenderung memberikan aliran yang kurang baik dan membutuhkan lubrikan apabila dicetak langsung. 6 Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh metode pembuatan kompleks inklusi ketoprofen-- siklodekstrin terhadap laju disolusinya. Penelitian ini juga bertujuan melakukan karakterisasi sistem kompleks inklusi padat yang terbentuk. Metode Pemeriksaan Bahan Baku dan Bahan Pembantu Pemeriksaan bahan baku ketoprofen yang dilakukan meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi, dan penetapan kadar menurut. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6 Hasil pemeriksaan yang dilakukan memenuhi persyaratan dan sesuai dengan ketentuan pustaka Ditjen POM, 1995. 4 Panjang gelombang serapan maksimum ketoprofen ditetapkan dengan mengukur serapan larutan 10 g/ml ketoprofen, NaOH 0,1 N pada panjang gelombang 220 nm sampai 380 nm, dan diperoleh panjang gelombang maksimum pada 250 nm. Penetapan kurva kalibrasi ketoprofen dalam NaOH 0,1 N dibuat dengan mengukur serapan larutan tersebut pada konsentrasi 4, 6, 8, 10 dan 12 g/ml dan panjang gelombang maksimum 250 nm. Absorbansi yang diperoleh dari pengu- kuran konsentrasi di atas berturut-turut 0, 3889; 0,5282; 0,6951; 0,8351; dan 1,0126 dengan persamaan garis y = 0,0777x + 0,0703 r = 0,9992. Kelarutan Ketoprofen- -Siklodekstrin Sebanyak 50 mg ketoprofen, dilarutkan dalam 10 ml larutan -siklodekstrin dengan konsentrasi 2x10 -3 , 4x10 -3 , 6x10 -3 , 8x10 -3 , 10x10 -3 , 12x10 -3 , 14x10 -3 , 16x10 -3 , 18x10 -3 , dan 20x10 -3 M. Berbagai konsentrasi larutan dimasukkan ke dalam thermostated shaker pada suhu 30 0,5 0 C dengan kecepatan 120 kali / menit dan dikocok sampai tercapai keseimbangan. Selanjutnya sampel disaring dengan membran milipore 0,45 m. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV, kemudian dianalisis untuk mendapatkan karakteristik kelarutan sistem ketoprofen--siklodekstrin. Untuk tiap konsentrasi dikerjakan sebanyak tiga kali. Pembuatan Kompleks Inklusi padat Ketoprofen- - Siklodekstrin Pembuatan kompleks inklusi padat ketoprofen-- siklodekstrin dengan metode kopresipitasi, koevaporasi, dan pengulian dengan rasio molar 1:1. Kopresipitasi dilakukan dengan cara melarutkan ketoprofen dalam sejumlah alkohol dan -siklodekstrin dalam air. Fase etanol ditambahkan ke dalam fase air dan diaduk pada suhu 45 0 C. Campuran kemudian didiamkan. Kompleks yang terbentuk akan mengendap, kemudian dipisahkan dan dikeringkan pada suhu 45 0 C sampai bobot tetap, selanjutnya diayak dengan pengayak no 80. Komposisi awal pembentukan kompleks inklusi padat yaitu jumlah ketoprofen 2,544 g; -siklodekstrin 11,35 g; etanol 113,5 ml dan air 227 ml. Komposisi ini berlaku untuk kopresipitasi dan koevaporasi. Koevaporasi dilakukan dengan cara melarutkan ketoprofen dalam sejumlah alkohol dan -siklodekstrin dilarutkan dalam air. Fase etanol ditambahkan ke dalam fase air dan diaduk pada suhu 45 0 C kemudian dievaporasi pada suhu 45 0 C dengan kecepatan 60 rpm sampai kering. Kemudian disimpan dalam desikator yang berisi silika gel. Selanjutnya diayak dengan pengayak no. 80. Pengulian dilakukan dengan cara membuat campuran fisik ketoprofen--siklodekstrin yang dibasahi dengan sejum- lah volume minimum campuran air dan etanol dengan perban- dingan 1:1 sampai terbentuk massa seperti pasta, kemudian dikeringkan dalam oven vakum pada suhu 45 0 C sampai berat konstan. Komposisi awal pembentukan kompleks inklusi padat dengan metode pengulian yaitu ketoprofen 2,544 g, - siklodekstrin 11,35 g dan etanol : air (1:1) 14,5 ml. Karakterisasi Kompleks Inklusi padat Ketoprofen- - Siklodekstrin Karakterisasi dilakukan terhadap ketoprofen, -siklo- dekstrin, campuran fisik dan kompleks dari masing-masing metode. Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis, penetapan spektrofotometri infra merah, penetapan pola difraksi sinar X serbuk, penetapan pola differential scanning calorimetry (DSC). 7,8 Penetapan Persentase Ketoprofen dalam Kompleks Inklusi Padat Persentase Total Ketoprofen Ketoprofen total adalah ketoprofen bebas dan keto- profen yang terinklusi -siklodekstrin dalam sistem biner. Persentase total ketoprofen ditetapkan dengan cara me- nimbang seksama 50 mg kompleks, kemudian dilarutkan dalam air sampai 100 ml. Serapan diukur dengan spektrofotometri 250 nm. Persentase Ketoprofen yang Terinklusi -Siklodekstrin Sebanyak 50 mg kompleks, dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan ketoprofen bebas dan dikeringkan, kompleks yang sudah dikeringkan dilarutkan dalam 50 ml air. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV pada maksimum 250 nm. Persentase ketoprofen yang diinklusi -siklodekstrin 6 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007 Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim dalam kompleks dihitung terhadap ketoprofen total. Uji Laju Disolusi Kompleks Inklusi Uji disolusi kompleks inklusi cara ini dilakukan yang berasal dari bahan baku ketoprofen dan kompleks inklusi dari tiap metode pembuatan menggunakan alat Disolusi Tester Type 2 pada suhu 37 0,5 o C, dan kecepatan 50 RPM dengan medium disolusi air. Setara 100 mg ketoprofen, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi 900 ml air. Sebanyak 10 ml larutan diambil setelah 5, 10, 15, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90 menit dan segera diganti dengan 10 ml medium disolusi dengan suhu yang sama. Larutan yang di- ambil diukur dengan spektrofotometer UV pada maksimum 250 nm. Hasil Hasil disolusi kompleks inklusi padat ketoprofen Ketoprofen--Siklodekstrin ditunjukan dalam Gambar 2. Pada waktu menit ke-90 kompleks inklusi dengan metode kopresipitasi telah larut sebanyak 91,8%, sedangkan untuk serbuk, campuran fisik, pengulian, dan koevaporasi yaitu Gambar 2. Profil Disolusi Kompleks Inklusi Padat Ketopro- fen- -Si kl odekstri n Gambar 3. Diagram Studi Ketoprofen sebagai Fungsi Kosen- trasi -Siklodekstrin dalam Air pada Suhu 30 O C Keterangan: Diagram Kelarutan Fase Tipe ALK(1:1) = 777,03 M -1 Uji Disolusi Kompleks Inklusi Padat Ketoprofen-B-Siklodekstrin 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 20 40 60 80 100 Waktu (menit) P e r s e n t a s e
K e t o p r o f e n
T e r l a r u t
( % ) Serbuk Campuran Fisik Pengulian Koevaporasi Kopresipitasi y = 0.2669x + 0.4683 R 2 = 0.9899 0 1 2 3 4 5 6 7 0 5 10 15 20 25 beta-Siklodekstrin (x 10 -3 M) K e t o p r o f e n
( x
1 0
- 3 ) berturut-turut sebanyak; 16,9; 32,9; 41,0; dan 89,8%. Dari hasil uji student-t dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05), kompleks inklusi padat yang dibuat dengan metode pengulian memberikan perbedaan yang bermakna terhadap metode kopresipitasi dan koevaporasi, sedangkan kompleks inklusi yang dibuat dengan metode koevaporasi tidak memberikan perbedaan laju disolusi yang bermakna dengan hasil metode kopresipitasi. Hasil uji kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa nilai Rf dari semua kompleks lebih rendah dibandingkan dengan ketoprofen bebas dan campuran fisik yang ada pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Jenis Zat Nilai Rf Ketoprofen 0,735 Campuran Fisik Ketoprofen--siklodekstrin 0,624 Pengulian 0,588 Kopresipitasi 0,567 Koevaporasi 0,573 Berturut-turut nilai Rf untuk ketoprofen, campuran fisik ketoprofen--siklodekstrin, kompleks inklusi ketoprofen-- siklodekstrin dengan metode pengulian, kompleks inklusi dengan metode kopresipitasi dan kompleks inklusi dengan metode koevaporasi yaitu 0,735; 0,624; 0,588; 0,567 dan 0,573. Pembahasan Studi kelarutan dan stabilitas kompleks inklusi keto- profen dengan berbagai konsentrasi -siklodekstrin pada suhu 30 0,5 o C bertujuan melihat bentuk diagram kelarutan fase. Diagram ini dapat digunakan untuk menghitung konstanta kesetimbangan pembentukan kompleks dan kelarutan ketoprofen dalam air suling. Dari diagram kelarutan fase untuk sistem kompleks ketoprofen--siklodekstrin, dapat dilihat bahwa kelarutan ketoprofen meningkat, dengan meningkatnya konsentrasi -siklodekstrin. Diagram ini sesuai dengan diagram tipe AL 17 yang menggambarkan suatu bentuk kompleks inklusi yang bersifat larut air. Slope regresi linear dapat dilihat kurang dari satu maka perbandingan molar ketoprofen--siklodekstrin diasumsikan 1:1. Nilai konstanta kesetimbangan kompleks yang terbentuk dapat dihitung dengan persamaan K(1:1) = slope/[SO(1- slope)] dan diperoleh nilai konstanta stabilitasnya 777,03 M -1 , di mana SO adalah kelarutan ketoprofen dalam air tanpa -siklodekstrin. Nilai K(1:1) yang diperoleh berada dalam rentang 100-1000 M -1 sehingga kompleks inklusi yang terbentuk cukup stabil. 7 Penurunan nilai Rf menunjukan terbentuknya kompleks inklusi, karena pembentukan kompleks biasanya menurunkan nilai Rf molekul tamu. 1 7 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007 Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim Uji laju disolusi ditunjukkan mulai pada menit ke-5, laju disolusi campuran fisik sebelas kali lebih cepat dari pada serbuk ketoprofen murni. Hal ini disebabkan pengaruh sifat hidrofilik -siklodekstrin yang dapat mengurangi tegangan permukaan ketoprofen dengan medium disolusi sehingga laju disolusi menjadi lebih tinggi. 14 Pada hasil penetapan persentase ketoprofen yang terinklusi -siklodekstrin dalam sistem biner, dapat dilihat bahwa dengan cara pencucian serbuk kompleks menggu- nakan etanol diasumsikan ketoprofen bebas sudah terlarut dan hasil persentase ketoprofen yang diinklusi oleh - siklodekstrin adalah metode pengulian (5,3 0,4%), metode koevaporasi (54,8 0,4%), dan metode koprepitasi (58,7 1,58%). Hasil uji statistik dengan menggunakan student-t, masing-masing metode menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan tingkat kepercayaan 95% (=0,05). Hal ini disebabkan pada metode koevaporasi dan metode kopresipitasi proses interaksi antara ketoprofen dan - siklodekstrin terjadi dalam keadaan molekular. Ketoprofen meningkat kelarutannya setelah dibuat dispersi padat dengan PEG 15000, terutama dalam sistem dispersi terner dengan adanya Tween 60/surfaktan. 8 Peningkatan kelarutan ketoprofen hingga 10 % terdisolusi dapat dilakukan dengan menggunakan matrik HPMC dalam waktu 6 jam. 9 Pada tikus, kompleks inklusi ketoprofen--Siklodekstrin memberikan efek peningkatan solubilitas dan dapat menurunkan iritasi lambung. 11 Pada kelinci kompleks inklusi ketoprofen--Siklodekstrin memberikan T absorbsi yang lebih singkat dibandingkan dengan ketoprofen murni dengan perolehan T 0,4 jam untuk kompleks inklusi dan 0,56 jam untuk ketoprofen murni. 11 Ketoprofen yang diberikan pada tikus secara per kutan sebagai tablet implan dalam polimer PLGA BM 10000, asam laktat: asam glikolat (1:1), memberikan hasil bahwa pada fase awal pelepasan ketoprofen lebih cepat secara in vivo daripada in vitro, setelah 96 jam terjadi keadaan sebaliknya. 12 Ketoprofen dalam solid-lipid mikropellet dalam beeswax menunjukkan pelepasan yang dapat diperlambat, dengan perbandingan (1:2) dan (1:1) dengan perolehan pelepasan sebesar 28,62 % dan 38,6 %. 13 Karakterisasi secara spektrofotometri infra merah menunjukan perbedaan serapan antara kompleks yang terbentuk dengan campuran fisik. Kristal ketoprofen menunjukkan dua serapan karbon yaitu pada 1696,7 cm -1 untuk karbonil karboksilat dan 1655,4 cm -1 untuk karbon keton. Serapan bergeser pada frekuensi yang lebih tinggi untuk metode kopresipitasi yaitu 1724 cm -1 untuk karbonil karboksilat dan 1666,3 cm -1 untuk karbonil keton dan koevaporasi bergeser dari 1734 cm -1 untuk karbonil karboksilat dan 1660,5 cm -1 untuk karbonil keton. Pergeseran ini menunjukkan lemahnya energi ikatan antara air dan - siklodekstrin. Sehingga air keluar dari rongga pada saat ketoprofen masuk ke rongga -siklodekstrin yang diikuti oleh terbentuknya ikatan hidrogen ketoprofen dengan siklo- dekstrin. 14 Pola difraksi sinar-X serbuk pada ketoprofen murni memberikan puncak difraksi khas dalam keadaan kristal. Pada campuran fisik ketoprofen--siklodekstrin masih terdapat puncak ketoprofen dan -siklodekstrin yang memberikan pola difraksi sinar-X yang berbeda. Hal itu menunjukkan ter- bentuknya fase padat baru. Kompleks inklusi ketoprofen-- siklodekstrin memberikan pola difraksi menyebar yang menunjukkan pengurangan bentuk kristal dan berubah menjadi bentuk amorf. Pembentukan struktur amorf ini menyebabkan kelarutan ketoprofen menjadi lebih tinggi dibandingkan bentuk bebas. Termogram DSC ketoprofen memperlihatkan puncak endotermik pada suhu 96 0 C yang berhubungan dengan titik leleh ketoprofin sendiri. Termogram -siklodekstrin memperlihatkan kurva endotermik yang lebar dengan rentang 43,0 sampai 121,2 0 C akibat transformasi reversible - siklodekstrin juga terdapat puncak eksotermik pada suhu 217,2 0 C akibat transformasi reversibel -siklodekstrin. Termogram campuran fisik merupakan gabungan dari termogram ketoprofen dan -siklodekstrin. Sedangkan termo- gram pengulian, meskipun terjadi beberapa pengurangan ukuran atau pelebaran puncak endotemik, bergeser ke arah suhu yang lebih rendah, hal ini menunjukkan interaksi ketoprofen dengan -siklodekstrin. 15 Sedangkan termogram sampel dibuat dengan metode kopresipitasi dan koevaporasi memperlihatkan pelebaran. Hal ini menunjukkan pembentukan pembentukan suatu dispersi padat amorf, di mana ketoprofen dienkapsulasi ke dalam rongga -siklodekstrin. 15 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah ketoprofen yang diinklusi dipengaruhi oleh metode pem- buatan. Pembuatan kompleks inklusi padat ketoprofen dan siklodekstrin dapat meningkatkan laju disolusi ketoprofen. Metode pembuatan kompleks inklusi mempengaruhi profil laju disolusi. Daftar pustaka 1. Bekers, U. Siklodekstrins. In: The Pharmaceutical Field, Drug Dev. Ind. Pharm,1991;17(11)1503-49. 2. Loftsson T, Brewster ME. Pharmaceutical applications of - siklodekstrin I, drug solubilization and stabilization, J Pharm Sci 1996;85(10)1017-24. 3. Frank SG. Inclusion compound, J Pharm Sci 1975;64(10)1585- 601. 4. Evoy MC. AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of Health System Pharmacist. 1999. 5. Ditjen POM Depkes RI. Farmakope Indonesia, ed ke-4. Jakarta. Depkes RI,1995. 6. Weller PJ. Handbook of pharmaceutical excipient. 4 th ed, Wash- ington DC, The American Pharmaceutical Ass. 2003 186-190. 7. Viega F, Catarina F, Philippe M. Influence of preparation method on the physicochemical properties of tolbutamide/siklodekstrin Binary Systems, Drug Dev Ind Pharm 2001;27(6)523-52. 8 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007 Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim 8. Mura P, Moyano JR, Gonzalez-Rodriguez ML, Rabasco-Alvarez AM, Cirri M, Maestrelli F. Characterization and dissolution prop- erties of ketoprofen in binary and ternary solid dispersions with polyethylene glycol and surfactants, Drug Dev Ind Pharm 2005;31(4-5):425-34. Diunduh dari: http/www.pubmed.ncbi/gov/ nih.nlm. Diunduh tgl 25 Februari 2006 9. Furlanetto S, Cirri M, Maestrelli F, Corti G, Mura P. Study of formulation variables influencing the drug release rate from ma- trix tablets by experimental design. Eur J Pharm Biopharm 2005;3:425-34. 10. Lu WL, Zhang Q, Zheng L, Wang H, Li RY, and Zhang LF. Antipyretic, analgesic and anti-inflammatory activities of ketoprofen beta-cyclodextrin inclusion complexes in animals. Biol Pharm Bull 2004;27(10):1515-20. 11. Lu W, Tu X, and Wu G. Studies on the pharmacokinetic-pharma- codynamic model of ketoprofen beta-CD inclusion complex in rabbits. J Vet Pharmacol and Ther 1998;33(11):855-9. 12. Onishi H, Takahashi M, Machida Y. PLGA implant tablet of ketoprofen: comparison of in vitro and in vivo releases. J of Pharm and Ther 2005;28(10):2011-5. 13. Uner M, Gonullu U, Yener G, and Altinkurt T. A new approach for preparing a controlled release ketoprofen tablets by using bees- wax. J Farmacol 2005;60(1):27-3. 14. Mura P, Faucci Mt. Effect of grinding with microcrystallin cellu- lose and siklodekstrin on the ketoprofen physicochemical prop- erties, Drug Dev. Ind. Pharm 2001;27(2)119-28. 15. Mura P, Adragna E, Rabasco AM. Effect of the host cavity size and the preparation method on the physicochemical properties of ibuproxam-siklodekstrin System. Drug Dev Ind Pharm 1999;25(3)279-87. 16. Abdou HM. Dissolution, bioavailability and bioequivalence, Pensylvania: Mack Publishing Company, 1989;53-72. 17. Connors KA. A Textbook of pharmaceutical analysis. 3 th ed. New York: A Wiley-Interscience Publication. 1982. RTN 9