Anda di halaman 1dari 6

Artikel Penelitian

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007


Pengaruh Pembentukan Kompleks
Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrin
terhadap Laju Disolusi Ketoprofen
Sukmadjaja Asyarie, Soendani Noerono S, Revi Yenti
Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Abstrak: Laju disolusi zat aktif merupakan salah satu faktor penentu dalam proses absorpsi zat
aktif dari sediaan yang diberikan secara oral. Cara pembuatan kompleks inklusi padat
menentukan jumlah zat aktif yang terinklusi dan mempengaruhi laju disolusi zat aktif. Kompleks
inklusi padat ketoprofen--siklodekstrin dibuat dengan cara pengulian, koevaporasi, dan
kopresipitasi dengan perbandingan molar ketoprofen--siklodekstrin (1:1). Uji disolusi
dilakukan dengan metode dayung pada suhu 37 0,5
O
C, kecepatan putaran 50 rpm dengan
medium disolusi air pH 7. Kadar ketoprofen ditentukan secara spektrofotometri UV pada panjang
gelombang serapan maksimum 250 nm. Jumlah ketoprofen yang terinklusi yang dibuat dengan
cara pengulian, koevaporasi dan kopresipitasi berturut-turut adalah 5,3; 54,8 dan 58,7%.
Selama 90 menit pengocokan, ketoprofen terdisolusi dari ketoprofen murni, campuran fisik,
kompleks inklusi padat yang dibuat dengan cara pengulian, koevaporasi, dan kopresipitasi
berturut-turut adalah 16,9; 32,9; 41,0; 89,8; dan 91,8%. Cara koevaporasi dan kopresipitasi
menghasilkan kompleks inklusi dengan inklusi ketoprofen lebih banyak dibandingkan dengan
cara pengulian. Kompleks inklusi ketoprofen--siklodekstrin hasil cara koevaporasi dan
kopresipitasi menunjukkan laju disolusi ketoprofen yang lebih tinggi daripada kompleks inklusi
ketoprofen--siklodekstrin hasil cara pengulian.
Kata kunci: laju disolusi, pengulian, koevaporasi, dan kopresipitasi
4
Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007
Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim
Influence of Preparation of Inclusion Complex of
Ketoprofen- -Cyclodextrin on Dissolution Rate of Ketoprofen
Sukmadjaja Asyarie, Soendani Noerono S, Revi Yenti
School of Pharmacy, Bandung Technologycal Institute
Abstract: Dissolution rate of active ingredient is one of determinant in course of absorption
dosage form which given by oral. Method of preparation inclusion complex of determining amount
of inclusion of active ingredient and influent of dissolution rate. Solid inclusion complex prepared
with using kneaded method, coevaporated method, and co-precipitation method with ratio of
molar ketoprofen--cyclodextrin (1:1). The dissolution test was carried out using the paddle
method at a temperature of 37 0,5
o
C and 50 rotation per minutes (rpm) in medium of water pH
7. The ketoprofen concentrations were spectrophotometrically determined at absorption maxi-
mum 250 nm of ketoprofen. Percentage of complex ketoprofen with kneaded method, co-evapora-
tion, and co-precipitation were 5.3, 54.8 and 58.7%, respectively. Percentage of dissolve ketoprofen
at 90 minute in solid inclusion complex of ketoprofen--cyclodextrin with kneaded method, co-
evaporation, and co-precipitation were 41.0%, 89.8%, and 91.8%, respectively. Co-evaporation
and copresipitation method result of inclusion complex of ketoprofen--cyclodextrin by ketoprofen
which inclusion of more amount compared to kneaded method. The rate dissolution increased on
inclusion complex of ketoprofen--cyclodextrin with coevaporation and copresipitation method
than inclusion complex of ketoprofen--cyclodextrin with using kneaded method.
Key words: dissolution rate, kneaded, co-precipitation, coevaporation.
Pendahuluan
Ketersediaan hayati suatu sediaan yang diberikan
secara oral tergantung pada beberapa faktor di-antaranya
adalah laju disolusi, kelarutan dan laju absorpsi dalam saluran
cerna. Obat yang diberikan secara oral, akan dilarutkan dalam
media berair di saluran cerna untuk diabsorpsi. Perbaikan
kelarutan dan kecepatan disolusi obat yang sukar larut
merupakan langkah pertama untuk perbaikan ketersediaan
hayati.
1,2
Untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang sukar
larut dalam air, dikembangkan kompleks inklusi padat yang
akan lebih cepat larut daripada obat itu sendiri sehingga
dapat memperbaiki kecepatan disolusi, absorpsi, ketersediaan
hayati, dan stabilitas kimia obat.
2
Pada kompleks inklusi, molekul obat sebagai molekul
tamu terperangkap di dalam rongga siklodekstrin yang
bersifat hidrofobik. Bagian luar siklodekstrin bersifat hidrofilik
sehingga mudah larut dalam media air.
3
Kompleks inklusi
dibuat dengan metode evaporasi, netralisasi, pengulian,
menelan larutan, dan metode penggilingan.
1
Karakterisasi kompleks inklusi dilakukan dengan
beberapa metode yaitu dalam keadaan padat adalah termo-
analisis, kromatografi lapis tipis dan kertas, spektroskopi infra
merah, scanning electron microscopy, dan uji disolusi.
Karakteristik kompleks inklusi dalam keadaan larutan adalah
spektroskopi UV, spektroskopi fluoresensi, NMR, dan
resonansi spin electron
1,2
Ketoprofen adalah suatu derivat asam propionat yang
mempunyai kerja farmakologi mirip dengan non steroid anti
inflamasi (NSAID). Aktivitas obat menunjukkan anti inflamasi,
analgesik dan antipiretik.
4
Absorpsi berlangsung baik di
lambung dan waktu paruh plasma sekitar dua jam . Ketoprofen
praktis tidak larut dalam air.
5
Untuk penelitian ini digunakan ketoprofen dari Badan
POM Republik Indonesia dan -siklodekstrin untuk membuat
kompleks inklusi.

(a) (b)
C
C
CH
CH
3
C
O
O
O
CH20H
OH
OH
O
O
O
CH20H
OH
O
OH
O
CH20H
OH
O
OH
OH
OH
OH
OH OH
OH
OH
OH
O
O
O
O
O
O
O
CH20H
CH20H
HOH2C
HOH2C
H
Gambar 1. Struktur Kimia Ketoprofen (a), -Siklodekstrin (b)
1
5
Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim
Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007
Ketoprofen merupakan serbuk hablur, putih, tidak
berbau dan praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut
dalam alkohol, kloroform dan eter.
4
Beta-siklodekstrin terdiri dari tujuh unit glukopiranosa
yang dihubungkan oleh ikatan -1,4-glikosida. Beta-
siklodekstrin memiliki kelarutan dalam air yang rendah (1,85
g/100ml). Beta-siklodekstrin tidak toksik bila diberikan secara
oral dan terutama digunakan dalam formulasi tablet dan
kapsul. Dalam formulasi tablet, -siklodekstrin dapat
digunakan pada granulasi basah dan cetak langsung. Beta-
siklodekstrin cenderung memberikan aliran yang kurang baik
dan membutuhkan lubrikan apabila dicetak langsung.
6
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
metode pembuatan kompleks inklusi ketoprofen--
siklodekstrin terhadap laju disolusinya. Penelitian ini juga
bertujuan melakukan karakterisasi sistem kompleks inklusi
padat yang terbentuk.
Metode
Pemeriksaan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Pemeriksaan bahan baku ketoprofen yang dilakukan
meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi, dan penetapan
kadar menurut. Handbook of Pharmaceutical Excipients.
6
Hasil pemeriksaan yang dilakukan memenuhi persyaratan
dan sesuai dengan ketentuan pustaka Ditjen POM, 1995.
4
Panjang gelombang serapan maksimum ketoprofen
ditetapkan dengan mengukur serapan larutan 10 g/ml
ketoprofen, NaOH 0,1 N pada panjang gelombang 220 nm
sampai 380 nm, dan diperoleh panjang gelombang maksimum
pada 250 nm.
Penetapan kurva kalibrasi ketoprofen dalam NaOH 0,1
N dibuat dengan mengukur serapan larutan tersebut pada
konsentrasi 4, 6, 8, 10 dan 12 g/ml dan panjang gelombang
maksimum 250 nm. Absorbansi yang diperoleh dari pengu-
kuran konsentrasi di atas berturut-turut 0, 3889; 0,5282;
0,6951; 0,8351; dan 1,0126 dengan persamaan garis y =
0,0777x + 0,0703 r = 0,9992.
Kelarutan Ketoprofen- -Siklodekstrin
Sebanyak 50 mg ketoprofen, dilarutkan dalam 10 ml
larutan -siklodekstrin dengan konsentrasi 2x10
-3
, 4x10
-3
,
6x10
-3
, 8x10
-3
, 10x10
-3
, 12x10
-3
, 14x10
-3
, 16x10
-3
, 18x10
-3
, dan
20x10
-3
M. Berbagai konsentrasi larutan dimasukkan ke dalam
thermostated shaker pada suhu 30 0,5
0
C dengan kecepatan
120 kali / menit dan dikocok sampai tercapai keseimbangan.
Selanjutnya sampel disaring dengan membran milipore
0,45 m. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV,
kemudian dianalisis untuk mendapatkan karakteristik
kelarutan sistem ketoprofen--siklodekstrin. Untuk tiap
konsentrasi dikerjakan sebanyak tiga kali.
Pembuatan Kompleks Inklusi padat Ketoprofen- -
Siklodekstrin
Pembuatan kompleks inklusi padat ketoprofen--
siklodekstrin dengan metode kopresipitasi, koevaporasi, dan
pengulian dengan rasio molar 1:1. Kopresipitasi dilakukan
dengan cara melarutkan ketoprofen dalam sejumlah alkohol
dan -siklodekstrin dalam air. Fase etanol ditambahkan ke
dalam fase air dan diaduk pada suhu 45
0
C. Campuran kemudian
didiamkan. Kompleks yang terbentuk akan mengendap,
kemudian dipisahkan dan dikeringkan pada suhu 45
0
C sampai
bobot tetap, selanjutnya diayak dengan pengayak no 80.
Komposisi awal pembentukan kompleks inklusi padat yaitu
jumlah ketoprofen 2,544 g; -siklodekstrin 11,35 g; etanol
113,5 ml dan air 227 ml. Komposisi ini berlaku untuk
kopresipitasi dan koevaporasi.
Koevaporasi dilakukan dengan cara melarutkan
ketoprofen dalam sejumlah alkohol dan -siklodekstrin
dilarutkan dalam air. Fase etanol ditambahkan ke dalam fase
air dan diaduk pada suhu 45
0
C kemudian dievaporasi pada
suhu 45
0
C dengan kecepatan 60 rpm sampai kering. Kemudian
disimpan dalam desikator yang berisi silika gel. Selanjutnya
diayak dengan pengayak no. 80.
Pengulian dilakukan dengan cara membuat campuran
fisik ketoprofen--siklodekstrin yang dibasahi dengan sejum-
lah volume minimum campuran air dan etanol dengan perban-
dingan 1:1 sampai terbentuk massa seperti pasta, kemudian
dikeringkan dalam oven vakum pada suhu 45
0
C sampai berat
konstan. Komposisi awal pembentukan kompleks inklusi
padat dengan metode pengulian yaitu ketoprofen 2,544 g, -
siklodekstrin 11,35 g dan etanol : air (1:1) 14,5 ml.
Karakterisasi Kompleks Inklusi padat Ketoprofen- -
Siklodekstrin
Karakterisasi dilakukan terhadap ketoprofen, -siklo-
dekstrin, campuran fisik dan kompleks dari masing-masing
metode. Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis, penetapan spektrofotometri infra
merah, penetapan pola difraksi sinar X serbuk, penetapan
pola differential scanning calorimetry (DSC).
7,8
Penetapan Persentase Ketoprofen dalam Kompleks Inklusi
Padat
Persentase Total Ketoprofen
Ketoprofen total adalah ketoprofen bebas dan keto-
profen yang terinklusi -siklodekstrin dalam sistem biner.
Persentase total ketoprofen ditetapkan dengan cara me-
nimbang seksama 50 mg kompleks, kemudian dilarutkan dalam
air sampai 100 ml. Serapan diukur dengan spektrofotometri
250 nm.
Persentase Ketoprofen yang Terinklusi -Siklodekstrin
Sebanyak 50 mg kompleks, dicuci dengan alkohol untuk
menghilangkan ketoprofen bebas dan dikeringkan, kompleks
yang sudah dikeringkan dilarutkan dalam 50 ml air. Serapan
diukur dengan spektrofotometer UV pada maksimum 250
nm. Persentase ketoprofen yang diinklusi -siklodekstrin
6
Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007
Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim
dalam kompleks dihitung terhadap ketoprofen total.
Uji Laju Disolusi Kompleks Inklusi
Uji disolusi kompleks inklusi cara ini dilakukan yang
berasal dari bahan baku ketoprofen dan kompleks inklusi
dari tiap metode pembuatan menggunakan alat Disolusi
Tester Type 2 pada suhu 37 0,5
o
C, dan kecepatan 50 RPM
dengan medium disolusi air. Setara 100 mg ketoprofen,
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi 900 ml air.
Sebanyak 10 ml larutan diambil setelah 5, 10, 15, 20, 30, 40, 50,
60, 70, 80, dan 90 menit dan segera diganti dengan 10 ml
medium disolusi dengan suhu yang sama. Larutan yang di-
ambil diukur dengan spektrofotometer UV pada maksimum
250 nm.
Hasil
Hasil disolusi kompleks inklusi padat ketoprofen
Ketoprofen--Siklodekstrin ditunjukan dalam Gambar 2.
Pada waktu menit ke-90 kompleks inklusi dengan metode
kopresipitasi telah larut sebanyak 91,8%, sedangkan untuk
serbuk, campuran fisik, pengulian, dan koevaporasi yaitu
Gambar 2. Profil Disolusi Kompleks Inklusi Padat Ketopro-
fen- -Si kl odekstri n
Gambar 3. Diagram Studi Ketoprofen sebagai Fungsi Kosen-
trasi -Siklodekstrin dalam Air pada Suhu 30
O
C
Keterangan: Diagram Kelarutan Fase Tipe ALK(1:1) = 777,03 M
-1
Uji Disolusi Kompleks Inklusi Padat
Ketoprofen-B-Siklodekstrin
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

K
e
t
o
p
r
o
f
e
n

T
e
r
l
a
r
u
t

(
%
)
Serbuk
Campuran Fisik
Pengulian
Koevaporasi
Kopresipitasi
y = 0.2669x + 0.4683
R
2
= 0.9899
0
1
2
3
4
5
6
7
0 5 10 15 20 25
beta-Siklodekstrin (x 10 -3 M)
K
e
t
o
p
r
o
f
e
n

(
x

1
0

-
3
)
berturut-turut sebanyak; 16,9; 32,9; 41,0; dan 89,8%.
Dari hasil uji student-t dengan tingkat kepercayaan 95%
(a = 0,05), kompleks inklusi padat yang dibuat dengan metode
pengulian memberikan perbedaan yang bermakna terhadap
metode kopresipitasi dan koevaporasi, sedangkan kompleks
inklusi yang dibuat dengan metode koevaporasi tidak
memberikan perbedaan laju disolusi yang bermakna dengan
hasil metode kopresipitasi.
Hasil uji kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa
nilai Rf dari semua kompleks lebih rendah dibandingkan
dengan ketoprofen bebas dan campuran fisik yang ada pada
tabel 1.
Tabel 1. Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Jenis Zat Nilai Rf
Ketoprofen 0,735
Campuran Fisik Ketoprofen--siklodekstrin 0,624
Pengulian 0,588
Kopresipitasi 0,567
Koevaporasi 0,573
Berturut-turut nilai Rf untuk ketoprofen, campuran fisik
ketoprofen--siklodekstrin, kompleks inklusi ketoprofen--
siklodekstrin dengan metode pengulian, kompleks inklusi
dengan metode kopresipitasi dan kompleks inklusi dengan
metode koevaporasi yaitu 0,735; 0,624; 0,588; 0,567 dan 0,573.
Pembahasan
Studi kelarutan dan stabilitas kompleks inklusi keto-
profen dengan berbagai konsentrasi -siklodekstrin pada
suhu 30 0,5
o
C bertujuan melihat bentuk diagram kelarutan
fase. Diagram ini dapat digunakan untuk menghitung
konstanta kesetimbangan pembentukan kompleks dan
kelarutan ketoprofen dalam air suling. Dari diagram kelarutan
fase untuk sistem kompleks ketoprofen--siklodekstrin, dapat
dilihat bahwa kelarutan ketoprofen meningkat, dengan
meningkatnya konsentrasi -siklodekstrin. Diagram ini sesuai
dengan diagram tipe AL
17
yang menggambarkan suatu bentuk
kompleks inklusi yang bersifat larut air.
Slope regresi linear dapat dilihat kurang dari satu maka
perbandingan molar ketoprofen--siklodekstrin diasumsikan
1:1. Nilai konstanta kesetimbangan kompleks yang terbentuk
dapat dihitung dengan persamaan K(1:1) = slope/[SO(1-
slope)] dan diperoleh nilai konstanta stabilitasnya 777,03
M
-1
, di mana SO adalah kelarutan ketoprofen dalam air tanpa
-siklodekstrin. Nilai K(1:1) yang diperoleh berada dalam
rentang 100-1000 M
-1
sehingga kompleks inklusi yang
terbentuk cukup stabil.
7
Penurunan nilai Rf menunjukan terbentuknya kompleks
inklusi, karena pembentukan kompleks biasanya menurunkan
nilai Rf molekul tamu.
1
7
Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007
Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim
Uji laju disolusi ditunjukkan mulai pada menit ke-5, laju
disolusi campuran fisik sebelas kali lebih cepat dari pada
serbuk ketoprofen murni. Hal ini disebabkan pengaruh sifat
hidrofilik -siklodekstrin yang dapat mengurangi tegangan
permukaan ketoprofen dengan medium disolusi sehingga
laju disolusi menjadi lebih tinggi.
14
Pada hasil penetapan persentase ketoprofen yang
terinklusi -siklodekstrin dalam sistem biner, dapat dilihat
bahwa dengan cara pencucian serbuk kompleks menggu-
nakan etanol diasumsikan ketoprofen bebas sudah terlarut
dan hasil persentase ketoprofen yang diinklusi oleh -
siklodekstrin adalah metode pengulian (5,3 0,4%), metode
koevaporasi (54,8 0,4%), dan metode koprepitasi (58,7
1,58%). Hasil uji statistik dengan menggunakan student-t,
masing-masing metode menunjukkan perbedaan yang
bermakna dengan tingkat kepercayaan 95% (=0,05). Hal ini
disebabkan pada metode koevaporasi dan metode
kopresipitasi proses interaksi antara ketoprofen dan -
siklodekstrin terjadi dalam keadaan molekular.
Ketoprofen meningkat kelarutannya setelah dibuat
dispersi padat dengan PEG 15000, terutama dalam sistem
dispersi terner dengan adanya Tween 60/surfaktan.
8
Peningkatan kelarutan ketoprofen hingga 10 % terdisolusi
dapat dilakukan dengan menggunakan matrik HPMC dalam
waktu 6 jam.
9
Pada tikus, kompleks inklusi ketoprofen--Siklodekstrin
memberikan efek peningkatan solubilitas dan dapat
menurunkan iritasi lambung.
11
Pada kelinci kompleks inklusi
ketoprofen--Siklodekstrin memberikan T absorbsi yang
lebih singkat dibandingkan dengan ketoprofen murni dengan
perolehan T 0,4 jam untuk kompleks inklusi dan 0,56 jam
untuk ketoprofen murni.
11
Ketoprofen yang diberikan pada tikus secara per kutan
sebagai tablet implan dalam polimer PLGA BM 10000, asam
laktat: asam glikolat (1:1), memberikan hasil bahwa pada fase
awal pelepasan ketoprofen lebih cepat secara in vivo daripada
in vitro, setelah 96 jam terjadi keadaan sebaliknya.
12
Ketoprofen dalam solid-lipid mikropellet dalam beeswax
menunjukkan pelepasan yang dapat diperlambat, dengan
perbandingan (1:2) dan (1:1) dengan perolehan pelepasan
sebesar 28,62 % dan 38,6 %.
13
Karakterisasi secara spektrofotometri infra merah
menunjukan perbedaan serapan antara kompleks yang
terbentuk dengan campuran fisik. Kristal ketoprofen
menunjukkan dua serapan karbon yaitu pada 1696,7 cm
-1
untuk karbonil karboksilat dan 1655,4 cm
-1
untuk karbon
keton. Serapan bergeser pada frekuensi yang lebih tinggi
untuk metode kopresipitasi yaitu 1724 cm
-1
untuk karbonil
karboksilat dan 1666,3 cm
-1
untuk karbonil keton dan
koevaporasi bergeser dari 1734 cm
-1
untuk karbonil
karboksilat dan 1660,5 cm
-1
untuk karbonil keton. Pergeseran
ini menunjukkan lemahnya energi ikatan antara air dan -
siklodekstrin. Sehingga air keluar dari rongga pada saat
ketoprofen masuk ke rongga -siklodekstrin yang diikuti oleh
terbentuknya ikatan hidrogen ketoprofen dengan siklo-
dekstrin.
14
Pola difraksi sinar-X serbuk pada ketoprofen murni
memberikan puncak difraksi khas dalam keadaan kristal. Pada
campuran fisik ketoprofen--siklodekstrin masih terdapat
puncak ketoprofen dan -siklodekstrin yang memberikan pola
difraksi sinar-X yang berbeda. Hal itu menunjukkan ter-
bentuknya fase padat baru. Kompleks inklusi ketoprofen--
siklodekstrin memberikan pola difraksi menyebar yang
menunjukkan pengurangan bentuk kristal dan berubah
menjadi bentuk amorf. Pembentukan struktur amorf ini
menyebabkan kelarutan ketoprofen menjadi lebih tinggi
dibandingkan bentuk bebas.
Termogram DSC ketoprofen memperlihatkan puncak
endotermik pada suhu 96
0
C yang berhubungan dengan titik
leleh ketoprofin sendiri. Termogram -siklodekstrin
memperlihatkan kurva endotermik yang lebar dengan rentang
43,0 sampai 121,2
0
C akibat transformasi reversible -
siklodekstrin juga terdapat puncak eksotermik pada suhu
217,2
0
C akibat transformasi reversibel -siklodekstrin.
Termogram campuran fisik merupakan gabungan dari
termogram ketoprofen dan -siklodekstrin. Sedangkan termo-
gram pengulian, meskipun terjadi beberapa pengurangan
ukuran atau pelebaran puncak endotemik, bergeser ke arah
suhu yang lebih rendah, hal ini menunjukkan interaksi
ketoprofen dengan -siklodekstrin.
15
Sedangkan termogram
sampel dibuat dengan metode kopresipitasi dan koevaporasi
memperlihatkan pelebaran. Hal ini menunjukkan pembentukan
pembentukan suatu dispersi padat amorf, di mana ketoprofen
dienkapsulasi ke dalam rongga -siklodekstrin.
15
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah
ketoprofen yang diinklusi dipengaruhi oleh metode pem-
buatan. Pembuatan kompleks inklusi padat ketoprofen dan
siklodekstrin dapat meningkatkan laju disolusi ketoprofen.
Metode pembuatan kompleks inklusi mempengaruhi profil
laju disolusi.
Daftar pustaka
1. Bekers, U. Siklodekstrins. In: The Pharmaceutical Field, Drug
Dev. Ind. Pharm,1991;17(11)1503-49.
2. Loftsson T, Brewster ME. Pharmaceutical applications of -
siklodekstrin I, drug solubilization and stabilization, J Pharm Sci
1996;85(10)1017-24.
3. Frank SG. Inclusion compound, J Pharm Sci 1975;64(10)1585-
601.
4. Evoy MC. AHFS Drug Information. Bethesda: American Society
of Health System Pharmacist. 1999.
5. Ditjen POM Depkes RI. Farmakope Indonesia, ed ke-4. Jakarta.
Depkes RI,1995.
6. Weller PJ. Handbook of pharmaceutical excipient. 4
th
ed, Wash-
ington DC, The American Pharmaceutical Ass. 2003 186-190.
7. Viega F, Catarina F, Philippe M. Influence of preparation method
on the physicochemical properties of tolbutamide/siklodekstrin
Binary Systems, Drug Dev Ind Pharm 2001;27(6)523-52.
8
Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007
Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam -Siklodekstrim
8. Mura P, Moyano JR, Gonzalez-Rodriguez ML, Rabasco-Alvarez
AM, Cirri M, Maestrelli F. Characterization and dissolution prop-
erties of ketoprofen in binary and ternary solid dispersions with
polyethylene glycol and surfactants, Drug Dev Ind Pharm
2005;31(4-5):425-34. Diunduh dari: http/www.pubmed.ncbi/gov/
nih.nlm. Diunduh tgl 25 Februari 2006
9. Furlanetto S, Cirri M, Maestrelli F, Corti G, Mura P. Study of
formulation variables influencing the drug release rate from ma-
trix tablets by experimental design. Eur J Pharm Biopharm
2005;3:425-34.
10. Lu WL, Zhang Q, Zheng L, Wang H, Li RY, and Zhang LF.
Antipyretic, analgesic and anti-inflammatory activities of
ketoprofen beta-cyclodextrin inclusion complexes in animals.
Biol Pharm Bull 2004;27(10):1515-20.
11. Lu W, Tu X, and Wu G. Studies on the pharmacokinetic-pharma-
codynamic model of ketoprofen beta-CD inclusion complex in
rabbits. J Vet Pharmacol and Ther 1998;33(11):855-9.
12. Onishi H, Takahashi M, Machida Y. PLGA implant tablet of
ketoprofen: comparison of in vitro and in vivo releases. J of
Pharm and Ther 2005;28(10):2011-5.
13. Uner M, Gonullu U, Yener G, and Altinkurt T. A new approach for
preparing a controlled release ketoprofen tablets by using bees-
wax. J Farmacol 2005;60(1):27-3.
14. Mura P, Faucci Mt. Effect of grinding with microcrystallin cellu-
lose and siklodekstrin on the ketoprofen physicochemical prop-
erties, Drug Dev. Ind. Pharm 2001;27(2)119-28.
15. Mura P, Adragna E, Rabasco AM. Effect of the host cavity size
and the preparation method on the physicochemical properties
of ibuproxam-siklodekstrin System. Drug Dev Ind Pharm
1999;25(3)279-87.
16. Abdou HM. Dissolution, bioavailability and bioequivalence,
Pensylvania: Mack Publishing Company, 1989;53-72.
17. Connors KA. A Textbook of pharmaceutical analysis. 3
th
ed. New
York: A Wiley-Interscience Publication. 1982.
RTN
9

Anda mungkin juga menyukai