Anda di halaman 1dari 6

MEMBANGUN BANGSA: BELAJAR DARI KEARIFAN DESA

Oleh : Hermen Malik, Ph.D




A. PEMBANGUNAN TANPA BUDAYA

Pembangunan yang selama ini kita jalankan terlalu terfokus pada bidang
ekonomi dan politik, yang mengabaikan bidang sosial dan budaya. Fokus
berlebihan dibidang ekonomi menghasilkan generasi tamak, rakus, memiliki
libido ekonomi terlalu tinggi dan memporak-porandakan sumber daya alam.
Begitu pula halnya terlalu terfokus pada bidang politik, menghasilkan
pembangunan tanpa makna. Pembangunan dilakukan memenuhi syarat
prosedural dalam bentuk kelembagaan tanpa isi yang hanya mengutamakan
penampilan seperti sampul, kosmestik, sangkar, dan penciteraan semata. Sudah
waktunya kita menyeimbangkan pembangunan ekonomi, politik, sosial dan
budaya secara proporsional. Keserasian antar pilar-pilar pembangunan
menghasilkan pembangunan penuh makna, akan terjadi keseimbangan fisik dan
nonfisik, keseimbangan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, keseimbangan
antara dunia dan akhirat, dan keseimbangan antara kebutuhan kini dan masa
mendatang.















Masuknya kita dalam arus globalisasi ekonomi dengan faham liberalisasi
mengutamakan produktivitas dan efisiensi, akan mengabaikan pemerataan,
tekanan terhadap lingkungan dan menggerus kearifan lokal (desa). Acuan
tersebut akan mengakibatkan jurang kaya dan miskin akan melebar, kehidupan

Kegiatan Pramuka di Bumi Perkemahan Pondok PUSAKA memiliki nilai Kebangsaan
sosial akan terganggu, harmonisasi kehidupan di desa mulai tidak stabil dan
fungsi kelembagaan desa berkurang . Masuknya modal dan teknologi yang tidak
terkendali merusak SDA di perdesaan. Di darat terjadi kerusakan hutan,
tambang, tanah dan air; dilaut terjadi over fishing, mengakibatkan regenerasi
ikan lebih lambat dari pada pengambilan hasilnya yang lama kelamaan ikan akan
menjadi punah. Kelembagaan desa yang selama ini befungsi menjaga
kelestarian SDA tidak mampu besaing dengan kekuatan besar tersebut.
Semakin lama kelembagaan desa semakin pudar, kelembagaan global masuk
terjadilah disharmoni sosial dan alam di pedesaan.

Keberhasilan pembangunan politik Belahaan Bumi Bagian Barat, menggoda kita
untuk mengkopi keberhasilan pembangunan mereka. Pilar-pilar demokrasi yang
merupakan prasyarat untuk keberhasilan demokrasi, belum kita persiapkan
secara utuh. Kita memang sudah memiliki pilar musyawarah seperti ditingkat
desa, juga pilar gotong-royong yang merupakan warisan kearifan lokal sejak
dulu. Kelengkapan lainnya seperti kebebasan dan kesamaan hak dan kewajiban
belum sepenuhnya difahami oleh masyarakat desa . Kebebasan yang kita
maksud adalah kebebasan sebebasnya sesuai dengan keingin kita. Kita belum
mengerti kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan terbatas yaitu tidak
mengganggu orang lain. Begitu pula kesamaannya belum membudaya dalam
masyarakat, masih ada kelas dalam sistem sosial kita. Oleh karena itu, dua pilar
terakhir harus terus menerus kita sosialisasikan agar demokrasi kita penuh
makna.

Koreksi terhadap ketidakseimbangan tersebut sudah harus dilakukan.
pengabaian azas pemerataan akibat kesalahan pembangunan ekonomi harus
dikoreksi. Kerusakan lingkungan hidup di darat dan dilaut semestinya sudah
dicegah. Orentasi kelembagaan formal semata dan mengutamakan penciteraan
dalam pembangunan politik sudah seharusnya bergeser kepada isi dan makna
pembangunan sesungguhnya. Kehancuran budaya lokal akibat cara pandang
yang keliru harus dicegah. Kita harus belajar harmonisasi pembangunan yang
selaras dan seimbang dari desa yang sudah lama dipraktekan melalui
pengetahuan lokal berdasarkan pengalaman hidup bertahun-tahun.

B. MEMAHAMI KEHIDUPAN DESA

Desa yang selama ini kita pahami merupakan sekelompok manusia yang
mendiami suatu wilayah di tandai oleh kehidupan yang harmonis dengan sistem
lingkungannya. Desa yang masih asli ditandai ikatan kekerabatan dan tetangga,
keberlakuan norma dan sanksi adat yang ketat. Perekonomian yang melekat
dalam kebudayaan, relasi tatap muka masih dominan dan asset pokok dikelola
bersama atas dasar kehendak bersama. Interaksi didalam suatu desa dibalut
dalam hubungan physikologis atas dasar kebersamaan dan nilai-nilai budaya
desa. Hubungan mereka dipersatukan oleh jejaring perkerabatan, tetangga,
pertemanan yang dipimpin oleh peminpin yang kharismatik.
















Nilai-nilai kearifan desa tersebut merupahkan sebuah konsepsi milik masyarakat
desa. Nilai yang hanya dapat disimpulkan dan ditafsirkan dari ucapan,
perbuatan, pantun, tarian, musik, lukisan, nyayian, gerakan, dan materi yang
dibuat masyarakat. Nilai ini diturunkan melalui aktivitas ritual, cerita menjelang
tidur, dan pendidikan formal, nonformal dan informal. Makna sebuah nilai dapat
mengikat setiap orang desa untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan
tertentu, dan memberi arah tingkah laku secara berkesinambungan. Dalam
kenyataan keseharian nilai di desa bergeser secara lambat atau cepat akibat
pengaruh dari dalam maupun dari luar.

Dalam hubungan dengan alam, masyarakat desa bekerjasama dengan alam
dalam bentuk saling ketergantungan satu sama lain. Mareka memanfaatkan
alam dan berinteraksi dalam pertukaran aliran materi, energi, informasi yang
relatif seimbang, saling bergantung dan beradaptasi satu sama lainnya.
Penghidupan mereka berbasis produk perimer yaitu menggunakan hasil hutan
seperti tumbuhan hutan dalam bentuk umbi-umbian, daun-daunan, batang muda,
bunga-bunga dan buah-buahan. Masyarakat juga memanfaatkan hewan liar
dengan cara berburu dan menangkap ikan. Domistikasi tumbuhan dan hewan
sudah dilaksanakan secara sederhana dengan menanam tanaman secara

Upacara Bendera Anak anak SATAP Bukit Indah
subsisten untuk memenuhi kebutuhan sendiri di desa. Kelebihan produksi akan
disimpan untuk menanggulangi apabila terjadi kemarau panjang, bencana dan
paceklik.

Gaya hidup yang harmonis dengan alam yang dilakukan oleh masyarakat desa
perlu kita renungkan dan evaluasi kembali dan kita tanyakan kembali apakah
tingkah laku kita sekarang sudah berada pada jalur yang tepat ?. Libido ekonomi
dan politik mengakibatkan kerusakan alam yang merupakan tempat kita hidup
dan merupakan sahabat kita yang saling membutuhkan. Kita perlu belajar dari
desa !

C. KEARIFAN LOKAL

Kehidupan masyarakat merupakan proses interaksi antar individu dan individu
lainnya dan antara masyarakat dengan lingkungan biotik dan abiotik sekitarnya.
Hasil interaksi tersebut melahirkan prilaku dan tindakan individu maupun
bersama untuk memenuhi kebutuhan kehidupan. Kadangkala dalam
kebersamaan dengan lingkungan terjadi tindakan yang bersifat adaptif yang
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kadangkala harus mencari cara-cara
yang baru yang disebut inovatif. Kedua tindakan adaptif dan inovatif menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat desa yang sudah teruji dalam waktu lama
yang merupakan kearifan lokal atau pengetahuan lokal.

Penemuan ilmu pengetahuan lokal tidak dilakukan dengan cara eksperimental
dengan metode yang baku, akan tetapi melalui proses kehidupan sehari-hari
atau bekerja sambil memperhatikan kejadian-kejadian, dampak-dampakya,
akibat-akibatnya, berarti melalui proses bekerja sambil belajar. Pengetahuan
yang didapat biasanya spesifik lokasi, hanya cocok untuk lokasi itu saja.
Penerapan pengetahuan lokal pada lokasi lainnya sering kali mengalami
kegagalan. Untuk diterapkan pada daerah lainnya memerlukan penyesuaian-
penyesuaian pada variable-variabel yang berbeda. Dibutuhkan pengamatan
yang rinci dan teliti untuk menerapkan pengetahuan lokal pada daerah lain.

Pengetahuan lokal digunakan masyarakat untuk menjaga eksistensi kehidupan
bersama dan menjaga identitas diri. Keharmonisan hubungan perlu dipelihara
agar jangan sampai bias dari kebersamaan dan harus dikendalikan untuk tidak
berorentasi pada kepentingan individu atau pihak tertentu. Fungsi lainnya yaitu
pengetahuan lokal dapat pula digunakan untuk beradaptasi dengan perubahan
atau perkembangan yang datang dari luar. Dari satu sisi adaptasi ini akan
mendorong kamajuan, sisi lainnya sering menganggu keharmonisan dan
keseimbangan hubungan internal dan eksternal. Gangguan tersebut dapat
merenggangkan kohesi sosial yang melemahkan modal sosial dalam
masyarakat. Sebaliknya ikatan terlalu ketat akan mengakibatkan ekslusivitias
lokal. Kita harus belajar dari azas keseimbangan kearifan lokal agar
pembangunan dapat berhasil.

D. KEARIFAN DESA DAN PEMBANGUNAN
Berbagai bentuk kearifan lokal digunakan masyarakat untuk pembangunan.
Masyarakat mampu mengidentifikasi sumber daya alam yang dimiliki,
mengetahui tingkat teknologi yang dikuasai, mampu menghitung tenaga kerja,
memiliki pengetahuan tentang iklim, dan mengkalkulasi modal yang tersedia.
Selain itu masyarakat juga mampu mengorganisasi, melakukan kerja sama
dengan pihak luar, dan membangun jaringan yang saling menguntungkan
dengan pihak lainnya baik pemerintah maupun swasta. Dasar pengetahuan ini,
membuat masyarakat mampu merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
tindakannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam pembangunan sering diinginkan perubahan, termasuk perubahan dalam
pengetahuan lokal. Bila kita pandang sepintas seolah-olah kohesi sosial dan
solidaritas sosial yang tinggi akan menghambat pembangunan. Kecepatan
pembangunan saling bertolak belakang dengan kohesi sosial. Padahal dalam
kohesi sosial terdapat nilai keterbukaan, toleransi dan adaptasi terhadap nilai-
nilai positif yang datang dari luar. Kedua nilai yang nampak bertolak belakang
tersebut dapat diintergrasikan dan disinerjikan. Energi hibrida ini dapat dikelola
secara serasi dan seimbang untuk mempercepat pembangunan.
Pembangunan sebenarnya merupakan harmonisasi antara sumber kebudayaan
internal dan eksternal. Bukan merupakan rekayasa sosial atau menjadikan
budaya dari luar yang sama sekali baru tanpa menghiraukan budaya yang
mudah berkembang lama di masyarakat. Budaya internal dikenali, kemudian
digunakan untuk mendukung pembangunan dengan sedikit merubah fungsinya.
Kalau cara harmonisasi unsur-unsur kebudayaan tersebut kita lakukan, maka
kearifan lokal dapat mengatasi krisis jangka pendek maupun jangka panjang.
Contoh mengatasi masalah jangka pendek yaitu secara bersama gotong royong
dalam penyelesaian berbagai infrastruktur jalan, pengairan, tempat ibadah,
pendidikan, kesehatan dan sampai masalah individu seperti pembangunan
rumah secara bergotong royong buat warga yang kurang mampu. Untuk krisis
jangka panjang, sewaktu krisis ekonomi tahun 1997 secara nasional kita sudah
lumpuh total. Mengapa secara mikro kita tenang-tenang saja, ini karena kearifan
lokal yang mampu menyelamatkan bangsa ini dari krisis multi dimensi yang kita
alami beberapa tahun yang lalu. Semuanya pelajaran-pelajaran dari kearifan
desa ini dapat menjadi guru bagi kita untuk strategi pembangunan di masa
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai