Pembangunan yang selama ini kita jalankan terlalu terfokus pada bidang ekonomi dan politik, yang mengabaikan bidang sosial dan budaya. Fokus berlebihan dibidang ekonomi menghasilkan generasi tamak, rakus, memiliki libido ekonomi terlalu tinggi dan memporak-porandakan sumber daya alam. Begitu pula halnya terlalu terfokus pada bidang politik, menghasilkan pembangunan tanpa makna. Pembangunan dilakukan memenuhi syarat prosedural dalam bentuk kelembagaan tanpa isi yang hanya mengutamakan penampilan seperti sampul, kosmestik, sangkar, dan penciteraan semata. Sudah waktunya kita menyeimbangkan pembangunan ekonomi, politik, sosial dan budaya secara proporsional. Keserasian antar pilar-pilar pembangunan menghasilkan pembangunan penuh makna, akan terjadi keseimbangan fisik dan nonfisik, keseimbangan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan keseimbangan antara kebutuhan kini dan masa mendatang.
Masuknya kita dalam arus globalisasi ekonomi dengan faham liberalisasi mengutamakan produktivitas dan efisiensi, akan mengabaikan pemerataan, tekanan terhadap lingkungan dan menggerus kearifan lokal (desa). Acuan tersebut akan mengakibatkan jurang kaya dan miskin akan melebar, kehidupan
Kegiatan Pramuka di Bumi Perkemahan Pondok PUSAKA memiliki nilai Kebangsaan sosial akan terganggu, harmonisasi kehidupan di desa mulai tidak stabil dan fungsi kelembagaan desa berkurang . Masuknya modal dan teknologi yang tidak terkendali merusak SDA di perdesaan. Di darat terjadi kerusakan hutan, tambang, tanah dan air; dilaut terjadi over fishing, mengakibatkan regenerasi ikan lebih lambat dari pada pengambilan hasilnya yang lama kelamaan ikan akan menjadi punah. Kelembagaan desa yang selama ini befungsi menjaga kelestarian SDA tidak mampu besaing dengan kekuatan besar tersebut. Semakin lama kelembagaan desa semakin pudar, kelembagaan global masuk terjadilah disharmoni sosial dan alam di pedesaan.
Keberhasilan pembangunan politik Belahaan Bumi Bagian Barat, menggoda kita untuk mengkopi keberhasilan pembangunan mereka. Pilar-pilar demokrasi yang merupakan prasyarat untuk keberhasilan demokrasi, belum kita persiapkan secara utuh. Kita memang sudah memiliki pilar musyawarah seperti ditingkat desa, juga pilar gotong-royong yang merupakan warisan kearifan lokal sejak dulu. Kelengkapan lainnya seperti kebebasan dan kesamaan hak dan kewajiban belum sepenuhnya difahami oleh masyarakat desa . Kebebasan yang kita maksud adalah kebebasan sebebasnya sesuai dengan keingin kita. Kita belum mengerti kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan terbatas yaitu tidak mengganggu orang lain. Begitu pula kesamaannya belum membudaya dalam masyarakat, masih ada kelas dalam sistem sosial kita. Oleh karena itu, dua pilar terakhir harus terus menerus kita sosialisasikan agar demokrasi kita penuh makna.
Koreksi terhadap ketidakseimbangan tersebut sudah harus dilakukan. pengabaian azas pemerataan akibat kesalahan pembangunan ekonomi harus dikoreksi. Kerusakan lingkungan hidup di darat dan dilaut semestinya sudah dicegah. Orentasi kelembagaan formal semata dan mengutamakan penciteraan dalam pembangunan politik sudah seharusnya bergeser kepada isi dan makna pembangunan sesungguhnya. Kehancuran budaya lokal akibat cara pandang yang keliru harus dicegah. Kita harus belajar harmonisasi pembangunan yang selaras dan seimbang dari desa yang sudah lama dipraktekan melalui pengetahuan lokal berdasarkan pengalaman hidup bertahun-tahun.
B. MEMAHAMI KEHIDUPAN DESA
Desa yang selama ini kita pahami merupakan sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah di tandai oleh kehidupan yang harmonis dengan sistem lingkungannya. Desa yang masih asli ditandai ikatan kekerabatan dan tetangga, keberlakuan norma dan sanksi adat yang ketat. Perekonomian yang melekat dalam kebudayaan, relasi tatap muka masih dominan dan asset pokok dikelola bersama atas dasar kehendak bersama. Interaksi didalam suatu desa dibalut dalam hubungan physikologis atas dasar kebersamaan dan nilai-nilai budaya desa. Hubungan mereka dipersatukan oleh jejaring perkerabatan, tetangga, pertemanan yang dipimpin oleh peminpin yang kharismatik.
Nilai-nilai kearifan desa tersebut merupahkan sebuah konsepsi milik masyarakat desa. Nilai yang hanya dapat disimpulkan dan ditafsirkan dari ucapan, perbuatan, pantun, tarian, musik, lukisan, nyayian, gerakan, dan materi yang dibuat masyarakat. Nilai ini diturunkan melalui aktivitas ritual, cerita menjelang tidur, dan pendidikan formal, nonformal dan informal. Makna sebuah nilai dapat mengikat setiap orang desa untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu, dan memberi arah tingkah laku secara berkesinambungan. Dalam kenyataan keseharian nilai di desa bergeser secara lambat atau cepat akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar.
Dalam hubungan dengan alam, masyarakat desa bekerjasama dengan alam dalam bentuk saling ketergantungan satu sama lain. Mareka memanfaatkan alam dan berinteraksi dalam pertukaran aliran materi, energi, informasi yang relatif seimbang, saling bergantung dan beradaptasi satu sama lainnya. Penghidupan mereka berbasis produk perimer yaitu menggunakan hasil hutan seperti tumbuhan hutan dalam bentuk umbi-umbian, daun-daunan, batang muda, bunga-bunga dan buah-buahan. Masyarakat juga memanfaatkan hewan liar dengan cara berburu dan menangkap ikan. Domistikasi tumbuhan dan hewan sudah dilaksanakan secara sederhana dengan menanam tanaman secara
Upacara Bendera Anak anak SATAP Bukit Indah subsisten untuk memenuhi kebutuhan sendiri di desa. Kelebihan produksi akan disimpan untuk menanggulangi apabila terjadi kemarau panjang, bencana dan paceklik.
Gaya hidup yang harmonis dengan alam yang dilakukan oleh masyarakat desa perlu kita renungkan dan evaluasi kembali dan kita tanyakan kembali apakah tingkah laku kita sekarang sudah berada pada jalur yang tepat ?. Libido ekonomi dan politik mengakibatkan kerusakan alam yang merupakan tempat kita hidup dan merupakan sahabat kita yang saling membutuhkan. Kita perlu belajar dari desa !
C. KEARIFAN LOKAL
Kehidupan masyarakat merupakan proses interaksi antar individu dan individu lainnya dan antara masyarakat dengan lingkungan biotik dan abiotik sekitarnya. Hasil interaksi tersebut melahirkan prilaku dan tindakan individu maupun bersama untuk memenuhi kebutuhan kehidupan. Kadangkala dalam kebersamaan dengan lingkungan terjadi tindakan yang bersifat adaptif yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kadangkala harus mencari cara-cara yang baru yang disebut inovatif. Kedua tindakan adaptif dan inovatif menjadi bagian dari kehidupan masyarakat desa yang sudah teruji dalam waktu lama yang merupakan kearifan lokal atau pengetahuan lokal.
Penemuan ilmu pengetahuan lokal tidak dilakukan dengan cara eksperimental dengan metode yang baku, akan tetapi melalui proses kehidupan sehari-hari atau bekerja sambil memperhatikan kejadian-kejadian, dampak-dampakya, akibat-akibatnya, berarti melalui proses bekerja sambil belajar. Pengetahuan yang didapat biasanya spesifik lokasi, hanya cocok untuk lokasi itu saja. Penerapan pengetahuan lokal pada lokasi lainnya sering kali mengalami kegagalan. Untuk diterapkan pada daerah lainnya memerlukan penyesuaian- penyesuaian pada variable-variabel yang berbeda. Dibutuhkan pengamatan yang rinci dan teliti untuk menerapkan pengetahuan lokal pada daerah lain.
Pengetahuan lokal digunakan masyarakat untuk menjaga eksistensi kehidupan bersama dan menjaga identitas diri. Keharmonisan hubungan perlu dipelihara agar jangan sampai bias dari kebersamaan dan harus dikendalikan untuk tidak berorentasi pada kepentingan individu atau pihak tertentu. Fungsi lainnya yaitu pengetahuan lokal dapat pula digunakan untuk beradaptasi dengan perubahan atau perkembangan yang datang dari luar. Dari satu sisi adaptasi ini akan mendorong kamajuan, sisi lainnya sering menganggu keharmonisan dan keseimbangan hubungan internal dan eksternal. Gangguan tersebut dapat merenggangkan kohesi sosial yang melemahkan modal sosial dalam masyarakat. Sebaliknya ikatan terlalu ketat akan mengakibatkan ekslusivitias lokal. Kita harus belajar dari azas keseimbangan kearifan lokal agar pembangunan dapat berhasil.
D. KEARIFAN DESA DAN PEMBANGUNAN Berbagai bentuk kearifan lokal digunakan masyarakat untuk pembangunan. Masyarakat mampu mengidentifikasi sumber daya alam yang dimiliki, mengetahui tingkat teknologi yang dikuasai, mampu menghitung tenaga kerja, memiliki pengetahuan tentang iklim, dan mengkalkulasi modal yang tersedia. Selain itu masyarakat juga mampu mengorganisasi, melakukan kerja sama dengan pihak luar, dan membangun jaringan yang saling menguntungkan dengan pihak lainnya baik pemerintah maupun swasta. Dasar pengetahuan ini, membuat masyarakat mampu merencanakan, melaksanakan dan mengawasi tindakannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dalam pembangunan sering diinginkan perubahan, termasuk perubahan dalam pengetahuan lokal. Bila kita pandang sepintas seolah-olah kohesi sosial dan solidaritas sosial yang tinggi akan menghambat pembangunan. Kecepatan pembangunan saling bertolak belakang dengan kohesi sosial. Padahal dalam kohesi sosial terdapat nilai keterbukaan, toleransi dan adaptasi terhadap nilai- nilai positif yang datang dari luar. Kedua nilai yang nampak bertolak belakang tersebut dapat diintergrasikan dan disinerjikan. Energi hibrida ini dapat dikelola secara serasi dan seimbang untuk mempercepat pembangunan. Pembangunan sebenarnya merupakan harmonisasi antara sumber kebudayaan internal dan eksternal. Bukan merupakan rekayasa sosial atau menjadikan budaya dari luar yang sama sekali baru tanpa menghiraukan budaya yang mudah berkembang lama di masyarakat. Budaya internal dikenali, kemudian digunakan untuk mendukung pembangunan dengan sedikit merubah fungsinya. Kalau cara harmonisasi unsur-unsur kebudayaan tersebut kita lakukan, maka kearifan lokal dapat mengatasi krisis jangka pendek maupun jangka panjang. Contoh mengatasi masalah jangka pendek yaitu secara bersama gotong royong dalam penyelesaian berbagai infrastruktur jalan, pengairan, tempat ibadah, pendidikan, kesehatan dan sampai masalah individu seperti pembangunan rumah secara bergotong royong buat warga yang kurang mampu. Untuk krisis jangka panjang, sewaktu krisis ekonomi tahun 1997 secara nasional kita sudah lumpuh total. Mengapa secara mikro kita tenang-tenang saja, ini karena kearifan lokal yang mampu menyelamatkan bangsa ini dari krisis multi dimensi yang kita alami beberapa tahun yang lalu. Semuanya pelajaran-pelajaran dari kearifan desa ini dapat menjadi guru bagi kita untuk strategi pembangunan di masa mendatang.