Penting bagi remaja yang belum menikah untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi PMS-ISR (50 % dari infeksi HIV/AIDS baru terjadi pada usia < 25 tahun), dan aborsi tidak aman Remaja yang sudah menikah masih sering diabaikan dan tidak mendapatkan layanan kesehatan reproduksi yang memadai Usia pubertas semakin muda, usia menikah menjadi semakin meningkat sehingga meningkatkan peluang terjadinya berbagai hal bisa positif maupun negatif Kehamilan dan pernikahan usia dini serta terbatasnya akses informasi, edukasi, komunikasi dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja
suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi melalui pertemuan terhadap lintas program dan sektor, tercapai kesepakatan untuk membentuk Komisi Kesehatan Reproduksi. Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor433/MENKES/SK/V/1998 tentang Komisi Kesehatan Reproduksi dibentuklah Komisi tesebut yang terdiri atas empat Kelompok Kerja (Pokja) sebagai berikut: 1. Pokja Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir 2. Pokja Keluarga Berencana 3. Pokja Kesehatan Reproduksi Remaja 4. Pokja Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut. Sedangkan, ruang lingkup KRR dibagi lagi menjadi 5 kelompok besar yakni, Kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, Masalah KRR, kecanduan narkoba, gangguan jiwadan psikososial (Slide Direktorat Bina Kesehatan Anak dr. Rinni Yudhi Pratiwi, MPET , 2010) 3 Kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya, 1 Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu danbayi, 2 Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS 3 4 Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial. Remaja awal (10-14 tahun) Remaja akhir (15-20 tahun) Remaja: 10-20 tahun Kehamilan remaja kurang dari 20 tahun beresiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan pada ibu berusia 20-35 tahun. Diikuti dengan meningkatnya angka ketergantungan akan NAPZA di Indonesia Bertujuan membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan yang bertanggung jawab. BKKBN mengeluarkan 6 kebijakan teknis program KRR meliputi:
1 Peningkatan promosi Kesehatan Reproduksi Remaja
2 Peningkatan Advokasi Kesehatan Reproduksi Remaja 3 Pengembangan KIE Kesehatan Reproduksi Remaja 4 Peningkatan Kegiatan Konseling pada remaja yang membutuhkan 5 Peningkatan dukungan pelayanan bagi remaja yang memiliki masalah khusus 6 Peningkatan Dukungan bagi kegiatan remaja yang positif Mengembangkan dan menyediakan pelayanan informasi , motivasi, dan pelatihan, untuk menanamkan konsep keluarga berkualitas pada remaja Memperluas jaringan pelayanan informasi , konseling, dan rujukan pelayanan kesehatanKRR melalui jaringan yang komprehensif Mengembangkan dan melakukan pendekatan untuk kesetaraan gender dalam konteks KRR guna mewujudkan keluarga dan remaja yang bertanggung jawab Mengembangkan komponen organisasi/institu si dalam rangka pelayanan informasi dan konsultasi KRR Mengembangka n dan meningkatkan sumber daya yang berkaitan dengan pengelolaan pusat informasi dan konsultasi KRR KIE Tentang tumbuh kembang remaja, kehamilan dan aspek disekiranta, Penyakit Menular seksual, dan HIV-AIDS, narkoba dan miras, peran kelompok dan keluarga dalam pengembangan diri remaja, gender, pelecehan seksual dan pornografi Penyuluhan Dapat disampaikan oleh berbagai pihak penyuluhan kelompok sebaya atau penyuluhan secara massal Dapat berasal dari petugas PIK KRR atau sukarelawan PIK-KRR Konseling Dapat bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif Pelatihan Atau orientasi bagi pendidik sebaya, konselor sebaya yang berasal dari kelompok remaja, tenaga informan, atau kelompok masyarakat lainnya Rujukan Medis maupun non medis Promosi Mempromosikan PIK-KRR dalam lingkup wilayah Monitoring Meliputi pemantauan dan evaluasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang ditargetkan
Salah satu upayapemenuhan kebutuhan remaja akan kesehatan reproduksi adalah dengan menyediakan informasi dan pelayanan konsultasi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat direalisasikan dalam bentuk pengembangan dan pembinaan Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Agar memiliki standar pelayanan tertentu dan lebih terarah.