Anda di halaman 1dari 23

Pengaruh Penggunaan Media realia Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Kelompok A

5
Setelah dilakukan uji validitas, untuk selanjutnya peneliti melakukan uji reliabilitas.Penelitian ini
menggunakan reliabilitas internaldengan teknik mencari reliabilitas pengamatan atauobservasi.
Teknik mencari reliabilitas pengamatanatau observasi ini dilakukanoleh dua orang
ataulebih. Untuk menentukan toleransi perbedaan
hasil pengamatan, digunakan teknik pengetesanreliabilitas pengamatan dengan rumus yangdikem
ukakan oleh H. J. X. Fernandes (dalamArikunto (2010:244) sebagai berikut :KK=Dengan
Keterangan :KK=Koefisiensi KesepakatanS=Sepakat, jumlah kode yang sama untuk
obyek yang sama N
1
= Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I N
2
= Jumlah kode jyang dibuat oleh pengamat IIBerdasarkan rumus di atas diperoleh
perhitungandan hasil sebagai berikut :Hasil uji reliabilitas, diperoleh hasilkoefisien kesepakatan
yang bernilai 1, hal ini dapatdiartikan bahwa lembar observasi yang digunakandalam penelitian
ini reliable untuk digunakandalam penelitian. Selanjutnya, penelitimenggunakan uji statistik
non parametrisWilcoxon Matched PairsTest
dengan tabel penolong
Wilcoxon.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahuiarah dan ukuran perbedaan.Uji
Wilcoxon match pairs test
dilakukan untuk menguji hipotesiskomparatif dua sampel berpasangan
(two paired sample)
dengan data berbentuk ordinal.Hasil pengukuran data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.Tabel Penolong
Wilcoxon
NoSubyekPre-test(X
B
)Post-test(X
A
)Beda(X
A
-X
B
)JenjangJ e n j a n g
+ -
1 . A J 1
4 2 3 + 9
3 , 5 + 3
, 5 -
2 . A A 1
0 1 9 + 9
3 , 5 + 3
, 5 -
3 . A D S 1
5 2 5 + 1 0
6 , 5 + 6 ,
5 -
4 . A D S 1 0
2 1 + 1 1 1 0
, 5 + 1 0 , 5
-
5 . A F U 1 2
2 3 + 1 1 1 0
, 5 + 1 0 , 5
-
6 A F 1 3 2
4 + 1 1 1 0
, 5 + 1 0 ,
5 -
7 C M P 1
8 2 8 + 1 0
6 , 5 + 6 ,
5 -
8 F A I 1 0
2 2 + 1 2 1
6 , 5 + 1 6
, 5 -
9 M A D P 1 7
2 8 + 1 1 1 0
, 5 + 1 0 , 5
-
1 0 M R A 1 0
2 2 + 1 2 1 6
, 5 + 1 6 , 5
-
1 1 A Z A
1 0 1 9 + 9
3 , 5 + 3 ,
5 -
1 2 M D C P 1
2 2 4 + 1 2 1
6 , 5 + 1 6 , 5
-
1 3 M A R
1 0 2 3 +
1 3 2 1 +
2 1 -
1 4 M R S 1 1
2 3 + 1 2 1 6
, 5 + 1 6 , 5
-
1 5 M U 1 3
2 5 + 1 2 1
6 , 5 + 1 6 ,
5 -
1 6 M A F 1 3
2 4 + 1 1 1 0
, 5 + 1 0 , 5
-
1 7 . M
A F R 9
1 7 + 8
1 + 1 -
1 8 . N A
P 1 3 2 6 +
1 3 2 1 + 2
1 -
1 9 . O R 1 1
2 5 + 1 4 2 3
, 5 + 2 3 , 5
-
2 0 . R R
1 4 2 7 +
1 3 2 1 +
2 1 -
2 1 . R A 1 5
2 7 + 1 2 1 6
, 5 + 1 6 , 5
-
2 2 . S D A 1
3 2 7 + 1 4 2
3 , 5 + 2 3 ,
5 -
2 3 . D 1 2
2 3 + 1 1 1
0 , 5 + 1 0
, 5 -
2 4 . F R
9 1 8 + 9
3 , 5 + 3
, 5 -
T = 3 0 0 0 Keterangan :X
B
= nilai
pre-test
X
A
= nilai
post-test
Berdasarkan tabel di atas,kecerdasan visualspasialpada anak meningkat setelah
diberikan perlakuan/
teratment
berupapenggunaan mediarealia di sekitar anak. Hal ini dapat kita lihat
pada perolehan skor masing-masing anak. Dapat kitalihat, misalnya saja pada subyekAJ. Pada
saat
pre-test
(X
B
), subyek mendapatkan skor14. Setelahdiberikan perlakuan/
treatment
berupapenggunaanmedi a r eal i a, s ubyekAJ mendapat kan s kor
post-test
(X
A
)23. Hal ini juga dapat kita lihat pada
hasil perhitungan tabel di atas, diketahuibahwa jumlah jenjang terkecil adalah 0,
kemudian jumlah jenjang


Pengaruh Penggunaan Media realia Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Kelompok A
6
terkecil dibandingkan dengan T
tabel
(Sugiyono,2011:379) dengan taraf signifikan 5% dengan jumlah subyek (N)= 24anak, maka nilai
T
tabel =
81,dapat diketahui bahwa T
hitung
<T
tabel
y a i t u 0 < 8 1 . Hal ini berarti, H
o
ditolak dan H
o
diterima,sehingga hipotesis penelitian yang berbunyipenggunaan media
realiaberpengaruh terhadapkecerdasan visual spasialpada anak diterima. Berdasarkan
hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwapenggunaan media realiaberpengaruht e r h a d a p v i s u a l
s p a s i a l p a d a a n a k b e r u p a peningkatan kemampuanmemahami warna, pola/arah
hadap (kanan-kiri, depan-belakang, atas- bawah) dan bentuk ruang (kubus, balok, tabung,kerucut,
bulat).Hasil pengukuran perolehan nilai padas et i aps ubyek ber beda - beda, hal i ni
di kar enakansetiap anak memiliki daya konsentrasi
yang berbeda yang menyebabkan perbedaankemampuan dalam menerima setiap informasi
yangdiberikan.Pada hakekatnya pembelajaranmenggunakan media realia akan mengubah
tradisilama para pendidik yang mengajar hanya denganmenggunakan lembar kerja dan contoh
abstrak atauhanya diutarakan lewat lisan tanpa
menghadirkan benda yang sesungguhnya ke dalam kelas menjaditerciptanya pembelajaran yang
menarik danmenyenangkan dengan penghadiran media realiauntuk memunculkan pemahaman
konkrit yang adadi sekitar anak.Media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
belajar anak.Pemanfaatannya oleh Guru secara tepat akan sangatmembantu dalam
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak baik aspek kognitif, emosi,sosial, bahasa,
motorik, afeksi, moral dan lainsebagainya (Zaman 2003: 1.1). Media sebagaisalah satu komponen
atau unsur pembelajaran anak TK memegang peranan penting dalam rangkaterselenggaranya
kegiatan pembelajaran yangmenarik dan bermakna bagi anak.Peran media dalam
komunikasi pembelajaran di TK semakin penting artinyamengingat perkembangan anak pada
saat itu berada pada masa konkret (Hernawan 2003: 4.4). Anak diharapkan dapat mempelajari
sesuatu secara nyata.Penyajian media pembelajaran yang nyata dansederhana akan sangat
membantu kemampuan berfikir anak. Perlunya media pembelajaran yangkonkret dan sesuai
dengan tahap perkembangan berfikir anak TK yang masih berada pada tahapoperasi konkret agar
pesan/informasi dapatditerima atau diserap anak dengan baik, karenaanak usia TK belajar dalam
situasi yangholistik/utuh dan terkait dengan kehidupan merekasehari-hari.Pada pelaksanaan
pembelajaranmenggunakan media realia, anak diajarkan pemahaman dari hal-hal konkrit yaitu
penghadiranmedia realia yang ada di sekeliling anak danmenciptakan lingkungan yang
menyenangkan sertamenarik dalam pembelajaran, anak
mengikuti pelajaran dengan antusias dan lebih fokus karena penghadiran media secara nyata, hal
inimembuatanak mudah menyerap informasi dan relatif bertahan lebih lama dari pada
pembelajaran denganmenggunakan pemahaman hal-hal abstrak ataulisan.
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, maka dapatdisimpulkan bahwa penggunaan media realiamampu
memberikan pengaruh dalammengembangkan kecerdasan visual spasial anak kelompok A TK
Dharma Wanita Desa PatihanKecamatan Widang Kabupaten Tuban. Signifikansi peningkatan
skor perkembangan kecerdasan visualspasial anak ditunjukkan antara sebelum dansesudah
pembelajaran menggunakan media realia.Di har apkan bagi gur upengaj ar di
TK Dhar ma Wani t aadanya penel i t i an i ni ,
par a pendidik diharapkandapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media realias e
b a g a i s a l a h s a t u p e m b e l a j a r a n u n t u k mengembangkan kecerdasan visual
spasial anak
.
Peneliti selanjutnya dapat
mengulangi penelitian ini dengan berbagai variasi dan perbaikan. menggunakan variabel lain yan
g berbeda dengan variabel yang telah dilakukan oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Ar i k u n t o , S u h a r s i mi ( 2 0 1 0 )
Prosedur Penelitian
.Jakarta: Rineka Cipta.Arsyad, Azhar. (2009)
Media Pembelajaran
. Jakarta:Rajawali PersHarnawan, Asep Hery. (2003)
Media PembelajaranUntuk Anak TK
, Modul 4. Jakarta: UniversitasTerbukaKemp, Jerrold E. (1994)
Proses Perancangan Pengajaran, terjemahan Asril Marjohan.
Bandung: Penerbit ITBMartuti, A. (2008)
Pengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk
.Yogyakarta: Kreasi WacanaSadiman, Arief S & Dkk. (2010)
Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan PemanfaatannyaCetakan ke-14
. Jakarta: Rajawali Pers.S u g i y o n o . ( 2 0 0 7 )
Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta. ________. (2010)
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.


Pengaruh Penggunaan Media realia Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Kelompok A
7
Sujiono, Yuliani Nuraini. dan Sujiono, Bambang.(2010)
Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.
Jakarta: IndeksSurya, Sutan. (2007)
Melejitkan Multiple Intelligence Anak Sejak Dini.
Yogyakarta: Penerbit Andi
.
Yaumi, Muhammad. (2012)
Pembalajaran Berbasis Multiple Intelligence
. Jakarta: Dian Rakyat.Zaman, Badru. (2003)
Esensi Sumber Belajar dalam Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak,
Modul 1.Jakarta: Universitas Terbuka.

1. Definisi Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau
pengantar[1]. Menurut Bovee yang dikutip Ena (2001), media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi
menyampaikan pesan[2]. Selain itu beberapa ahli mengemukakan bahwa media dalam proses pembelajaran
cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun
kembali informasi dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Telah banyak
pakar dan juga organisasi (lembaga) yang mendefinisikan media ini, beberapa definisi tentang media
pembelajaran ini adalah sebagai berikut: media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya,
ahli lain menyampaikan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Sementara, NEA, mengemukakan media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk
cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. B berpendapat media adalah alat bantu
untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Lain lagi dengan yang
menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar[3].
Dari berbagai pendapat di atas, jelaslah bahwa pada dasarnya semua pendapat tersebut memosisikan media
sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran. Keberadaan media dimaksudkan agar pesan
dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar, secara luas
dapat diartikan bahwa manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dapat disebut sebagai media.
Untuk lebih mengkongkritkan penyajian pesan, sekitar pertengahan abad 20 mulai digunakan alat audio
sehingga lahirlah istilah alat bantu audiovisual. Usaha tersebut terus berlanjut. Edgar Dale mengklasifikasikan
sepuluh tingkat pengalaman belajar dari yang paling konkret sampai dengan yang paling abstrak. Klasifikasi ini
dikenal dengan nama kerucut pengalaman Dale.
Pada akhir tahun 1950-an teori komunikasi mulai masuk memengaruhi penggunaan alat bantu audiovisual
dalam kegiatan pembelajaran. Menurut teori ini ada tiga komponen penting dalam proses penyampaian pesan
yaitu sumber pesan, media penyalur pesan, dan penerima pesan. Sejak saat itu alat bantu audiovisual tidak lagi
hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, tetapi juga sebagai alat penyalur pesan. Hanya saja faktor
peserta didik yang menjadi komponen utama dalam proses belajar belum mendapat perhatian. Baru pada
tahun 1950 1965 orang mulai memerhatikan peserta didik sebagai komponen yang penting dalam proses
pembelajaran. Teori tingkah laku ajaran Skinner mulai memengaruhi penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran. Teori ini mendorong orang untuk lebih memerhatikan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pada tahun 1965 1970 pendekatan sistem mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong penggunaan media sebagai bagian yang integral dalam program
pembelajaran.
Setiap program pembelajaran hendaknya direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada
peserta didik dan berdasarkan kebutuhan serta karakteristiknya. Media tidak lagi dipandang sebagai alat bantu
guru, tetapi juga diberi wewenang membawa pesan.Oleh karena itu, media haruslah dipilih dan dikembangkan
secara sistematis dan digunakan secara integral dalam proses pembelajaran. Demikianlah, apabila kita
mendengar kata media saat ini, maka istilah ini hendaknya ditafsirkan dalam pengertiannya yang terakhir,
meliputi mulai dari alat bantu guru hingga pembawa pesan dari kurikulum.

2. Pengertian media dalam Matematika
Mathematics has been called the queen of the sciences (matematika disebut ratu ilmu pengetahuan) .
Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena merupakan ilmu yang
sangat mendasar. The most quoted statement here is that of Bertrand Russel : mathematics may be defined as
the subject in which we never know what we are talking about, nor whether what we say is true(pernyataan
yang paling banyak dikutip oleh Bertrand Russel: matematika bisa didefinisikan sebagai subyek dimana kita
tidak pernah tahu apa yang kita bicarakan maupun kita tidak pernah tau apa yang kita bicarakan itu benar).
Sehingga diperlukan wawasan yang sangat luas dan mendalam untuk mengetahui hakekat matematika. Kita
harus mengerti tentang isi, pendekatan pemahaman, dan pola pikir yang digunakan dalam matematika, serta
peran matematika itu sendiri.
Menurut James matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis,
serta geometri[4].
Sedangkan berpendapat bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia memahami
dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam[5].
Adapun beberapa definisi/pengertian matematika adalah sebagai berikut:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir secara sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat[6].
Dari penjelasan tentang definisi matematika, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu
tentang logika yang mempelajari struktur dan pola daribentuk, susunan, dan besaran yang saling berhubungan
satu sama lain yang terbagi dalam aljabar, analisis, dan geometri serta tersusun secara hierarkis, sistematis,
dan teratur untuk membantu manusia memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Belajar matematika sangat terkait dengan berpikir matematis. Berpikir matematis menurut Dienes
berkenaan dengan penyeleksian himpunan-himpunan unsur matematika, dan himpunan-himpunan ini menjadi
unsur-unsur dari himpunan-himpunan baru yang lebih rumit dan seterusnya. Belajar matematika haruslah
bertahap, dimulai dari yang dasar sesuai dengan hakekat matematika bahwa matematika adalah ilmu yang
mempelajari benda pikiran yang masih bersifat abstrak. Sehingga dalam pembelajaran matematika siswa harus
diajarkan secara perlahan dimulai dari yang konkret kemudian yang bersifat abstrak[7].
Media pembelajaran matematika adalah sarana dalam menyajikan, mempelajari, memahami, dan
memmpermudah dalam mempelajari matematika. Matematika bersifat abstrak, bagi siswa SD berfikir secara
abstrak mungkin hal yang sulit. Oleh karena itu, diperlukan alat yang dapat membantu siswa membayangkan
hal yang bersifat abstrak melalui benda konkret. Media pembelajaran matematika bisa berupa alat
peraga/model, lembar kerja siswa, tayangan, software, dan sebagainya. Media pembelajaran tidak selalu
berbentuk alat peraga. Papan tulis bisa menjadi media pembelajaran utama untuk menjelaskan beberapa pokok
bahasan.
Agar media pembelajaran menjadi efektif dan efisien serta dapat digunakan dalam jangka panjang, dibutuhkan
beberapa pertimbangan dalam membuatnya yaitu sebagai berikut:
local material (bahan-bahan mudah didapat)
proses pembuatan hendaknya menggunakan alat yang tepat agar hasilnya akurat
mudah untuk dibuat oleh sendiri
efisien dalam menggunakan bahan
terdapat petunjuk penggunaan
mudah digunakan, baik oleh siswa, guru dan orang lain yang membutuhkan
dapat membantu memahami materi
tidak berbahaya
tampilannya menarik
tahan lama
bernilai jual
3. Tujuan Media
Dalam proses pembelajaran, media memiliki tujuan sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju
penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima danmengolah
informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada
Gambar
Gambar Tujuan Media dalam Pembelajaran
Media pengajaran merupakan salah satu komponen pengajaran yang dapat mengefektifkan interaksi guru dan
siswa serta siswadengan lingkungannya. Maka dari itu mediaa merupakan hal yang penting yang dapat
membantu dalam proses pengajaran.
Dalam situs http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-
pembelajaran/media memiliki beberapa tujuan, diantaranya:
1. media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
2. media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
3. media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. media menghasilkan keseragaman pengamatan.
5. media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak[8] .
Sejalan dengan penjelasan di atas mengenai tujuan media pembelajaran adalah membuat proses pembelajaran
berjalan lebih menarik, membantu penyampaian pengajar kepada pembelajar lebih mudah.
Dalam hal lain, media pembelajaran memiliki tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kegunaan
pembelajaran. Tujuan dari media tersebut akan terasa apabila diletakkan pada posisi yang tepat. Penggunaan
media pembelajaran sebagai alat bantu tidak boleh sembarangan, seorang pengajar harus memperhatikan dan
mempertimbangkan apakah media yang akan digunakan sesuai dengan tujuan pengajaran atau tidak.
Beberapa tujuan media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru
mengajar pada setiap jam pelajaran.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, mendemontrasikan, memerankan dan lain-lain[9].
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan media pembelajaran adalah untuk membantu proses
pembelajaran dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Levi dan Lentz mengemukakan bahwa terdapat empat tujuan media pembelajaran, khususnya media visual,
yaitu:
1) Fungsi atensi; yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran
yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2) Fungsi afektif; yaitu media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca
teks yang bergambar.
3) Fungsi kognitif; artinya lambang visual atau gambarakan memperlancar pencapaian tujuan yang terkandung
dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris; yaitu media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah
dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan dengan secara
verbal[10].
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwaperanan atau kedudukan media pembelajaran merupakan
komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk menghubungkan prosesinteraksi guru dengan
siswa dan siswa dengan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka fungsi utama media pembelajaran
adalah sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang
digunakan oleh guru. Oleh karena itu, penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat dianjurkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Manfaat Media
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan
siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus beberapa
manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton misalnya mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam
pembelajaran, yaitu:
1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran
tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat
disampaikan kepada siswa secara seragam.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan
dan warna, baik secara alami maupun manipulasi.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
Media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses
pembelajaran.
4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
Dengan media, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga
seminimal mungkin.
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa
menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh.
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.
7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar.
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu
pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
8) Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif[11].
Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi
siswa.
Selain beberapa manfaat media yang telah dikemukakan di atas, masih banyak manfaat praktis lainnya.
Manfaat praktis media pembelajaran antara lain dijelaskan sebagai berikut.
Media pembelajaran dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit.
Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu.
Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia.
Media juga dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam
kelas.
Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan mendalam dan lebih
lama tersimpan pada diri siswa.
Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang bisa digunakan oleh
guru di sekolah. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkannya adalah media
cetak (buku) dan papan tulis. Selain itu banyak sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain seperti
gambar, model, dan Overhead Proyektor (OHP) dan obyek-obyek nyata. Sedangkan media lainnya seperti kaset
audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun
sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru. Meskipun demikian, sebagai seorang guru
alangkah baiknya kita mengenal beberapa jenis media pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
mendorong kita untuk mengadakan dan memanfaatkan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

5. Karakteristik Media Realia dalam Matematika
media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan
media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara
mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya[12].
Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu
dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang
asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya,
dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media realia sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang tidak
memiliki pengalaman terhadap benda tertentu.
Misalnya untuk mempelajari binatang langka, siswa diajak melihat badak yang ada di kebun binatang.
Selain observasi dalam kondisi aslinya, penggunaan media realia juga dapat dimodifikasi. Modifikasi media
realia bisa berupa: potongan benda (cutaways), benda contoh (specimen), dan pameran (exhibid). Cara
potongan (cutaways) adalah benda sebenarnya tidak digunakan secara utuh atau menyeluruh, tetapi hanya
diambil sebagian saja yangdianggap penting dan dapat mewakili aslinya. Misalnya binatang langka hanya
diambil bagian kepalanya saja.
Benda contoh (specimen) adalah benda asli tanpa dikurangi sedikitpun. Yang dipakai sebagai contoh
untuk mewakili karakter darisebuah benda dalam jenis atau kelompok tertentu. Misalnya beberapa ekor
ikanhias dari jenis tertentu, yang dimasukkan dalam sebuah toples berisi air untuk diamati di dalam kelas.
Pameran (exhibit) menampilkan benda benda tertentu yang dirancang seolah olah berada dalam lingkungan
atau situasi aslinya. Misalnya senjata senjata kuno yang masih asli ditata dan dipajang seolah olah
mengambarkan situasi perang pada jaman dulu.
Dalam memhami karakteristik media realia dalam pembelajaaran matematika, harus juga dipahami
mengenai makna dari pembelajaran matematika tersebut Pembelajaran matematika merupakan upaya
penataan lingkungan agar proses belajar atau pembentukan pengetahuan dan pemahaman matematika oleh
siswa berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan[13] .
Menurut Erman Suherman, fungsi mata pelajaran matematika sebagai berikut:
a) Alat
Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau
menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model
matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya.
Bilaseorang siswa dapat melakukan perhitungan tetapi tidak tahu alasannya, maka tentu ada yang salah dalam
pembelajarannya atau ada sesuatu yang belum dipahami.
b) Pola Pikir
Belajar matematika bagi para siswa, juga merupakan pembentukan pola pikir dan pemahaman suatu
pengertian maupun penalaran dalam suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu. Di dalam proses
penalaran siswa, dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun semuanya harus disesuaikan
dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses
pembelajaran matematika di sekolah.
c) Ilmu Pengetahuan
Fungsi matematika sebagai ilmu pengetahuan, dan tentunya pengajaran matematika di sekolah harus
diwarnai oleh fungsi yang ketiga ini. Guru harus mampu menunjukkan betapa matematika selalu mencari
kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan kesempatan untuk
mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah[14].
Beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Masing-masing
media tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan, namun dalam kegiatan belajar mengajar dikelas guru
dapat menggabungkan beberapa media dengan tujuan agar penggunaan media dapat saling melengkapi satu
sama lain dan dapat menutupikelemahan-kelemahan salah satu media. Oleh sebab itu, hendaknya perhatikan
kriteria media yang akan digunakan di kelas. Sudjana dan Rivai menyatakan bahwa:
Penggunaan media sangat bergantung kepada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan
memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam kegiatan belajar
mengajar dikelas[15].
Secara umum, Wibawa menjelaskan faktor- faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media
atau kriteria pemilihan media dalam matematika adalah:
1) Tujuan, artinya ketika guru memilih media yang akan digunakan berdasarkan tujuan yang telah dirancang
sebelumnya. Jika tujuannya membuat anak memahami konsep bilangan, maka guru dapat mempergunakan
papan flanel angka, menyediakan beberapa bentuk angka dan menggunakan benda-benda pada saat
mempelajari konsep bilangan.
2) Karakteristik Siswa, penyediaan media juga berhubungan dengan jumlah anak, dimana lokasi belajarnya
dan bagaimana gaya belajaranak di kelas. Dengan begitu, guru dapat menyediakan media sesuai dengan
jumlah anak agar semua anak mendapat kesempatan yang sama untuk mempergunakan media secara optimal.
3) Karakteristik Media, guru harus mengetahui karakteristik media yang hubungannya dengan keunggulan dan
kelemahan media tersebut. Misalnya
guru tidak mempergunakan media foto untuk mengajarkan gerakan, alangkah lebih baik apabila guru
menggunakan media video.
4) Alokasi Waktu, guru harus merencanakan berapa lama anak mempergunakan media tersebut dan juga
guru harus memperhatikan bagaimana cara merapikan kembali media tersebut. Hal ini berhubungan dengan
keefisienan media tersebut.
5) Ketersediaan, sebelum guru mempergunakan televisi di kelas, guru harus
memperhatikan ketersediaan alat-alat pendukung televisi tersebut. Seperti ketersediaan stop kontak, aliran
listrik dan sebagainya.
6) Efektivitas, berhungan dengan apakah penggunaan media tersebut efektif
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
7) Kompatibilitas, media yang akan digunakan harus bersifat praktis, luwes dan tahan lama agar dapat
digunakan diwaktu-waktu selanjutnya. Kemudian dalam penggunaanya tidak merepotkan guru dan anak
sehingga mudah digunakan.
8) Biaya, hal ini terkait dengan perawatan media yang digunakan. Apakah
pemeliharaannya mudah atau memakan biaya yang sangat mahal.
Berdasarkan beberapa penjelasan tentang kriteria pemilihan media secara umum, dapat dilihat bahwa
kriteria penggunaan mediasecara umum dipertimbangkan pada saat memilih media realia. Wibawa
mengungkapkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum menggunakan media realia
sebagai media pengajaran, yaitu (1) karena benda nyata itu banyak macamnya, mulai dari benda-benda hidup
sampai benda-benda mati, maka perlu dipertanyakan benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin
dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien,(2) bagaimanakah caranya agar benda-benda itu sesuai dengan pola
belajar mengajar di kelas, (3) darimana kita memperoleh benda-benda itu.
Selain itu, untuk penggunaan media pembelajaran agar lebih efektif, Heinich mengajukan model
ASSURE. Model ini dicetuskan oleh Heinich et.al
sejak tahun 1980-an dan terus dikembangkan oleh Smaldino et.al hingga sekarang model ini merupakan
singkatan yang terdiri atas istilah [16].
Model ASSURE merupakan akronim dari analyze learner, state objective, select methods, media and
materials, require learner participant and evaluate and revise. Adapun penjabaran dari ASSURE tersebut yaitu:
a) Analyze learner (menganalisis peserta didik). Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru harus
mengetahui karakteristik atau siapa yang akan kita ajarkan agar metode dan bahan ajar yang kita gunakan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Yang perlu dianalisa dari peserta didik adalah : karakteristik umum,
kompetensi prasyarat baik pengetahuan, keterampilan, maupun tentang topik pembelajaran dan gaya
belajarnya.
b) State objective (merumuskan tujuan pembelajaran). Langkah selanjutnya ialah menuliskan tujuan
pembelajaran secara spesifik. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu agar proses pembelajaran lebih
terarah.Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari silabus, buku teks, dari kurikulum utama atau dikembangkan
oleh guru.
c) Select methods, media and materials(memilih metode, media dan bahan ajar). Agar proses pembelajaran
dapat lebih efektif maka guru harus bisa memilih metode, media dan bahan ajar yang tepat sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan tujuan yang hendak dicapai. Disini kecermatan dalam memilih sangat dibutuhkan
agar proses pembelajaran tidak sia-sia dan mendaapat hasil yang maksimal. Ada 3 hal yang harus diperhatikan
dalam memilih yaitu : memilih bahan pembelajaran yang sesuai, memodifikasi bahan pembelajaran yang ada,
merancang bahan pembelajaran baru.
d) Utilize Media and Materials(memanfaatkan media dan bahan ajar). Guru dituntut untuk mampu
memanfaatkan media dan bahan ajar seefektif dan semaksimal mungkin. Setelah memodifikasi atau mendesain
bahan pembelajaran tahap selanjutnya ialah membuat perencanaan penggunaan bahan pembelajaran tersebut
dalam mengimplementasikan metode yang digunakan.
e) Require learner participant(mengembangkan peran peserta didik). Guru sebagai pengajar dituntut untuk
lebih terampil sebagai upaya untuk mengembangkan peran peserta didik agar lebih aktif dalam kegiatan KBM
atau dalam penggunaan bahan pembelajaran dapat dilakukandengan melibatkan pembelajaran.
f) evaluate and revise (menilai dan memperbaiki). Setelah melakukan KBM maka hal yang perlu dilakukan
adalah memberikan penilaian untuk mengukur tingkat pemahaman atas materi yang baru saja diberikan dan
setelah itu menilai seluruh komponen yuang ada dalam KBM tadi untuk mengetahui sejauh mana keefektivan
dan dapat dijadika masukan bagi perbaikan penyelenggaraan KBM selanjutnya
Apabila telah mengetahui kriteria dalam penggunaan media, ada baiknya mempertimbangkan dengan
matang sebelum penggunaan media di kelas. Beberapa penjelasan di atas dapat menjadi pertimbangan guru
pada saat sebelum mempergunakan media dan dapat dijadikan acuan guru pada saat memilih media realia
yang akan digunakan di kelas. Maka hendaknya pemanfaatan media realia sebagai media pengajaran dan
sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar akan semakin efektif.

[1] Azhar, Arsyad (2002). Media pembelajaran.Jakarta: rajawali Press.p.1.
[2] Ena, Ouda Teda. 2001. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi.
Yogyakarta: Indonesian Language and Culture Intensive Ciurse Universiatas Sanata Dharma.
[3] Rachmad, Antonius. 2005. Pengantar Multimedia. Yogyakarta: Fakultas Teknik
Informatika Universitas Kristen Duta Wacana.p.5.
[4] Erman, Suherman. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.p.16
[5] Erman, Suherman. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.p.17
[6] Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.p.11
[7] Herman Hudojo. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas
Negeri Malang..p.73
[8] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/media. diakses
tanggal 2 april 2013
[9] Sudjana dan Rivai.2009. Media pengajaran. Bandung:Sinar Baru.p.2
[10] Azhar, Arsyad (2010). Media pembelajaran.Jakarta: rajawali Press.p.16
[11] Aristo rahadi, 2003. Media Pembelajaran. Direktorat Tenaga kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan
dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.p.15
[12] Indriana, D. 2011. Ragam Alat Baantu Media Pengajaran. Mengenal, Merancang, dan Mempraktikannya.
Jogjakarta: DIVA Press.p.15.
[13] Esti Wuryastuti. (2008). Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP N 1 Minggir
Melalui Penerapan Problem Based Learning. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
[14] Erman, Suherman. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.p.56-57
[15] Sudjana dan Rivai.2009. Media pengajaran. Bandung:Sinar Baru.p.2
[16] Anita Lie. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.p.2

Anda mungkin juga menyukai