Anda di halaman 1dari 2

Masa Pemeliharaan dan Jaminan Konstruksi

Dalam setiap proyek sudah umum dicantumkan masa pemeliharaan yang tanggungjawabnya
dibebankan kepada penyedia jasa, dengan jangka waktu mulai dari tiga bulan hingga satu tahun,
biasanya tergantung nilai proyek dan dicantumkan dalam klausul kontrak. Dalam masa
pemeliharaan penyedia jasa wajib memantau hasil kerjanya, dan menjaga (memelihara) agar
tidak terjadi kerusakan-kerusakan. Apabila terjadi kerusakan bangunan yang disebabkan karena
kualitas yang tidak sesuai spesifikasi teknik maka semua biaya perbaikan ditanggung oleh
penyedia jasa. Masa pemeliharaan sebagaimana tercantum dalam kontrak bukanlah waktu untuk
menyelesaikan sisa-sisa pekerjaan, melainkan untuk pemeliharaan pekerjaan yang sudah 100
persen selesai dan telah dilakukan serah terima pertama pekerjaan.

Tanggungjawab penyedia jasa tidak berhenti setelah masa pemeliharaan habis, tetapi tetap
dibebani tanggungjawab dalam waktu tertentu sesuai dengan klausul kontrak (biasanya
dicantumkan dalam pasal kegagalan bangunan). Tanggungjawab ini disebut jaminan konstruksi.
Dalam Undang-undang J asa Konstruksi No. 18 tahun 1999 pada Bab Vi Pasal 25 ayat (2)
disebutkan kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Yang dimaksud penyedia jasa dalam hal ini adalah kontraktor dan konsultan (perencana dan
pengawas). Kegagalan bangunan yang disebabkan bukan karena keadaan force majeur bisa
menjadi tanggungjawab kontraktor maupun konsultan. Kegagalan bangunan sebagaimana
dimaksud dalam UUJK ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli. Kegagalan bangunan
bisa terjadi akibat kesalahan perencanaan maupun kesalahan dalam pelaksanaan serta
pengawasan. Sesuai pasal 43 UUJK No. 18 Tahun 1999, maka pihak penyedia jasa yang
melakukan kesalahan dan mengakibatkan terjadinya kegagalan bangunan bisa dikenai pidana
maksimal 5 tahun atau denda maksimal 10 persen (bagi perencana) dan 5 persen (bagi
pelaksana/pemborong) dari nilai kontrak.

Oleh karena beratnya tanggungjawab sesuai ketentuan undang-undang, disarankan kepada
penyedia jasa untuk berhati-hati dalam proses tender maupun dalam proses perencanaan,
pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan yang salah, pelaksanaan yang salah dan pengawasan
yang salah dapat menyebabkan terjadinya kegagalan bangunan dan berakibat sanksi pidana atau
denda. Undang-undang J asa Konstruksi berlaku baik untuk proyek pemerintah maupun proyek
swasta, dan berlaku bagi usaha orang-perorangan maupun badan usaha.

Dalam proses tender, pemilik proyek yang diwakili oleh panitia tender harus menekankan
pentingnya jaminan konstruksi. Hal ini dimaksudkan supaya peserta tender berhati-hati dalam
melakukan penawaran, tidak asal memenangkan tender saja. Peserta tender harus diingatkan
bahwa tanggungjawab kontraktor tidak hanya sampai masa pemeliharaan berakhir tetapi sampai
maksimal 10 tahun setelahnya. Selama ini yang sering terjadi adalah penyedia jasa tidak pernah
dibebani tanggungjawab perbaikan suatu pekerjaan yang rusak setelah masa pemeliharaan
berakhir. Padahal banyak pekerjaan yang rusak akibat kualitas yang tidak baik, atau kualitasnya
hanya bertahan sampai masa pemeliharaan berakhir. Biasanya pemerintah akan mengeluarkan
biaya lagi untuk perbaikan, bukannya meminta pertanggungjawaban penyedia jasa. Hal ini tentu
menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi, dan
dibiarkan. Atau semua pihak pura-pura tidak mengetahui perihal jaminan konstruksi?

Anda mungkin juga menyukai