Anda di halaman 1dari 35

1.

Ciri-ciri Lapisan Atmosfer



a. Troposfer
* Troposfer merupakan lapisan terbawah atmosfer dengan ketinggian 0-18 km di
atas perbukaan bumi.
* Tebal troposfer sekitar 10 km.
* Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca dan iklim

b. Stratosfer
* Terletak pada ketinggian 18 49 km dari permukaan bumi.
* Terdapat lapisan ozon
* Menyerap radiasi sinar ultraviolet
* Tidak terdapat uap air, awan atau debu atmosfer

c. Mesosfer
* Terletak pada ketinggian 49 82 km dari permukaan bumi.
* Lapisan ini menjadi tameng bumi dari jatuhan meteor dan benda-benda angkasa
lainnya.
* Temperatur terendah di mesosfer kurang dari -810C, dan pada puncak mesosfer
suhunya bisa mencapai -1000C.

d. Termosfer
* Terletak pada ketinggian 82 800 km dari permukaan bumi.
* Disebut juga lapisan ionosfer
* Sebelum ada satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan
gelombang radio jarak jauh

e. Eksosfer
* Eksosfer lapisan atmosfer kelima, terletak pada ketinggian 800-1000 km dari
permukaan bumi.
* Lapisan ini merupakan lapisan paling panas
* Molekul debu dapat meninggalkan atmosfer sampai ketinggian 3.150 km dari
permukaan bumi
* Lapisan ini disebut juga ruang antarplanet dan geostasioner
* Lapisan ini sangat berbahaya karena merupakan tempat terjadi kehancuran meteor
dari angkasa luar.

2. Manfaat Lapisan Atmosfer
a. Tropesfer
Terjadinya pembentukan perubahan cuaca, adanya oksigen untuk bernafas
b. Stratosfer
Melindungi bumi dari sinar radiasi ultraviolet
c. Mesosfer
Melindungi bumi dari hujan meteor
d. Ionosfer
Berhubungan dalam hubungan komunikasi manusia yaitu memantulkan gelombang
radio
e. Eksosfer



3. 4/5 Faktor Yang Mempengaruhi Cuaca
a. Suhu Udara
Suhu atau temperatur udara merupakan kondisi yang dirasakan di permukaan Bumi sebagai
panas, sejuk atau dingin. Sebagaimana Anda ketahui bahwa permukaan Bumi menerima
panas dari penyinaran Matahari berupa radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar
Matahari yang dipancarkan ini tidak seluruhnya sampai ke permukaan Bumi. Hal ini
dikarenakan pada saat memasuki atmosfer, berkas sinar Matahari tersebut mengalami
pemantulan (reeksi), pembauran (scattering), dan penyerapan (absorpsi) oleh material-
material di atmosfer. Persentase jumlah peman tulan dan pembauran sinar Matahari oleh
partikel atmosfer ini dinamakan albedo.

b. Tekanan Udara
Faktor kedua yang mempengaruhi dinamika cuaca adalah tekanan udara, yaitu tenaga yang
bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam satuan wilayah tertentu dari suatu tempat
ke tempat lainnya. Tekanan udara sangat dipengaruhi tingkat kepadatan atau kerapatan
(densitas) massa udara. Semakin tinggi kerapatan udara, semakin tinggi pula tekanannya.
Berbeda dengan ting kat kerapatan yang berbanding lurus dengan tekanan udara, suhu di
suatu wilayah berbanding terbalik dengan tekanan udaranya. Semakin tinggi suhu udara,
semakin rendah tekanan udaranya.

c. Angin
Perbedaan tekanan udara di berbagai wilayah di muka Bumi mengakibatkan terjadinya
gerakan massa udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Pola
gerakan udara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu adveksi, konveksi, dan turbulensi. Adveksi
adalah gerakan udara yang arahnya mendatar atau horizontal. Konveksi adalah gerakan
massa udara dengan arah vertikal.

d. Kelembapan Udara dan Awan
Pada bagian awal bab ini telah kita bahas bahwa massa udara terdiri atas berbagai macam
gas dengan kandungan yang berbeda-beda. Salah satunya adalah uap air. Banyaknya uap
air yang terkandung dalam sejumlah massa udara dikenal dengan kelembapan atau
kelengasan udara. Untuk mengukur kelembapan udara digunakan alat Higrometer atau
Psycometer Asmann.

e. Presipitasi (Curah Hujan)
Kandungan titik-titik air dalam awan semakin lama semakin tinggi. Apabila awan sudah tidak
mampu lagi menampung titik-titik air karena sudah cukup banyak maka akan dijatuhkan
kembali ke permukaan Bumi dalam bentuk hujan atau presipitasi. Untuk mengukur intensitas
curah hujan digunakan alat uviograf atau rain gauge yang biasa menggunakan skala
milimeter. Pada peta cuaca, daerah-daerah yang memiliki curah hujan dihubungkan dengan
garis isohiet.
4. Mengidentifikasi Pemanasan Lansung / Tidak Langsung

a. Konduksi
Konduksi ialah pemindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung antara
permukaan-permukaan benda. Konduksi terjadi hanya dengan menyentuh atau
menghubungkan permukaan-permukaan
yang mengandung panas. Setiap benda mempunyai konduktivitas termal
(kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan mempengaruhi panas yang
dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang lebih dingin. Semakin tinggi nilai
konduktivitas termal suatu benda, semakin cepat ia mengalirkan panas yang diterima
dari satu sisi ke sisi yang lain.

b. Konveksi
Pemindahan panas berdasarkan gerakan fluida disebut konveksi. Dalam hal ini
fluidanya adalah udara di dalam ruangan.

c. Evaporasi (penguapan)
Dalam pemindahan panas yang didasarkan pada evaporasi, sumber panas hanya
dapat kehilangan panas. Misalnya panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia,
kelembaban dipermukaan kulit menguap ketika udara melintasi tubuh.

d. Radiasi.
Radiasi ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang elektromagnetik.
Misalnya tubuh manusia akan mendapat panas pancaran dari setiap permukaan dari
suhu yang lebih tinggi dan ia akan kehilangan panas atau memancarkan panas
kepada setiap obyek atau permukaan yang lebih sejuk dari tubuh manusia itu. Panas
pancaran yang diperoleh atau hilang, tidak dipengaruhi oleh gerakan udara, juga
tidak oleh suhu udara antara permukaan-permukaan atau obyek-obyek
yang memancar, sehingga radiasi dapat terjadi di ruang hampa.
Jumlah keseluruhan panas pindahan yang dihasilkan oleh masing-masing cara hampir
seluruhnya ditentukan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Umpamanya, udara yang
jenuh tak dapat menerima kelembaban tubuh, sehingga pemindahan panas tak
dapat terjadi melalui penguapan. Pengondisian suatu ruang seharusnya
meningkatkan laju kehilangan panas bila para penghuni terlalu panas dan
mengurangi laju kehilangan panas bila mereka terlalu dingin. Tujuan ini tercapai
dengan mengolah dan menyampaikan udara yang nyaman dari segi suhu, uap air
(kelembaban), dan velositas (gerak udara dan pola-pola distribusi). Kebersihan udara
dan hilangnya bau (melalui ventilasi) merupakan kondisi-kondisi kenyamanan
tambahan yang harus dikendalikan oleh sistem penghawaan buatan.

5. Mengidentifikasi Lapisan Termosfer

Termosfer
* Terletak pada ketinggian 82 800 km dari permukaan bumi.
* Disebut juga lapisan ionosfer
* Sebelum ada satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan
gelombang radio jarak jauh

6. Mendeskripsikan Pengertian Angin Pasat

Angin pasat adalah angin yang bertiup terus menerus ke arah khatulistiwa dan tetap
sepanjang tahun. Di belahan bumi utara berhembus angin timur laut sedangkan di
belahan bumi selatan berhembus angin pasat tenggara.
7. Menghitung Suhu Udara di Ketinggian Suatu Tempat
Jika hanya diketahui ketinggian suatu tempat.

T = Suhu udara yang dicari (C).


26,3 = (suhu udara rata-rata di daerah pantai tropis).
0,6 = Konstanta.
h = Tinggi tempat dalam ratusan meter.


Contoh soal:
Berapa suhu udara di daerah A, jika mempunyai ketinggian 1.500 m dari
permukaan laut?
Jawab:
T = 26,3 0,6 (15)
= 26,3 9
= 17,3C
Jadi, suhu udara di daerah A adalah 17,3C.

2) Jika diketahui ketinggian dua tempat, yang satu diketahui suhu udaranya
dan yang satu tidak.

T = 0,006 (X1 X2) 1C
T = Selisih suhu udara antara tempat 1 dengan tempat 2 (C).
X1 = Ketinggian tempat yang diketahui suhu udaranya (m).
X2 = Ketinggian tempat yang dicari suhu udaranya (m).

Contoh soal:
Kota A memiliki ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Rata-rata suhu udara di
kota A adalah 28C. Berapakah rata-rata suhu udara kota B yang memiliki
ketinggian 260 m di atas permukaan laut?
Jawab:
T = 0,006 (5 215) 1C
= 1,26C
Jadi, suhu udara kota B = 28C 1,26C
= 26,74C

8. Jenis Awan Tinggi, Menengah, Rendah
Awan rendah adalah awan yang memiliki ketinggian kurang dari 2000 m.
Awan kategori ini diantaranya
Stratocumulus, memiliki ciri letaknya rendah, bentuk seperti
gelombang, bergumpal, tebal dan luas.


Stratus, memiliki ciri awannya luas, ketinggian kurang dari 1000 m,
lapisannya melebar,



Nimbostratus, memiliki ciri awannya tebal, bentuk tidak beraturan,
berwarna putih, merupakan awan hujan ringan



Awan menengah adalah awan yang memiliki ketinggian antara 2000 - 6000
m. Awan menengah diantaranya adalah
Altocumulus, memiliki ciri awannya kecil dan banyak, berbentuk
seperti bola, warnanya putih sampai kelabu.


Altostratus, memiliki ciri berwarna kelabu, berlapis-lapis dan bersifat
luas.


Awan tinggi adalah awan yang memiliki ketinggian 6000 - 12000 m. Awan
kategori ini diantaranya
Cirrus, memiilki ciri berbentuk seperti bulu ayam, tidak menimbulkan
hujan, berukuran kecil, tidak tebal dan tidak padat.


Cirrostratus, memiliki ciri warnanya putih kelabu dan halus,
bentuknya seperti anyaman yang tidak teratur

Cirrocumulus, memiliki ciri awannya terputus-putus, dipenuhi kristal
es dan berbentuk seperti gerombolan domba.


Satu lagi awan yang sering menyebabkan badai disertai hujan petir
adalahcumulonimbus. Awan ini dapat terbentuk vertikal ke atas hingga
membentuk awan badai raksasa.



9. Menghitung Gradien Barometris
Diketahui dua buah isobar masing-masing bertekanan 1.050 mb dan 1.000 mb.
Kedua isobar itu berjarak 4000 km. Berapakah gradien barometriknya?

diketahui
isobar 1 = 1.050 mb
isobar 2 = 1.000 mb
jarak (d) = 400 km

ditanya
Gradien Barometrik?

jawab:

GB = b x ( 111 km / d )
GB = selisih isobar x ( 111 km / jarak )
= 1.050 - 1.000 x ( 111 km / 400 km )
= 50 x ( 0,278 )
= 13.87

Jadi, gradien barometrik antara isobar pertama dan isobar kedua dalam jarak 400 km
adalah 13.87 mb/km.
10.Menghitung Kelembaban Udara
Dalam suhu 20
0
C, kemampuan maksimum udara menampung uap air adalah 25
gr/m
3
. Berdasarkan hasil pengukuran secara langsung, diketahui kandungan uap air
dalam udara adalah 20 gr/m
3
. Untuk mencari kelembaban nisbinya digunakan
rumus:
RH = e/E x 100%
RH = 20/25 x 100%
RH = 80 %
RH = kelembapan nisbi dalam persen
e = kandungan uap air hasil pengukuran secara langsung
E = kemampuan maksimal udara dapat menampung uap air

11. Terjadinya Hujan Orografis
Hujan Orografis (Hujan Relief)


Hujan orografis biasanya terjadi di kawasan pegunungan atau perbukitan. Hujan
orografis terjadi karena adanya penguapan di daerah lautan. Sehingga udara lautan
menghangat karena mengandung banyak uap air. Udara tersebut kemudian bergerak ke
kawasan pegunungan. Setelah sampai di atas, udara tersebut mengalami pendinginan
dan mengembun menjadi awan. Embun-embun tersebut kemudian menjadi titik-titik
air yang akhirnya jatuh di kawasan pegunungan sebagai hujan. Hujan orografis jatuh di
lereng gunung tempat datangnya angin. Lereng tempat jatuhnya hujan tersebut
kemudian disebut daerah hujan. Sedang lereng gunung yang ada di sekitar
daerah hujan, namun tidak mendapat hujan, disebut sebagai daerah bayangan hujan.
12. Angin Muson Barat dan Timur

1. Angin Muson Barat
Bertiup setiap bulan Oktober - April ,saat kedudukan semu matahari di belahan bumi
selatan.in Hal ini menyebabkan tekanan udara tinggi di Asia dan tekanan udara rendah di
Australia,bertiuplah angin dari Asia ke Australia.Karena angin melalui samudra
Hindia,angin tersebut mengandung uap air banyak sehingga pada bulan Oktober sampai
Maret di Indonesia terjadi musim penghujan

2. Angin Muson Timur
Bertiup mulai bulan April - Oktober,saat kedudukan semu matahari di sebelah belahan
bumi utara,akibatnya tekanan udara di Asia rendah dan tekanan udara di Australia tinggi
sehingga angin bertiup dari Australia ke Asia.Angin tersebut melewati gurun yang luas di
Australia sehingga bersifat kering. Oleh karena itu di Indonesia mengalami musim
kemarau

13. Peredaran Matahari Berkaitan dengan Musim di
Indonesia

Wilayah Indonesia terletak pada garis lintang 6 derajat LU s/d 11 derajat LS. Karena
letaknya ini Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang memiliki 2 musim
yakni musim hujan dan musim kemarau, dengan pergantian musim 6 bulan sekali.

Musim kemarau =====> berlangsung pada bulan April - Oktober

Musim penghujan =====> berlangsung pada bulan Oktober - April

Iklim tropis terjadi karena pergerakan semu matahari. Kita maklum bahwa matahari
hanya beredar pada lintang 23, 30 derajat LU sampai dengan 23, 30 derajat LS.
sehingga semua wilayah pada pertengahan kedua garis lintang itu sepanjang tahun
mendapatkan penyinaran matahari (salah satu ciri dari iklim tropis).

Gerakan semu matahari adalah gerakan seolah-olah matahari bergerak mengitari bumi.
Padahal yang sebenarnya bumi mengelilingi matahari.

Kenapa ini bisa terjadi?
Sebabnya waktu bumi melakukan revolusi (bumi mengelilingi matahari), pada saat
bersamaan bumi juga melakukan rotasi (berputar pada porosnya). Kondisi ini
mengakibatkan matahari seolah bergerak bolak-balik di sekitar garis balik utara (23, 30
derajat LU) dan garis balik selatan (23,30 derajat LS). Fenomena inilah kemudian yang
disebut gerak semu matahari. Gerakan ini menyebabkan adanya perbedaan panas
matahari yang diterima permukaan bumi. Tempat-tempat yang berada pada lintang tinggi
lebih sedikit menerima panas matahari daripada tempat-tempat pada lintang rendah.

Besar kecil tekanan udara sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi (akan
menentukan sedikit tidaknya penyinaran matahari yang diterima bumi). Pada tanggal 21
Juni posisi matahari beredar pada 23,30 derajat LU. Pada tanggal 23 September posisi
matahari beredar di atas khatulistiwa. Pada tanggal 22 Desember posisi matahari
beredar pada 23,30 derajat LS. Pada tanggal 21 Maret posisi matahari beredar di
khatulistiwa.Lihat gambar di bawah.















Pada bulan September hingga Desember matahari bergerak kebagian selatan/wilayah
Australia (23,30 derajat LS), akibatnya wilayah selatan bumi bertemperatur (bersuhu)
udara tinggi dan tekanan udaranya rendah. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran udara
dari wilayah utara bumi/Asia (yang jauh dari matahari) menuju ke wilayah selatan bumi/
wilayah Australia. Sebaliknya pada bulan Maret hingga Juni posisi matahari berada pada
bagian utara wilayah bumi (23,30 derajat LS). Hal tersebut di atas akan mempengaruhi
terjadinya angin muson di Indonesia.

14. Gerakan Udara Secara Berputar

Udara bersifat diatermal, artinya dapat melewatkan panas matahari. Setelah
panas matahari sampai ke permukaan bumi, panas ini digunakan bumi untuk
memanasi udara di sekitarnya. Dalam memanasi bumi, matahari menempuh dua
macam cara, yaitu:
1) Pemanasan secara langsung, yaitu dengan cara pancaran (radiasi)
2) Pemanasan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan cara konduksi,
konveksi, turbulensi, dan adveksi.

Akibat dari adanya gerakan udara menyebabkan daerah yang paling rendah
mendapatkan paling banyak panas. Hal ini menyebabkan daerah pantai lebih
panas suhunya jika dibandingkan dengan daerah pegunungan.

Pemanasan secara tidak langsung olah udara diantaranya dengan cara:
1. Konveksi, adalah pemanasan udara vertikal. Dengan adanya gerakan udara
secara vertikal, udara diatas yang belum panas akan menjadi panas karena
pengaruh udara di bawahnya. Dalam hal ini, zat penghantar panasnya mudah
bergerak seperti udara, gas, air, dan sebagainya.
2. Adveksi, adalah penyebaran panas secara horisontal (mendatar). Hal ini
menyebabkan daerah yang tidak terkena panas menjadi panas akibat gerakan
adveksi seperti panas di ruangan, dan sebagainya.
3. Turbulensi, adalah penyebaran panas secara berputar-putar. Ini biasa terjadi
di sekitar gedung bertingkat atau di daerah berbukit-bukit.
4. Konduksi, adalah pemanasan udara secara kontak atau bersinggungan atau
melalui suatu perantara (konduktor). Udara yang dekat dengan permukaan bumi
akan menjadi panas karena bersinggungan dengan bumi yang menerima panas
langsung dari matahari. Dalam hal ini bumi dan udara
merupakan media penghantarnya serta molekul zat penghantar tidak bergerak
atau diam.




15. Suhu Harian Tertinggi dan Terendah di
Suatu Tempat

Suhu udara merupakan ukuran untuk menyatakan keadaan panas atau dinginnya
udara. Suhu udara diukur dengan alat termometer. Hasil pengukuran dapat
dinyatakan dalam 3 skala, yaitu Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit
(F). Persebaran suhu udara di permukaan Bumi berbeda-beda. Karakteristik
persebaran suhu udara sebagai berikut.
1) Persebaran Secara Horizontal
Suhu udara tertinggi terdapat di daerah tropis atau sekitar ekuator, semakin ke
kutub semakin dingin.
2) Persebaran Secara Vertikal
Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara semakin dingin atau semakin rendah. Hal
ini sesuai dengan hukum gradien geothermis, yaitu setiap kenaikan 100 meter
suhu berkurang rata-rata 0,6C.
Pada udara kering besar gradien geothermis sebesar 1C. Pada lapisan atmosfer
tertentu hukum ini tidak berlaku.
Persebaran suhu baik vertikal maupun horizontal tidak terjadi dengan sendirinya
Persebaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.


16. Hujan Zenit atau Konveksi

Hujan zenit adalah hujan yang penyebabnya adalah suhu yang panas pada garis khatulistiwa
sehingga memicu penguapan air ke atas langit bertemu dengan udara yang dingin menjadi
hujan. Hujan zenit terjadi di sekitar daerah garis khatulistiwa saja.

17. Proses Terjadinya Hujan Frontal

Hujan frontal merupakan hujan yang terjadi di daerah front atau daerah yang
terbentuk oleh pertemuan dua massa udara yang berbeda temperatur
(suhu). Massa udara panas bertemu dengan massa udara dingin sehingga massa
udara terkondensasi dan terjadilah hujan.

18. Alat Pengukur Curah Hujan, Angin, Kelembaban
Udara, Suhu Udara

Ombrometer
Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia
dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan
diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curahhujan menurut SI adalah milimeter, yang
merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi.


Alat Pengukur Curah Hujan (Ombrometer, Rain Gauge)

Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin.
Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort. Sedangkan
satuan meteorologi dari arah angin adalah 0o 360o dan arah mata angin. Anemometer
harus ditempatkan di daerah terbuka.



Hygrometer
hygrometer adalah alat untuk mengukur tingkat kelembapan pada suatu
tempat.


Thermometer
Thermometer adalah alat untuk mengukur suhu, baik suhu udara maupun
suhu air. Satuan umum yang digunakan adalah celcius.


19. Proses El Nino / La Nina

El Nino
Pada cuaca yang normal, angin timur di Samudra Pasifik bertiup ke arah barat
dan mendorong air laut hangat ke permukaan. Akibatnya, air laut di bagian barat
samudra lebih hangat 2 C dan lebih tinggi 40 cm. Di bagian timur samudra air
laut dingin menggantikan air laut hangat. Hal ini menyebabkan udara lembap
hangat naik di bagian barat dengan membawa uap air dan menimbulkan
hujan. Udara di bagian
timur yang kering dan dingin, bertiup di pantai Amerika Selatan.

La Nina
La Nina memiliki sifat yang berlawanan dengan El Nino. Arus udara dan arus laut
yang saling memperkuat menyebabkan angin pasat bertiup sangat kencang
sehingga air laut hangat mengalir ke arah barat. Hal ini menyebabkan wilayah
Asia, Australia, dan Afrika mengalami musim hujan yang sangat lebat. Sebaliknya,
wilayah Amerika Selatan mengalami kekeringan yang hebat.

20. Proses Terjadinya Transpirasi

Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem
mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut
akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak
melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus
transportasi.

Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran
udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini memengaruhi
perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan
turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya.
Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air
akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat
digunakan potometer.

21. Menghitung Pembagian Iklim Menurut Schmidt

SchmidtFerguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata
bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan
kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm.
Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100
mm.
Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan
atas nilai Q. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering
dengan jumlah rata-rata bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut.

Nilai Q ditentukan dari perhitungan rata-rata bulan kering dan bulan basah
selama periode tertentu, misalnya 30 tahun. Contoh penentuan iklim daerah
X berdasarkan nilai Q.
Diketahui:
Selama 30 tahun, jumlah rata-rata bulan kering = 2 dan jumlah ratarata bulan
basah = 8.

Berdasarkan tabel 7.3, daerah X dengan nilai Q = 0,25 termasuk beriklim B
atau basah.


22. Peta Arus di Dunia

23. Pembagian Iklim Berdasar Junghuhn


Pembagian daerah iklim tersebut adalah sebagai berikut.
a. Daerah Panas/Tropis Tinggi tempat : 0600 m di atas permukaan laut.
Suhu : 22 C26,3 C. Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu,
karet, kelapa.

b. Daerah Sedang Tinggi tempat : 600 m1500 m di atas permukaan
laut. Suhu : 17,1 C22 C Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, kina,
sayur-sayuran.


c. Daerah Sejuk Tinggi tempat : 15002500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 11,1 C17,1 C Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.

d. Daerah Dingin Tinggi tempat : lebih dari 2500 m di atas permukaan
laut. Suhu : 6,2 C11,1 C Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.

24. Proses hidrologi




Siklus hidrologi dapat dimulai dari evaporasi air laut. Uap yang
dihasilkan dari pemanasan oleh sinar matahari dibawa oleh udara
yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan uap tersebut
terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya menghasilkan
prespitasi. Prespitasi yang jatuh ke bumi menyebar ke arah yang
berbeda-beda dalam berbagai cara. Sebagian besar dari prespitasi
tersebut untuk sementara tertahan ditanah dekat tempat air tersebut
jatuh, dan akhirnya dikembalikan ke atmosfer oleh evaporasi dan
transpirasi oleh tanaman. Sebagian lagi melalui permukaan tanah,
menuju sungai, dan lainnya menembus tanah menjadi air tanah
(groundwater) dengan proses ilfiltrasi.
Dalam siklus hidrologi, perputaran air tidak selalu merata karena
adanya pengaruh meteorologi seperti suhu, tekanan, atmosfer, angin,
dan kondisi topografi juga ikut mempengaruhi.

Siklus hidrologi dibagi menjadi 3 (tiga) :
1. Siklus Pendek /Siklus Kecil
Proses yang terjadi pada siklus pendek yaitu, air laut menguap menjadi
uap gas karena panas matahari, kemudian terjadi kondensasi dan
pembentukan awan. Sehingga turun hujan di permukaan laut
2. Siklus Sedang
Pada siklus sedang, air laut menguap menjadi uap gas karena panas
matahari, kemudian terjadi kondensasi. Uap bergerak oleh tiupan
angin ke darat sehingga terbentuklah awan dan turun hujan di daratan.
Air mengalir di sungai akan menuju laut kembali.
3. Siklus Panjang/Siklus Besar
Pada siklus panjang, air laut menguap menjadi uap gas karena panas
matahari.
Uap air mengalami sublimasi dan membentuk awan yang mengandung
kristal es. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat sehingga
membentuk awan. Turun salju dan membentuk gletser. Gletser
mencair membentuk aliran sungai. Air mengalir di sungai menuju darat
dan kemudian ke laut.

25. Komponen-Komponen Siklus Hidrologi

Evaporasi (presipitasi)
Air di permukaan bumi, baik di daratan maupun di laut dipanasi oleh sinar matahari
kemudian berubah menjadi uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Uap air juga
dikeluarkan dari daun-daun tanaman melalui sebuah proses yang dinamakan
transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif melepaskan uap air 5
sampai 10 kali sebanyak air yang dapat ditahan. Sekitar 95.000 mil kubik air
menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari
lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang
basah, dan yang paling penting juga berasal dan transpirasi oleh daun tanaman yang
hidup. Proses semuanya itu disebut evapotranspirasi.
Transpirasi
Merupakan proses pelepasan uap air yang berasal dari tumbuh - tumbuhan melalui
bagian daun, terutama stomata atau mulut daun.
Evapotranspirasi
Merupakan gabungan antara proses evaporasi dan transpirasi.
Kondensasi
Uap air naik ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi akan mengalami pendinginan,
sehingga terjadi perubahan wujud melalui kondensasi menjadi embun, titik-titik air,
salju dan es. Kumpulan embun, titik-titik air, salju dan es merupakan bahan
pembentuk kabut dan awan.
Presipitasi (Hujan)
Presipitasi atau Curah Hujan ketika titik-titik air, salju dan es di awan ukurannya
semakin besar dan menjadi berat, mereka akan menjadi hujan. Presipitasi pada
pembentukan hujan, salju, dan hujan batu (hail) berasal dan kumpulan awan. Awan-
awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang diatur oleh arus udara. Sebagai
contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak menuju pegunungan, awan-awan
tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera menjadi jenuh air yang kemudian air
tersebut jatuh sebagai hujan, salju, dan hujan batu (hail), tergantung pada suhu udara
sekitarnya.
Adveksi
Merupakan proses pengangkutan air dengan gerakan horizontal seperti perjalanan
panas maupun uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara
mendatar.
Infiltrasi (Perkolasi)
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi khususnya daratan, kemudian meresap ke
dalam tanah dengan cara mengalir secara infiltrasi atau perkolasi melalui celah-celah
dan pori-pori tanah dan batuan, sehingga mencapai muka air tanah (water table)
yang kemudian menjadi air bawah tanah.
Surface run off
Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem
air permukaan. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Infiltrasi
Perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori - pori tanah.

Intersepsi
Hujan turun di hutan yang lebat, tetapi air tidak sampai ke tanah, akibat intersepsi, air
hujan tertahan oleh daun-daunan dan batang pohon

26. Pola Sungai Berdasarkan Aliran Sungai di
Indonesia

Pola Aliran Sungai


Pola Aliran Sungai

Ada beberapa pola aliran sungai, antara lain sebagai berikut.
1. Pola dendritikialah pola aliran sungai yang anak-anak sungainya bermuara pada
sungai induk secara tidak teratur. Pola aliran ini terdapat di daerah yang batuannya
homogen dan lerengnya tidak begitu terjal.
2. Pola trellisialah suatu pola aliran sungai yang sungai-sungai induknya hampir sejajar
dan anak-anak sungainya. Anak-anak sungai ini hamper membentuk sudut
90dengan sungai induknya.
3. Pola rectangularialah suatu pola aliran sungai yang terdapat di daerah yang
berstruktur patahan. Pola aliran air membentuk sudut siku-siku.
4. Pola radial sentrifugalialah suatu pola aliran sungai yang arahnya menyebar. Pola
aliran ini terdapat di kerucut gunung berapi atau dome yang berstadium muda, pola
alirannya menuruni lereng-lereng pegunungan.
5. Pola radial sentripetalialah pola aliran sungai yang arah alirannya menuju ke pusat.
Pola aliran ini terdapat di daerah-daerah cekungan.
6. Pola paralelialah pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar antara sungai
yang satu dengan sungai yang lain. Pola aliran ini terdapat di daerah perbukitan
dengan lereng yang terjal.
27. Jenis Pola Aliran Sungai

1. Pola aliran sungai dendritik. Merupakan pola aliran yang
menyerupai percabangan batang pohon. Percabangannya tidak teratur
dan memiliki arah juga sudut yang beragam. Pola ini berkembang di
bebatuan yang cenderung homogen dan tidak melalui kontrol struktur.
Pla aliran sungai yang satu ini tidaklah teratur dan umumnya dijumpai
di wilayah dataran atau wilayah berpantai juga wilayah plato.
2. Pola aliran paralel merupakan pola yang cenderung sejajar. Ia
dijumpai di wilayah perbukitan yang memanjang. Kemiringan lereng
pada pola ini cenderung curam dan terjal.
3. Pola aliran annular. Merupakan pola aliran yang arahnya
menyebar secara radial dimulai dari suatu titik yang tinggi dan
kemudian berjalan ke arah hilir untuk selanjutnya kemudian menyatu
dalam satu aliran.
4. Pola aliran sungai selanjutnya adalah rectangular. Pola ini
dibentuk cabang-cabang sungai yang cenderung berkelok,
menyambung dan membentuk sudut-sudut yang tegak lurus dan
memiliki liku-liku. Pola aliran yang satu ini umumnya dikendalikan oleh
pola kekar atau juga bisa oleh pola potongan yang tegak lurus.
Rektangular ini bisa terbentuk di bebatuan keras dengan lapis
horizontal dan juga batuan kristalin.
5. Pola aliran trellis memiliki bentuk yang panjang-panjang. Ia
kerap juga disebut dengan nama pola trail pagar. Pola ini sering
dijumpai pada sungai yang terletak di bebatuan dengan lupatan dan
kemiringan yang kuat. Sungai-sungai besar dengan pola ini umumnya
mengikuti singkapat bebatuan yang subsekuen dan juga linak. Cabang
sungainya dari arah kanan juga kiri merupakan jenis resekuen atau juga
obsekuen.
6. Pola aliran radial. Biasa juga dikenal dengan nama pola aliran
menyebar. Ciri utamanya adalah aliran yang berbeda dalam hal arah.
Menyebar ke segala penjuru baik itu ke utara, barat, timur maupun
selatan. Pola ini umumnya ada pada wilayah pegunungan dengan
bentuk kerucut.
7. Pola aliran multi-basinal atau yang juga dikenal dengan
nama pola aliran sungaimemusat. Ciri utama pola yang satu ini adalah
alirannya yang terpusat pada suatu lahan tertentu. Pola aliran ini
umumnya ada pada wilayah dengan cekungan yang mirip seperti dolina
di wilayah krast.

28. Ciri-Ciri Sungai Hilir dan Hulu

Sungai di Daerah Hulu
Daerah hulu adalah daerah awal aliran sungai, dan berada di daerah pegunungan atau
perbukitan. Sungai-sungai di daerah hulu dapat memiliki ciri-ciri antara lain sebagai
berikut:
1. Memiliki lembah sungai berbentuk V. (Gambar)
2. Debit airnya relatif kecil dan sangat dipengaruhi oleh curah hujan.
3. Kondisi dasar sungai berbatu-batu, sering ada air terjun.
4. Erosi oleh aliran air sungai terutama terjadi ke arah vertikal (aliran air sungai mengerosi
dasar sungai).
5. Aliran sungai mengalir di atas batuan induk (country rocks).
6. Aliran sungai mengerosi batuan induk.
7. Aliran sungai cenderung relatif lurus.
8. Tidak pernah terjadi banjir (air sungai yang meluap) karena air segera mengalir ke hilir.
Sungai di Daerah Hilir
Daerah hilir adalah daerah akhir aliran sungai, dan di dataran rendah tepi pantai.
Sungai-sungai di daerah hilir dapat memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki lembah sungai berbentuk U.
2. Aliran air permanen meskipun debit aliran sungai dapat dipengaruhi oleh curah hujan
(musim).
3. Di dalam alur sungai cenderung terjadi pengendapan, dan aliran air sungai mengalir di
atas endapannya sendiri.
4. Mendapat air dari alur yang berasal dari daerah hulu, dan kondisi debit dipengaruhi oleh
kondisi daerah hulu.
5. Dapat terjadi banjir bila debit air yang datang dari daerah hulu melebihi daya tampung
saluran sungai yang ada di daerah hilir.
6. Daerah genangan air sungai ketika banjir dikenal sebagai daerah dataran banjir, dan di
dataran ini muatan yang dibawa oleh air sungai ketika banjir sebagian diendapkan.
(Gambar)
7. Aliran sungai cenderung berkelok-kelok membentuk pola aliran sungai yang dikenal
sebagai meander. (Gambar)
8. Sungai cenderung mengerosi ke arah lateral (mengerosi tebing sungai).
29. Sungai Berdasarkan Aliran Sungai Berdasar
Kemiringan Struktur Geologinya

Berdasarkan Arah Aliran Airnya

Macam sungai dilihat dari arah aliran airnya terkait dengan kemiringan perlapisannya

Berdasarkan arah aliran airnya terkait dengan posisi kemiringan perlapisannya dan
tektonik adalah sebagai berikut.
1. Sungai konsekuenadalah sungai yang arah aliran airnya searah dengan kemiringan
lerengnya.
2. Sungai subsekuenadalah sungai yang arah aliran airnya tegak lurus dengan sungai
konsekuen.
3. Sungai resekuenadalah sungai yang arah aliran airnya sejajar dengan sungai
konsekuen.
4. Sungai obsekuenadalah sungai arah aliran airnya berlawanan dengan sungai
konsekuen.
5. Sungai antesedenadalah sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu
mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya.
6. Sungai reverseadalah sungai yang kekuatan erosi ke dalammya tidak mampu
mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. Oleh karena itu arah aliran
sungai ini berbelok menuju ke tempat lain yang lebih rendah.
7. Sungai insekuenialah sungai yang arah aliran airnya tidak mengikuti perlapisan
batuan sehingga arahnya tidak menentu. Untuk memperjelas tipe-tipe sungai,
perhatikan gambar di bawah ini.
30. Jenis-Jenis Air Tanah Dalam
Air Tanah Dalam (Artesis)
meruapakan air tanah dalam, terletak di antara lapisan akuifer dengan lapisan
batuan kedap air (akuifer terkekang).
31. Pengertian Laut Berdasar Proses, Contoh, dan
Letaknya
1. Laut Ingresi, terjadi karena dasar laut mengalami penurunan. Kedalaman laut
ingresi pada umumnya lebih dari
200 meter.
Contoh laut ingresi adalah Laut Maluku dan Laut Sulawesi.
2. Laut Transgresi, terjadi karena permukaan air laut bertambah tinggi. Laut
transgresi umumnya terdiri dari laut dangkal yang kedalamannya kurang dari 200
meter.
Contoh laut transgresi adalah Laut Jawa, Laut Cina Selatan dan Laut Arafura.
3. Laut Regresi, terjadi karena laut mengalami penyempitan akibat adanya proses
sedimentasi lumpur yang dibawa oleh sungai.
32. Ciri Laut Berdasar Kedalaman / Zonanya
Berdasarkan kedalamannya, wilayah perairan laut terdiri dari empat zona, yaitu :
1. Zona Litoral, yaitu wilayah antara garis pasang dan garis surut air laut. Wilayah
ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan tergenang pada saat air laut
mengalami pasang. Zona litoral biasanya terdapat di daerah yang pantainya landai.
2. Zona Neritik, adalah daerah dasar laut yang mempunyai kedalaman rata-rata
kurang dari 200 meter. Contohnya wilayah perairan laut dangkal di Paparan Sunda
dan Paparan Sahul di wilayah perairan Indonesia. Seperti Laut Jawa, Selat Sunda
dan Laut Arafuru.
3. Zona Batial, adalah wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman antara 200
meter 1.800 meter.
4. Zona Abisal, adalah wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman lebih dari
1.800 meter. Contohnya Palung Laut Banda (7.440meter) dan Palung Laut
Mindanao (10.830 meter).

Zona Laut Berdasarkan Kedalamannya

33. Morfologi Laut
1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya
muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau.
Contoh: gunung Krakatau.

2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak
runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak
sampai kepermukaan laut.
Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik.

3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi
bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.

4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut.
Contoh: punggung laut Sibolga.

5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua
laut dalam.
Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi
karena ingresi.
Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.

7. Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi
karena ingresi.
Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.
Agar Anda lebih jelas bentuk-bentuk morfologi, lihat gambar berikut.
34. Pengertian ZEE
Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil dari garis
dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai
mempunyai hak atas kekayaan alam di dalamnya, dan berhak
menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di
atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Konsep dari
ZEE muncul dari kebutuhan yang mendesak.

35. Kedalaman Laut Berdasar Batu Duga
BATU DUGA
Yaitu sistem pengukuran dasar laut menggunakan kabel yang dilengkapi
bandul pemberat yang massanya berkisar 25-75 kg.
Gambar metode batu duga:


36. Pengertian Wawasan Nusantara dengan Batas
Perairan Laut teritorial Indonesia
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulaunya yang mencapai
17.499 pulau dan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2, serta panjang
garis pantai yang mencapai 81.900 km2. Dua pertiga dari wilayah Indonesia
adalah laut, implikasinya, hanya ada tiga perbatasan darat dan sisanya adalah
perbatasan laut. Perbatasan laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara
diantaranya Malaysia, Singapura, Filipina, India, Thailand, Vietnam, Republik
Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Sedangkan untuk wilayah
darat, Indonesia berbatasan langsung dengan tiga negara, yakni Malaysia,
Papua Nugini, danTimor Leste dengan panjang garis perbatasan darat secara
keseluruhan adalah 2914,1 km. Luasnya wilayah perbatasan laut dan darat
Indonesia tentunya membutuhkan dukungan sistem manajemen perbatasan
yang terorganisir dan profesional, baik itu ditingkat pusat maupun daerah.
Akan tetapi minimnya infrastruktur di kawasan perbatasan telah
menunjukkan bahwa pemerintah tidak memiliki sebuah sistem manajemen
perbatasan yang baik.

Adapun batas-batas wilayah laut Indonesia dengan negara-negara tetangga
meliputi:

(1) Batas laut teritorial.
(2) Batas zona tambahan.
(3) Batas perairan ZEE.
(4) Batas landas kontinen.

Yang dimaksud laut teritorial adalah wilayah kedaulatan suatu negara pantai
yang meliputi ruang udara dan laut serta tanah di bawahnya sejauh 12 mil
laut yang diukur dari garis pangkal. Zona tambahan mencakup wilayah
perairan laut sampai ke batas 12 mil laut di luar laut teritorial atau 24 mil laut
diukur dari garis pangkal. ZEE adalah suatu wilayah perairan laut di luar dan
berdampingan dengan laut teritorial yang lebarnya tidak lebih dari 200 mil
laut dari garis pangkal; yang mana suatu negara pantai (coastal state)
memiliki hak atas kedaulatan untuk eksplorasi, konservasi, dan pemanfaatan
sumber daya alam. Landas kontinen suatu negara meliputi dasar laut dan
tanah di bawahnya yang menyambung dari laut teritorial negara pantai
melalui kelanjutan alamiah dari wilayah daratannya sampai ujung terluar
tepian kontinen.

37. Langkah-Langkah Mitigasi Bencana Gunung
Berapi

Sebelum Terjadi Bencana
Dilakukan pemantauan gunungapi
Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunungapi, peta zona risiko bahaya
gunung api
Pemantapan protap tingkat kegiatan gunungapi
Pembimbingan dan informasi gunungapi
Penerbitan peta geologi gunungapi
Penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia
Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya

Saat Terjadi Bencana
Mengirimkan tim tanggap darurat
Meningkatkan pengamatan
Melaporkan tingkat kegiatan sesuai alur
Memberikan rekomendasi kepada pemda sesuai protap

Sesudah Terjadi Bencana

Menurunkan tingkat kegiatan gunungapi sesuai protap
Menginventarisir data letusan, termasuk sebaran dan volume bahan letusan
Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder
Memberikan saran teknis penanggulangan bahaya sekunder
Pengurangan Resiko Bencana
Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko bencana dan
memperkuat sistem peringatan dini
Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun
suatu budaya aman dan ketahanan terhadap bencana di semua tingkatan
Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk menjamin
pelaksanaan tanggap darurat yang efektif

Sosialisasi dan Koordinasi
Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat yang tinggal disekitar gunungapi tentang potensi gunungapi, baik
yang negatif (bahaya), maupun yang positif (sumberdaya).
Koordinasi dilakukan dengan pemerintah daerah dan instansi terkait guna
meningkatkan efektivitas dalam penanggulangan bencana erupsi gunungapi.

Penataan Ruang Berbasis Kebencanaan
Upaya pengurangan risiko bencana gempabumi adalah dengan mengurangai
elemen kerentanan, salah satunya adalah dengan cara penataan ruang yang
berlandaskan kepada ainaliss kebencanaan gunungapi.

Berikut ini adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penanggulangan
bencana geologi yang disebabkan oelh erupsi gunung api yaitu:
1. Melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap gunung api aktif.
2. Dengan melakukan pengamatan dan pemantauan yang terus menerus, maka
diharapkan dapat dipelajari tingkah laku dan aktifitas semua gunung api aktif
yang ada sehingga usaha perkiraan erupsi dan bahaya gunung api akan tepat
dan cepat. Penyampaian informasi dalam rangka pengamanan penduduk
dalam kawasan rawan bencana dapat dilakukan tepat waktu sehingga korban
bisa dihindari.
3. Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana gunung apai
4. Untuk mengetahui dan menentukan kawasan rawan bencana gunung api,
tempat-tempat yang aman jika terjadi letusan, tempat pengungsian, alur
pengungsian. Sehingga pada saat terjadi peningkatan aktifitas/ letusan, kita
sudah siap dengna peta operasional lapangan.
5. Mengosongkan kawasan rawan bencana
6. Daerah atau kawasan yang termasuk kedalam kawasan rawan bencana harus
dikosongkan dan dilarang untuk hunian tetap, karena daerah ini sering
dilanda oleh produk letusan gunung api (lava, awan panas, jatuhan
piroklastik)
7. Melakukan usaha preventif
8. Upaya untuk mengurangi bahaya akibat aliran lahar, yaitu dengan cara
membuat tanggul penangkis, tanggul-tanggul untuk mengurangi kecepatan
lahar, serta mengurangi volume air di kawah (Kelud , Galunggung)

Tahap kesiap siagaan merupakan tindakan-tindakan yang mmungkinkan
pemerintah, masyarakat maupin perorangan mampu mengantisipasi segera
mungkin dan seefektif mungkin terhadap situasi kejadian bencana misalnya:
1) Menyiapkan peralatan penanggulangan bencana untuk digunakan
sewaktu-waktu.
2) Pelaksanaan efakuasi atau pengungsian.
3) Menyiapkan sistem peringatan dini (komunikasi darurat).
4) Melakukan penyuluhan serta memberi informasi tentang kebencanaan
pada masyarakat.
5) Melakukan pelatihan penanggulangan bencana
38. Bencana Alam Atmosfer
1. Hujan Asam
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbon
dioksida (CO
2
) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai
asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena
membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan
dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke
atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam
nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang
asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan
yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
2. El Nino La Nina
a. El Nino
El-Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan air laut di pantai
Peru-Equador (Amerika Selatan). Gejala ini dapat mengakibatkan gangguan
iklim secara global. Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut
dingin, karena adanya arus naik dari dasar laut ke permukaan laut, yang
dikenal dengan istilah up welling. Menurut bahasa setempat, El-Nino berarti
bayi laki-laki (Yesus), karena munculnya di sekitar hari Natal (akhir
Desember).
Proses terjadinya El-Nino adalah sebagai berikut. Pada saat-saat tertentu air
laut yang panas dari perairan Indonesia bergerak ke arah timur menyusuri
equator, hingga sampai ke pantai barat Amerika Selatan (Peru-Equador). Pada
saat yang bersamaan, air laut yang panas dari Amerika Tengah bergerak ke
arah selatan, hingga sampai di pantai barat Peru-Equador. Akhirnya akan
terjadi pertemuan antara air laut yang panas dari Indonesia dengan air laut
yang panas dari Amerika Tengah di pantai barat Peru-Equador, dan
berkumpullah masa air laut panas dalam jumlah yang besar dan menempati
daerah yang luas.
Permukaan air laut yang panas tersebut kemudian menularkan panasnya
pada udara di atasnya, sehingga udara daerah itu memuai ke atas (konveksi),
dan terbentuklah daerah bertekanan rendah (-). Akibatnya, semua angin yang
berada di sekitar Pasifik dan Amerika Selatan akan bergerak menuju daerah
bertekanan rendah di Peru-Equador.
Di Indonesia, angin muson yang datang dari Asia dan membawa banyak uap
air, sebagian besar membelok ke daerah tekanan rendah Peru-Equador.
Akibatnya angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air,
sehingga terjadi musim kemarau yang panjang.
El-Nino di Indonesia ditandai dengan kemarau panjang. Akibatnya adalah
bencana kekeringan, kebakaran hutan, sehingga dapat menurunkan produksi
pertanian. Penduduk sulit mencari air bersih, lahan kekurangan air, sehingga
banyak tanaman yang mati, ternak kekurangan air, lingkungan yang gersang,
dan sebagainya.
b. La Nina
La-Nina merupakan kebalikan dari El-Nino. La-Nina menurut bahasa
penduduk Amerika Latin berarti bayi perempuan. Proses terjadinya adalah
sebagai berikut.
Pada saat El-Nino mulai melemah dan air laut yang panas di pantai Peru-
Equador kembali bergerak ke barat, air laut itu suhunya kembali seperti
semula (dingin) dan kembali muncul up welling, atau kondisi cuaca kembali
normal. Dengan kata lain La-Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali
setelah terjadinya gejala El-Nino.
Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai di
Indonesia. Akibatnya wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah
bertekanan rendah (-) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra
Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa
uap air. Akibatnya, Indonesia akan terjadi hujan lebat. Hujan lebat dapat
menimbulkan berbagai bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
3. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan gejala atmosferik yang ditandai dengan
meningkatnya suhu udara di bumi karena makin banyaknya zat pencemar
(polutan) dalam udara. Industri yang jumlahnya makin banyak, demikian juga
kendaraan bermotor dan alat-alat kebutuhan manusia yang menggunakan
bahan bakar fosil seperti bensin, solar, minyak tanah, batu bara, dan bahan-
bahan sejenis, akan menghasilkan gas buang (polutan) CO
2
, CO, HC, NO
2
, HCl,
H
2
S, NH
4
, dan HF.
Bila jumlah gas-gas tersebut dalam udara berlebihan dan mengganggu
kehidupan, maka dikatakan telah terjadi pencemaran udara. Daerah yang
udaranya telah tercemar menjadi daerah yang tidak nyaman untuk tempat
tinggal.
Di samping itu, banyaknya CO
2
dan gas-gas polutan lain dalam udara
menyebabkan sinar matahari yang sampai di bumi dan akan dipancarkan
kembali ke angkasa, sebagian tertahan oleh gas-gas itu, kemudian
dikembalikan lagi ke bumi. Akibatnya adalah suhu udara di bumi makin panas.
Gejala ini disebut efek rumah kaca (greenhouse effect).
Suhu udara di bumi yang meningkat akan menimbulkan akibat berantai, yaitu
: es di kutub mencair ; karena es mencair, maka permukaan air laut naik ;
karena permukaan air laut naik, maka daerah pertanian di tepi pantai hingga
ketinggian tertenti terendam air, sehingga produksi bahan pangan berkurang
; produksi bahan pangan berkurang padahal jumlah penduduk terus
bertambah, maka akan terjadi bencana kelaparan.
4. Lubang Ozon
Seiring berjalannya waktu, pertambahan jumlah oenduduk dan kemajuan
industri serta pembangunan mengakibatkan lapisan ozon ini mulai
berlubang. Lubang ozon ini sangat merisaukan karena dengan berkurangnya
kadar ozon berarti semakin bertambah sinar UV-B yang akan sampai ke
bumi. Dampak bertambahnya sinar UV-B ini akan sangat besar terhadap
mahluk hidup di bumi.
Terjadinya lubang ozon ini diakibatkan adanya peningkatan kadar NOx dari
pembakaran bahan bakar pesawat, naiknya kadar N2O karena akibat
pembakaran biomassa dan penggunaan pupuk, dimana N2O ini merupakan
sumber terbentuknya NO.
Selain itu, zat kimia yang kita kenal clorofuorocarbon atau CFC berpengaruh
sangat besar terhadap perusakan ozon. CFC ini adalah segolongan zat kimia
yang terdiri atas tiga jenis unsur, yaitu klor (Cl), fluor (F) dan karbon (C). CFC
inilah yang mendominasi permasalahan perusakan ozon dan menjadi zat yang
sangat dicurigai sebagai penyebab terjadinya kerusakan ozon. CFC ini tidak
ditemukan di alam, melainkan merupakan zat hasil rekayasa manusia. CFC
tidak beracun, tidak terbakar dan sangat stabil karena tidak mudah bereaksi.
Karenanya menjadi zat yang sangat ideal untuk industri. CFC banyak
digunakan sebagai zat pendingin dalam kulkas dan AC mobil (CFC-12), sebagai
bahan untuk membuat plastik busa, bantal kursi dan jok mobil (CFC-11),
campuran CFC-11 dan CFC-12 digunakan untuk pendorong aerosol, serta CFC-
13 yang biasa digunakan dalam dry cleaning.
5. Global Warming
Pemanasan global atau yang sering juga disebut global warming adalah
peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi yang
disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. kemungkinan besar disebabkan
oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia
melalui efek rumah kaca Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan
Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga
menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan
mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
39. Tujuan Mitigasi
1. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs)
dan kerusakan sumber daya alam.
2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat
dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).
40. Keberadaan lempeng Indonesia Australia dan
Eurasia dan Pengaruhnya Terhadap Terjadinya
Bencana
Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi
geologi yang menarik. Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh
tumbukan lempeng-lempeng tektonik besar.
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar,
yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Tumbukan
Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia mempengaruhi Indonesia
bagian barat (lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara), sedangkan
pada Indonesia bagian timur (utara Irian dan Maluku utara), dua lempeng
tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Samudra Pasifik dari arah timur.
Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan
(subduksi), dimana salah satu dari lempeng akan menunjam ke bawah yang
lain. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang
biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Di belakang jalur
penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi
serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contoh yang terjadi di
Indonesia adalah pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng
Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur
penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api di sepanjang pantai
barat Sumatera, Jawa bagian selatan sampai ke Nusa Tenggara, dan
pembentukan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara,
Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara

Pertemuan lempeng-lempeng tektonik besar di Indonesia itu
menghasilkan berbagai macam fenomena alam. Salah satu contoh yang
terjadi di Indonesia adalah pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan
Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur
penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api aktif yang sewaktu-
waktu akan metelus di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian
selatan sampai ke Nusa Tenggara, dan pembentukan berbagai cekungan
seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan
Cekungan Jawa Utara.
Secara umum bencana alam yang disebabkan oleh aktivitas tektonik
lempeng dapat berupa gempa bumi maupun letusan gunung berapi. Baik
gempa bumi maupun gunung berapi yang sumber aktivitasnya berada di
laut bisa menyebabkan bencana tsunami pada kekuatan tertentu.
41. Penyelamatan Resiko Bencana

Anda mungkin juga menyukai