Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis Campak

Diagnosis biasanya dibuat dari gambaran klinis khas dan konfirmasi laboratorium
jarangdiperlukan. Selama stadium prodromal sel raksasa multinuclear dapat diperagakan pada
pulasan mukosa hidung.Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan dan diagnostic naik pada
titer antibodydapat dideteksi antara serum akut dan konvalesen. Angka sel darah putih
cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Fungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis
campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar
glukosanya normal. Adapun tahapan-tahapannya yakni:
1. Anamnesis: Adanya demam ringan sampai sedang disertai batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari
ke 4-5 demam timbul ruam kulit yang didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi
dari semula.
2. Pemeriksaan fisik: Ditemukannya tanda patognomonik yaitu bercak koplik di mukosa
pipi di depan molar tiga.Kemudian muncul ruam makulopapular yang dimulai dari batas
rambut di belakang telinga,kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ke
ekstremitas.
3. LaboratoriumPemeriksaan: Pemeriksaan labaroratorium yang dilakukan pada
penderita campak adalah:
a. Darah tepi: Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leucopenia selama fase
prodromal dan stadiumawal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan yang
mencolok dari jumlah leukosit apabilaterjadi komplikasi. Apabila tidak terjadi
komplikasi, jumlah leukosit perlahan-lahan meningkatsampai normal saat ruam
menghilang.
b. Isolasi dan identifikasi virus: Usap nasofaring dan contoh darah yang diambil dari
seorang pasien 2-3 hari sebelum mulatimbul gejala hingga 1 hari setelah timbulnya
ruam merupakan sumber yang cocok untuk isolasivirus.
c. Serologi: Pemastian serologi infeksi campak bergantung pada peningkatan empat
kali lipat titer antibodiantara fase akut dan fase konvalensen serum atau pada
terlihatnya antibody IgM spesifik campakdalam bahan serum tunggal yang diambil
antara 1 dan 2 minggu setelah mula timbul ruam.
d. Pemeriksaan untuk komplikasi: Pada penderita campak yang disertai dengan
komplikasi dapat dilakukan pemeriksaanlaboratorium sebagai berikut:
1. Ensefalitis, dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dengan kadar protein
48 240 mg/dL dan jumlah limfosit antara 5-99 sel, kadar elektolit darah
dananalisa gas darah
2. Enteritis, dilakukan pemeriksaan feses lengkap
3. Bronkopneumonia, dilakukan pemeriksaan
.
Patofisiologi Campak
Infeksi virus melalui droplet lewat udara, menempel dan berkembang
biak pada epitel nasofaring 3 hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada
kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5 7 hari dari infeksi awal Adanya
giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik
ruam dan infiltrat peribronchial paru Terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang
tersebar pada otak Menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C :coryza, cough and
conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi Gejala panas, batuk, pilek makin lama
makin berat dan pada hari ke 10 sejak awalinfeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber
infeksi) Mulai timbul ruammakulopapuler warna kemerahan (Virus dapat berbiak juga pada
susunan saraf pusatdan menimbulkan gejala klinik encephalitis)Perdarahan perivaskuler dan
infiltrasi limfosit Hipervaskularisasi mereda Ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi
desquamasi dan hiperpigmentasi.

Patogenesis Campak
Virus campak menginfeksi dengan invasi pada epitel traktus respiratoriusmulai dari hidung
sampai traktus respirat dan rius bagian bawah.Multiplikasi
lokal pada mukosa respiratorius segera disusul dengan viremia pertama dimana virus
menyebar dalam leukosit pada sistem retikukoendotelial. Setelah terjadi
nekrosis pada sel retikuloendotelial sejumtah virus terlepas kembali dan terjadilah viremiaked.
Sel yang paling banyak terinfeksi adalah monosit. Jaringan yang terinfeksi termasuk timus, lien.
kelenjar limfe, hepar, kulit, konjungtiva dan paru. Setelah terjadi viremia kedua seluruh mukosa
respiratorius terlibat dalam perjalanan penyakit sehingga menyebabkan timbulnya gejala batuk
dan korisa. Campak dapat secara langsung menyebabkan croup, bronchiolitis dan pneumonia,
selain itu adanya kerusakan respiratorius seperti edema dan hilangnya silia menyebabkan
timbulnya komplikasi otitis media dan pneumonia. Setelah beberapa hari sesudah seluruh
mukosa respiratorius terlibat, maka timbullah bercak koplik dan kemudian timbul ruam pada
kulit. Kedua manifestasi ini pada pemeriksaan mikroskopik menunjukkan multinucleated giant
cells, edema inter dan intraseluler, parakeratosis dandyskeratosis. Timbulnya ruam pada
campak bersamaan dengan timbulnya antibodi serum dan penyakit menjadi tidak infeksius.
Oleh sebab itu dikatakan bahwa timbulnya ruam akibat reaksi hipersensitivitas host pada virus
campak. Hal ini berarti bahwa timbulnya ruam ini lebih ke arah imunitas seluler. Pernyataaan
ini didukung
data bahwa pasien dengan defisiensi imunitas seluler yang terkena campak tidak didapatkan
adanya ruam makulopapuler, sedangkan pasien dengangamaglobulinemia bila terkena campak
masih didapatkan ruam makulopapuler.
Penanganan
Simtomatik : antipiretika, antikonvulsi bila diperlukan, antitusif,ekspektoran.
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
oPemberian cairan yang cukup
oKalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengantingkat kesadaran dan
adanya komplikasi
oSuplemen nutrisi
oAntibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
oAnti konvulsi apabila terjadi kejang
oAntipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
oEkspektoran: gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun: 50 100 mg tiap2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.
oAntitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu,narcotic antitussive
(codein) tidak boleh digunakan.
oMukolitik bila perlu
oVitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadiumkataral sangat bermanfaat


Indikasi rawat inap: hiperpireksia (suhu > 39,0 C), dehidrasi, kejang,asupan oral sulit,
atau adanya komplikasi.

Campak tanpa komplikasi :
oHindari penularan
oTirah baring di tempat tidur
oVitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500IU tiap hari
oDiet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi


Campak dengan komplikasi :
oEnsefalopati/ensefalitis


Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuaidengan PDT ensefalitis


Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDTensefalitis


Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhanserta koreksi terhadap gangguan
elektrolit
o

Bronkopneumonia :


Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia


Oksigen nasal atau dengan masker


Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dnelektrolit
o

Enteritis: koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi
o

Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dangizi kurang perlu dipantau
terhadap adanya infeksi TB laten.Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3
bulan penyembuhan.
o

Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk

Anda mungkin juga menyukai