Anda di halaman 1dari 29

DRIVETEST TEMS

BAB III
DRIVETEST TEMS

3.1 Pengenalan TEMS
3.1.1 Istilah Drivetest dan Walk Test
Drivetest digunakan untuk outdoor (luar ruangan) karena dilakukan dengan berkendaraan
(drive) mobil, sedangkan Walk Test untuk indoor (dalam ruangan) karena dilakukan dengan
berjalan (walk). Istilah drivetest lebih umum digunakan daripada walk test.

3.1.2 Defenisi
Drivetest didefinisikan dengan proses pengukuran sistem komunikasi bergerak pada sisi
gelombang radio di udara yaitu dari arah pemancar/BTS ke MS/Handphone atau sebaliknya,
dengan menggunakan handphone yang didesain secara khusus untuk pengukuran.

3.1.3 Tujuan Drivetest
Adapun tujuan dari drivetest adalah :
1. Mengetahui kondisi aktual gelombang radio (sinyal) dari suatu BTS (Base Transceiver
Station) maupun element BSS (Base Station Subsystem) pada khususnya, dan dari suatu Network
Sellular pada umumnya.
2. Mengetahui Informasi-informasi optimisasi jaringan sellular fundamental, seperti level daya
terima (RxLevel), kualitas sinyal terima (RxQual), quality of voice base on user experiences
(SQI), jarak antara BTS dan MS atau timing advance (TA), interferensi (C/I, C/A), dan juga
untuk melihat proses handovernya.
3. Membantu dalam analisis dan mendeskripsikan statistik sistem telekomunikasi sellular,
karena drivetest dapat dilakukan dalam proses mempersiapkan suatu network (RF Tuning
Drivetest) dan dalam proses memperbaiki dan memaintain suatu network (RF Optimization
Drivetest). Dimana kedua proses tersebut merupakan 20% dari kegiatan Optimisasi Jaringan
Selluler itu sendiri.

3.1.4 Vendor Alat Drivetest
Vendor alat drivetest yang dipergunakan dalam mengukur kualitas sinyal jaringan pada
sistem telekomunikasi adalah :


1. Tems dari Vendor Ericsson
Tems adalah software buatan vendor ericsson untuk mengetahui kualitas radio jaringan GSM.
Dengan menggunakan software ini kita dapat mengetahui level pancaran dari sebuah BTS,
kualitas pancarannya dari BTS dan lain hal yang menyangkut bagian radio dari jaringan GSM.
Dengan software ini kita juga dapat melakukan test call. Dengan Test Call kita dapat mengetahui
BTS mana saja yang serving (melayani handphone), kemampuan handover ke BTS lain (sesuai
dengan planning GSM atau tidak) dan berbagai macam hal lainnya. Karena dibuat oleh vendor
ericsson maka handphone yang digunakan juga dari ericsson (sony ericsson) yaitu seri T610
salah satunya. Jadi software ini tidak sembarangan dijual ke masyarakat umum. Karena sudah
jadi satu kesatuan paket dengan handphone dan softwarenya. Jadi tems ini tidak dijual bebas,
biasanya divisi Optim Network yang menggunakan tools tems untuk mengetahui kualitas
jaringan radio GSM.
2. Nemo dari vendor Nokia
Nemo adalah software buatan vendor nokia yang berfungsi sebagai alat drivetest untuk
mengetahui kualitas radio jaringan GSM. Nemo merupakan produksi dari nokia dengan
berbagai jenis tipe.

3. X-Tel dari Xi, X-PEDite
X-Tel merupkan produksi dari Xi atau X-PEDite yang berfungsi sebagai alat drivetest untuk
mengetahui kualitas radio jaringan GSM.

3.1.5 Tipe Tipe TEMS
Tems terdiri dari beberapa tipe yaitu :
1. TEMS Investigation
Digunakan untuk drivetest di luar ruangan (outdoor). Mulai versi 4 sudah dapat
digunakan untuk drivetest dalam ruangan (indoor). Menggunakan GPS (Global Positioning
System) sebagai alat navigasi dan plotting parameter pada rute drivetest yang dilalui. Tems
investigation terdiri dari berbagai versi mulai Tems klasik/98 dan sampai sekarang versi terbaru
adalah Tems versi 11.0
2. TEMS Light
Digunakan untuk drivetest di luar ruangan (outdoor). TEMS Investigation dan TEMS
Light hanya bisa mengukur sisi downlink saja yaitu dari arah BTS ke MS. Untuk uplink yaitu
dari arah MS ke BTS, TEMS Investigation dan Light tidak dapat mengukur karena alat
pengukurnya hanya handphone. TEMS Automatic menggunakan sistem client-server untuk
pengukuran uplink dan downlink. Client-nya menggunakan MTU (Mobile Test Unit) yang
bekerja secara otomatis saat dinyalakan. Hasil pengukuran di MTU dikirim lewat GPRS ke
server. Server akan menerima data dari MTU dan mengolahnya.



3. TEMS Automatic
Digunakan untuk drivetest di luar ruangan (outdoor). TEMS Investigation dan TEMS
Light hanya bisa mengukur sisi downlink saja yaitu dari arah BTS ke MS. Untuk uplink yaitu
dari arah MS ke BTS, TEMS Investigation dan Light tidak dapat mengukur karena alat
pengukurnya hanya handphone. TEMS Automatic menggunakan sistem client-server untuk
pengukuran uplink dan downlink. Client-nya menggunakan MTU (Mobile Test Unit) yang
bekerja secara otomatis saat dinyalakan. Hasil pengukuran di MTU dikirim lewat GPRS ke
server. Server akan menerima data dari MTU dan mengolahnya.

3.2 Perangkat TEMS
1. Sofware TEMS
Sofware yang digunakan untuk tugas akhir ini adalah software tems investigation version 9.0.
2. Handphone TEMS
Ada berbagai jenis Handphone yang support pada tems investigation diantaranya adalah sebagai
berikut terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jenis Handphone yang support pada Tems Investigation
HANDPHONE
WCDM
A 1900
WCDM
A 2100
GS
M
850
GS
M
900
GS
M
180
0
GS
M
190
0
VIDEO
TELEPHON
Y
EXTERNA
L
ANTENNA
Sony Ericson K600i




Sony Ericson V802SE




Sony Ericson W600i




Motorola E1000




Motorola E1070





Motorola M702iG





Motorola Razr V3x





Nokia 6230 US






Nokia 6230i




Nokia 6282





Nokia 6680




Nokia N80



3. Kabel data USB, serial
Sebagian besar PC maupun notebook dewasa ini mulai meninggalkan port serial dan beralih ke
USB. Penggunaan USB memang lebih praktis karena selain kecepatannya yang lebih tinggi, port
ini memiliki sumber tegangan 5 Volt yang dapat digunakan untuk memberi sumber daya pada
sistem elektronik yang terhubung ke dalamnya. Sementara saat ini sebagian besar perangkat
elektronik masih menggunakan port RS 232 media komunikasinya dengan PC. Untuk
menjembatani permasalahan tersebut maka banyak diluncurkan produk USB to RS 232 yang
membuat perangkat elektronik tersebut tetap terdeteksi sebagai COM (Port RS 232) pada PC
ataupun notebook. Software lama yang sebelumnya masih menggunakan COM pun tidak perlu
diubah lagi karena perangkat tersebut masih dianggap berkomunikasi dengan COM (Port RS
232).
4. Lisensi TEMS
Sebelum menggunakan atau menjalankan tems perlu diketahui bahwa tanpa lisensi tems semua
kegiatan drivetest tidak dapat dilakukan. Untuk itu dalam menginstal software tems masukkan
lisensi tems yang tersedia pada driver tems tersebut.
5. GPS
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi dengan menggunakan satelit navigasi
yang dimiliki dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Nama formal dari GPS
adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System).
Sistem ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai posisi, waktu dan kecepatan secara
global tanpa ada batasan waktu dan cuaca.
6. Aksesoris, USB to Rs 232, charger handphone untuk mobil
Untuk melengkapi peralatan drivetest perlu juga dipersiapkan aksesoris seperti headset, USB to
RS 232, dan charger handphone untuk mobil yang berfungsi sebagai peralatan untuk antisipasi
adanya kemungkinan gangguan pada saat melakukan pengetesan kelokasi.
7. Donggle
Alat untuk mengkoneksikan MS ke Tems
3.3 Parameter TEMS
1. BCCH (Broadcast Control Channel)
Bagian control channel dalam GSM untuk melakukan broadcasting data network cell dimana
user berada dan apa saja cell neighboardnya. Dari BCCH juga dikirim sinyal secara continous
sehingga user (Mobile Subscriber) mendapat sinyal. BCCH bersifat downlink dari BTS ke MS
saja.
2. ARFCN (Absolute Radio Frequency Channel)
Menyederhanakan nilai dari frekuensi GSM, misalnya menyebutkan alokasi frekuensi untuk
operator A dari kanal 51 sampai 87 dibandingkan dari 945.2 MHz sampai 952.4. Atau
memasukkan angka 51 ke dalam peralatan dibandingkan harus mengingat dan memasukkan
945.2 MHz. Apabila pihak regulator hanya mengalokasikan frekuensi dalam satuan MHz tapi
tidak dalam nomor kanal ARFCN maka dilakukan mapping frekuensi sendiri dari MHz ke
ARFCN.
3. CGI (Cell Global I dentity)
Cell Global identity adalah metode untuk untuk mengenali posisi user berdasarkan cell. Cell
global Identity merupakan identitas cell yang unik. Karena di seluruh dunia tidak ada cell
dengan kode yang sama.
CGI terdiri dari :

a. MCC (Mobile Country code)
MCC adalah identifikasi suatu negara dengan menggunakan 3 digit. Tiga digit MCC ini
merupakan bagian dari format penomoran IMSI, dimana secara total IMSI terdiri dari 15 digit.
Indonesia menggunakan 510.
b. MNC (Mobile Network Code)
MNC adalah 2 digit identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah jaringan
bergerak Kombinasi antara MCC dan MNC akan selalu menghasilkan sebuah kode yang unik di
seluruh dunia. Untuk provider Excelcommindo di Indonesia menggunakan kode MNC
berdasarkan IMSI adalah 11.
c. LAC (Local Area Code)
LAC adalah sebuah identitas yang digunakan untuk menunjukkan kumpulan beberapa cell.
Sebuah PLMN tidak boleh menggunakan 1 LAC yang sama untuk 2 cell group yang berbeda.
Sebuah LAC dapat digunakan dalam 2 atau lebih BSC yang berbeda, dengan syarat masih dalam
1 MSC yang sama. Informasi lokasi LAC terakhir dimana sebuah MS berada akan disimpan di
VLR dan akan diperbaharui apabila MS tersebut bergerak dan memasuki area dengan LAC yang
berbeda.
d. Cell ID
Parameter ini yang harus diperhatikan agar tidak salah site ketika ingin melakukan drivetest
karena setiap cell punya kode ID masing-masing.
4. BSIC (Base Station I dentyti Code)
Di gunakan agar MS dapat membedakan BTS yang menggunakan frekuensi yang sama. Karena
menggunakan frekuensi re-use kemungkinan BTS mengeluarkan frekuensi yang sama.
5. RxLevel
Tingkat kuat level sinyal penerima di MS (rentang dalam minus dB), makin kecil nilai RxLevel
maka sinyal makin lemah.
6. RxQual
Tingkat kualitas sinyal penerima di MS (rentangnya skala 0-7).

7. SQI (Speech Quality I ndicator)
Indikator kualitas suara dalam keadaan dedicated atau menelpon dengan rentang -20 s.d 30 ,
makin besar makin baik.
8. TA (Timing Advance)
Timing Avance adalah parameter untuk mengetahui jarak antara BTS dan mobile station(MS).
Timing advance adalah sinkronisasi antara mobile station dengan Base Transmitter Station(BTS)
dalam transmisi suara. Untuk menjaga sinkronisasi, mobile station mengirim sinyal ke BTS (up
link) secara kontinyu. BTS juga mengirim sinyal ke mobile station (down link). Saat uplink dan
downlink disebut round trip time. Saat terjadi total connection, BTS akan mengirim nilai Timing
Advance ke mobile station. Dengan timing advance, bisa diketahui jarak antara BTS dengan
mobile station. Nilai timing Advance adalah 0-63. Artinya jarak antara BTS-MS berkisar antara
0-35 km. Dengan setiap tingkatan mewakili 550 m.


9. FER (Frame Erasure Rate)
Frame Erasure Rate (FER) merupakan rata-rata kesalahan dalam 1 detik. Nilai FER maksimal
yang disyaratkan adalah 1%. Jika suatu coverage memiliki FER lebih dari 1% akan
mengakibatkan adanya drop call.
Secara umum parameter drivetest ini sudah menjadi kesempatan bersama oleh team
optimalisasi Excelcomindo dengan vendor sebagai alat ukur kinerja dan kualitas jaringan
Excelcomindo seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Parameter Drivetest
No Parameter Drivetes Good Fair Bad
1 Rxlevel - 33 s.d - 60 - 80 s.d - 85 -85 s.d. -110
2 RxQuality 0 s.d. 4 5 6 - 7
3 SQI 18 s.d. 38 10 s.d. 18 -20 s.d. 10
4 FER 0 s.d. 3 3 4 s.d. 7 7 8 s.d. 100

3.4 Proses Optimisasi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk drivetest dalam siklus jaringan nirkable,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Siklus hidup jaringan, drivetest dibutuhkan untuk mengoptimalkan siklus hidup
suatu jaringan

Optimisasi jaringan dilakukan untuk memaksimalkan kinerja jaringan yang sudah ada
dan menjaga kualitas sinyal, agar layanan kepada pengguna dapat ditingkatkan. Sebelum
optimisasi jaringan dilakukan, perlu diadakan pengawasan dan pengukuran kinerja jaringan
melalui uji berjalan (drivetest). Drivetest merupkan langkah awal proses optimisasi, dengan
tujuan mengumpulkan data pengukuran yang berkaitan dengan lokasi pengguna.
Sebelum melakukan instalasi BTS, operator perlu melakukan pengukuran untuk
mengepaluasi situs agar bias ditentukan lokasi yang tepat untuk BTS. Secara umum proses ini
terdiri dari pengiriman sinyal Continious wave (CW) yang belum dimodulasi dari situs yang
sedang diuji dan mengukurnya dengan pesawat penerima. Optimisasi dan verifikasi awal
dilakukan untuk pengamatan awal cakupan jaringan saat sinyal termodulasi mulai dipancarkan.
Proses selanjutnya adalah melakukan fasa uji terima (acceptance-testing). Jaringan yang baru
dibangun oleh vendor, kendalinya dialihkan ke opertaor GSM yang meminta tambahan jaringan
tersebut, untuk ditangani dan diuji kelayakannya. Standard keadaan sinyal yang diterima oleh
operator GSM, harus sesuai dengan data yang terkumpul oleh vendor selama pengukuran
jaringan.
Proses optimisasi dimulai dengan drivetest, lalu post processing yaitu analisis data hasil
pengukuran, dan akhinya dilakukan tindakan yang dibutukan untuk menyelesaikan masalah.
Keseluruhan proses optimisasi di prlihatkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Proses Optimisasi
Setelah data terkumpul sepanjang luas cakupan RF yang diinginkan, maka data ini akan
diproses pada suatu perangkat lunak yaitu drivetest tems investigation version 9.0.1. Setelah
masalah, penyebab dan solusi dapat diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah pemecahan
terhadap masalah tersebut.
Setelah operator mulai melakukan layanan komersil, proses optimisasi dan
troubleshooting akan terus dilkakukan sampai situs cell baru dibangun untuk menambah
kapasitas jaringan atau cakupan geografis. Perubahan dalam jalur propogasi sinyal akan terus
berlanjut karena penambahan gedung baru, pertumbuhan pohon, perubahan lahan, dan
penuaan/kerusakan alat. Selain itu dengan semakin bertambahnya pelanggan dan peningkatan
kanal trafik, jaringan perlu dioptimasi ulang untuk menghitung peningkatan daya interfernsi
yang disebabkan peningkatan trafik.

3.5 Prinsip Drivetest
Drivetest memungkinkan operator untuk melakukan optimisasi yang terus menerus.
Umumnya drivetest dilakukan dengan menghubungkan MS ke PC/laptop. Gambar 3.3
menunjukkan konfigurasi derivetest MS-Receiver.

Gambar 3.3 Konfigurasi drivetest MS-Receiver
Pelanggan selluler biasanya melihat kinerja layanan jaringan berdasarkan cakupan
jaringan dan kualitas panggilan. Perangkat drivetest menggunakan MS untuk mensimulasikan
masalah yang dialami pelanggan ketika/saat melakukan panggilan. Sebagai contoh, jika
panggilan terputus ketika beroperasi di dalam objek yang bergerak pada suatu lokasi tertentu,
maka perangkat drivetest harus mampu mensimulasikan masalah ini. Contoh lain masalah adalah
panggilan yang diblokir (kegagalan mendapatkan akses), kualitas suara yang buruk, dan cakupan
area yang kurang.
Sistem drivetest melakukan pengukuran, menyimpan data di computer, dan menampilkan
data menurut waktu dan tempat. Beberapa tipe sistem drivetest yang tersedia adalah, drivetest
berbasis MS, berbasis receiver yang mampu mengukur semua sinyal pilot yang ada, dan
kombinasi keduanya. Sistem drivetest diterapkan dalam kendaraan dan dikemudikan sepanjang
area cakupan operator. Perhatikan Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Proses Drivetest dalam mobil pada jaringan GSM

3.6 Perancangan
Perangkat lunak pengukuran dan pengawasan kinerja jaringan GSM terdiri dari dua
bagian utama, yaitu Networking Monitoring dan Analyzer. Networking Monitoring berfungsi
untuk mengakusisi data, lalu menampilkannya secara real time, kemudian data tersebut disimpan
di database untuk keperluan analyzer. Analyzer berfungsi untuk melakukan proses load dari
data base, kemudian ditampilkan dengan tampilan yang lebih detail untuk keperluan analisis.

3.6.1 Algoritma perancangan
3.6.1.1 Algoritma Perancangan Position Monitoring
Networking Monitoring berfungsi untuk mengendalikan 4 proses utama yaitu koneksi
antara MS dan personal computer (PC), akusisi data-data kualitas, menampilkan data-data
kualitas dan menyimpannya ke data base. Gambar 3.5 menunjukkan algoritma networking
monitoring.

Gambar 3.5 Algoritma Networking Monitoring

3.6.1.2 Algoritma Perancangan Analyzer
Analyzer berfungsi untuk mengendalikan 2 proses utama yaitu load data dari data base
dan menampilkannya dengan tampilan yang mudah dimengerti oleh user. Data yang akan
ditampilkan adalah data-data kualitas jaringan. Gambar 3.6 menunjukkan algoritma analyzer.
Gambar 3.6 Algoritma Analyzer

3.6.1.3 Tampilan Menu Utama
Menu utama merupakan tampilan yang berinteraksi dengan pengguna ketika program
pertama kali dijalankan. Menu utama menawarkan fitur-fitur yang terdapat dalam program
kepada pengguna. Gambar 3.7 menunjukkan tampilam menu utama.

Gambar 3.7 Tampilan Menu Utama
Menu utama berisi beberapa komponen untuk memproses fitur-fitur yang ditawarkan.
Sebagian besar komponen tersebut berupa button. Button merupakan sebuah komponen yang
berfungsi untuk menjalankan sebuah perintah. Gambar 3.6 menampilkan beberapa button, yaitu :
1) Networking monitoring button.
Button ini berfungsi untuk menjalankan perintah membuka Networking Monitoring Form dan
menutup form menu utama.
2) Analyzer button
Button ini berfungsi untuk menjalankan perintah membuka analyzer form dan menutup menu
utama.
3) Exit button
Button ini berfungsi menutup program pemantauan kualitas jaringan GSM.
4) Help button
Berfungsi untuk menjalankan perintah membuka help form.
5) About button
Button ini berfungsi untuk menjalankan perintah membuka about form.

3.6.1.4 Tampilan Networking Monitoring
Networking monitoring akan ditampilkan ketika pengguna menekan networking
monitoring button. Yang berfungsi untuk menapilkan data-data dan masukan yang diperlukan
untuk monitoring kualitas jaringan GSM. Gambar 3.8 menunjukkan tampilan networking
monitoring.

Gambar 3.8 Tampilan Networking Monitoring
Networking monitoring dibangun dari beberapa toolbox. Toolbox yang terdapat pada networking
monitoring antara lain 6 tex box, 6 button dan 1 bar sinyal.

3.6.1.5 Tampilan Analyzer
Analyzer akan ditampilkan ketika pengguna menekan analyzer button. Tampilan
analyzer berfungsi untuk menampilkan data-data kualitas jaringan GSM yang dihasilkan oleh
networking monitoring. Gambar 3.9. menunjukkan tampilan analyzer.

Gambar 3.9 Tampilan Analyzer
Analyzer juga dibangun dari beberapa toolbox yang terdiri dari SSTab, button, text box, map
box, data grid, option button, dan legand.

Drive-Test Untuk Optimisasi Jaringan CDMA
Menggunakan Perangkat Agilent
1. Pendahuluan
1.1 Proses Optimisasi
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk drivetest dalam suatu siklus jaringan nirkabel,
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.





Gambar 1. Siklus hidup jaringan, drive-test dibutuhkan untuk mengoptimalkan siklus hidup suatu jaringan.

Sebelum menginstalasi BS, hal yang pertama kali perlu dilakukan adalah melakukan
pengukuran untuk mengevaluasi situs agar kita bisa menentukan lokasi yang tepat untuk BTS.
Secara umum proses ini terdiri dari pengiriman sinyal CW (yang belum dimodulasi) dari situs
yang sedang diuji tersebut dan mengukurnya dengan pesawat penerima yang biasa digunakan
untuk drivetest. Selanjutnya, optimasi dan verifikasi awal dilakukan untuk pengamatan awal
cakupan RF-nya ketika sinyal carrier CDMA yang sudah dimodulasi telah dinyalakan. Langkah
selanjutnya adalah fasa uji terima (acceptance-testing), yaitu setelah jaringan sudah dialihkan
dari vendor ke operator. Kriteria penerimaan ini bergantung padadata yang terkumpul selama
drivetest jaringan. Setelah operator mulai melakukan layanan komersial, proses optimasi dan
troubleshooting akan terus dilakukan selamamasa hidup jaringan sampai nanti situs sel baru
dibangun untuk menambah kapasitas jaringan atau cakupan geografis. Bagaimanapun juga,
perubahan dalam jalur propagasi sinyal akan terus berlanjut yang dikarenakan oleh penambahan
gedung baru, pertumbuhan pohon, perubahan lahan, dan penuaan/kerusakan alat. Selain itu,
semakinbertambahnya pelanggan dan peningkatan kanal trafik, jaringan CDMA perlu
dioptimasi
ulang untuk menghitung peningkatan daya interferensi yang disebabkan peningkatan
trafik. Selain itu, cell breathing yang disebabkan oleh penggunan trafik yang bervariasi
sepanjang hari memerlukan optimasi jaringan yang berjalan untuk meyakinkan bahwa kapasitas
kanal masih cukup. Drivetest merupakan cara yang tepat untuk membantu operator dengan
mengukur cakupan RF dan interferensi yang mempengaruhi keseluruhan kapasitas jaringan.
Optimasi merupakan langkah penting dalam siklus hidup suatu jaringan. Keseluruhan proses
optimasi diperlihatkan gambar 2 di bawah. Drivetest merupakan langkah awal proses, dengan
tujuan untuk mengumpulkan data pengukuran yang berkaitan dengan lokasi user. Setelah data
terkumpul sepanjang luas cakupan RF yang diinginkan, maka data ini akan diproses pada suatu
perangkat lunak tertentu. Setelah masalah, penyebab dan solusi dapat diidentifikasi, langkah
selanjutnya adalah melakukanpemecahan masalah tersebut. Gambar 2 menggambarkan bahwa
optimasi merupakan proses yang terus berjalan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan QoS,
menjaga pelanggan lama dan menarik pelanggan baru sambil mengembangkan kapasitas
jaringan.


















Gambar 2. Proses Optimasi dimulai dengan drivetest, lalu post-processing yang memerlukan analisis data,
dan akhirnya dilakukan tindakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Drivetest dilakukan lagi
untuk memverifikasi apakah tindakan yang dilakukan sudah benar.

1.2. Prinsip Drivetest
Bagian ini menggambarkan konsep dasar drivetest. Baik operator ataupun vendor pasti
melakukan drivetest. Operator memerlukannya untuk mengoptimalkan kinerja jaringannya,
sementara sebuah situs sel baru dibangun, dan telah terjadi perubahan pada lingkungan
infrastruktur. Drivetest memungkinkan operator untuk melakukan optimasi yang terus berjalan.
Umumnya, drivetest CDMA dilakukan dengan menghubungkan MS ke laptop. Pelanggan seluler
dan PCS melihat kinerja layanan jaringan berdasarkan cakupan jaringan dan kualitas panggilan.
Perangkat drivetest menggunakan MS untuk mensimulasikan masalah yang dialami pelanggan
ketika akan/saat melakukan panggilan. Sebagai contoh, jika panggilan pelanggan terputus ketika
beroperasi di dalam obyek bergerak pada suatu lokasi tertentu, maka perangkat drivetest harus
mampu mensimulasikan masalah ini. Contoh lain masalah yang dialami pelanggan adalah
panggilan yang diblokir (kegagalan mendapatkan akses), kualitas suara yang buruk, dan cakupan
area pelayanan yang kurang. Sistem drivetest melakukan pengukuran, menyimpan data di
computer, dan menampilkan data menurut waktu dan tempat. Frame Erasure Rate (FER) adalah
ukuran pda MS yang megindikasikan kualitas sambungan. Beberapa tipe system drivetest yang
tersedia berbasis MS, berbasis receiver dan
kombinasi keduanya-. Gambar 3 menunjukkan system drivetest kombinasi antara MS dan
receiver.









Gambar 3. Konfigurasi Drivetest MS-Receiver

Sistem drivetest diterapkan dalam kendaraan dan dikemudikan sepanjang area cakupan
operator. Perhatikan Gambar 4.










Gambar 4. Proses Drivetest dalam mobil pada jaringan CDMA


1.3. Penyebab Masalah Pada Jaringan
Ada beberapa penyebab panggilan diblokir (kegagalan originasi), panggilan terputus, dan FER
yang buruk di antaranya dalah, cakupan RF yang buruk, polusi pilot, kehilangan PN neighbour,
masalah pengaturan search window, dan pewaktuan/sinkronisasi yang salah. Tulisan ini
menitikberatkan pada masalah yangberkaitan dengan parameter RF tidak pada kapasitas sel,
kapasitas backbone jaringan, atau pada software pemrosesan panggilan. Minimnya cakupan RF
merupakan hal yang seringkali menyebabkan panggilan gagal atau putus. Hal ini mungkin
terjadi karena danya lubang pada cakupan (daya yang rendah pada suatu cakupan di suatu jalan),
atau bisa juga karena kualitas daya yang buruk pada daerah pinggir dari area cakupan. Polusi
pilot adalah suatu kondisi di mana terlalu banyak munculnya sinyal pilot CDMA. Pilot tambahan
ini akan menginterferensi panggilan pelanggan. Kondisi kehilangan PN Neighbour terjadi ketika
MS menerima sinyal pilot dengan daya tinggi tetapi tampil di dalam daftar neighbour yang
dimiliki MS.
Kemudian PN ini akan menginterferensi dan menyebabkan panggilan terputus dan FER
meningkat. Selain itu, panggilan terputus dapat disebabkan oleh pengaturan search window.
Dalam hal ini, MS tidak dapat mencari pilot yang sesuai dengan daftar
neighbournya. Akhirnya, pewaktuan BS yang salah akan menyebabkan panggilan terputus,
karena system CDMA bergantung pada pewaktuan yang sinkron antar BS.

2. Konsep CDMA
2.1. Latar Belakang
Pemahaman konsep CDMA yang mendalam akan sangat membantu proses pengukuran dan
pengolahan data nantinya. Jaringan seluler dan PCS menggunakan konsep air interface CDMA
yang berdasarkan standar IS-95 dan J-Std008. Jika dibandingkan dengan membagi-bagi
panggilan suara ke setiap kanal frekuensi, sebagaimana pada sistem FDMA, maka CDMA
menggunakan format spread spectrum yang menggunakan sinyal yang sudah dikodekan secara
ortogonal yang menduduki bandwidth spektrum 1.25 MHz. Perhatikan gambar 5.

















Gambar 5. Spektrum CDMA menduduki bandwidth 1.25 Mhz dan terdiri dari beberapa kanal code domain,
bukan terdiri dari kanal-kanal frekuensi seperti pada sistem analog FDMA

Setiap kanal di dalam sebuah sinyal CDMA akan di-spread menggunakan kode walsh,
sebagaimana ditunjukkan gambar 6. Kode Walsh ini men-spread sinyal sepanjang bandwidth
sekitar 1.25 MHz. Hampir seluruh kode Walsh digunakan untuk kanal trafik suara. Sementara
kode lain digunakan untuk kanal pilot, paging dan sinkronisasi. Kanal paging (kode Walsh 1
sampai 7) digunakan oleh BS untuk memanggil MS. Pada konfigurasi jaringan umumnya, kode
Walsh 1 digunakan untuk paging, sehingga kode 2 sampai 7 dapat digunakan untuk kanal trafik
suara. Kanal sinkronisasi (kode Walsh 32) digunakan untuk melakukan pewaktuan dengan MS.
Perhatikan gambar 6.








Gambar 6. Kode Walsh yang terbagi menjadi beberapa sinyal CDMA dengan fungsi masing-masing

Untuk memahami bagaimana sinyal pilot bekerja, kita perlu memahami tentang Short Code.
Langkah terakhir untuk membangkitkan sinyal CDMA dalam BS adalah modulasi data dengan
sebuah sekuen pseudo-random yang disebut dengan short code (kode pendek). Kode ini identik
untuk seluruh BS, dengan satu pengecualian. Setiap BS memiliki versi delay fasa yang berbeda
dari setiap kode yang sama. Hal ini diperlihatkan dengan pergeseran waktu yang diukur dalam
chip. (Satu chip sekitar 0,8 mikrodetik). Perbedaan waktu dalam kode inilah mengidentifikasi
setiap BS dengan unik. Perbedaan waktu (time offset) ini pada dasarnya bertindak sebagai kode
pewarna. Kanal pilot (kode Walsh 0) merupakan versi dari kode pendek tersebut yang tidak
dapat dimodifikasi. Oleh karena itu identik untuk setiap BS, dnegan pengecualian pada
pewaktuan pada pembangkit kode pendek tersebut. Pergeseran/perbedaan pewaktuan kanal pilot
inilah yang mengidentifikasikan BS tertentu dari BS lain, dan sehingga berkomunikasi dengan
BS yang sudah ditentukan. Perbedaan pewaktuan kanal pilot ini diekspresikan dengan PN
Offset yang merujuk pada suatu waktu absolut. Sekuen kode ini berulang setiap 2 detik, yang
merupakan periode jam detik-genap pada GPS. Oleh karena itu, PN 0 mensejajarkan dengan
permulaan periode kode pendek itu, tepat pada jam GPS. PN 1 diberi pewaktuan dengan 64 chip.
PN 2 memiliki 128 chip lebih tinggi dari PN 0, dan seterusnya. PN (Pseudo Noise) merupakan
istilah yang terkait dengan teori spread spectrum. Ada sampai 512 PN Offset yang unik yang
disediakan untuk operator, meskipun hanya satu PN offset yang biasanya digunakan. Kumpulan
PN-PN ini dikelompokkan dalam kelipatan integer dari sebuah nila ON yang dikenal dengan
istilah PN Increment. PN increment yang umumnya digunakan adalah 3, 4, 6. PN increment 3
berarti PN 0, PN 3, PN 6, dst, akan diperuntukkan bagi satu BS atau sektor BS di dalam suatu
jaringan. Setiap operator CDMA akan memilih nilai PN inkremen berdasarkan kepadatan BS-
nya. PN inkremen 3 akan menyediakan lebih banyak PN offset dibandingkan dengan PN
inkremen 6, dilihat dari pembagian antara 512 dengan PN inkremen. Nilai PN ini mungkin akan
digunakan di dalam jaringan yang sama, pada BS yang teletak pada jarak yang cukup jauh dan
antenanya diarahkan saling menjauh. Nilai kanal pilot ini lah yang diukur oleh sistem drivetest
berbasis receiver. Untuk mengidentifikasi BS, receiver mengukur offset pewaktuan dari short
code pada kanal pilot. Receiver mendapatkan pewaktuan yang tepat ini dari sinyal referensi
pulse-persecond yang didapat dari standar GPS Receiver. Beberapa contoh pilot BS akan
ditunjukkan nanti. MS juga dapat mengukur sinyal pilot. Hanya saja, pilot mana yang dapat
diukur MS bergantung pada jaringan yang terkait dengan neighbour list MS.

2.2. Pengukuran Sinyal Pilot
Sistem pengukuran drivetest memanfaatkan prinsip bahwa kanal pilot (kode walsh 0) akan terus
mengirim secara kontinu dan mampu mengidentifikasi BS. Dengan penelusuran pilot-pilot ini,
pengguna dengan cepat dapat mengetahui cakupan RF dalam suatu jaringan nirkabel. Gambar di
bawah menampilkan level dari pilot-pilot terkuat yang diukur dengan receiver digital CDMA
(yang tidak terukur terikat dengan suatu jaringan operator). Perhatikan bahwa PN offset
ditunjukkan di domain horizontal pada batang grafik di bawah. PN ini menunjukkan BS atau
sektor BS mana yang mengirimkan setiap sinyal pilot. Nilai di atas batangan grafik
menunjukkan nilai Ec/Io dari setiap sinyal pilot. Ini merupakan ukuran amplitudo relatif setiap
BS yang diterima receiver drivetest.















Gambar 7. Grafik Drivetest berbasis receiver yang menunjukkan 4 sinyal pilot tertinggi.

Gambar di bawah merupakan ilustrasi dari 4 BS terdekat dengan masing-masing sinyal pilotnya
pada gambar di atas. Gambaran ini sederhana tidak memperhitungkan kemungkinan sektorisasi
BTS yang biasanya dilakukan dalam setiap BTS. Perlu diingat bahwa tidak selalu BS terdekat
pasti menghasilkan level sinyal pilot terkuat yang dapat diterima receiver. Kondisi propagasi
yang berbeda-beda yang sering terjadi sehingga memungkinkan sinyal yang lebih jauh dapat
diterima pada level yang lebih tinggi. Drivetest berbasis receiver dapat membantu diagnosa
fenomena seperti ini.




















Gambar 8. Jaringan Wireless terdiri dari beberapa BTS

2.3. Definisi Ec dan Io
Tampilan sinyal pilot biasanya diukur dalam unit Ec, Io, atau Ec/Io, tergantung,metode
pengukuran pilot pada drivetest apakah menggunakan receiver atau MS. Ec meruapakan
pengukuran kuat sinyal pilot yang diekspresikan dalam unit dBm. Sebagai contoh, sinyal pilot
memiliki nila Ec -50 dBm, -80 dBm, ataupun -100 dBm, tergantung di mana peralatan drivetest
terletak terhadap BS yang mengirimkan sinyal pilot tersebut. Gambar di bawah mengilustrasikan
setiap Ec BS hanya merupakan suatu porsi kecil dari total daya di dalam kanal 1.25 Mhz.










Gambar 9. Sinyal CDMA mengandung sinyal yang terdiri dari semua kode walsh dari setiap BTS

Io adalah daya total yang terukur dalam suatu kanal CDMA 1.25 MHz. Ini sudah termasuk
seluruh 64 kode walsh dari setiap BS dab noise atau interferensi lainnya yang mungkin terdapat
dalam kanal 1.25 MHz, dieksperesikan dalam dB. Nilai Io ini membantu dalam perhitungan
rasio antara level daya suatu BS dengan BS lainnya. (definisi lain Ec/Io adalah perbandingan
antara energi setiap chip terhadap spektral energy dari interferensi). Pengukuran sinyal pilot
dapat dilakukan dengan solusi drive-test dalam beberapa cara, melalui receiver (independen
terhadap jaringan) ataupun MS. Gambar 7 menunjukkan grafik pengukuran sinyal pilot pada
receiver. Receiver mengukur semua sinyal pilot, tanpa tergantung terhadap jaringan yang sedang
melayani. Sebaliknya, hasil pengukuran drivetest berbasis MS akan berbeda. Masing-masing
mode pengukuran memiliki tujuan tersendiri dan keduanya dapat dikombinasikan

3. Pengukuran Drivetest berbasis MS
3.1. Konsep MS CDMA
Perangkat berbasis MS merupakan konfigurasi minimum yang dibutuhkan dalam melakukan
drivetest. Pengukuran umum seperti panggilan gagal ataupun terputus dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana performa jaringan dari sudut pandang pelanggan. MS juga mampu
mengukur FER untuk mendapatkan indikasi kualitas suatu panggilan, dan medekodekan pesan
layer 3 pada suatu proses panggilan untuk membantu troubleshooting jaringan. Gambar 10
menunjukkan sistem drivetest berbasis MS termasuk dengan GPS receiver untuk menentukan
lokasi akurat suat peristiwa yang dialami MS.











Gambar 10. konfigurasi sistem drivetest berbasis MS dengan laptop, dan receiver GPS termasuk antena
(biasanya jenis trimble).

Oleh karena drivetest berbasis MS bergantung terhadap jaringan, sinyal pilot yang ditampilkan
hanyalah sinyal pilot yang diinstruksikan oleh operator jaringan untuk diukur. Untuk memahami
prinsip pengukuran sinyal pilot berbasis MS perhatikan gambar 11 berikut.












Gambar 11. Kumpulan Pilot Aktif, kandidat, dan neighbour yang secara kosntan diperbaharui statusnya.

Sebuah MS mengkategorikan suatu pilot pada setiap BS (atau sektor BS) ke dalam 4 macam
yaitu, aktif, kandidat, neighbor, dan sisa-sisa pilot lainnya disebut dengan
= remainder. Kalau pada drivetest berbasis receiver, pilot remainder ini juga ditampikan pada
grafik, di mana pilot-pilot ini biasanya merupakan sumber interferensi. Sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 11, MS secara konstan berkomunikasi dengan banyak BS. Pilot aktif
merepresentasikan bahwa BS itu sedang berkomunikasi dengan MS untuk melakukan suatu
panggilan. Pilot kandidat menunjukkan bahwa BS itu sedang dalam proses transisi dari aktif
menjadi non-aktif ataupun sebaliknya, bergantung apakah dayanya melebihi atau di bawah
threshold yang didefinisikan oleh jaringan (Tadd atau Tdrop). Pilot neighbor mengindikasikan
kumpulan BS yang potensial menjadi aktif. Staf perencanaan pada operator biasanya
memprogram agar jaringannya dapat mendownload daftar pilot neighbor ini ke MS. Pilot ini
biasanya menunjukkan BS-BS terdekat yang melayani MS. Dengan demikian, daftar pilot
neighbor ini pasti berubahubah seiring MS berjalan di suatu area. Setiap sektor BS memiliki
daftar neighbor yang unik. Ketika suatu panggilan sedang dialihkan (hand-off) dari suatu sel ke
sel lainnya (atau dari suatu sektor ke sektor lainnya tetapi masih satu sel), daftar neighbor ini
berubah meliputi neighbor yang dari setiap sektor yang terlibat dalam proses hand-off. Berikut
adalah gambar tampilan 3 macam pilot dalam drivetest berbasis MS.























Gambar 12. Pengukuran Berbasis Phone dengan tampilan pilot active, candidate, dan neighbor.

Pengukuran berbasis MS diperlukan untuk menaksir performa suatu jaringan dalam suatu
statistik panggilan seperti panggilan gagal atau terputus beserta lokasi kejadiannya. Gambar 13
menunjukkan contoh statistik tersebut.














Gambar 13. Statistik pengukuran MS


Pengukuran berbasis MS menunjukkan gejala suatu masalah pada jaringan, tetapi tidak mampu
menjelaskan masalah tersebut dengan baik. Sebagai contoh, kenapa panggilan terputus kerap
terjadi pada suatu lokasi tertentu? Untuk memahami penyebab masalah pada air interface ini,
dikembangkanlah sistem pengukuran berbasis receiver oleh Agilent. Oleh karena jaringan
mengontrol perangkat MS sepenuhnya, pengukuran yang dilakukan menjadi tidak valid dalam
suatu kondisi tertentu. Pewaktuan buat MS biasanya diatur oleh jaringan menggunakan kanal
sinkronisasi BS (kode walsh 32). Kesalahan pewaktuan pada BS akan menyebabkan rentetan
kesalahan lainnya pada MS. Jaringan juga mengatur MS agar berkomunikasi dengan BS tertentu
untuk mendapatkan suatu sinyal pilot, berdasarkan daftar neighbor yang dikirim MS melalui air
interface dari BS. BS yang tidak terdaftar dalam daftar neighbor yang ditentukan mungkin tidak
diukur oleh MS, meskipun BS-BS ini dapat menyebabkan interferensi, yang akan
mengakibatkan panggilan terputus. Sebaliknya, pengukuran berbasis receiver independen
terhadap jaringan. Sehingga mereka mampu mengukur semua pilot (sampai 512) tidak
tergantung pada daftar neigh bor yang diberikan operator jaringan. Selain itu, sistem ini mampu
melakukan pengukuran pewaktuan yang absolut, yang sering menjadi penyebab masalah pada
jaringan.

4. Pengukuran Berbasis Receiver
Seringkali masalah yang timbul pada saat melakukan pengukuran berbasis MS adalah sama.
Oleh karena itu diperlukan solusi drivetest yang tidak bergantung pada jaringan. Sistem ini
didesain untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena receiver menggunakan GPS untuk
mensinkronisasi pewaktuan, maka ia tidak perlu terikat dan diatur oleh jaringan. Selain jumlah
pilot yang bisa dideteksi sebanyak 512 tidak seperti pada MS. Receiver tidak menggunakan
kanal sinkronisasi BS untuk pewaktuannya seperti pada MS. Ia menggunakan sistem GPS untuk
mendapatkan satu pulse/detik yang diperlukan untuk mengukur semua pilot yang terdeteksi pada
input RF secara akurat. GPS juga digunakan untuk mendapatkan lokasi untuk setiap pengukuran
yang dilakukan dalam bujur dan lintang.








Gambar 14. Sistem Drivetest berbasis reciver menggunakan GPS internal


4.1. Scanning Pilot CDMA
Gambar 15 menunjukkan salah satu tampilan pada pengukuran receiver. Bar yang tertampil
adalah N (user-defined dari 1-20)) pilot yang terbesar dayanya yang terukur oleh receiver
dimulai dari yang terbesar. Nilai PN offset dari pilot terdapat pada bawah bar. Sumbu Y dapat
diatur untuk menampilkan Ec atau Ec/Io.
















Gambar 15. Tampilan Top N Pilot pada receiver

Perlu diingat bahwa receiver mendapatkan pewaktuannya dari sinyal 1 pulsa/detik GPS.
Pewaktuan receiver diselaraskan dengan eve-second clock dari GPS, yang merupakan sinyal
pewaktuan yang serupa dengan yang digunakan oleh BS CDMA. Untuk mengukur pilot dengan
akurat, receiver perlu informasi PN inkremen untuk suatu jaringan tertentu. PN inkremen
merupakan cara pemberian jarak antar sinyal pilot yang ditentukan oleh operator. PN inkremen 3
berarti PN0, PN3, PN6, dst, dapat digunakan oleh operator. User harus memasukkan nilai PN
inkremen ini pada GUI pengukuran receiver.

4.2. Pengukuran Polusi Pilot
Bentuk interferensi lainnya pada jaringan CDMA adalah polusi pilot. Polusi pilot adalah
fenomena yang ditunjukkan dengan adanya lebih dari 3 pilot yang memiliki daya yang sangat
kuat. Rake receiver pada MS memiliki 3 jari yang digunakan untuk mendemodulasi sampai
dengan 3 pilot yang berbeda untuk proses soft hand-off, atau untuk mendemodulasi sampai
dengan 3 komponen multipath dari satu pilot yang sama, sambil menjaga koneksi panggilan
dalam kondisi daya sinyal yang diterima rendah (kombinasi soft hand-off dan multipath juga
dapat terjadi). Jika ada lebih dari 3 sinyal pilot yang diterima rake receiver pada satu waktu,
maka proses soft-handoff akan tidak berjalan. Jika ada sampai 4 atau 5 pilot yang aktif maka
akan mengakibatkan level Io yang berlebihan, dan pada akhirnya mengakibatkan Ec/Io yang
buruk. Hal ini selanjutnya menyebabkan FER yang lebih tinggi dan berpotensi menyebabkan
panggilan terputus yang sering terjadi. Gambar 16 dan 17 menunjukkan jaringan dengan kondisi
pilot yang baik (3 pilot yang kuat dayanya) dan buruk (tujuh sampai delapan pilot yang tinggi
dayanya). Polusi pilot mudah diukurjika menggunakan sistem drivetest berbasis receiver, karena
mampu mengukur semua pilot yang ada. Polusi pilot sering berkaitan dengan missing neighbor.
Menggunakan sistem receiver sekaligus MS disertai software alarm akan membantu
pendeteksian masalah pada suatu durasi waktu yang pendek. Dengan demikian biaya operasi
dapat ditekan, dibandingkan hanya dengan menggunakan sistem berbasis MS yang memerlukan
banyak multiple port atau driver, termasuk SDM.
.














Gambar 16. Tampilan PN untuk jaringan yang sudah dioptimasi. Terlihat tidak terjadi Polusi pilot.
























Gambar 17. Jaringan yang tidak dioptimasi dengan baik mengindikasikan polusi pilot pada gambar.

4.3. Pengukuran Pilot: Delay pewaktuan absolut
Oleh karena sistem CDMA sinkron dengan pewaktuan dari GPS, setiap terjadi error pewaktuan
pada BS dapat menyebabkan panggilan terputus. Gambar 18 menunjukkan tampilan pilot Top N
receiver dengan nilai pada bar merupakan waktu tunda dalam unit chip. Satu chip sekitar 0,8
mikodetik (1 dibagi 1.25 Mchip/detik). Untuk mengukur kesalahan pewaktuan pada BS,
kendaraan drivetest harus terletak tidak jauh dari BS. Jika tidak, sistem tidak mampu
membedakan antara kesalahan pewaktuan BS dengan delay propagasi. Pengukuran delay
pewaktuan juga mempunyai tujuan lain. Oleh karena delay propagasi kurang lebih sebesar 6 chip
tiap mil, dengan demikian delay yang terukur dapat digunakan untuk menentukan jarak antara
MS dengan BS yang diukur. Sebagai contoh, jika delay yang terukur 62 chip maka diperkirakan
BS terletak 62 mil dari MS, asumsi propagasinya LOS.
























Gambar 18. Pengukuran Absolute Timing Delay

Seringkali, pilot dengan delay yang berlebihan tidak akan terdaftar dalam daftar neighbor atau
berada pada luar jangkauan search window dari MS (fenomena ini disebut dengan missing
neighbor list). Dengan receiver, sistem tidak hanya mampu mencari pilot neighbor yang
menghilang, tapi juga menyediakan informasi delay pewaktuan yang dengan cepat membantu
menganalisa sumber masalah.

4.4. Pengukuran Pilot: Pengamatan Multipath
Sistem receiver juga mampu menagamati multipath dari suatu sinyal pilot. Multipath termasuk
komponen-komponen dari sinyal transmisi yang sama, yang mengandung beberapa jalur
propagasi dikarenakan pantulan bukit, gedung, refraksi, absorpsi, dll. Karakteristik multipath
perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan dengan tepat pengaturan search window dari MS.
Yang dimaksud dengan search window MS adalah interval waktu sepanjang pencarian pilot
yang dilakukan MS. Jika search window terlalu lebar, MS akan banyak membuang waktu untuk
mencoba mengkorelasikan daya sinyal yang diterima dengan delay yang lama. Jika search
window terlalu sempit, delay pewaktuan sistem akan menyebabkan sinyal tidak dapat
ditemukan. Untuk mengatur search window yang sesuai dengan karakteristik multipath, sistem
receiver memperhitungkan parameter seperti delay spread, Ec (Ec/IO) agregat, dan Ec (Ec/IO)
agregat puncak. Dengan menggunakan tampilan top N pada gambar 19, nilai pengukuran yang
diharapkan dapat ditampilkan. Hasil dari pengukuran propagasi pilot BS ini merupakan sebuah
sinyal yang terbentuk dari berbagai nilai maksimum dan minimum.
Nilai maks bersesuaian dengan komponen multipath yang nantinya dapat digunakan untuk rake
receiver MS, termasuk dalam area yang lemah dayanya. Oleh karena itu, search window MS
perlu diatur untuk menangkap semua komponen multipath ini. Sebagaimana diketahui bahwa
delay absolut dihitung pada saat nilai tertinggi dari sinyal multipath (pada saat MS dekat dengan
BS). Delay spread adalah ukuran durasi ketika energi spektrum komponen multipath yang
signifikan pada sinyal multipath mengalami dispersi. Nilai delay spread dalam chip ditunjukkan
pada setiap grafik batangan (bar).














Gambar 19. Pengukuran Delay spread, membantu untuk mengenali karakteristik multipath

4.5. Pengukuran CW
Dalam siklus hidup susatu jaringan,kita perlu mengevaluasi lokasi sel yang akan dibangun untuk
melihat apakah konstruksi lokasi sel cukup untuk menunjang cakupan radio. Untuk melakukan
evaluasi ini sebuah siggen dengan amplifier daya diperlukan untuk mengirimkan sinyal CW
(continuous wave) dari lokasi sel tersebut. Seringkali siggen dan antena diposisikan pada sudut
elevasi antena yang akurat menggunakan forklift atau crane. Lalu receiver, dengan antena dan
software lainnya, di-drive sepanjang area sel tersebut. Receiver ini biasanya memang instrumen
yang diperuntukkan untuk mengukur sinyal CW. Data yang dikumpulkan dieksport ke software
pemetaan(mapinfo) dan dari sini hasil cakupan CW dapat dievaluasi. Dengan sistem drivetest
berbasis receiver, baik pengukuran CW dan drivetest CDMA dapat dilakukan bahkan secara
simultan, menggunakan perangkat keras yang sama. Daya CW yang terukur adalah daya puncak
dari sinyal yang ditransmisikan. Daya CW berbeda dengan daya kanal, yang merupakan daya
yang terintegrasi dalam suatu bandwidth kanal yang telah ditentukan.













Gambar 20. Pengukuran daya CW menggunakan receiver digunakan untuk proses mengevaluasi suatu
lokasi sel yang akan dibangun.

4.6. Pengukuran Daya Kanal
Sebagai contoh, jika bandwidth kanal diatur pada 1.25 MHz, fungsi pengukuran daya kanal akan
mengukur daya pada seluruh kanal CDMA. Atau, jika kita akan mengukur sistem selular analog,
maka bandwidth daya kanal diatur pada 30 KHz. Daya kanal 1.25 MHz setara dengan nilai Io
yang ditampilkan dalam tampilan panel depan pilot virtual.

4.7. Tampilan Spectrum Analyzer untuk troubleshooting
Sistem drivetest receiver menggunakan kapabilitas spectrum analyzer yang sudah terintegrasi
untuk membantu optimasi dengan menganalisa domainfrekuensi. Gambar 21 di bawah
merupakan tampilan spektrum dari seluruh pita downlik 1900 MHz PCS yang meliputi rentang
frekuensi 1930 1990 MHz pada receiver. Pita uplink dari 1850 1910 Mhz dapat juga dilihat.


















Gambar 21. Tampilan Spektrum pada Receiver, di gambar terlihat marker yang diletakkan pada
carrier CDMA dan beberapa sinyal GSM.

4.8. Sistem MS dan Receiver yang terintegrasi
Sistem ini akan mebantu optimasi yang lebih akurat. Gambar 22 menunjukkan bagaimana sistem
ini mampu menentukan sumber dari masalah Air-interface jaringan. Di mana MS menunjukkan
gejala dari masalah yang terjadi, dan receiver menunjukkan kenapa masalah itu terjadi.















Gambar 22. Sistem Terintegrasi ini mampu mengidentifikasi kondisi Missing Neighbor dengan cepat.
Alarm dan software post-processing mengidentifikasi masalah jaringan.


Sebagai contoh, window untuk MS dapat mengukur persentase FER atau panggilan terputus.
FER yang tinggi dapat menyebabkan pelanggan mengalamai panggilan yang terputus atau
kualitas suara yang buruk. MS dapat mengukur pilot aktif dan neighbor, sebgaimana ditunjukkan
pada gambar, tetapi ini tidak tidak cukup untuk mencari lokasi dari sumber masalah. Sebaliknya,
receiver dapat mengukur seluruh pilot, dan mengindikasikan bahwa PN 129 yang memiliki daya
paling tinggi adalah tidak terdaftar pada neighbor list MS. Oleh karena itu, missing neighbor ini
dapat menyebabkan interferensi yang besar pada MS, selanjutnya dapat menyebabkan seringnya
panggilanterputus dan FER tinggi. Dalam kasus ini, missing neighbor menjadi pilot yang paling
tinggi dayanya. Hal ini tidak dapat diidentifikasi hanya menggunakan MS. Menggunakan solusi
drivetest terintegrasi ini dapat mempercepat engineer menyelesaikan masalah. Dengan tambahan
alarm otomatis, pencarian sumber masalah dapat dipermudah dan dipercepat. Pada akhirnya,
pemrosesan data yang telah dikumpulkan memungkinkan engineer mencari sumber masalah
berdasarkan lokasi user di peta.

5. Kesimpulan
Sistem drivetest membantu operator dan vendor dalam mengoptimalkan performa jaringannya.
Dengan melakukan pengukuran berbasis MS dan receiver, hasil pengukuran dapat menjelaskan
apa dan kenapa suatu masalah bisa terjadi. Dengan demikian, dapat membantu mengurangi
waktu, tenaga, biaya yang dibutuhkan untuk melakukan optimasi jairngan.

Anda mungkin juga menyukai