Anda di halaman 1dari 16

choybuccuq@yahoo.co.

id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Periodontitis adalah suatu kelainan yang bersifat irreversible serta
membutuhkan kerjasama yang baik antara dokter gigi yang merawat dengan
pasien, untuk proses penyembuhannya serta mencegah bertambah parahnya
kelainan tersebut.
Informasi dari penderita, pemeriksaan klinis dan penunjang sangat
dibituhkan untuk menentukan diagnosis, mengidentifikasi strategi perawatan serta
kebutuhan perawatan. Untuk menentukan perawatan pada kasus perodontitis,
tidaklah sama setiap pasien, karena kelainan ini termasuk multifactorial. Dokter gigi
membutuhkan penentuan perawatan (design making) serta rencana perawatan
sebelum memasuki tahap perawatan

1.2 Batasan topik
1. Diagnosa dan alasan
2. Gigi goyang
3. Prognosis
4. Rencana perawatan
5. Terapi
6. Proses penyembuhan


choybuccuq@yahoo.co.id

1.3 Peta Konsep











Diagnosis (Periodontitis Kroni s)


Faktor resiko Prognosis


Rencana Perawatan


Terapi Peridontal Fase 1



Pemeriksaan klinis
- B.O.P
- Kalkulus
- Poket 4-5 mm
Anamnesis
- GDP 256 mg/IU
dan 302 mg/IU
- Gigi goyang
- Terasa sakit

Pemeriksaan
penunjang
- Lamina dura
discontinue pada
alveolar crest
- Resorbsi alveolar crest
choybuccuq@yahoo.co.id

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DIAGNOSA DAN ALASAN
Diagnose periodontitis kronis disertai factor resi ko
Alasan, berdasarkan :
Pemeriksaan subyektif
- Gigi depan RA dan RB goyang
- Gula darah puasa 256 mg/IU dan 302 mg/IU 2 jam
Pemeiksaan obyektif
- Kalkulus banyak
- Ada perdarahan
- Goyang derajat 2
- Adanya diskontinuitas lamina dura dan resorbsi alveolar crest
Pasien didiagnosa periodontitis kronis disertai factor resiko, DM (diabetes Melitus)
2.2 GIGI GOYANG
Setiap gigi mempunyai derajat kegoyangan fisiiologis yang ringan, dimana berbeda-
beda untuk setiap gigi dan waktunya. Maksudnya:
- Gigi dengan akar tunggal lebih mudah goyang daripada gigi dengan akar multiple,
dimana incisive paling mudah goyang.
- Kegoyangan gigi paling besar saat menjelang pagi hari dan derajatnya menurun
secara progresif.
Kegoyangan gigi pada prinsipnya terjadi secara horizontal, walaupun dapat juga
terjadi secara aksial, tetapi derajat kegoyangannya lebih rendah.
2.2.1 Etiologi
Peningkatan kegoyangan gigi disebabkan oleh satu atau lebih factor berikut :
A. Kehilangan tulang/jaringan penyangga gigi
- Derajat kegoyangan tergantung pada keparahan dan distribusi kehilangan
tulang pada permukaan akar, panjang & bentuk akar, serta ukuran akar.
- Gigi dengan akar pendek dan runcing lebih mudah untuk lepas daripada
akar yang berukuran normal/bulbous dengan jumlah kehilangan tulang
yang sama.
- Kehilangan tulang biasanya merupakan hasil kombinasi beberapa factor
dan tidak ditemukan tersendiri, sehingga keparahan kegoyangan tulang
tidak berhubungan dengan jumlah kehilangan tulang.
choybuccuq@yahoo.co.id

B. Trauma oklusi
- Kegoyangan gigi dihasilkan dari kekuatan oklusal yang berlebih atau
karena kebiasaan oklusal yang abnormal seperti bruxism dan clenching.
- Kegoyangan gigi juga meningkat dengan adanya hipofungsi.
- Kegoyangan yang dihasilkan dari trauma oklusi awalnya terjadi akibat
resorbsi lapisan kortikal tulang, menyebabkan berkurangnya jaringan
penyangga, dan kemudian melebarkna ligamen periodontal
C. Perluasan keradangan gigiva atau abses periapikal akut yang menyebabkan
perubahan ligament periodontal dan meningkatkan kegoyangan gigi.
D. Bedah periodontal sementara dapat meningkatkan kegoyangan gigi dalam
waktu yang singkat.
E. Kehamilan, siklus menstruasi, dan penggunaan kontrasepsi hormonal
- Kegoyangan gigi terjadi pada pasien dengan atau tanpa penyakit
periodontal, kemungkinan disebabkan karena perubahan fisikokimia
jaringan periodontal.
F. Proses patologis rahang
- Proses patologis rahang yang mengakibatkan destruksi tulang alveolar atau
akar gigi dapat menimbukan kegoyangan gigi.
- Proses tersebut meliputi osteomyelitis dan tumor rahang.
2.2.2 Cara Pemeriksaan
Secara umum terdapat dua cara, yaitu:
A. Gigi dipegang secara kuat menggunakan 2 handle instrument logam (kaca
mulut), digerakkan arah fasial lingual.
B. Atau dengan 1 handle instrument logam (kaca mulut) dan jari, digerakkan arah
fasial lingual.
2.2.3 Klasifikasi
Derajat kegoyangan gigi dibagi menjadi:
1. Derajat 1 kegoyangan ringan, 1 mm arah fasiolingual
2. Derajat 2 kegoyangan sedang, >1 mm arah fasiolingual
3. Derajat 3 kegoyangan parah, >1 mm arah fasiolingual dan mesiodistal,
ada gerakan vertical.
2.3 PROGNOSIS
Adalah Memprediksikan atau meramalkan kemungkinan terjadinya penyakit,
lamanya, dan akibat yang ditimbulkan berdasarkan pada pathogenesis penyakit dan
adanya factor resiko untuk penyakit.
choybuccuq@yahoo.co.id

Prognosis ditentukan setelah diagnosis dan sebelum rencana perawatan ditetapkan.
2.3.1 Tipe Prognosis :
A. Prognosis sangat bagus (excellent)
- Tidak ada kehilangan tulang
- Kondisi gingival sangat bagus
- Kerja sama pasien bagus
- Tidak ada factor sistemik atau lingkungan
B. Prognosis bagus
Bila ada satu atau lebih keadaan berikut :
- Sisa tulang penyangga cukup
- Kemungkinan untuk mengontrol factor etiologi dan gigi dapat dipelihara
- Kerja sama pasien cukup
- Tidak ada factor sistemik atau lingkungan; atau bila ada factor sistemik
dapat dikontrol
C. Prognosis sedang (fai r prognosis)
Bila ada satu atau lebih keadaan berikut :
- Sisa tulang penyangga kurang cukup
- Sebagian gigi goyang
- Furcation involvement derajat I
- Dapat dilakukan pemeliharaan
- Kerja sama pasien dapat diterima
- Ada factor sistemik atau lingkungan yang ringan
D. Prognosis j elek (poor prognosi s)
Bila ada satu atau lebih keadaan berikut :
- Kehilangan tulang sedang sampai lanjut
- Furcation involvement derajat I dan II
- Gigi goyang
- Daerah sulit melakukan pemeliharaan atau kerja sama pasien diragukan
- Ada factor sistemik atau lingkungan
E. Prognosis diragukan
Bila ada satu atau lebih keadaan sebagai berikut :
- Kehilangan tulang lanjut
- Furcation involvement derajat II dan III, Gigi goyang,
- Daerah sulit dicapai
- Ada factor sistemik atau lingkungan
choybuccuq@yahoo.co.id

F. Prognosis tanpa harapan (hopeless)
Bila ada satu atau lebih keadaan sebagai berikut :
- Kehilangan tulang lanjut
- Daerah yang tidak dapat dipelihara
- Indikasi ekstraksi
- Adanya factor sistemik atau lingkungan yang tidak terkontrol
Perlu diingat bahwa hanya prognosis sangat bagus, bagus, dan tanpa
harapan yang dapat ditentukan dengan alasan yang akurat.
Sedangkan prognosis sedang, jelek, dan meragukan tergantung pada jumlah
factor yang dapat berinteraksi tanpa dapat diprediksi. Untuk ketiga prognosis
ini sebaiknya ditentukan prognosis sementara sampai terapi fase I selesai dan
dievaluasi. Biasanya dilakukan control factor resiko dan ketiga prognosis
tersebut dapat menjadi lebih baik.
2.3.2 Prognosis dapat dibedakan menjadi :
A. Prognosis keseluruhan gigi (overall prognosis)
- Mempertimbangkan gigi secara keseluruhan.
- Factor yang dapat mempengaruhi : usia, keparahan penyakit, factor
sistemik, merokok, adanya plak, kalkulus, dan factor local lainnya,
kebutuhan pasien, dan kemungkinan pembuatan prostetik.
B. Prognosis ti ap gigi (individual tooth prognosis)
- Prognosis tiap gigi dilakukan setelah prognosis keseluruhan gigi ditentukan,
misalnya : pada pasien dengan prognosis keseluruhan gigi yang jelek maka
tidak perlu mempertahankan gigi dengan prognosis meragukan.
2.3.3 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan prognosis :
A. Factor kli nis
- Umur pasien, keparahan penyakit, control plak, kerjasama pasien.
B. Factor sistemi k dan lingkungan
- Merokok, penyakit sistemik, factor genetic, stress.
C. Factor local
- Plak dan kalkulus, restorasi sublingual, factor anatomi, kegoyangan gigi.
D. Factor restorasi dan prostetik
- Abutment selection, karies, gigi non vital, resorbsi akar.



choybuccuq@yahoo.co.id

2.4 RENCANA PERAWATAN
1. Preeliminary phase
Emergency untuk menghilangkan keluhan utama pasien pada gigi atau periapikal
Dilakukan ekstraksi pada gigi yang tidak dapat sembuh (yang prognosisnya
hopeless) dan pengganti sementara jika diperlukan.
2. Surgical phase (fase I)
- kontrol plak dan edukasi pasien:
Kontrol diet (pada pasien dengan karies rampant)
Pembersihan dari kalkulus dan melakukan root planning
Koreksi restorasi dan faktor iritasi prostetik
Pembersihan karies dan restorasi (sementara / akhir, tergantung tingkat
prognosis dan lokasi dari karies)
- respon terhadap evaluasi pada fase nonsurgical , memeriksa :
Kedalaman poket dan inflamasi gingival
Plak dan kalkulus serta karies
3. Surgical phase (fase II)
- Terapi periodontal
- Termasuk penggantian implant , Terapi endodontik
4. Restorative phase (fase IV)
- Restorasi akhir
- Alat prosthodontic cekat dan lepasan
- Evaluasi pada respon pada prosedur restorasi
- Tes periodontal
5. Maintenance phase (fase V)
Pemeliharaan berkala / rutin :
- Plak dan kalkulus
- Kondisi gingiva (poket dan inflamasi)
- Oklusi , pergerakan gigi
- Perubahan patologi lainnya.
2.5 T E R A P I
2.5.1 Terapi Fase I
A. Terapi Factor Resiko
a. Faktor kontrol resiko lokal
Diperkenalkan selama penilaian periodontal yang harus dikoreksi sebagai
bagian dari terapi periodontal non-surgical.
choybuccuq@yahoo.co.id

a) Amalgam overhanging
- Penghilangan overhanging adalah penting untuk membantu
mengontrol inflamasi periodontitis pada pasien periodontitis
- Overhanging amalgam yang kecil dapat sering dihilangkan dengan
periodontal curet, tapi overhanging yang besar biasanya
membutuhkan dokter gigi mengganti restorasi tersebut secara penuh
(100%)
b) Kesalahan design crown
- Kesalahan design crown dapat menyebabkan retensi plak dan dapat
juga menciptakan problem periodontal ketika tidak cukup celah
sebagai hasil dari tempat yang banyak (padat) pada design crown
- Solusi : remove (menghilangkan) crown dan mengganti dengan
design yang lebih baik
c) Kesalahan pada alat
- Dapat menyebabkan akibat langsung pada jaringan lunak dan
menyebabkan kerusakan periodontal juga mungkin membutuhkan
pembuatan lagi.
b. Faktor resiko sistemi k
- Dokter gigi harus membuat tiap usaha untuk kontrol atau meminimalkan
dampak dari resiko sistemik faktor resiko sistemik, faktor sebagai
bagian dari non-surgical terapi.
- Pasien dengan kebiasaan merokok harus menerima konseling untuk
penghentian kebiasaan merokok
- Pasien dengan diabetes tidak terkontrol dapat dikonsultasikan kepada
dokter internist untuk medical treatment yang tepat
Harus waspada terhadap beberapa sistemik risk factor yang tidak dapat
diubah (seperti : genetik, predisposisi)
B. DHE
Instruksi control plak yang lanjut : pasien diajarkan cara cara membersihkan
plak dari seluruh permukaan gigi yang supragingiva, dengan menggunakan
sikat gigi, dental floss dengan cara-cara / metode-metode tertentu.
C. Scalling
Penggunaan alat untuk menghilangkan plak, kalkulus, dan stain baik pada
mahkota maupun permukaan akar gigi.

choybuccuq@yahoo.co.id

D. Root Planning
Prosedur perawatan untuk membersihkan sisa kalkulus pada bagian-bagian
sementum sehingga permukaan gigi menjadi bersih dan halus.
Tujuan scall ing & root planning :
- Memperbaiki kesehatan gingiva dan membuang unsur yang menyebabkan
keradangan gingiva (plak, kalkulus, endotoksin) dari permukaan gigi.
- Menghilangkan penyebab keradangan lokal.
E. Splinting
- KLASIFIKASI
a. A Temporary Splint
Digunakan pada short-term basis untuk menstabilkan gigi selama terapi
periodontal atau selama trauma.
b. A Provisional Splint
Digunakan untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun.
c. A Permanent Splint
Digunakan untuk jangka waktu yang tak terbatas, biasanya digunakan
pada penurunan atau pengurangan periodontium yang berlebih.
- MACAM
1. Extracoronal Splint
- Biasanya sementara
- Perbedaan dengan intracoronal splint yaitu tipe splint ini tidak
melibatkan preparasi gigi.
- Sedangkan kemiripannya dengan intracoronal splint yaitu dapat
menjadi kuat dengan kawat jika kekuatan tambahan dibutuhkan.
- Biasanya mengikat gigi anterior.
Indikasi
Gigi anterior dengan kegoyangan sedang
Retensi post-orthodontic tanpa pergerakan
Untuk memberikan kestabilan pada kasus trauma akut dan
memberikan kesembuhan ligament periodontal, pembentukan
kembali tulang alveolar, pemeliharaan posisi gigi, dan kenyamanan
selama berfungsi.
Prosedur regenerasi di mana kegoyangan mungkin meningkat
sementara.
Lesi endodontic-periodontic
choybuccuq@yahoo.co.id

Teknik
Step 1
Mengevaluasi kontak oklusal
Teknik ini dikontraindikasikan pada pasien dengan overbite yang
dalam atau minimal post occlusion.
Step 2
Mengevaluasi kontak proksimal
Ini mengindikasi jumlah material yang mengalir ke atas
permukaan lingual tanpa menimbulkan material yang tidak di
support atau sebuah situasi yang tidka enak dipandang.
Step 3
Mencoba kawat
Material sulit beradaptasi
Sangat penting untuk kekuatan dan ketebalan material
Benang mungkin digunakan untuk memegang material pada saat
kawat terkunci.
Step 4
Memakai etsa, dentin bonding agent dan adhesif sesuai dengan
spesifikasi pabrik.
J ika mungkin, material sedikit mengalir sampai daerah
interproksimal untuk memberikan tambahan resistance.
Step 5
Mengecek kontak oklusi
Step 6
Memperhalus dan polishing
Kel ebihan
- Hanya butuh sedikit waktu karena tidak perlu preparasi gigi.
- Lebih reversible
Kekurangan
- Kompromi awal phonetic dan kenyamanan
- Dapat membatasi kemampuan pasien untuk melakukan OH
Material
- Yang paling sering digunakan adalah resin komposit, amalgam, dan
resin akrilik.
choybuccuq@yahoo.co.id

- Resin Komposit paling banyak digunakan untuk extracoronal dan
intracoronal splint. Kelebihannya : aplikasi mudah, kuat, estetik, dan
relatif mudah dibersihkan. Kekurangannya : bond strength.
- Amalgam jarang digunakan dalam sehari-hari karena mudah
fraktur dan lebih sulit untuk diperbaiki.
- Resin Akrilik digunakan terutama pada tipe provisional splint.
Keuntungannya : estetik dan kekuatan (khususnya dengan design
crossarch). Kekurangannya : sulir diperbaiki dan mudah stain.
2. Intracoronal Splint
Paling sering digunakan
- Pembuatan preparasi kavitas pada permukaan lingual, palatal, atau
oklusal.
- Preparasi bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan retensi dari
material restorasi.
- Ada 2 macam Intracoronal Splint, yaitu :
a) Continuous Splint
- digunakan pada regio mandibular karena dimensi mesiodistal
dari incisive mandibula relatif pendek.
b) Discontinuous Splint
- lebih sering digunakan pada regio maxillae.
Indikasi
Gigi dengan jaringan periodontium yang berkurang
Overbite yang dalam
Gigi dengan akar sangat pendek atau terdapat resorbsi akar.
Evaluasi potensial abutment gigi
Gigi dengan amputasi akar dan goyang
Untuk menghindari kesalahan penempatan selama prosedur
regenerasi
Post-orthodontics, terutama pada kasus intrusion, extrusion,
rotation, pathologic migrations, dan molar uprighting.
Pasien dengan kegoyangan gigi yang tidak dapat di terapi dengan
cara lain.



choybuccuq@yahoo.co.id

Teknik
Step 1
o Evaluasi kontak oklusal, khususnya anterior RA.
o Coba menghindari centric oklusi dan centric relasi kontak untuk
meminimalkan kerusakan dari material.
Step 2
Evaluasi kontak proksimal
J ika memungkinkan, design preparasi berada pada bagian paling
tebal dari kontak area. Hal ini dapat membantu dalam kekuatan,
retensi, dan kenyamanan.
Step 3
Preparasi kavitas dengan bur no. 699 dan dihaluskan dengan
bur no. 33
1
/
3
.
Kedalaman preparasi 1,5 2 mm
Step 4
Potong kawat atau mesh untuk mencocokkan preparasi kavitas
dan mencoba pada tempatnya.
Ketebalan diameter kawat bervariasi, daro 0,018 0,030,
tergantung pada kebutuhan kekuatan dan lebar kontak
proksimal.
Step 5
Aplikasi etsa, dentin bonding agent dan adhesive menurut
spesifikasi pabrik, melapisi material, dan melindungi kawat /
mesh.
Pelapisan sangat penting untuk memastikan komplitnya curing.
J ika menggunakan light cured material, penggunakan rubber
dam / woeden wedges dianjurkan untuk menjaga agar tetap
kering dan mencegah kelebihan material pada bagian
interproksimal space atau bagian jaringan yang injury.
Step 6
Mengecek semua kontak oklusal, khususnya bagian protrusive
dan kontak lateral protrusive.
J Ika tidak diperiksa dapat mengakibatkan kegagalan awal splint
Pada gigi yang super-erupsi, penting untuk melakukan
odontoplasty sehingga bagian incisal edge dapat menyediakan
choybuccuq@yahoo.co.id

distribusi permukaan yang rata untuk posterior disoklusi pada
pergerakan protrusive.
Step 7
Menghaluskan dan polishing.
Semua kelebihan material harus dihilangkan dan embrasure
harus cukup terbuka untuk menyediakan prosedur rutin dan
hygienic.
F. Terapi anti mikroba
Host Modulation
- Mengarah pada perubahan mekanisme pertahanan yang biasanya
digunakan oleh tubuh untuk membantu menjaga agar periodontitis tetap
terkontrol.
- Penyesuaian dari pertahanan host merupakan fokus yang penting pada
penelitian periodontal, dan penyesuaian dari host tersebut dipastikan
berperan dalam terapi non bedah ke depannya.
- Sekarang ini ada obat sistemik di pasaran yang sebenarnya dapat
mengubah respon host untuk perlawanan terhadap bakteri :
Obat-obatan ini mengandung semacam doxycycline (sama dengan
produk tetracycline) yang dapat digunakan pada dosis yang lebih
tinggi sebagai antibiotic.
Pada meditasi ini, walaupun dosis dari doxycycline lebih rendah
daripada yang dibutuhkan untuk memberikan efek antibakteri, tetapi
juga memiliki keuntungan dari sisi lainnya.:
Penambahan efek anti bacterial pada dosis tinggi, seperti obat
tetracycline dapat mengurangi efek dari kolagenase.
Kolagenase adalah enzim yang dapat menghancurkan kolagen
dan merupakan bagian dari proses patologis dari periodontitis.
Kolagen adalah major building block pada periodontium,
sehingga menghambat pemecahan kolagen dan dapat
memperlambat timbulnya periodontitis.
- Harus dapat menduga tambahan produk host modulation yang muncul.
Evaluasi yang hati-hati pada setiap produk sangat diperlukan.



choybuccuq@yahoo.co.id

2.5.2 Terapi Fase IV
Pemeriksaan berkala / rutin :
- Plak dan kalkulus
- Kondisi gingival ( poket/ inflamasi)
- Oklusi, pergerakan gigi
- Perubahan patologi lainnya
2.6 PROSES PENYEMBUHAN
- Reevaluasi setelah 4 minggu SRP (Scalling Root Planning)
Sudah ada penyembuhan epitel dan jaringan ikat
Px cukup terlatih dengan OH
- Eliminasi keradangan gingival : 3-4 minggu setelah menghilangkan kalkulus dan
factor iritan lokal
Penyembuhan Long Epitelial J unctional >>new attachment
Perlekatan epitel : 1-2 minggu
- Hipersensitivitas akar dan resesi margin gingival sering terjadi pada proses
healing.
Penyembuhan setelah perawatan periodontal :
- Setelah periodontal debridement, maka jaringan periodontal akan terbentuk.
- Tidak terbentuk susunan tulang baru, sementum, atau ligament periodontal
selama proses penyembuhan dan akan terbentuk kembali setelah periodontal
debridement.
- Pada terapi periodontal non bedah dapat mengurangi perdarahan, biasanya
susunan long junctional epithelium bersatu dengan resesi gingival, dan hal ini
sering pada terapi periodontal non bedah.





choybuccuq@yahoo.co.id

BAB III
PENUTUP
1. Dari kasus dapat disimpulkan bahwa pasien menderita periodontitis kronis dan
dengan adanya factor resiko berupa diabetes mellitus yang kemudian memperparah
periodontitisnya.
2. Prognosis berdasarkan kasus adalah jelek. Disebabkan karena adanya kehilangan
tulang, gigi goyang dan disertai factor sistemik.
3. Terapi yang dilakukan adalah terapi non-bedah yang meliputi factor local dan
sistemiknya.
4. Terapi factor local meliputi :
- Kontrol plak dan edukasi pasien
- Scalling
- Root planning
- Terapi antimikroba dengan pemberian doxyxycline
- Terapi factor lokal yang meliputi overhanging amalgam, kesalahan pada alat
5. Dan untuk terapi untuk DM-nya yaitu dengan di konsul ke internist.
6. Pemeliharan dengan cara pemeriksaan secara rutin / berkala untuk melihat
bagaimana kondisi RM-nya.
7. Proses penyembuhan berlangsung kurang lebih 4 minggu




choybuccuq@yahoo.co.id

REFERENSI

1) Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA, 2006 : Carranzas Clinical
Periodontology, 10
th
ed, WB Saunders Company
2) Nield-Gehrig J S, Willmann DE. 2003 : Foundation for the dental Hygienst,
Lippincott William & Wilkins
3) Rose LF, Mealey BL, Genco RJ , Cohen DW. 2004 : Periodontitis Medicine,
Surgery and Implants . Elsevier
4) Nevins M & Mellonig J T 1998 : Periodontal Therapy, Clinical Apporoaches and
Evidens of Succes. Vol 1. Quintessance Publishing Co, inc

Anda mungkin juga menyukai