Anda di halaman 1dari 10

UNJUK KERJA MESIN PENGERING SURYA HYBRID ICDC TIPE RESIRKULASI

1)


Kamaruddin A, Yendi E, Yefri C. dan Aep Saepul Uyun
Departemen Teknik Mesin/Laboratorium Teknik Konversi Energi Surya
Fakultas Teknik, /Program Studi Energi Terbarukan
Universitas Darma Persada
Email:<kamaruddin@pasca.unsada.ac.id>

Abstrak
Protoype mesin pengering surya hybrid ICDC tipe resirkulasi dengan ukuran panjang
3m, lebar 3 m dan tinggi 3 m telah berhasil dirancang dan di fabrikasikan. Mesin ini
terdiri atas beberapa komponen utama yaitu, ruang pengering yang juga berfungsi
sebagai pengumpul panas tenaga surya, konveyor pneumatic, distributor, vortex,
hopper dan pemanas tambahan. Konveyor pneumatik selain berfungsi sebagai alat
angkut dengan menggunakan kipas sentrifugal juga berfungsi sebagai tempat proses
pengeringan yang berlangsung secara turbulen. Keunggulan dari sistem pengering
yang sedang diteliti ini terletak pada bentuk dan konfigurasi rancangan yang
memungkinkan terjadinya, proses pengeringan serentak pada tiga komponen mesin
yaitu selain dalam konveyor, juga terjadi pada ruang pengering utama, dan pada ruang
di atas hopper dan terjadinya proses tempering pada setiap siklus pengeringan. Hasil
unjuk kerja untuk mengeringkan gabah menghasilkan kesimpulan dimana dengan
beban 200 kg dengan kadar air awal 26%bb menjadi 14% bb memerlukan lama
pengeringan 10.22 jam, dengan laju rata-rata pengeringan sebesar 1.17%/jam pada
suhu pengeringan di konveyor antara 40 -60
o
C dan suhu ruang pengering antara 30.3-
41.8
o
C. Hasil pengeringan menunjukkan kualitas hasil yang cukup baik dimana butir
gabah yang retak hanya 2%. Daya kipas konveyor penumatik selama pengeringan
relatip konstan pada 500 W dengan konsumsi listrik 5.11 kWh , dimana energy spesifik
proses pengeringan terhitung 0.172 kWh/kg air yang diuapkan atau setara dengan
0,695 MJ/kg air yang diuapkan. Mesin pengering ini dapat di terapkan di daerah
penghasil beras, seperti Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan di DME (Desa
Mandiri Energi)/E
3i
yang mempunyai PLTMH atau di pembangkit energy panas bumi,
dan untuk meningkatkan keuntungan ekonominya perlu digabung dengan mesin
penampi (winnower) dan penggiling padi dalam bentuk Unit Pengolahan Skala Kecil
(UPSK)
Kata kunci: pengering surya hibrid, tipe resirkulasi, konveyor pneumatik, unjuk kerja,
UPSK, DME/Desa E
3i
.
______________________________________________________________________
1)
Makalah disampaikan pada KIPNAS X,LIPI, Jakarta, 8-10 November 201, Merupakan bagian dari hasil
penelitian Hibah Kompetensi DIKTI,tahun 2011, No.


I. Pendahuluan

Dalam Buku Putih Kementrian Negara Riset dan Teknologi tahun 2006 telah
dirumuskan peta jalan (road map) energi surya termal, dimana mulai pada tahun 2011
sudah dapat dihasilkan produk seperti alat pengering dengan energi surya yang
mempunyai kapasitas yang sesuai untuk kegiatan produksi masyarakat pengguna
sehingga mampu menghasilkan keuntungan penggunanya. Salah satu penerapan dari
hasil penelitian surya termal ini nanatinya adalah pemanfaatannya pada UPSK di
berbagai DME, apalagi saat ini beberapa PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro) dengan kapasitas 20 -100 kW yang dibangun diberbagai DME hanya digunakan
untuk penerangan malam hari sedangkan siangnya dibiarkan mubazir. Pada masing-
masing DME umumnhya sudah tersedia pengelola unit pembangkit energi ditingkat
desa. Hal ini akan sangat menguntungkan apabila hasil penelitian ini dapat
diintegrasikan dengan sistem pemanfaatan listrik dari PLTMH karena telah tersedia
tenaga penuh waktu (full timer ) untuk mengelola penerapan hasil penelitian ini di lokasi
DME. Program DME ini sebenarnya sejalan dengan konsep desa E
3i
(Energy,
Economy, Environment) yang diajukan oleh penulis tahun 2007 dalam seminar nasional
dan pelatihan pemanfaatan sumber energy terbarukan setempat. Mesin pengering
dengan tenaga surya yang di sampaikan dalam makalah ini menggunakan konveyor
pneumatic karena dari hasil penelitian sebelumnya berhasil mengangkut bahan
granular seperti gabah (Hosokawa, dkk, 1980, Bala,1997, Hanafi,2006).
Makalah ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi pengering energy surya hybrid
yang diharapkan mampu memanfaatkan listrik PLTMH yang nantinya dapat
diintegarsikan dengan mesin pengolahan lain dalam bentuk Unit Pengolahan Skala
Kecil (UPSK, Kamaruddin 2007) untuk memacu terjadinya proses industrialisasi di DME
/Desa E
3i


II. Cara kerja pengering surya ICDC hibrid tipe resirkulasi

Cara kerja sistem pengering surya ICDC hibrida tipe resirkulasi secara lengkap
dapat diterangkan dengan menggunakan Gbr. 5. Mesin pengering ini mempunyai
ukuran panjang 3 m, lebar 3 m dan tinggi total 3 m juga. Komponen utama terdiri atas
kolektor yang juga berfungis sebagai ruang pengering (3), hopper (5), konveyor
pneumatic (8), distributor (2), vortex (1) dan tungku biomassa (7). Bahan granular
seperti gabah, jagung pipil, lada, kopi, kedele, dll. pertama-tama dimasukkan kedalam
hopper (5) melalui pintu transparan (4).Pintu dibuat transpan dimaksudkan agar tenaga
matahari dapat masuk kedalam hopper (5) sehingga akan terjadi
pemanasan/pengeringan pendahuluan dari gabah. Bagian bawah hopper (5)
mengerucut dengan sudut dengan bidang datar >30 derajat dan bersambung dengan
pipa konveyor pneumatik (8) dengan pipa (9), sehingga gabah dalam hopper akan jatuh
secara gravitasi kedalam pipa konveyor (8).Udara panas dari tungku pemanas (7)
disalurkan melalui pipa pemanas (6) masuk ke pipa konveyor (8) melalui pipa pemasok
(10). Gabah akan terdorong dan terangkut melalui pipa konveyor (8) akibat dorongan
kipas sentrifugal (11), Gabah akan terdistribusi dalam distributor (2) dan disebarkan
secara merata kedalam kolektor surya-ruang pengering (KSP) (3). Gabah yang tersebar
kedalam KSP ini akan jatuh secara gravitasi kedalam hopper (5) dan untuk seterusnya
secara garavitasi masuh ke pipa konveyor melalui pipa (9) mengulangi siklus
resirkulasi.

Gambar 1. Diagram skematis pengering surya hibrida ICDC tipe resirkulasi
Dalam KSP ini terjadi proses pengeringan dimana udara pengering masuk dari
pintu (12) berbentuk segi empat yang akibat pemanasan oleh kolektor surya akan
bergerak keatas disebabkan karena kerapatannya menjadi ringan disamping daya
hisap dari vortex (1) yang terletak diatas distributor (2).Udara panas dari pipa pemanas
(6) juga memasok udara panas kotak penukar panas yang terletak di bagian bawah
KSP (3) untuk memasok panas saat cuaca buruk atau saat matahari tidak ada. Udara
panas ini akan terbuang keluar dari cerobong dekat dibagian atas KSP (3)dibawah
distributor. Sumber panas dapat dipasok dari tungku pemanas (7) dengan bahan bakar
arang, limbah biomassa, batu bara, uap dari pembangkit panas bumi ataupun kompor
minyak BBN ataupun LPG. Pada saat jatuh secara gravitasi pada ruang pengering
ICDC (3) bahan akan menggelinding secara turbulen yang menyebabkan proses
pengeringan menjadi merata. Uap air hasil pengeringan akan terbuang melalui bukaan
sepanjang ruang pengering yang diberi kawat kasa (lihat Gbr 4) untuk menghindari
jatuhnya bahan ke luar ruang. Setelah keluar dari ruang pengering bahan akan jatuh ke
hopper untuk mengulangi siklus pengeringan. Begitu seterusnya sampai bahan menjadi
kering sempurna. Sistem pengering surya seperti pada Gbr.3 ini merupakan desain
baru dan letak keistimewaannya adalah bahwa sistem pengering ini mengintegrasikan
fungsi kolektor surya sebagai pembangkit udara panas dengan ruang pengering
sehingga biaya konstruksi menjadi lebih murah. Selain itu proses pengeringan dapat
berlangsung di tiga tempat dalam mesin pengeringan secara berurutan dimulai pada
hopper, dilajutkan pada konveyor pneumatik, dan berakhir pada ruang pengering ICDC.
Proses pengeringan berlangsung secara kontinyu serta mengalir secara turbulen dan
teraduk merata sehingga akan mempercepat proses pengeringan dan menghasilkan
kadar air akhir yang relatip homogen.


Gambar 2. Potret dari mesin pengering hybrid ICDC tipe re-sirkulasi
III. Percobaan

3.1. Besaran yang diukur dan instrumentasi

Mesin pengering yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gbr. 2 dan telah
diterangkan sebelumnya mengenai cara kerjanya. Pada saat akan memulai percobaan
semua sensor untuk mengukur suhu, RH,daya kipas, iradiasi surya,penurunan tekanan
dipasang pada masing-masing lokasi yang tepat untuk menentukan:
a) Energi pengeringan pada konveyor dan ruang pengering dengan memasang
termokopel cc, pada masing-masing pintu masuk udara pengering pintu masuk
dan pintu keluar pipa konveyor ruang pengering, yang kemudian masing-masing
dihubungkan dengan termometer dijital merek Lutron tipe TM-903A dengan skala
0,1
0
C.
b) Penurunan tekanan dua-fase, dengan memasang sensor berupa pipa kecil
dikedua ujung pipa konveyor pneumatic, dan diantara belokan untuk kemudian di
sambung dengan pipa plastic transparan dan dihubungkan dengan manometer
pipa U alkohol .
c) Pasokan energi dari radiasi surya menggunakan piranometer digital merek
Tenmarr tipe TM-206 skala 1 W/m
2

d) RH udara luar (lingkungan) dan RH diatas hopper dengan mengukur bola basah
dan bola kering dengan alat ukur merek Lutron tipe BG-UT-02P skala 1 %
e) Daya kipas dengan menggunakan Volt dan amper meter dengan merek Lutron
tipe DW-6060 dengan skala 0,1 volt dan 0,1 ampere
f) Perubahan kadar air dengan menggunakan moisture tester merek Crown tipe
TA-5 dan perubahan massa gabah sebelum dan sesudah proses pengeringan
dengan timbangan analog merek Henherr Tipe H5-K dengan skala 0,5 kg

3.2. Prosedur percobaan

Gabah yang baru dipanen dengan kadar air awal 26%bb, didapatkan dari petani
sejumlah 200 kg. Gabah kemudian sekaligus dimasukkan kedalam hopper melalui
jendela transparen (4) yang diberi louver (celah udara masuk) yang juga berfungsi
jalkan masuk sinar matahari dan udara luar agar diatas hopper dapat terjadi
pemanasan dan pengeringan awal gabah. Jendela ini terletak pada kiri kanan, bagian
samping mesin pengering (4) pada Gbr 2. Tungku kemudian dioperasikan sampai
tercapai suhu udara yang dalam pipa tungku berada meningkat mencapai suhu dan RH
yang sesuai untuk proses pengeringan pada kondisi gabah mengalir dalam kondisi
mengalir. Suhu dan RH dipertahankan pada kondisi mantap (steady state). Setelah itu
klep pipa penghubung hopper dan pipa konveyor pneumatik dibuka. Gabah akan jatuh
secara gravitasi kedalam konveyor penumatik yang kemudian dihembuskan oleh kipas
sentrifugal menuju distributor. Pada saat jatuh dan masuk kedalam pipa konveyor
pneumatik gabah akan bercampur dengan udara panas dengan RH rendah yang
dihembuskan dari tungku biomassa. Udara panas ini selain bertindak sebagai
pengangkut (carrier) gabah juga memanaskan seluruh permukaan gabah yang mengalir
secara turbulen sehingga terjadi perpindahan massa dan kalor yang intens. Akibatnya
air yang terdapat dalam gabah akan ditingkatkan energinya sehingga dapat keluar dari
dalam gabah dan terjadilah proses pengeringan tahap kedua. Uap yang terjadi
dihembuskan kepintu keluar pipa konveyor pneumatic untuk dibuang keluar mesin
pengering melalui vorteks (1) yang berada diatas distributor. Dari distributor gabah akan
disebarkan secara merata ke seluruh permukaan ruang pengering-kolektor surya (KSP)
dan jatuh secara gravitasi kembali kedalam hopper. Pada saat jatuh, gabah juga
mengalir secara turbulen seperti yang terjadi dalam pipa konveyor pneumatic. Kondisi
ini akan menyebabkan proses perpindahan massa dan kalor terjadi secara intens dan
merata. Uap yang terjadi kemudian akan terhisap keatas melalui distributar dan vorteks
sehingga akhirnya terbuang keluar mesin. Proses semacam ini berlangsung dalam
beberapa siklus sampai kadar air gabah mencapai 14%bb.
Percobaan tahap awal dilakukan dengan beban 200 kg gabah dilakukan dua tahap
karena dimulai pada sore hari. Tahap pertama proses pengeringan berlangsung
menurunkan kadar air dari 26% bb menjadi 19.6% bb.selama 4 jam 22 menit, kemudian
diteruskan untuk mencapai kadar air akhir 14%bb selama 6 jam.

IV. Hasil dan pembahasan
4.1. Data percobaan

Gambar 3, 4, 5 dan 6 menunjukkan hasil percobaan pertama dengan beban 200 kg dan
kadar air awal 26%, dengan kebutuha daya rata-rata 500W dan laju gabah
583.5kg/jam. Gbr 3 adalah perubahan iradisi surya, pada 4 jam 22 menit pertama dari
percobaan pengeringan untuk mencapai kadar air akhir 19.6%. Pada kondisi tsb.iradiasi
surya berfluktuasi anatara 50 W/m
2
-700 W/m
2
, dengan persentasi iradiasi dibawah 500
W/m
2
sangat tinggi yaitu mencapai 78.3 %. Gbr. 4 ditunjukkan perubahan suhu udara
yang keluar dari tungku pemanas T
stove
, dan perubahan suhu ruang diatas hopper
selama proses pengeringan. Suhu keluar tungku yang paling tinggi mencapai suhu 80
o
C, tetapi kemudian menurun selama pengeringan pada tingkat suhu antara 50
o
C
60
o
C. Pada bebErapa grafik berikut data percobaan sengaja disambung untuk dapat
dengan mudah mengikuti kecenderungan perubahan dan bukan hasil pengukuran yang
kontinyu.

Gambar 3. Perubahan iradiasi surya selama percobaan pengeringan 4 jam dan 22
menit pertama dengan kadar air awal 26%bb.
Terlihat pada Gbr. 3 kondisi cuaca saat percobaan pengeringan berada dalm kondisi
mendung dan berfluktuasi sehingga masukan energi matahari berkurang. Walaupun
demikian suhu udara pengeringan dapat dipertahankan tetap tinggi dengan
dioperasikannya tungku biomassa. Hal ini terlihat lebih jelas lagi pada Gbr. 5, dimana
suhu udara pengeringan pada pintu masuk dan keluar pipa konveyor dapat
dipertahankan stabil pada suhu sekitar 40
o
C-50
o
C, walaupun pada awalnya mengalami
fluktuasi. Perbedaan suhu pada pintu masuk keluar bervariasi antara 4.9 13.4 derajat
Celcius.

0
20
40
60
80
100
1
1
.
1
0
1
1
.
3
0
1
1
.
5
0
1
2
.
1
0
1
2
.
3
0
1
2
.
5
0
1
3
.
3
0
1
3
.
5
0
1
4
.
1
0
1
4
.
4
0
1
5
.
3
0
1
6
.
1
0
I
r
a
d
i
a
s
i

s
u
r
y
a

(
W
/
m
2
)
Waktu (WIB)
Irad/10 (W/m2)

Gambar 4. Perubahan suhu ruang dan suhu udara dari tungku pada 4 jam 22 menit
percobaan pengeringan dengan kadar air awal 26%bb.


Gambar 5. Hasil percobaan 4 jam 22 menit pertama perubahan suhu udara masuk dan
keluar dari pipa konveyor pneumatik.

Gambar 6. Hasil percobaan penurunan kadar air setelah berjalan 4 jam dan 22 menit.
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
1
1
.
1
0
1
1
.
4
0
1
2
.
1
0
1
2
.
4
0
1
3
.
3
0
1
4
.
0
0
1
4
.
4
0
1
5
.
4
5
T
e
m
p
e
r
a
t
u
r

(
o
C
)
Waktu (WIB)
Suhu udara
keluar tungku-
Tstove-oC
Suhu ruang-Tc
(oC)
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
1
1
.
1
0
1
1
.
3
0
1
1
.
5
0
1
2
.
1
0
1
2
.
3
0
1
2
.
5
0
1
3
.
3
0
1
3
.
5
0
1
4
.
1
0
1
4
.
4
0
1
5
.
3
0
1
6
.
1
0
S
u
h
u

(
o
C
)
Waktu (WIB)
Suhu Pipa masuk
,Tpi (oC)
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
1
1
.
1
0
1
1
.
3
0
1
1
.
5
0
1
2
.
1
0
1
2
.
3
0
1
2
.
5
0
1
3
.
3
0
1
3
.
5
0
1
4
.
1
0
1
4
.
4
0
1
5
.
3
0
1
6
.
1
0
K
a
d
a
r

a
i
r
%
b
b
Waktu-WIB
Kadar air (%bb)
Gambar 6, menunjukkan perubahan kadar air dari 26%bb menjadi 19.6% bb, yang
berlangsung antara jam 11:10 16:10 WIB dengan waktu istirahat jam 30 menit antara
jam 13:00 -13:30. Karena itu total waktu pengeringan efektip tahap pertama adalah 4
jam 22 menit. Gbr. 7 dan 8, adalah hasil percobaan ke dua dengan kadar air awal
19.5%bb dan beban 192 kg. Pada Gbr.7, ditunjukkan perubahan iradiasi surya selama
percobaan dan seperti pada percobaan sebelumnya berada pada kondisi mendung.
Iradiasi surya pada saat percobaan tahap kedua ini berkisar diantara 50 W/m
2
-700
W/m
2
, dimana iradisasi >500 W/m
2
mendominasi dengan nisbah sebesar 78.9%.
Gbr 7 dan 8, adalah hasil percobaan ke dua dengan kadar air awal 19.5%bb dan beban
192 kg. Pada Gbr.7, ditunjukkan perubahan iradiasi surya selama percobaan dan
seperti pada percobaan sebelumnya berada pada kondisi mendung. Iradiasi surya pada
saat percobaan tahap kedua ini berkisar diantara 50 W/m
2
-700 W/m
2
, dimana iradisasi
>500 W/m
2
mendominasi dengan nisbah sebesar 78.9%. Dengan mengoperasikan
tungku biomassa suhu udara dalam pipa keluar tungku biomassa sudah dapat
menunjukkan kondisi yang lebih stabil pada suhu sekitar 65
o
C, walaupun masih
berfluktuasi, bervariasi, begitu juga dengan suhu ruang diatas hopper berada pada
tingkat suhu yang relatip konstan pada kisaran 40
o
C -50
o
C.


Gambar 7. Perubahan iradiasi surya pada 4 jam pertama dari percobaan kedua
dengan kadar air awal 19.5%bb, dan beban 192 kg.
Gbr. 8, menunjukkan perubahan suhu pada pintu masuk dan keluar dari pipa konveyor
yang bervariasi sekitar antara 51.1 53.8
o
C pada pintu masuk dan antara 41.1 - 45.3
o
C pada pintu keluar dengan perbedaan keduanya berkisar antara 6.2 10.3 derajat
Celcius. Gbr 9 menunjukkan perubahan kebutuhan daya angkut konveyor pneumatik
selama percobaan ke-2 hari pertama. Besarnya daya relatip konstan sebesar 500 W
dan total konsumsi energi listrik selama 2 hari percobaan adalah 5.75 Wh.
1
1
.
4
0
1
2
.
3
0
1
4
.
1
0
1
5
.
3
5
1
6
.
2
5
1
1
.
4
0
1
3
.
4
5
1
4
.
3
5
1
5
.
2
5
0
200
400
600
800
1000
WIB
I
r
a
d

(
W
/
m
2
)
W/m2

Gambar 8. Perubahan suhu udara masuk dan keluar dari pipa konveyor pneumatik.
.

Gbr. 9 berikut menunjukkan perubahan kadar air dari kondisi awal 19.5% bb menjadi
14% basis basah serta perbandingannya dengan hasil perhitungan, dengan total lama
pengeringan 7 jam. Dari jumlah siklus resirkulasi sebesar 20 siklus dapat dihitung lama
pengeringan yaitu 20 (siklus) x 0.347 (jam/siklus) = 6.94 jam, sesuai dengan
pengamatan. Dengan demikian total lama pengeringan untuk 200 kg dan 26%bb
menjadi 11 jam 22 menit. Umumnya para petani memerlukan lebih dari satu hari untuk
mendapatkan kadar air 14% bb. Selain itu petani biasanya menjemur gabah diatas
hamparan yang relatip luas untuk beban yang sama dengan beban yang digunakan
pada penelitian ini.


Gambar 9. Perubahan kadar air pada pengeringan tahap kedua.
4.2. Energi spesifik
Energi spesifik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses penguapan air dari
bahan yang dikeringkan. Dari hasil percobaan dapat dihitung nilai energi spesifik
berdasarkan energi listrik yang dipakai atau energi biomassa yang digunakan yang
merupakan energi komersial.
1
1
.
4
0
1
2
.
2
0
1
3
.
5
0
1
4
.
3
0
1
5
.
4
5
1
6
.
2
5
1
1
.
3
0
1
3
.
2
5
1
4
.
0
5
1
4
.
4
5
1
5
.
2
5
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
WIB
T
e
m
p
e
r
a
t
u
r
e

(
o
C
)
pipe in
pipe out
0
0,1
0,2
0,3
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
K
a
d
a
r

a
i
r

(
%
b
b
)
Jumlah siklus
Data(%wb)
Untuk nilai energi spesifik berdasarkan energi listrik dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut.
}
) 1 (
) (
/
f
f i
D
W
W X X
t Pw Es


Dari data percobaan diketahui jumlah air yang diuapkan adalah 29.79 kg sedangkan
jumlah energi listrik yang dikonsumsi adalah 5.75 kWh sehingga nilai energi spesifik
menjadi Es = 0.193 kWh/kg air yang diuapkan (setara dengan 0.695 MJ/kg air yang
diuapkan) dan bila diperhitungkan konsumsi energi tungku maka energi spesifik mesin
pengering menjadi 5.806 kJ/kg air yang diuapkan.
4.3. Kualitas hasil pengeringan
Dari 100 sampel gabah hasil pengeringan telah terdeteksi hanya dua gabah yang retak
atau masing-masing satu dari dua kumpulan 10 sampel atau setara dengan 2% retak.
Pada sisa 80 sampel gabah lainnya ternyata tidak terdeteksi adanya beras retak.

5. Kesimpulan

1) Sebuah prototype mesin pengering hybrid bertenaga surya sudah berhasil diuji
untuk mendapatkan unjuk kerjanya.
2) Pengeringan dengan beban 200 kg gabah, 26% bb. Memerlukan waktu 11,22
jam untuk mencapai kadar aiar akhir 14%bb dengan kebutuhan daya 500W
untuk menggerakkan konveyor pneumatik (setara dengan energy 5,75 kWh).
3) Energi spesifik pengeringan adalah 0.193 kWh (0.695 MJ)/kg air yang diuapkan.

Kepustakaan
Akira Hosokawa, et.al,. 1980. Nosan Kikai Gaku.(Agricultural Process Engineering and
Machinery) BunkoDo.Japan.
Bala,B.K, 1997. Drying and storage of cereals, Oxford and IBH, Publishing Co.PVT,
LTD.
Hanafi, 2006. Skripsi, Jurusan Teknik Pertanian, Fateta, IPB
Kamaruddin, 2007.Teknologi berbasis sumber energy terbarukan untuk
pertanian.CREATA-IPB.
(1)

Anda mungkin juga menyukai