a
1
x + b
1
y = c
1
x a
2
a
1
a
2
x + a
2
b
1
y = a
2
c
1
a
2
x + b
2
y = c
2
x
a
1
a
1
a
2
x + a
1
b
2
y = a
1
c
2 -
(a
2
b
1
- a
1
b
2
)y = a
2
c
1
- a
1
c
2
y =
1 2 2 1
1 2 2 1
b a b a
c a c a
Harga x dan y berbentuk pecahan, sehingga ada 3 kemungkinan:
a. Jika penyebut 0, maka ada satu harga x dan satu harga y
sehingga:
a
1
b
2
- a
2
b
1
0
a
1
b
2
a
2
b
1
kesimpulannya persamaan linier mempunyai satu penyelesaian
2
1
2
1
b
b
a
a
b. Jika penyebut = 0, maka tidak ada harga x dan tidak ada harga y,
sehingga:
a
1
b
2
- a
2
b
1
= 0
a
1
b
2
= a
2
b
1
kesimpulannya persamaan linier tidak mempunyai penyelesaian,
karena tidak mempunyai harga x maupun y
c. Jika pembilang = 0 dan penyebut = 0 maka ada banyak harga x
dan harga y sehingga:
b
2
c
1
- b
1
c
2
= 0
b
2
c
1
= b
1
c
2
2
1
2
1
c
c
b
b
=
2
1
2
1
2
1
c
c
b
b
a
a
= =
Kesimpulannya persamaan linier mempunyai banyak penyelesaian.
3. Menentukan sistem persamaan linier dua variabel
Untuk menentukan sistem persamaan linier dua variabel dapat
ditentukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Metode Grafik
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel denagn
metode grafik, buatlah grafik (berupa garis lurus) dari persamaan
linier yang diketahui dalam satu diagram. Koordinat titik potong
garis garis tersebut merupakan penyelesaian dari sistem
persamaan.
2
1
2
1
b
b
a
a
=
a
1
b
2
- a
2
b
1
= 0
a
1
b
2
= a
2
b
1
2
1
2
1
b
b
a
a
=
Untuk membuat grafik dari persamaan linier, tentukan koordinat
dua titik yang terletak pada grafik. Kedua titik itu dapat berupa titik
potong grafik dengan sumbu x maupun sumbu y.
Contoh:
Dengan metode grafik tentukan penyelesaian sistem persamaan x +
y = 6 dan 2x + y = 0 untuk x, y R
Penyelesaian:
Perhatikan persamaan x + y = 6
Titik potong pada sumbu x
Maka y = 0, sehingga:
x + 0 = 6
x = 6
Atau menggunakan tabel berikut:
X 0 6
Y 6 0
( x, y ) ( 0, 6 ) ( 0, 6 )
Koordinat titik potong pada
sumbu x adalah ( 6, 0 )
Perhatikan persamaan 2x y = 0
Untuk x = 0, maka
Titik potong dengan sumbu y
Maka x = 0, sehingga
0 + y = 6
y = 6
Koordinat titik potong pada
Sumbu y adalah ( 0. 6 )
2 ( 0 ) y = 0
0 y = 0
y = 0
garisnya melalui ( 0, 0 )
Atau menggunakan tabel berikut:
X 0 1
Y 0 2
( x, y ) ( 0, 0 ) ( 1, 2 )
Grafik dari sistem tersebut ditunjukan pada gambar berikut ini:
y
x
b. Metode substitusi
Substitusi berarti mengganti, menyelesaikan sistem persamaan
linier dua variabel dengan metode substitusi dilakukan dengan cara
mengganti salah satu variabel lainnya yaitu mengganti x dengan y ,
jika memuat variabel x dan y.
Contoh:
Untuk x = 1, maka
2 ( 1 ) y = 0
2 y = 0
- y = 0 2
-y = - 2
y = 2
garisnya melalui ( 1, 2 )
Koordinat titik potong kedua
grafik adalah ( 2, 4 )
Jadi penyelesaiannya adalah x = 2
dan y = 4
(2,4)
4
2
x+y=6
2x-y=0
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + y = 10 dan x =
2y dengan menggunakan metode substitusi
Penyelesaian
Karena pada persamaan kedua x = 2y maka gantilah x dengan 2y
pada persamaan 2x + y =10 sehingga peroleh:
2x + y = 10
2 ( 2y ) + y = 10
4y + y = 10
5 y = 10
y =
5
10
y = 2
untuk menentukan nilai x, gantilah dengan 2 pada persamaan 2x +
y = 10 atau x = 2y sehingga diperoleh:
2x + 2 = 10
2x = 10 2
2x = 8
x =
2
8
x = 4
Jadi penyelesaiannya adalah x = 4 dan y = 2
c. Metode eliminasi
Metode eliminasi dilakukan dengan menghilangkan salah satu
variabel. Pada metode eliminasi, angka dari koefisien variabel yang
Atau x = 2y
x = 2 ( 2 )
x = 4
akan dihilangkan harus sama atau menjadi sama, sedangkan
tandanya tidak harus sama.
Contoh:
Tentukan penyelesaian sistem persamaan x + y = 8 dan x y = 2,
dengan metode eliminasi
Penyelesaian:
Dari persamaan persamaan yang diketahui ternyata koefisien x
sama besar dan koefisien y juga sama besar. Penyelesaian sistem
persamaan dapat ditentukan dengan menghilangkan x atau y
sehingga penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
1) Menghilangkan (mengeliminasi) y
Karena koefisien y berlawanan tandanya, maka untuk
menghilangkan y dilakukan dengan cara menjumlahkan.
x + y = 8
x y = 2
2x = 10
x =
2
10
x = 5
2) Menghilangkan (mengeliminasi) x
Karena koefisien x sama tandanya, maka untuk
menghilangkan x dilakukan dengan cara mengurangkan.
x + y = 8
x y = 2
Keterangan
x + x = 2x
y + ( - y ) = y y = 0
+
+
2y = 6
y =
2
6
y = 3
Jadi penyelesaiannya adalah x = 5 dan y = 3
Selanjutnya jika kedua persamaan diketahui tidak mempunyai
koefisien yang sama, maka persamaan yang memuat koefisien
dan variabel yang akan dihilangkan boleh dikalikan dengan
suatu bilangan, sehingga koefisien atau angka pada
koefisiennya menjadi sama.
Contoh:
Tentukan penyelesaian sistem persamaan 2x 3y = 17 dan 3x
+ y = 9 dengan metode eliminasi
Penyelesaian
Menghilangkan ( mengeliminasi ) y
2x 3y = 17 x1 2x 3y = 17
3x + y = 9 x3 9x + 3y = 27
11 x = 44
x =
11
44
x = 4
Menghilangkan (mengeliminasi) x
2x 3y = 17 x3 6x 9y = 51
3x + y = 9 x2 6x + 2y = 18
+
-11y = 33
y =
11
33
y = - 3
Jadi penyelesaiannya adalah x = 4 dan y = - 3
d. Metode determinan
Sistem persamaan linier dua variabel juga dapat diselesaikan
dengan determinan.
Bentuk umum sistem persamaan linier dua variabel dengan dua
peubah x dan y adalah sebagai berikut:
a
1
x + b
1
y = c
1
a
2
x + b
2
y = c
2
jika diselesaikan dengan metode eliminasi:
eliminasi variabel y, maka didapat:
a
1
x + b
1
y = c
1
X b
2
a
1
b
2
x + b
1
b
2
y = c
1
b
2
a
2
x + b
2
y = c
2
X b
1
a
2
b
1
x + b
1
b
2
y = c
2
b
1
_
(a
1
b
2
a
2
b
1
) x = b
2
c
1
b
1
c
2
x =
1 2 2 1
2 1 1 2
b a b a
c b c b
eliminasi variabel x, maka didapat:
a
1
x + b
1
y = c
1
X a 2 a
1
a
2
x + b
1
a
2
y = c
1
a
2
a
2
x + b
2
y = c
2
X a 1 a
2
a
1
x + a
1
b
2
y = c
2
a
1
_
(a 2 b
1
a
1
b
2
) y = a
2
c
1
a
1
c
2
y =
2 1 1 2
2 1 1 2
b a b a
c a c a
y =
1 2 2 1
1 2 2 1
b a b a
c a c a
penyebut penyelesaian x dan y adalah a
1
b
2
a
2
b
1
. Bentuk tersebut
dapat ditulis dengan notasi
2
1
2
1
b
b
a
a
yang tidak lain merupakan
determinan dari matriks
2
1
2
1
b
b
a
a
dan diberi simbol . Jika unsur
unsur koefisien x kita ganti dengan c
1
dan c
2
didapat
2
1
2
1
b
b
c
c
= c
1
b
2
b
1
c
2
, ini diberi simbol x.
Jika unsur-unsur dari koefisien y kita ganti dengan c
1
dan c
2
maka
diperoleh:
2
1
2
1
c
c
a
a
= a
1
c
2
a
2
c
1
, ini diberi simbol y. Sehingga
sistem persamaan linier dengan peubah x dan y mempunyai
penyelesaian:
=
x
x dan
=
y
y , untuk 0
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel
berikut:
2x + 3y = 19
x + y = 7
Jawab:
1
3
1
2
=
= 2. 1 3. 1 = 2 3 = -1
x =
1
3
7
19
= 19 21 = -2
y =
7
19
1
2
=14 19 = -5
2
1
2
=
=
x
x
5
1
5
=
=
y
y
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah ( ) { } 5 , 2 .
e. Metode Matriks
Dalam metode matriks ini cara yang digunakan adalah
menggunakan invers matriks. Invers matriks dapat digunakan
untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan linier. Cara
menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel dengan
matriks, hampir sama seperti menyelesaikan persamaan matriks
berbentuk AX = B, hanya saja X dan B dalam hal ini merupakan
matriks berordo 2 x 1.
2
1
2
1
b
b
a
a
y
x
=
2
1
c
c
y
x
=
1 2 2 1
. .
1
b a b a
adjoin
2
1
2
1
b
b
a
a
.
2
1
c
c
Dimana Adjoin
2
1
2
1
b
b
a
a
=
1
1
2
2
a
b
a
b
Contoh:
Selesaikan sistem persamaan linier berikut dengan matriks !
x + 7 y = 13
2 x + 5 y = 8
Jawab:
Kita nyatakan dulu sistem persamaan tersebut kedalam bentuk
matriks, yaitu:
Dari bentuk umum persamaan linier bentuk matriks
a
1
x + b
1
y = c
1
a
2
x + b
2
y = c
2
2
1
2
1
b
b
a
a
y
x
=
2
1
c
c
bentuk matriks dari SPLDV di atas adalah :
5
7
2
1
y
x
=
8
13
y
x
=
2 . 7 5 . 1
1
1
7
2
5
8
13
y
x
=
18
9
14 5
1
y
x
=
2
1
Jadi, x = -1 dan y = 2
4. Menyelesaikan Soal Cerita
Ada dua fakta mengenai SPLDV yang dapat dijadikan pegangan
untuk mengenali sebuah soal cerita, yaitu:
a. Fakta adanya dua PLDV
b. Fakta adanya dua variabel
Berdasarkan dua fakta tersebut di atas, cara mengenali soal cerita
adalah sebagai berikut :
Jika dalam sebuah soal cerita terdapat hal hal
a. Dua besaran yang nilainya belum diketahui,
b. Sekurang kurangnya terdapat dua kalilmat/ pernyataan yang
menghubungkan kedua besaran tersebut.
Maka soal cerita tersebut kemungkinan besar dapat diselesaikan
dengan menggunakan SPLDV. Dalam hal ini masih berupa
kemungkinan, karena kita belum mengetahui apakah pernyataan yang
menghubungkan kedua besaran itu bersifat linear atau tidak.
Strategi penyelesaian adalah sebagai berikut.
a. Dua besaran yang belum diketahui dimisalkan sebagai variabel
dalam SPLDV yang akan disusun.
b. Dua kalimat/ pernyataan yang menghubungkan kedua besaran
tersebut diterjemahkan ke dalam kalimat matematika. Jika
diperoleh dua PLDV, maka kedua PLDV dapat dipandang sebagai
sebuah SPLDV.
c. Kita selesaikan SPLDV yang diperoleh pada bagian b. Kemudian
penyelesaian yang diperoleh kita gunakan untuk menjawab
pertanyaan pada soal cerita aslinya.
Contoh:
Harga 2 baju dan 3 kaos adalah Rp 85.000,00, sedangkan harga 3 baju
dan 1 kaos tipe yang sama adalah Rp 75.000,00. Tentukan harga
sebuah baju dan harga sebuah kaos!
Jawab:
Pada soal cerita diatas terdapat dua besaran yang belum diketahui,
yaitu harga sebuah baju dan harga sebuah kaos. Kalimat pertama dari
soal tersebut menyiratkan adanya dua pernyataan yang
menghubungkan harga baju dan harga kaos. Indikasi ini menunjukan
bahwa soal ini kemungkinan berkaitan dengan masalah penyelesaian
sebuah SPLDV.
Langkah berikutnya adalah menetapkan variabel dan menerjemahkan
soal tersebut ke dalam kalimat matematika.
Misalkan:
Harga sebuah baju = x rupiah
Harga sebuah kaos = y rupiah, maka
Harga 2 baju dan 3 kaos : 2x + 3y = 85.000
Harga 3 baju dan 1 kaos : 3x + y = 75.000
Sistem persamaannya adalah 2x + 3y = 85.000 dan 3x + y = 75.000
Dengan metode eliminasi, maka langkah penyelesaiannya adalah sbb:
2x + 3y = 85.000 x1 2x + 3y = 85.000
3x + y = 75.000 x3 9x + 3y = 225.000
- 7x = - 140.000
x =
140.000
7
x = 20.000
2x + 3y = 85.000
2(20.000) + 3y = 85.000
40.000 + 3y = 85.000
3y = 85.000 40.000
3y = 45.000
y =
4 5 . 0 0 0
3
y = 15.000
jadi harga sebuah baju = x rupiah = Rp 20.000,00 dan harga sebuah
kaos = y rupiah = Rp 15.000,00
5. Menyelesaikan Sistem Persamaan Non Linear Dua Variabel
Contoh :
Tentukan penyelesaian sistem persamaan x
2
+ y
2
= 13 dan x
2
y
2
=5
Jawab:
Untuk menyelesaikan sistem persamaan di atas boleh dipilih salah satu
metode yang telah dipelajari
a. Metode eliminasi
x
2
+ y
2
= 13 x
2
+ y
2
= 13
x
2
y
2
=5 x
2
y
2
=5
2 y
2
= 8 2x
2
=18
y
2
= 4 x
2
= 9
y = 2 atau y = - 2 x = 3 atau x = -3
b. Metode subtitusi
x
2
+ y
2
= 13
x
2
= 13 - y
2
(subtitusi nilai x
2
pada persamaan x
2
y
2
=5 )
x
2
y
2
=5
(13 - y
2
) y
2
= 5
13 2y
2
= 5
2y
2
= 13 5
2y
2
= 8
y
2
= 4
y = 2 atau y = -2
untuk y = 2 untuk y = -2
x
2
= 13 y
2
x
2
= 13 y
2
x
2
= 13 (2)
2
x
2
= 13 (-2)
2
x
2
= 13 - 4 x
2
= 13 - 4
x
2
= 9 x
2
= 9
x = 3 atau x = -3 x = 3 atau x = -3
jadi penyelesaiannya adalah x = 3 atau -3 dan y = 2 atau -2
J. KERANGKA BERFIKIR
Untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan memecahkan masalah
dalam pembelajaran SPLDV di SMP, maka perlu dipilih model pembelajaran
yang tepat, pemilihan tersebut diharapkan menambah ketertarikan, minat,
motivasi, dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran.
Banyak sekali pilihan model yang dapat dipilih oleh guru dalam
pembelajaran dengan kelebihan dan kekurangannya. Model pembelajaran
matematika yang selama ini diterapkan masih menunjukan hasil pembelajaran
belum optimal, keaktifan siswa kurang dan interaksi antar siswa maupun
siswa dengan guru belum terlihat. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang siswa secara hiterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok. Sehingga interaksi dalam proses pembelajaran akan
semakin meningkat.
Model pembelajaran CTL merupakan model pembelajaran yang
mengaplikasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
akan lebih bermakna karena siswa mengetahui manfaat dari pengalaman
belajar di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian diharapkan penerapan model pembelajaran STAD
berbasis kartu masalah dan CTL melalui pemanfaatan LKS dapat
memperbaiki hasil belajar siswa
Bagan alur:
K. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
(Arikunto, 2002: 64).
Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi
yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel
penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan keadaan
parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.
Pembelajaran
Konvensional
Proses belajar
mengajar
Kesulitan proses
belajar
mengajar
Pembelajaran
STAD
Pembelajaran
CTL
Hasil Belajar
Pembelajaran STAD
evaluasi
kesimpulan
Hasil Belajar
Pembelajaran CTL
evaluasi
kesimpulan
Hasil Belajar
Pembelajaran
Konvensional
evaluasi
kesimpulan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan hasil belajar
siswa pada pembelajaran STAD berbasis kartu masalah dan pembelajaran
CTL (Contextual Teaching and Learning) melalui pemanfaatan LKS pada
materi pokok SPLDV Kelas VIII Semester I SMP Negeri 2 Nalumsari.
Yang secara operasional dirumuskan:
Ha: Terdapat perbedaaan hasil belajar siswa antara yang mendapatkan
pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division), dan
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning), serta
pembelajaran konvensional pada materi pokok SPLDV siswa kelas VIII
Semester I SMP Negeri 2 Nalumsari.
Dari hipotesis di atas dimunculkan Ho yaitu:
Ho: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara yang mendapatkan
pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division), dan CTL
(Contextual Teaching and Learning), serta pembelajaran konvensional
pada Materi Pokok SPLDV siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 2
Nalumsari.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat diperlukan dalam melakukan penelitian maupun
dalam pembuatan laporan penelitian. Hal ini dikarenakan dalam melakukan
penelitian butuh suatu langkah-langkah yang sistematis, berencana dan mengikuti
konsep ilmiah, agar hasil dari penelitian dapat memberikan gambaran yang jelas
dan bisa dipertanggungjawabkan.
A. Subjek Penelitian
a. Populasi
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas
VIII Semester I SMP N 2 Nalumsari tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri
dari tujuh kelas.
b. Sampel
Penentuan sample dari populasi yaitu diambil tiga kelas secara acak
dari kesembilan kelas VIII Semester I SMP N 2 Nalumsari. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas sample yang diambil diampu
oleh guru yang sama, mendapat materi dengan kurikulum yang sama,
menggunakan buku paket matematika yang sama, siswa duduk pada
tingkat kelas yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan.
Setelah dipilih, kemudian ditentukan kelas eksperimen dan kelas uji coba.
c. Variabel dalam Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi (Arikunto,
1989: 89). Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (perlakuan)
dan variabel respon (variabel tak bebas). Adapun kedua variabel tersebut adalah:
1) Variabel perlakuan atau treatmen (X) adalah model pembelajaran yaitu
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD (X
1
),
model pembelajaran CTL (X
2
) dan model pembelajaran konvensional
(X
3
).
2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika
siswa Kelas VIII Semester I SMP N 2 Nalumsari tahun ajaran
2010/2011, yaitu:
Y
1
: Hasil belajar kelompok yang menggunakan model pembelajaran
STAD (Student Teams Achievement Division)
Y
2
: Hasil belajar kelompok yang menggunakan model pembelajaran
CTL (Contextual Teachig and Learning)
Y
3
: Hasil belajar kelompok yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
B. Desain Penelitian
Desain adalah penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. (Suharsini Arikunto, 2002: 99).
Sampel Treatmen Post tes
Kelompok eksperimen
(E1)
(E2)
Kelompok uji coba
(E3)
X 1
X2
X3
O1
O2
O3
Keterangan:
X 1 = Model Pembelajaran STAD
X2 = Model Pembelajaran CTL
X3 = Model Pembelajaran konvensional
O1 = Ujian Siswa pada Kelas yang mendapat pengajaran dengan model
Pembelajaran STAD.
O2 = Ujian Siswa pada kelas yang mendapat pengajaran dengan model
Pembelajaran CTL.
O3 = Ujian Siswa pada kelas yang mendapat pengajaran dengan model
Pembelajaran Konvensional
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan sebuah teknik
pengumpulan data yang memadai. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data pada skripsi ini adalah:
a. Metode Dokumentasi
Dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumentasi, peraturan-
peraturan. (Suharsimi Arikunto, 2002: 149). Metode dokumentasi ini
digunakan untuk memperoleh data tentang daftar nama dan jumlah siswa
yang menjadi subyek peneltian.
b. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
(Arikunto, 2002: 98).
Metode tes ini dianggap merupakan alternatif terbaik untuk
mendapatkan data cerminan dari suatu eksperimen. Dengan tes inilah
diharapkan diperoleh data kuantitatif dari hipotesis yang diajukan. Adapun
bentuk soal adalah tes uraian yang terdiri dari 5 soal.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
berupa tes. Penyusunan soal tes tersebut mengacu pada silabus mata pelajaran
matematika pada kurikulum 2006 (KTSP).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang
dibuat berupa tes yang disusun dalam bentuk tes uraian yang terdiri dari enam
butir soal, dimana dalam pemilihan soal harus memperhatikan:
a. Bahan atau materi yang ditanyakan lebih spesifik.
b. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal relatif lama.
Tes digunakan sebagai alat pengumpul data, sehingga setiap item dari
tes tersebut harus memenuhi persyaratan baik dalam hal daya pembeda,
tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas item soal.
1. Validitas Butir Soal
Untuk menentukan validitas tes digunakan rumus-rumus product
moment sebagai berikut:
( )( )
( ) ( ) { } ( ) ( ) { }
2
2
2
2
=
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
Keterangan:
xy
r = Kooefisien korelasi antara X dan Y
X = Skor butir soal nomor tertentu
Y = Skor total
N = Banyaknya data
Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan menurut aturan
sebagai berikut:
0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada
0,21 sampai 0,40 korelasi rendah
0,41 sampai 0,60 korelasi sedang
0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi
0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna
(Arikunto, 2002: 72).
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. (Arikunto, 1998: 170).
Untuk menguji reliabilitas tes akan digunakan rumus Alpha yaitu:
=
2
2
11
1
1
t
b
k
k
r
Keterangan:
11
r : reliabilitas yang dicari
k : banyaknya butir soal
2
b
: jumlah varian skor tiap-tiap butir
2
t
: varian tabel
Rumus varian butir soal:
( )
=
2
2
2
b
Setelah diperoleh
11
r kemudian dikonsultasikan dengan harga r
product moment. Instrumen dikatakan reliabel jika
tabel
r r >
11
.
Klasifikasi reliabilitas:
0,81
11
r 1,00 = sangat tinggi
0,61
11
r 0,80 = tinggi
0,41
11
r 0,60 = cukup
0,21
11
r 0,40 = rendah
0,01
11
r 0,20 = sangat rendah. (Arikunto, 2002: 75).
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Rumus yang
digunakan adalah:
JB
B
P =
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JB = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan klasifikasi:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.
(Arikunto, 2002: 207).
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Teknik yang digunakan untuk
menghitung daya pembeda bagi tes bentuk esai adalah dengan menghitung
perbedaan dua buah rata-rata (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok
atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap item.
Rumus
( )
1
) (
2
2
2
1
ni ni
x x
ML MH
t
Keterangan :
MH = rata-rata dari kelompok atas
ML = rata-rata dari kelompok bawah
2
1
x = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelomok atas
2
2
x = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelomok bawah
ni = 27% x N (HG dan LG sama besar)
N = Jumlah sample
Klasifikasi
Daya pembeda signifikan apabila
hitung
t
tabel
t dengan
dk = ( n
1
1 ) + ( n
2
1 ) dengan = 5 %
(Arifin, 1991: 141).
E. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesa dalam rangka penarikan
kesimpulan mencapai tujuan penelitian analisa data merupakan suatu cara
untuk mengolah data hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Analisis Awal
Dalam analisis awal ini data yang digunakan adalah nilai harian
yang digunakan untuk uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas Sampel
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal, maka digunakan uji kenormalan dengan uji
liliefors. Adapun langkah-langkahnya:
1) Pengamatan x
1
, x
2
, x
3
, , x
n
dijadikan bentuk baku z
1
, z
2
, z
3
,
, z
n
dengan menggunakan rumus
i
Z =
S
x x
i
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar
distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang : F(z
1
) =
P(z z
i
).
Selanjutnya dihitung proporsi z
1
, z
2
, z
3
, , z
n
yang lebih kecil
atau sama dengan z
i
. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z
i
)
maka ( )
( )
n
z yang z ,...., z , z , z banyaknya
z S
i n 3 2 1
i
=
3) Hitung selisih F(z
i
) S(z
i
)
4) Ambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih
tersebut, sebutlah harga terbesar ini L
0.
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, bandingkan L
o
ini dengan nilai kritis L untuk taraf nyata 2 yang dipilih.
Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi
normal jika L
o
yang diperoleh dari data pengamatan melebihi 1 dari
daftar normal. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
(Sudjana, 1996: 466 467).
b. Uji Homogenitas Sampel
Pasangan hipotesa nol dan hipotesa alternatifnya yang akan
diuji adalah:
H
0
=
2
2
2
1
=
H
1
=
2
2
2
1
Uji homogenitas sampel digunakan untuk mengetahui
kelompok-kelompok sampel yang berasal dari populasi yang sama.
Untuk mengetahui homogenitas sampel dalam penelitian akan diuji
Bartlett.
Harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett:
Sample
ke-
Dk 1/dk
2
i
S
Log
2
i
S
(dk) log
2
i
S
1
2
.
.
.
n
1
1
n
2
1
.
.
.
1/(n
1
1)
1/(n
2
1)
.
.
.
log
2
1
S
log
2
2
S .
.
.
.
.
.
(n
1
1)log
2
1
S
(n
2
1)
lo
2
2
S
.
K n
k
1 1/(n
k
1)
2
k
S
log
2
k
S
.
.
(n
k
1)
lo
2
k
S
Jumlah (n
i
1)
) 1 (
1
i
n
(n
i
1)log
2
1
S
Dari uji Bartlett digunakan statistik Chi kuadrat.
2
= (In 10)
{B - (n
i
1) log
2
1
S } di mana
2
(1-)(k-1)
didapat dari daftar
distribusi chi kuadrat dengan peluang (1 - ) dan dk = (k 1).
(Sudjana, 1996: 261 263).
2. Analisis Akhir
a. Uji Normalitas Data
Agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari Uji
normalitas digunakan untuk mengetauhui apakah hasil belajar
siswa berdistribusi normal atau tidak.
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal, maka digunakan uji kenormalan dengan uji
liliefors. Adapun langkah-langkahnya:
1) Pengamatan x
1
, x
2
, x
3
, , x
n
dijadikan bentuk baku z
1
, z
2
, z
3
,
, z
n
dengan menggunakan rumus
i
Z =
S
x x
i
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar
distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang : F(z
1
) =
P(z z
i
).
Selanjutnya dihitung proporsi z
1
, z
2
, z
3
, , z
n
yang lebih kecil
atau sama dengan z
i
. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z
i
)
maka ( )
( )
n
z yang z ,...., z , z , z banyaknya
z S
i n 3 2 1
i
=
3) Hitung selisih F(z
i
) S(z
i
)
4) Ambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih
tersebut, sebutlah harga terbesar ini L
0.
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, bandingkan L
o
ini dengan nilai kritis L untuk taraf nyata 2 yang dipilih.
Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi
normal jika L
o
yang diperoleh dari data pengamatan melebihi 1 dari
daftar normal. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
(Sudjana, 1996: 466 467).
b. Uji Anova satu jalur (Oneway Anova)
Anova (Analysis Of Variance) merupakan bagian dari metoda
analisis statistika yang tergolong analisis komparatif
(perbandingan) lebih dari dua rata-rata. Tujuan dari uji anova satu
jalur ialah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata.
Sedangkan gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi.
Maksudnya dari signifikansi hasil penelitian (anova satu jalur). Jika
terbukti berbeda berarti kedua sampel tersebut dapat
digeneralisasikan artinya data sampel dapat mewakili populasi.
Anova pengembangan atau penjabaran lebih lanjut dari uji-t
(t
hitung
). Uji-t atau uji-z hanya dapat melihat perbandingan dua
kelompok data saja. Sedangkan anova satu jalur lebih dari dua
kelompok data, contohnya: 1) perbedaan prestasi belajar statistika
antara mahasiswa tugas belajar (X1), izin belajar (X2) dan umum
(X3). 2) Motivasi kerja pegawai diklat dari eselon I (X1), eselon II
(X2) , Eselon III (X3), eselon IV (X4).
Anova lebih dikenal dengan uji-F (Fisher Test), sedangkan
arti variasi itu asal usulnya dari pengertian konsep Mean Square
atau kuadrat rerata (KR), rumus sistematisnya:
KR =
db
JK
dimana :
JK = Jumlah kuadrat (some of square)
db = derajat bebas ( degree of freedom)
menghitung nilai anova atau F (F
hitung
) dengan rumus:
F
hitung
=
D
A
V
V
=
D
A
KR
KR
=
D D
A A
db JK
db JK
:
:
=
mGroup VarianDala
rGroup VarianAnta
LANGKAH-LANGKAH ANOVA SATU JALUR:
1) Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing dipilih secara
acak.
2) Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing berdistribusi
normal.
3) Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing homogen.
4) Tulis H
a
dan H
o
dalam bentuk kalimat.
5) Tulis H
a
dan H
o
dalam bentuk statistik.
6) Buat tabel penolong anova sebagai berikut:
TABEL ANOVA
Nomor
Responden
Variabel Bebas
X
1
X
2
X
3
X
n
n
1
N
2
n
3
n
n
N
X
1
X
2
X
3
X
n
X
X
1
X
2
X
3
X
n
S
2
1
S
2
2
S
2
3
S
2
n
7) Hitung jumlah kuadrat rata-rata dengan rumus:
JK
R
=
n
n
n n n n + + + +
+ + + +
...
) ... (
3 2 1
2
3 2 1
8) Hitung jumlah kuadrat antarkelompok dengan rumus:
JK
A
=
1
2
1
) (
n
+
2
2
2
) (
n
+
3
2
3
) (
n
+
......
......
+
n
n
n
2
) (
- JK
R
9) Hitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:
JK
D
=
2
JK
R
- JK
A
10) Hitung derajat kebebasan rata-rata dengan rumus:
dk
rata-rata
= 1
11) Hitung derajat kebebasan antarkelompok dengan rumus:
dk
A
= k 1
di mana k = banyak kelompok.
12) Hitung derajat kebebasan dalam kelompok dengan rumus:
dk
D
= N k
di mana N = jumlah seluruh anggota sampel.
13) Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
RK
rata-rata
=
R
R
dk
JK
14) Hitung rata-rata jumlah kuadrat antarkelompok dengan rumus:
RK
A
=
A
R
dk
JK
15) Hitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:
RK
D
=
D
D
dk
JK
16) Cari F
hitung
dengan rumus:
F
hitung
=
A
A
RK
RK
17) Tetapkan taraf signifikansi ()
18) Cari F
tabel
dengan rumus:
F
tabel
= F
(1-)(dkA, dkB)
Dengan menggunakan tabel F didapat F
tabel
19) Masukkanlah semua nilai yang didapat ke dalam tabel anova
berikut:
Jumlah variasi
Jumlah
kuadrat (JK)
Dk
Rata-rata
kuadrat (RK)
F
Rata-rata
Antar
kelompok
Dalam
kelompok
JK
R
JK
A
JK
D
1
dk
A
dk
D
RK
R
RK
A
RK
D
F
hitung
Jumlah
2
X
n
20) Tentukan kriteria pengujiannya yaitu:
Jika F
hitung
F
tabel
, maka H
o
deterima.
21) Bandingkan F
hitung
dengan F
tabel
22) Buatlah kesimpulannya.
23) Seandainya ternyata H
o
ditolak, maka perhitungan dilanjutkan agar
dapat diketahui pasangan mana yang berbeda dengan
menggunakan uji t atau uji Scheffe atau uji Tukey.
c. Ketuntasan Belajar
Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran digunakan
kriteria ketuntasan belajar sebagai berikut:
1) Ketuntasan Belajar Individu (Perorangan)
Ketuntasan belajar siswa baik kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:
% 100
seluruhnya max nilai jumlah
siswa diperoleh yang nilai jumlah
Apabila siswa telah menguasai sekurang-kurangnya 65%
terhadap materi setiap satuan bahasan yang diajukan.
2) Ketuntasan Belajar Klasikal
Di dalam pengukuran tuntas secara klasikal, dikatakan belajar
tuntas dengan rumus:
% 100
tes mengikuti yang siswa jumlah
belajar tuntas yang siswa jumlah
Apabila sekurang-kurangnya 85% dari siswa berhasil
mencapai tingkat penguatan yang ditetapkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Sebelum peneliti mengadakan penelitian sangat perlu diadakan
persiapan agar hasil yang dicapai benar-benar maksimal. Beberapa persiapan
yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian, antara lain:
1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi
wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP N 2 Nalumsari
Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011 yang meliputi kegiatan pembelajaran
di kelas, dan situasi serta kondisi sekolah.
2. Dengan menggunakan Cluster random sampling yaitu secara acak
dipilih empat kelas dari seluruh siswa kelas VIII SMP N 2
NalumsariJepara Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Kemudian menentukan kelompok uji coba dan kelompok eksperimen
yaitu terpilih kelas VIII A sebagai kelas uji coba dan VIII B,VIII F,VIII
G sebagai kelas eksperimen. Kemudian mencatat nama-nama siswa kelas
VIII A, VIII B, VIII F dan VIII G beserta nilai ulangan harian pada mata
pelajaran matematika.
4. Menganalisis data awal yaitu nilai ulangan harian mata pelajaran
matematika kelas VIII SMPN 2 Nalumsari Jepara Tahun Pelajaran
2010/2011. Kemudian dianalisis sehingga diperoleh suatu kesimpulan
bahwa antara kelompok eksperimen memiliki rata-rata yang sama.
5. Menentukan soal tes uji coba yaitu soal tes tentang system persamaan
linier dua varabel.
6. Mengadakan uji coba instrument kepada siswa kelas VIII A yang
berjumlah 30 siswa. Uji coba ini diadakan dengan tujuan untuk
mengetahui validitas, reliabiltas, taraf kesukaran, dan daya pembeda dari
perangkat tes.
7. Memilih soal instrument penelitian yang akan diteskan pada kelas
eksperimen.
8. Menyebarkan perangkat tes tersebut pada kelas.
B. Hasil Uji Coba Instrumen
Untuk memperoleh alat pengambilan data yang baik dalam hal ini
berupa tes, maka perlu diujicobakan terlebih dahulu pada kelas uji coba yang
telah ditentukan untuk menghasilkan soal tes yang baik pada pokok bahasan
SPLDV, maka soal tes tersebut harus memenuhi beberapa kriteria,
diantaranya yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
1. Validitas soal
Analisis validitas dilakukan untuk mengetahui apabila soal yang
disusun termasuk kategori soal valid atau tidak.
Dari hasil perhitungan validitas soal nomor 1 sampai dengan8
didapat data sebagai berikut:
Nomor Soal
xy
r
tabel
r
Kriteria Kesimpulan
1 0,525
0,361
tabel
r >
xy
r
Valid
2 0,664 0,361
tabel
r >
xy
r
Valid
3 0,256 0,361
tabel
r <
xy
r
Tidak Valid
4 0,784 0,361
tabel
r >
xy
r
Valid
5 0,649 0,361
tabel
r >
xy
r
Valid
6 0,563 0,361
tabel
r >
xy
r
Valid
7 0,227 0,361
tabel
r <
xy
r
Tidak Valid
8 0,322 0,361
tabel
r <
xy
r
Tidak Valid
Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .
Dari hasil perhitungan validitas item diperoleh untuk soal nomor 1, 2, 4,
5 dan 6 adalah soal yang valid dan nomor 3, 7, dan 8 adalah soal yang
tidak valid.
2. Reliabilitas Soal
Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 13, dari hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus alpha didapat r
11
= 0,538.
Karena nilai r
11
terletak antara 0,41 dan 0,60 (0,41 r
11
0,60) maka
klasifikasinya cukup.
3. Taraf kesukaran soal
Analisis tingkat kesukaran dilakukan dengan tujuan mengetahui
keseimbangan item tes yang disusun.
Dari hasil perhitungan taraf kesukaran soal didapat data sebagai berikut:
Dengan,
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JB = Jumlah Peserta Tes
Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesukaran soal, terdapat 4
soal untuk kategori mudah dan 3 soal untuk kategori sedang dan 1 soal
untuk kategori sukar. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran .
4. Daya pembeda soal
Untuk perhitungan daya pembeda dapat dibuat tabel sebagai berikut:
No.Item Daya Pembeda
1 Signifikan
NO B JB
KETERANGAN SOAL
1. 29 30 0,96 Mudah
2. 25 30 0,83 Mudah
3. 24 30 0,8 Mudah
4. 20 30 0,67 Sedang
5. 26 30 0,867 Mudah
6. 21 30 0,7 Sedang
7. 3 30 0,1 Sukar
8. 12 30 0,4 Sedang
2 Signifikan
3 Tidak Signifikan
4 Signifikan
5 Signifikan
6 Signifikan
7 Tidak Signifikan
8 Tidak Signifikan
Setelah dilakuan perhitungan daya pembeda soal terdapat 3 soal
dengan daya pembeda tidak signifikan dan 5 soal dengan daya pembeda
signifikan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .
C. Analisis Data Awal Nilai Ulangan Harian
Analisis data tahap awal diperoleh dari hasil ulangan harian kelas VIII
F, VIII G, VIII B pelajaran matematika. Data tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah ketiga kelompok eksperiment berawal dari kemampuan
prestasi belajar yang sama. Dari data tersebut dilakukan uji normalitas,
homogenitas dan ANAVA.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk kelompok eksperimen 1, dengan
menggunakan Uji Liliefors didapat ) ( ) (
i i
Z S Z F terbesar adalah Lo
= 0.136. Dengan N = 30 dan = 0.05 didapat L = 0.161 yang diambil
dari kritik Uji Liliefors. Ternyata dari perhitungan didapat Lo = 0.136
lebih kecil dari L = 0.161. Kesimpulan bahwa kelompok eksperimen 1
berdistribusi normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 10.
Uji normalitas untuk kelompok eksperimen 2, dengan
menggunakan Uji Liliefors didapat ) ( ) (
i i
Z S Z F terbesar adalah Lo
= 0.145. Dengan N = 30 dan = 0.05 didapat L = 0.161 yang diambil
dari kritik Uji Liliefors. Ternyata dari perhitungan didapat Lo = 0.145
lebih kecil dari L = 0.161. Kesimpulan bahwa kelompok eksperimen 2
berdistribusi normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 12.
Uji normalitas untuk kelompok eksperimen 3, dengan
menggunakan Uji Liliefors didapat ) ( ) (
i i
Z S Z F terbesar adalah Lo
= 0.123. Dengan N = 30 dan = 0.05 didapat L = 0.161 yang diambil
dari kritik Uji Liliefors. Ternyata dari perhitungan didapat Lo = 0.123
lebih kecil dari L = 0.161. Kesimpulan bahwa kelompok eksperimen 3
berdistribusi normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran14 .
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah 3 kelompok
sebelum diberi perlakuan mempunyai varian yang sama atau tidak. Untuk
menguji homogenitas digunakan uji Bartlett.
Dari lampiran diperoleh
2
= 16,69, untuk = 5% dengan dk = 86
didapat
2
0,95(86)
= 108,62. Karena
2
hitung
<
2
table, yaitu 16,69 < 108,62
maka dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok mempunyai varians
yang sama (homogen).
D. Analisis Data Akhir Nilai Tes Evaluasi
Analisis data tahap akhir dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga
kelompok eksperiment menghasilkan hasil belajar yang berbeda pada pokok
bahasan SPLDV. Data analisis akhir hasil belajar dapat dilihat pada lampiran
26. Dari data tersebut dilakukan uji normalitas, homogenitas, ANAVA dan
persamaan rata-rata
1. Uji Normalitas
Dari lampiran 24-29 terlihat bahwa kelompok eksperimen I
(STAD), kelompok eksperimen II (CTL) dan kelompok kontrol
(konvensional) diperoleh Lo < L
tabel
pada taraf 5% dan n
1
= 30, n
1
= 30
dan n
3
= 30 sehingga sampel dari ketiga kelompok tersebut
berdistribusi normal.
Uji normalitas untuk kelompok eksperimen 1, dengan
menggunakan Uji Liliefors didapat ) ( ) (
i i
Z S Z F terbesar adalah Lo
= 0.149. Dengan N = 30 dan = 0.05 didapat L = 0.161 yang diambil
dari kritik Uji Liliefors. Ternyata dari perhitungan didapat Lo = 0.136
lebih kecil dari L = 0.161. Kesimpulan bahwa kelompok eksperimen 1
berdistribusi normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 25.
Uji normalitas untuk kelompok eksperimen 2, dengan
menggunakan Uji Liliefors didapat ) ( ) (
i i
Z S Z F terbesar adalah Lo
= 0.130. Dengan N = 30 dan = 0.05 didapat L = 0.161 yang diambil
dari kritik Uji Liliefors. Ternyata dari perhitungan didapat Lo = 0.130
lebih kecil dari L = 0.161. Kesimpulan bahwa kelompok eksperimen 2
berdistribusi normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran 27.
Uji normalitas untuk kelompok eksperimen 3, dengan
menggunakan Uji Liliefors didapat ) ( ) (
i i
Z S Z F terbesar adalah Lo
= 0.148. Dengan N = 30 dan = 0.05 didapat L = 0.161 yang diambil
dari kritik Uji Liliefors. Ternyata dari perhitungan didapat Lo = 0.148
lebih kecil dari L = 0.161. Kesimpulan bahwa kelompok eksperimen 3
berdistribusi normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
29.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah 3 kelompok
sebelum diberi perlakuan mempunyai varian yang sama atau tidak. Untuk
menguji homogenitas digunakan uji Bartlett.
Pada tabel chi-kuadrat dengan dk = 86 dan = 5% didapat
2
tabel
= 108,62, ternyata bahwa
2
hitung
<
2
tabel
yaitu 15,540 < 108,62 Ini
berarti bahwa ketiga kelompok sampel homogenitas. Untuk
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 30.
3. Uji Anova
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar dari nilai
ulangan harian antara kelas VIII F, VIII G, dan VII B digunakan Uji
Anova Satu Jalan.
1. Ringkasan ANOVA
Sumber
Variansi
Jumlah
Kuadrat
Derajad
bebas (d)
Kuadrat
mean (M)
F Taraf
nyata
0.05
1. di antara
kelompok
(ak)
2. di dalam
kelompok
(dk)
3.
keseluruhan
(total)
74.953
55.11
130.06
3-1 = 2
90 3 =
87
89
37.48
0.6334
59.172
4,41
Kuadrat mean (M) ak = 48 . 37
2
95 . 71 ) (
= =
d
ak JmlKuadrat
Kuadrat mean (M) dk = 63 . 0
87
11 . 55 ) (
= =
d
dk jmlkuadrat
F = 17 . 59
63 . 0
48 . 37
= =
dk
ak
M
M
F
tabel(1.18)
= 4.41
Membandingkan F rasio (59.17) dengan F tabel pada taraf nyata 0.05
yakni 4.41
Ternyata F
rasio
> F
tabel
dengan demikian terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok STAD, CTL dan Kelompok kontrol. Sehingga
perhitungan dilanjutkan dengan uji- T
4. Uji T-Test
a. Kelompok STAD dan CTL
M
1
= 8.73
M
2
= 7.7
MK
d
= 1.532
n
1
= 30
n
2
= 30
t
0
=
)
30
1
30
1
( 532 . 1
7 . 7 73 . 8
+
44 . 11
09 . 0
03 . 1
06 . 0 532 . 1
03 . 1
=
=
=
t
0
= 11.44
dk = 30 + 30 2 = 58
karena nilai t
tabel
tidak ada maka dilakukan interpolasi
t
(0.975)
40
58
60
2.02
B
2.00
Menentukan nilai B
00 . 2
04 . 40 20
36 . 0 20 4 . 40
) 18 )( 02 . 0 ( ) 20 )( 02 . 2 (
20
18
02 . 0
02 . 2
60 40
58 40
2 02 . 2
02 . 2
=
=
= +
=
B
B
B
B
B
B
t
tabel
= 2
Karena t
hitung
> t
tabel
maka terdapat perbedaan antara kelompok STAD dan
CTL.
b. Kelompok STAD dan Kontrol
M
1
= 8.73
M
2
= 6.5
MK
d
= 1.487
n
1
= 30
n
2
= 30
t
0
=
)
30
1
30
1
( 487 . 1
5 . 6 73 . 8
+
617 . 25
089 . 0
23 . 2
06 . 0 487 . 1
23 . 2
=
=
=
t
0
= 25.617
dk = 30 + 30 2 = 58
karena nilai t
tabel
tidak ada maka dilakukan interpolasi
t
(0.975)
40
58
60
2.02
B
2.00
Menentukan nilai B
00 . 2
04 . 40 20
36 . 0 20 4 . 40
) 18 )( 02 . 0 ( ) 20 )( 02 . 2 (
20
18
02 . 0
02 . 2
60 40
58 40
2 02 . 2
02 . 2
=
=
= +
=
B
B
B
B
B
B
t
tabel
= 2
Karena t
hitung
> t
tabel
maka terdapat perbedaan antara kelompok STAD dan
Kontrol
c. Kelompok CTL dan Kontrol
M
1
= 7.7
M
2
= 6.5
MK
d
= 3.1
n
1
= 30
n
2
= 30
t
0
=
)
30
1
30
1
( 10 . 3
5 . 6 7 . 7
+
0084 . 0
43 . 1
2 . 1
06 . 0 10 . 3
2 . 1
=
=
=
t
0
= 0.0084
dk = 30 + 30 2 = 58
karena nilai t
tabel
tidak ada maka dilakukan interpolasi
t
(0.975)
40
58
60
2.02
B
2.00
Menentukan nilai B
00 . 2
04 . 40 20
36 . 0 20 4 . 40
) 18 )( 02 . 0 ( ) 20 )( 02 . 2 (
20
18
02 . 0
02 . 2
60 40
58 40
2 02 . 2
02 . 2
=
=
= +
=
B
B
B
B
B
B
t
tabel
= 2.00
Karena - t
tabel
< t
hitung
< t
tabel
maka terdapat tidak perbedaan antara kelompok
CTL dan Kontrol..
Dari ketiga pengujian dengan t-test tersebut memberikan informasi
bahwa, hasil belajar siswa meningkat apabila mendapat pembelajaran STAD (
kalau dengan pembelajaran CTL belum ada perbedaaan hasil belajar yang
signifikan).
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen I (STAD) berbeda
dibandingkan dengan kelompok eksperimen II (CTL) dan kelompok kontrol.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran STAD berbeda ditinjau dari ketuntasan belajar siswa
secara individu maupun klasikal, keaktifan siswa dalam pembelajaran dan
kerjasama siswa dalam kelompok pada materi pokok system persamaan
linier dua variabel kelas VIII semester I SMP N 2 Nalumsari Jepara tahun
pelajaan 2010/2011.
5. Ketuntasan Belajar
1) Uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen I
a) Ketuntasan belajar secara individual
Contoh perhitungan prosentase penguasaan siswa nomor absen 1
yaitu: = = % 100
maksimum skor
didapat yang skor
% 60 . 82 % 100
2 . 9
6 . 7
=
Untuk siswa nomor absen 2 sampai dengan 30 dapat dihitung
prosentase penguasaan dengan cara yang sama seperti di atas.
Ketuntasan belajar secara individual pada kelompok eksperimen I
dinyatakan sudah tercapai, hal ini dikarenakan hasil belajar atau
prosentase penguasaannya sudah lebih dari 65%.
b) Ketuntasan belajar secara klasikal
Perhitungan untuk menentukan prosentase penguasaan kelas adalah
sebagai berikut:
% 100
tes mengikuti yang siswa jumlah
belajar tuntas yang siswa jumlah
= % 100 % 100
30
30
=
Sehingga pada kelompok eksperimen I ketuntasan belajar secara
klasikal dinyatakan telah tercapai, karena hasil belajar atau
prosentase penguasaan kelas lebih dari 85%.
2) Uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen II
a). Ketuntasan belajar secara individual
Contoh perhitungan prosentase penguasaan siswa nomor absen 1
yaitu:
% 30 . 91 % 100
2 . 9
4 . 8
= (tuntas)
Untuk siswa nomor absen 2 sampai dengan 30 dapat dihitung
prosentase penguasaan dengan cara yang sama seperti di atas.
Ketuntasan belajar secara individual pada kelompok eksperimen II
dinyatakan sudah tercapai, hal ini dikarenakan hasil belajar atau
prosentase penguasaannya sudah lebih dari 65%.
b). Ketuntasan belajar secara klasikal
Perhitungan untuk menentukan prosentase penguasaan kelas
adalah sebagai berikut:
% 67 . 96 % 100
30
29
=
Sehingga pada kelompok eksperimen II ketuntasan belajar secara
klasikal dinyatakan telah tercapai, karena hasil belajar atau
prosentase penguasaan kelas lebih dari 85%.
3) Uji ketuntasan belajar kelompok kontrol
a) Ketuntasan belajar secara individual
Contoh perhitungan prosentase penguasaan siswa nomor absen
1 yaitu:
% 19 . 76 % 100
4 . 8
4 . 6
= (tuntas)
Untuk siswa nomor absen 2 sampai dengan 30 dapat dihitung
prosentase penguasaan dengan cara yang sama seperti di atas.
Ketuntasan belajar secara individual pada kelompok kontrol
dinyatakan sudah tercapai, hal ini dikarenakan hasil belajar atau
prosentase penguasaannya sudah lebih dari 65%.
b) Ketuntasan belajar secara klasikal
Perhitungan untuk menentukan prosentase penguasaan kelas
adalah sebagai berikut:
% 67 . 86 % 100
30
26
=
Sehingga pada kelompok kontrol ketuntasan belajar secara
klasikal dinyatakan telah tercapai, karena hasil belajar atau
prosentase penguasaan kelas lebih dari 85%
E. Pembahasan
Berdasarkan analisis data seperti yang telah di uraikan di atas
diketahui bahwa dari uji anova diperoleh F
hitung
= 59,17 selanjutnya
dikonsultasikan dengan kriteria pengujian dengan = 5% dk pembilang 2
dan dk penyebut 87 diperoleh F
table
= 4,41. Ternyata harga F
hitung
> F
table
yaitu 59,17 > 4,41 maka kesimpulannya terdapat perbedaan hasil belajar
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran STAD, CTL, dan
pembelajaran konvensional pada materi Sistem persamaan linier dua variable
siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 2 Nalumsari Jepara.
Setelah dilakukan pembuktian antar dua sampel dengan t-test (related
berpasangan) disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
mendapat pembelajaran STAD dengan yang mendapat pembelajaran CTL,
hasil belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran STAD dengan yang
mendapatkan pembelajaran konvensional, hasil belajar siswa yang mendapat
pembelajaran CTL dengan yang mendapat pembelajaran konvensional. Dan
hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran STAD ebih tinggi
dibandingkan yang lain.
Sedangkan untuk ketuntasan belajar kelompok eksperimen I (STAD)
lebih banyak siswa yang tuntas belajarnya yaitu 30 orang dengan persentase
100%, kelompok eksperimen II (CTL) yang tuntas belajarnya adalah 29 orang
dengan persentase 96,67%, kelompok kontrol yang tuntas belajarnya adalah
26 orang dengan persentase 86,67%. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model STAD dan CTL berbeda
dibandingkan dengan model konvensional ditinjau dari ketuntasan belajar
baik individu maupun klasikal pada siswa kelas VIII semester I SMP N 2
Nalumsari tahun pelajaran 2010/2011.
Dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa pengajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran STAD memberikan
hasil yang berbeda dibandingkan dengan pengajaran matematika dengan
menggunakan model CTL dan model konvensional pada materi pokok system
persamaan linier dua variable.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapat Trianto (2007: 62), yang
mengatakan pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana
bertujuan untuk melatih siswa bertanggung jawab karena siswa dituntut
berpikir bersama dan melatih siswa dalam menyampaikan serta menerima
informasi untuk menguasai materi dan menularkannya pada temannya. Jadi
ada aktifitas dan kerjasama dalam sebuah kelompok.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Thomas Garry
Permadi dalam skripsinya menyatakan bahwa pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis
Kartu Masalah akan meningkatkan hasil belajar matematika dan dapat melatih
siswa dalam mengembangkan keterampilan siswa dalam berpikir dan
bekerjasama dalam tim.
Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Rina Retnowati
dalam skripsinya mengenai Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis
Masalah dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Aktifitas Siswa menyatakan penerapan pendekatan kontekstual
berbasis masalah dapat meningkatkan kinerja guru, aktivitas siswa, dan
hasil belajar. Karena dalam pembelajaran ini menjadikan guru lebih kreatif
dan siswa tidak jenuh serta lebih termotivasi untuk terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapat
pembelajaran STAD, CTL, dan pembelajaran konvensional pada materi pokok
SPLDV kelas VIII SMP N 2 Nalumsari tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini
terbukti pada analisa hasil akhir dengan uji anova diperoleh F
hitung
= 59,17
selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria pengujian dengan = 5% dk
pembilang 2 dan dk penyebut 87 diperoleh F
table
= 4,41. Ternyata harga F
hitung
>
F
table
yaitu 59,17 > 4,41 maka kesimpulannya terdapat perbedaan hasil belajar
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran STAD, CTL, dan pembelajaran
konvensional pada materi Sistem persamaan linier dua variable siswa kelas VIII
semester I SMP Negeri 2 Nalumsari Jepara.
. Sedangkan untuk ketuntasan belajar kelompok eksperimen I (STAD) lebih
banyak siswa yang tuntas belajarnya yaitu 30 orang dengan persentase 100%,
kelompok eksperimen II (CTL) yang tuntas belajarnya adalah 29 orang dengan
persentase 96,67%, kelompok kontrol yang tuntas belajarnya adalah 26 orang
dengan persentase 86,67%. Dan untuk keaktifan siswa dalam pembelajaran,
siswa yang mendapat pembelajaran STAD juga berbeda jika dibandingkan
dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran CTL dan konvensional.
Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran STAD berbeda
signifikan bila dibandingkan dengan metode CTL dan konvensional.
B. Saran
Dari hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut:
1. Guru perlu meningkatkan hasil belajar siswa dengan memilih model
pembelajaran yang tepat dan dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar
dikelas.
2. Karena pembelajaran dengan model STAD dan CTL memberikan pengaruh
yang baik terhadap hasil belajar siswa, maka hendaknya guru mampu
menerapkan pembelajaran dengan model tersebut dalam proses belajar
mengajar.
3. Agar siswa lebih bersemangat saat pembelajaran, hendaknya guru lebih
meningkatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa dengan berbagai cara,
misalnya cara yang paling sering digunakan adalah pemberian nilai tambahan
untuk siswa yang telah berani mengemukakan pendapatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M.Cholik dan Sugijono, M.Cholik Adinawan. 2006. Matematika
untuk SMP Kelas VII Semester 2. Jakarta: Erlangga
Anni, Catharina Tri. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES PRESS.
Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Intruksional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Dahar, Ratna Wilis. 1986. Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP
Semarang Press
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=kegunaan+lembar+kerja+siswa
&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=&aq=&oq=&fp=4b52f49b53c8
6ed2
Poerwadarminta, W. J. S. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Poerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia
Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publishers
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu
Tinjauan konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara