Anda di halaman 1dari 10

Transjakarta, atau yang umum

disebut Busway adalah sebuah


sistem transportasi Bus Rapid
Transit (BRT) pertama di Asia Teng-
gara dan Selatan yang beroperasi
sejak tahun 2004 di Jakarta. Sistem
ini didesain berdasarkan sistem
TransMilenio yang sukses di Bo-
gota, Kolombia. Transjakarta diran-
cang sebagai moda transportasi
massal pendukung aktivitas ibuko-
ta yang sangat padat. Transjakarta
merupakan sistem BRT dengan
jalur lintasan terpanjang di dunia
(208 km), serta memiliki 228 halte
yang tersebar di 12 koridor (jalur).
Halte transjakarta didesain berbe-
da dari halte bus pada umumnya.
Ketinggian lantai halte dibuat set-
inggi 110 cm dari permukaan jalan,
menyesuaikan dengan tinggi pintu
bus. Letak halte transjakarta um-
umnya berada di tengah jalan, kecu-
ali jalan satu arah dan jalan dengan
area pembatas jalan yang minim.
PENDAHULUAN
UAS
DESAIN ANTRIAN DI HALTE
TRANsjakarta
Oleh Moehammad Ahmad Yunus
1254190067
PERANCANGAN
KOMUNI KASI
V I S U A L
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
proposal Desain Antrian Di Halte Transjakarta.
Pembuatan proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas
UAS mata kuliah Perancangan Komunikasi Visual I. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengakui bahwa dalam pembuatan proposal ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tulisan ini.
Semoga apa yang penulis tuangkan ini memberikan tambahan
informasi bagi penulis pribadi dan pembaca luas serta
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan
ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
LATAR BELAKANG
Transjakarta, atau yang umum
disebut Busway adalah sebuah
sistem transportasi Bus Rapid
Transit (BRT) pertama di Asia
Tenggara dan Selatan yang
beroperasi sejak tahun 2004 di
Jakarta. Sistem ini didesain ber-
dasarkan sistem TransMilenio
yang sukses di Bogota, Kolom-
bia. Transjakarta dirancang se-
bagai moda transportasi mas-
sal pendukung aktivitas ibukota
yang sangat padat. Transjakarta
merupakan sistem BRT dengan
jalur lintasan terpanjang di du-
nia (208 km), serta memiliki 228
halte yang tersebar di 12 koridor
(jalur).
Halte transjakarta didesain ber-
beda dari halte bus pada um-
umnya. Ketinggian lantai halte
dibuat setinggi 110 cm dari per-
mukaan jalan, menyesuaikan
dengan tinggi pintu bus. Letak
halte transjakarta umumnya be-
rada di tengah jalan, kecuali jalan
satu arah dan jalan dengan area
pembatas jalan yang minim.
PERMASALAHAN
1 Waktu tunggu bus yang lama
dan jumlah armada yang masih
belum memadai, menyebabkan
terjadinya antrian yang cukup
panjang di halte Transjakarta.
2
Antrian tersebut semakin di-
perparah dengan tidak adanya
batasan antrian dan rendahnya
kesadaran calon penumpang
untuk mengantri dengan rapi.
Tidak adanya batasan antrian
atau jalur antrian menyebab-
kan ruang halte tidak digunak-
an dengan efektif. Antrian yang
bergerombol juga menyulitkan
lalu lintas keluar masuk pen-
umpang sehingga sering terjadi
macet didalam halte.
3
Ketika bus tiba di halte, pen-
umpang yang telah menung-
gu akan saling dorong untuk
mendapatkan tempat di dalam
bus. Hal itu sangat membahay-
akan terlebih ketinggian halte
yaitu 110cm dari permukaan jalan. Selain itu pintu otomatis yang
seharusnya hanya terbuka ketika bus lewat, ditahan oleh penump-
ang dengan alasan panas. Sudah banyak yang terjatuh ketika saling
dorong memasuki bus. Selain menimbulkan bahaya penumpang ter-
jatuh dan terinjak, serta menjadi modus operandi bagi pelaku tindak
kriminal pencopetan.
4
Sementara itu penumpang yang ingin
keluar dari dalam bus tertahan akibat
dorongan dari antrian penumpang di
halte. Sebenarnya pengelola sudah
mengatur alur keluar masuk penum-
pang dengan baik. Untuk bus rapid
(gandeng) pintu depan dan pintu be-
lakang adalah arah masuk dan pintu
tengah adalah arah keluar. Sedang-
kan untuk bus biasa pintu depan se-
bagai arah masuk dan pintu belakang
sebagai arah keluar. Pengelola juga
sudah memberikan tanda pada lantai
mengenai alur keluar masuk penum-
pang ini. Namun kurangnya kesada-
ran pengguna, serta kurang tegasnya
petugas onboard membuat peng-
guna menggunakan pintu yang mana
saja untuk keluar dan masuk. Se-
hingga alurnya menjadi berantakan,
dan penumpang yang ingin keluar
tertahan oleh penumpang yang ingin
masuk bus.
Di dalam bus, ketidakteraturan ini berlanjut. Pen-
umpang yang sudah mengantri lama seringkali tidak
mendapatkan tempat duduk di dalam bus karena an-
trian yang tidak rapi. Penumpang yang lebih gesit akan
menyelak dan mencari tempat duduk dengan tergesa-
gesa. Sementara itu, banyak di antara penumpang yang
sudah masuk dan tidak mendapatkan tempat duduk
memilih untuk bergerombol di area dekat pintu agar
lebih mudah ketika akan keluar. Distribusi penumpang
di dalam bus menjadi tidak merata dan kondisi ini tentu
saja rawan tindakan kejahatan. Kondisi ini juga meru-
gikan penumpang lain yang sudah lama menunggu
tapi tidak dapat masuk karena area dekat pintu sudah
tertutup penumpang lain walaupun didalamnya masih
ada ruang.
5
PENYELESAIAN
KONSEP BARRIER GATE
Barrier Gate Sys-
tem adalah sebuah
sistem yang diran-
cang untuk mence-
gah pengguna jasa
melakukan kecuran-
gan tidak membayar
jasa. Dalam sistem
transportasi massal
di Indonesia, konsep
ini telah diterapkan
di Kereta Commuter
Line dan Transjakar-
ta. Namun selama ini
konsep tersebut han-
ya digunakan untuk
mencegah penump-
ang melakukan ke-
curangan dengan ti-
dak membayar tiket.
Di area ticketing
Transjakarta sistem
ini diterapkan den-
gan menempatkan
sebuah pintu (gate)
dengan barrier
(penghalang) berupa
palang yang akan
membuka setelah
penumpang atau
petugas melakukan
tapping, yaitu men-
empelkan kartu pada
alat sensor di gate.
Setelah sensor men-
geluarkan warna ter-
tentu (biasanya hijau)
penumpang tinggal
mendorong barrier
yang adalah pintu
putar mati (stainless
dead turnstiles).
PENGGUNAaN PINTU PUTAR MATI DI AREA
ANTRIAN TRANsJAkARTA
Pintu halte menuju bus Transjakarta biasanya ada
3 dengan masing-masing terletak di depan, tengah
dan belakang. Pintu ini merupakan pintu otomatis
yang akan bergerak menutup dan membuka ketika
ada bus yang lewat. Namun saat ini kebanyakan
pintu otomatis tersebut sudah rusak. Atau sengaja
ditahan oleh penumpang agar terus terbuka.
Konsep barrier gate system yang telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya, dapat diterapkan di area
antrian Transjakarta dengan menggunakan pintu
putar mati. Caranya adalah dengan menempatkan
pintu putar mati di di depan antrian dengan jarak
kurang lebih 50 cm dari pintu bus. Dengan meng-
gunakan pintu putar mati di depan area antrian,
sebenarnya pintu otomatis tidak diperlukan lagi.
Di pintu depan dan belakang akan ditempatkan
sebuah pintu putar mati yang stainless steel-nya
akan berputar ke arah pintu masuk bus sehingga
penumpang yang mengantri akan menjadi lebih
rapi. Siapa yang datang lebih dahulu, otomatis
akan masuk bus lebih dulu dan tidak ada dorong-
dorongan. Mereka yang antri paling depan, berhak
mendapatkan tempat di dalam bus. Konsep ini
disebut First In, First Served.
Sedangkan di pintu tengah, pintu putar mati yang
ditempatkan adalah pintu putar mati yang stain-
less steel-nya akan berputar ke arah dalam halte
sehingga penumpang dari dalam bus akan keluar
hanya lewat pintu tengah.
Penempatan pintu putar mati seperti gambar beri-
kut :
Depan Samping
KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN PINTU
PUTAR MATI DI AREA ANTRIAN
BUS Pintu Halte
Antrian
Barrier Gate atau pintu putar berjenis tripod memi-
liki tiga tuas yang akan berputar bila didorong. Ketika
pengguna mendorong tuas aktif / tuas pertama. Tuas
kedua akan naik dengan sendirinya, pada saat ini peng-
guna harus menunggu atau memastikan tuas kedua
aktif atau berhenti. Sehingga ada sedikit jeda dan mem-
berikan jarak aman antara penumpang yang sudah
melewati pintu putar dan yang belum. Jarak ini mem-
berikan rasa aman karena penumpang tidak mendapat
dorongan dari penumpang dibelakangnya. Sehingga
sangat efektif memberikan keamanan serta kerapi-
han dalam proses menaikan penumpang. Begitu juga
dalam proses penurunan penumpang, bedanya arah
putar mengarah ke halte bukan ke bus.
Pintu putar pada area antrian juga memastikan orang
yang antri pertama akan lebih dulu masuk tanpa terse-
lak dari samping. Sesuai dengan prinsip mengantri
yaitu First In, First Served. Hal ini tentu bila didukung
dengan desain barisan antrian yang baik yang aka diba-
has selanjutnya.
Tidak hanya itu, konsep putaran satu arah memaksa
pengguna mengikuti alur keluar masuk penumpang.
Yaitu penumpang hanya naik melalui pintu depan dan
belakang serta hanya bisa keluar melalui pintu tengah.
Hal ini menciptakan alur yang kondusif serta efsien
dalam proses menaikan dan menurunkan penumpang.
Penumpang tidak dapat lagi berkelak tidak memahami
aturan, dan petugas onboard juga tidak perlu repot
mengatur semua orang.
Banyak penumpang jarak dekat yang memilih untuk
berdiri didepan pintu masuk dengan alasan lebih cepat
ketika turun, yang dampaknya adalah banyak pen-
umpang yang tidak terangkut karena terhalangi oleh
mereka, serta distribusi didalam bus pun tidak merata.
Dengan menggunakan satu pintu keluar yaitu ditengah,
penumpang jarak dekat justru akan masuk kedalam
bus atau ke arah tengah yang membuat penumpang
lain tidak terhalangi untuk masuk. Sehingga distribusi
penumpang didalam bus lebih merata. Serta mengang-
kut penumpang lebih banyak.
DESAIN BARISAN ANTRIAN
Penggunaan pintu putar pada an-
trian memberikan rasa aman keti-
ka menaiki bus serta memberikan
alur keluar masuk penumpang
yang lebih baik. Namun tanpa ad-
anya barisan antrian yang baik,
hal tersebut menjadi kurang efek-
tif. Dibawah ini merupakan illus-
trasi antrian pada halte yang tidak
tertata dengan sekat dan tidak
menggunakan pintu putar serta
halte yang sudah diatur barisan
antriannya serta menggunakan
pintu putar untuk alur keluar ma-
suk penumpang.
Ukuran tiap halte Transjakarta
berbeda-beda, namun dapat dik-
lasifasikan diantaranya halte ke-
cil, hal sedang, dan halte besar.
Antrian Penumpang
Bus
Alur Penurunan
Alur Antrian/Penaikan
Benturan penumpang
Sekat
Antrian Penumpang
Bus
Alur Penurunan
Alur Antrian/Penaikan
Benturan penumpang
Sekat
PENUTUP
Transjakarta merupakan salah satu
sistem transportasi modern yang di-
miliki Jakarta. Sejak dibangun tahun
2004, Transjakarta sudah dirancang
sedemikian baik sesuai dengan stan-
dar pelayanan serta penyesuaian den-
gan masyarakat Jakarta. Namun seir-
ing berjalannya waktu perbaikan serta
peningkatan dibuat seirama dengan
meningkatnya jumlah pengguna.
Meningkatnya jumlah penumpang be-
lum sebanding dengan jumlah armada
dan perbaikan atau sterilisasi jalur. Be-
gitu juga dengan masalah pelayanan
dan tata tertib yang mulai luntur. Antri-
an merupakan salah satu momok yang
paling sering dibahas, karena penump-
ang langsung dapat merasakan. Pen-
ulis yang juga merupakan pengguna
aktif Transjakarta tentu merasakan
kendala-kendala yang dihadapi teru-
tama dalam hal antrian.
Dikesempatan ini penulis sudah men-
coba mempaparkan solusi untuk ma-
salah antrian di Halte Transjakarta.
Yaitu dengan membuat pintu putar
satu arah stainless steel sederhana
yang diambil dari konsep Barrier Gate
untuk mengatur alur penaikan dan
penurunan penumpang yang lebih
baik. Sistem tersebut penulis harapkan
dapat memaksa sistem alur berjalan
dengan baik dan rasa aman dibalik su-
litnya menciptkan suasana kedisiplinan
di masyarakat Jakarta yang Majemuk.
Penulis juga memamarkan salah satu
cara mengatur antrian barisan agar
halte transjakarta yang sempit dapat
lebih efektif dan nyaman.
Penulis menyadari solusi yang dipa-
parkan penulis tidak sempurna. Untuk
berjalan dengan baik jumlah armada,
luas halte, dan jalur yang steril jauh
lebih berpengaruh. Penulis mencoba
memberikan solusi yang lebih murah
dan dapat dibuat dengan cepat.
Semoga solusi yang penulis paparkan
dapat bermanfaat atau menginspirasi
pembaca.
Penulis


Jakarta, Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai