Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Topikal
Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan
untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim.
Lotio merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian
luar kulit. Pada umumnya pembawa dari lotio adalah air. lotio dimaksudkan untuk
digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya.
Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit.
Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan lapisan tipis dari
komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk
memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat
setiap akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali.
(Ansel, 1989)
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok. Salep tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan
semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu
salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang
mengandung air dalam proporsi relatif tinggi. (Anief, 1999)


Universitas Sumatera Utara
2.2. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air.
Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari
suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu
temperatur 70
0
- 80
0
C. (Dirjen POM,1995).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian
kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut,
kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat luar
adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir dan
sebagainya. ( Anief, 1999 ).
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (A/M) dan
emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A). sebagai pengemulsi dapat digunakan
surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe A/M digunakan : sabun
monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain-lain. Krim tipe M/A mudah
dicuci. (Anief,1994).
Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang
digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang diharapkan

Universitas Sumatera Utara
adalah sebagai berikut :
a. Stabil
b. Lunak
c. Mudah dipakai
d. Dasar krim yang cocok
e. Terdistribusi merata
Fungsi krim adalah:
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat
berbahaya. (anief,1999)

2.3 Obat Kulit
Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan antibiotika,
kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat topikal kulit dapat berupa
salep, krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk obat kulit topikal dipengaruhi jenis
kerusakan kulit, daya kerja yng dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang
diobati. Obat kulit topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada
beberapa keadaan, dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada
pengobatan penyakit kulit kronik dengan obat kulit topikal yang mengandung
kortikosteroid.
Universitas Sumatera Utara
Kortikosteroid mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat
pembelahan sel epidermis. Kortikosteriod secara topikal dapat mengganggu pertahanan
kulit alami terhadap infeksi sehingga dikombinasikan dengan obat antibiotika.
Obat kulit digunakan untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit.
Gangguan fungsi struktur kulit dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu :
1. Kerusakan Kulit Akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah,
melepuh, dan gatal.
2. Kerusakan Kulit Sub Akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi
antara 7-30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang makin parah dan sudah
mempengaruhi daerah sekelilingnya.
3. Kerusakan Kulit Kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta timbul
kembali, dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal,
keras dan retak-retak. (Sartono, 1996).
Salah satu obat produksi dari PT. Kimia Farma (Persero)Tbk Plant Medan yang
digunakan melalui kulit adalah krim hidrokortison. Hidrokortison merupakan suatu
senyawa turunan dari kortikosteroid. Hidrokortison dalam bentuk krim biasanya
dikombinasikan dengan suatu asam, misalnya bila dikombinasikan dengan suatu asam
asetat maka nama dari sediaan tersebut adalah hidrokortison asetat.
Hidrokortison asetat (C
23
H
32
O
6
Untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit, digunakan obat topikal yang
mengandung obat-obat seperti golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal,
) digolongkan ke dalam obat antiinflamantori
analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan adanya rasa nyeri, bengkak,
kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak. (Anief,1996).
Universitas Sumatera Utara
antifungi, dan lain-lain. Bentuk obat topikal dapat berupa salep, krim, lotio, dan pasta.
Pemilihan bentuk obat topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, parahnya
kerusakan kulit, daya kerja obat yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit
yang diobati. Biasanya obat topikal mengandung obat yang dimaksudkan untuk bekerja
pada lapisan kulit yang lebih dalam dari permukaan kulit, misalnya pada opengobatan
penyakit kulit kronik dengan obat topikal yang mengandung kortikosteroid.( Sartono,
1996)

2.4 Hidrokortison
Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai daya kerja
antialergi dan antiradang. Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi,
mengurangi peradangan, dan menghambat sel epidermis.
Krim Hidrokortison dapat mengurangi radang, rasa gatal, dan rasa sakit pada
kulit.indikasi krim ini ,menekan reaksi radang pada kulit yang bukan diseba kulit 2-3 kali
sehari. ( Anief, 1996 )

2.4.1 Sifat Fisika Kimia





Rumus molekul : C
21
H
30
O
O
OH
CH
2
H
CH
3
H
CO CH
2
OH
OH
5

Universitas Sumatera Utara
Berat molekul : 362,47
Nama kimia : 11, 17, 21 trihydroxypregn 4 - ena 3,20 dion
Nama lain : Cortisol
Pemerian : Serbuk hablur/kristalin,Putih, Tidak berbau dan rasa pahit
Kelarutan : Sangat Sukar larut dalam air, dalam eter, agak sukar larut dalam aseton
dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform. (Dirjen POM,1995)


2.4.2. Pengujian Hidrokortison
2.4.2.1. Uji Kualitatif
Cara-cara pemeriksaan hidrokortison dapat dilakukan dengan metoda
spektrofotometri dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
a. Menggunakan metoda spektrofotometri
Hidrokortison dapat diidentifikasi dengan mengukur serapannya pada panjang
gelombang tertentu dengan alat spektrofotometri. Dalam pelarut metanol hidrokortison
akan memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum 242 nm.
b. Menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna.
Cara ini pertama sekali dipaparkan pada tahun 1903 oleh Michael Tswett. Dalam
kromatografi, menggunakan dua fase yaitu fase tetap (fase diam atau stationary phase)
dan fase gerak (mobile phase), pemisahan senyawa tergantung daripada gerakan dari dua
fase ini.
Universitas Sumatera Utara
Menurut farmakope Indonesia Ed. IV, lempeng yang dilapisi dapat dianggap
sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada
adsorbsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya, tergantung dari jenis zat penyangga, cara
pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan.
Campuran yang akan di kromatografi harus dilarutkan dalam pelarut yang agak
nonpolar untuk ditotolkan pada lapisan. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tapi
yang terbaik yang bertitik didih 50-100
0
C. pelarut yang demikian mudah ditangani dan
mudah menguap dari lapisan. Larutan uji ditotolkan pada plat KLT diikuti dengan
penotolan larutan baku. Setelah dilakukan pengelusian, lapisan tersebut kemudian
disemprot dengan suatu pereaksi, yang akan menimbulkan bercak warna setelah bereaksi
dengan cuplikan. Maka noda larutan uji akan menunjukkan warna dan harga Rf yang
sama dengan noda larutan baku. (Gritter, 1991)

2.4.2.2 Uji kuantitatif
Pengujian hidrokortison dapat dilakukan dengan secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High
Perpormance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan suatu tekhnis analisis obat
yang paling cepat berkembang. Cara ini ideal untuk analisis beragam obat dalam sediaan
dan cairan biologi karena sederhana dan kepekaannya tinggi. KCKT biasanya dilakukan
pada suhu kamar, jadi senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah.
Peralatan KCKT memiliki kepekaan yang sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang
lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak lama.
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan dalam tekhnologi kolom , sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor
yang sensitif telah menyebabkan perubahan pada KCKT menjadi suatu sistem pemisahan
dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi.
KCKT digunakan untuk senyawa-senyawa tidak atsiri, berbobot molekul tinggi,
anorganik, tidak tahan panas dan lain sebagainya. Kepekaan dari peralatan KCKT sangat
tinggi sehingga menghasilkan data yang lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak
lama. Cepatnya perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang
handal dan kolom yang efisien. (Munson, 1991)
KCKT pada saat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir. Dalam
beberapa tahun terakhir ini tekhnologi KCKT dan pemakaiannya sangat berkembang,
walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini merupakan suatu
tekhnik yang banyak digunakan pada perusahaan obat. Diantaranya adalah PT. Kimia
Farma (persero) Tbk. Plant Medan.
KCKT merupakan salah satu metode yang mempunyai banyak keuntungan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Cepat ; untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5
menit.
2. Daya pisahnya baik ; kemampuan pelarut berinteraksi dengan fase diam dan fase
gerak memberikan parameter pencapaian pemisahan yang dikehendaki.
3. Peka / detector unik ; detector yang dipakai adalah uv 254 nm yang dapat
mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram.
Universitas Sumatera Utara
4. Kolom dapat dipakai kembali tetapi mutunya turun. Laju penurunan mutunya
bergantung pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut,dan jenis
pelarut yang dipakai.
5. Ideal untuk molekul besar dan ion. Mudah memperoleh kembali cuplikan ; karena
detector tidak merusak cuplikan. Pelarut dapat dihilangkan dengan penguapan .
(J ohnson, 1991)

Pada dasarnya alat KCKT terdiri dari :
1. Sistem Pompa
Pompa harus tahan terhadap semua jenis pelarut, dapat mencapai tekanan sampai
6000 psi , harus bebas denyut, dan dapat menghantarkan aliran terukur 0,01 1,0 atau 0,1
- 20 ml/ menit. Selain itu, pompa harus mempunyai batas volume minimum sehingga
memungkinkan pergantian pelarut dengan cepat dan elusi landaian secara efisien. Laju
aliran biasanya dikendalikan dengan tombol pada pompa normal atau dengan
mikroprosesor pada pompa niaga yang lebih canggih. (Gritter,1991)
2. Tandon pelarut
Bahan tandon harus lembab terhadap fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga
baja anti karat dan gelas menjadi pilihan. Baja anti karat jangan dipakai pada pelarut yang
mengandung ion halida dan jika tandon harus bertekanan, hindari penggunaan gelas.
Daya tampung tandon harus lebih dari 500 ml digunakan selama 4 jam untuk kecepatan
alir 1 2 ml / menit. ( Munson, 1991)


Universitas Sumatera Utara
3. Pipa
Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa
sebelum penyuntik tidak berpengaruh, hanya saja harus lembab, tahan tekanan dan
mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai. ( Munson, 1991 )
4. Penyuntik / Sistem penyuntik Cuplikan
Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian
maksimum pada analisis kuantitatif, yang terpenting adalah sistem harus dapat mengatasi
tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan terokan ( fase gerak ). Pada saat pengisian
terokan, terokan dialirkan melewati keluk dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang.
Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk
kolom. ( Munson, 1991 )
5. Kolom
Kolom merupakan jantung kromatograf, kebersihan atau kegagalan analisis
tergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk mamasang
penyaring 2 m dijalur antar penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa
fase gerak atau terokan, hal ini dapat memperpanjang umur kolom. ( Munson, 1991 )
Kolom dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Kolom analitik :
garis tengah dalam 2-6mm. untuk kemasan makropartikel panjang kolom 50 -
100 cm, untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolomnya 10-30 cm.
b. Kolom preparatif :
garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm. (J ohnson,1991).

Universitas Sumatera Utara
Pemilihan kolom yang dipakai untuk cuplikan yang sifatnya tidak dikenal
berdasarkan pada sifat kimia umum linarut, sifat kelarutan dan ukurannya. Kolom dapat
dikemas sendiri atau membeli kolom yang sudah dikemas. KCKT biasanya adalah UV
254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita
yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel,
fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai. ( Gritter, 1991 )
6. Detektor
Detektor harus memberikan cuplikan , tanggapan yang dapat diramalkan ,
peka, hasil yang efisien dan tidak terpengarung oleh perubahan suhu atau komposisi fase
gerak. Detektor yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan
detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk
pemisahan. pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan
kepekaan yang tinggi dicapai. ( Mu
6. Penguat Sinyal
nson, 1991 )
Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu
sebelum disampaikan pada alat perekam otomatik yang sesuai, biasanya berupa suatu
perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital
elektronik untuk mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik. ( Munson, 1991 )
7. Perekam
Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi merekam
atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak (puncak).Dari daftar

Universitas Sumatera Utara
tersebut, secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa
(Munson,1991).
Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan suatu
pelarut landaian yaitu pelarut yang dapat diubah-ubah kepolarannya sesuai dengan
kebutuhan.
Ada beberapa keuntungan jika digunakan pelarut landaian, diantaranya :
a. Waktu analisis keseluruhan dapat berkurang
b. Daya pisah keseluruhan persatuan waktu campuran ditingkatkan
c. Bentuk puncak diperbaiki (pembentukan ekor lebih kecil)
d. Kepekaan efek ditingkatkan karena bentuk puncak kurang beragam.
Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu
perubahan yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dapat digunakan
dalam metode KCKT tetapi harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini :
1. Murni tanpa cemaran
2. Tidak bereaksi dengan kemasan
3. Sesuai dengan detektor
4. Dapat melarutkan cuplikan
5. Mempunyai viskositas rendah
6. Mudah memperoleh kembali cuplikan
7. Harganya wajar. (johnson,1991).



Universitas Sumatera Utara
Prinsip dari metode KCKT adalah :
Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik KCKT, maka akan dibawa melalui
kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya tekanan dari pompa. Data yang dihasilkan
ditunjukkan berupa puncak oleh suatu perekam.

2.4.3 Pembuatan Krim Hidrokortison
2.4.3.1 Proses pembuatan krim dalam industri
Pencampuran dan pengadukan merupakan hal yang kritik dalam pembuatan
emulsi. pengadukan dengan kecepatan yang tinggi dapat memasukkan udara ke dalam
hasil, dan pengadukan yang lambat tidak membuat emulsi yang baik. Masalah itu terjadi
pada pembuatan dalam skala besar. pemasukan udara dapat terjadi pada waktu
pencampuran, homogenisasi atau penggilingan.
Pemasukan udara dapat dicegah tahap pertama mengemulsi bila fase satu
dimasukkan ke dalam fase lain dengan mencegah terjadinya penceburan dan pengaliran.
Sistem tertutup mencegah pemasukan udara pada waktu homogenisasi atau penggilingan,
dan bila krim dipindahkan ke tangki penyimpanan, bejana atau hopper dari mesin pengisi.
Proses yang dapat dilakukan antara lain :
a. Metode peleburan
Krim dibuat secara peleburan, obat dilarutkan dalam lemak atau malam yang
sedang melebur, atau dalam suatu komponen bahan pembawa, lalu dicampur dengan
basis. Masa yang meleleh dicampur sambil didinginkan sebab alkohol lemak, asam lemak
dan malam tidak membentuk larutan benar dengan vaselin dan minyak mineral, tetapi
mengkristal habis pelelehan bila temperatur turun.
Universitas Sumatera Utara

b Pembuatan emulsi
Waktu, temperatur dan kerja mekanik merupakan tiga variabel dalam
pembuatan emulsi dalam sediaan setengah padat ketiga faktor tersebut saling
berhubungan dan perlu dikontrol sungguh sungguh bila batch dalam jumlah besar dan
kualitas yang tinggi dan akan dibuat ulangan.
Ketel tempat pembuatan harus bersih, sebab sisa batch sebelumnya dan
kontaminan asing dapat memberi efek yang berlawanan mengenai stabilitas dan kualitas
emulsi.
Pembuatan fase air dan minyak, Komponen minyak atau campuran lemak
dimasukkan ke dalam ketel terbungkus uap dan terbuat dari baja tak berkarat. Asam
stearat, setil alkohol dipilih yang terbentuk flake karena mudah dikerjakan. Vaselin
dituangkan dengan cara dilebur dulu, dituang dari drum tempatnya atau dipompa.
Memindahkan sejumlah besar vaselin dilakukan dengan pemanasan dalam drum baja atau
masukkan drum yang berisi vaselin dalam kamar panas ( 60
0
62
0
C). Vaselin yang cair
disaring dengan kain saringan untuk menghilangkan kotoran atau zat asing.
c Homogenisasi
Alat yang digunakan ialah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup.
Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran
agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur ( 30
0

40
0
). krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul terhadap produk, maupun akibat
aksi mekanis dari alat pengisi. ( Anief, 1997 )
Universitas Sumatera Utara
2.5 Evaluasi Mutu
2.5.1 Pemerian
Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, warna, bau, dan suhu lebur. Menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV pemerian untuk hidrokortison, yaitu serbuk hablur putih
sampai praktis putih, tidak berbau, dan melebur pada suhu 213
o
C disertai peruraian.

2.5.2 Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses
pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang
diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen sehingga krim
yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit.
Alat yang digunakan untuk pengujian homogenitas ialah roller mill, colloid mill.
Homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tidak larut dalam basis
maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau
mill pada temperatur 30-40
o
C. Krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul akibat
pemindahan produk, maupun akibat aksi mekanis dari alat pengisi. (Anief, 1995).

2.5.3 Stabilitas
Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap
batch obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun
sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar
penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label.
(Lachman, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dengan pengamatan pada perubahan
penampilan fisik, warna, bau, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan
perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia.
(Ansel,1989).

2.5.4 pH
Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pH meter yang telah dibakukan
dan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator
yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding
yang sesuai seperti elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida. Pengukuran
dilakukan pada suhu 25
0
C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.
( Dirjen POM, 1995 )

2.5.5 Penetapan Kadar Zat Aktif
Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT). Krim hidrokortison mengandung hidrokortison Asetat tidak kurang dari
90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. ( Dirjen, POM,
1995 )

2.5.6 Keseragaman Sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu keragaman
bobot atau keragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang
mengandung satu zat aktif dan sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif.
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat
aktif 50mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot satuan sediaan.
Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan
keseragaman kandungan.
Krim hidrokortison mengandung 2,5% zat aktif. Karena zat aktifnya kurang
dari 50% maka keseragaman sediaan ditentukan dengan keseragaman kandungan. (Dirjen
POM,1995).










Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai